• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Metode Bermain Peran Berbantuan Media Topeng Bergambar Kelas V SD Negeri 3 Banjarsari Semester I Tahun Ajaran 2016/2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA dengan Metode Bermain Peran Berbantuan Media Topeng Bergambar Kelas V SD Negeri 3 Banjarsari Semester I Tahun Ajaran 2016/2017"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal terpenting dalam kehidupan manusia,

melalui pendidikan manusia mampu menata hidupnya supaya menjadi lebih

baik. Setiap manusia yang hidup berhak memperoleh pendidikan seperti yang

diatur dalam UUD 1945 pada BAB XIII pasal 28C ayat (1) menyatakan

“setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan

dasarnya, berhak mendapatkan pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu

pengetahuan dan teknologi, seni, dan budaya, demi meningkatkan kualitas

hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Undang-Undang No. 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan nasional, pasal 1 juga mengatakan

bahwa “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran supaya peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya. Untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dalam masyarakat, bangsa dan negara”. Jadi

pendidikan menurut undang-undang bertujuan untuk mewujudkan pendidikan

yang bermutu dan berkualitas sehingga dapat mencapai tujuan pendidikan di

Indonesia yaitu dapat mengembangkan diri, meningkatkan kualitas hidupnya,

memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan.

Pendidikan yang bermutu dan berkualitas sangat diperlukan untuk

mencetak generasi-generasi penerus bangsa yang bermutu dan berkualitas.

Berbagai usaha peningkatan mutu pendidikan yang dilakukan pemerintahan

diantaranya yaitu pembaharuan kurikulum, perbaikan sistem pengajaran,

(2)

dapat ditempuh untuk mencapai tujuan tersebut, salah satunya adalah

bagaimana cara menciptakan suasana belajar yang baik dan mengetahui

kebiasaan dan kesenagan belajar siswa supaya siswa bergairah dan

berkembang sepenuhnya selama proses belajar berlangsung.

Proses belajar dikelas dikenal dengan nama pembelajaran, Komalasari

(2013:3) “Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan

pembelajaran yang direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi secara

sistematis supaya pembelajar dapat mencapai tujuan-tujuan pembelajaran

secara efektif dan efesien”. Sedangkan (Syah, 2010:215), “Pembelajaran

merupakan upaya yang dilakukan seseorang supaya orang lain belajar”. Dari

dua pendapat tersebut dapat disimpulkan pembelajaran adalah proses

membelajarkan pembelajaran kepada seseoarang yang direncanakan,

dilakukan, dan dievaluasi secara sistamatis supaya orang lain belajar dan

dapat mencapai tujuan pembelajaran.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Pendidikan Nasional Pasal 10 ayat (1) bahwa “proses pembelajaran pada

satuan pendidikan diselenggarakan secara interaktif, inspiratif,

menyenangkan, menantang, memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif,

memberikan ruang gerak yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan

kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan psikologi siswa”. Untuk

mencapai tujuan dari Standar Pendidikan Nasional tentang penyelenggaraan

proses pembelajaran, banyak hal yang harus dipersiapkan seorang pendidik,

diantaranya adalah memahami dan mengetahui terlebih dahulu karakteristik

siswa yang akan mengalami proses belajar. Karakteristik anak Sekolah Dasar

(SD) rata-rata memilki usia 6 sampai 12 tahu, dimana pada tahap

berkembangan anak pada usia anak SD berada pada 2 tahap, yaitu (6-9 tahun)

masa kanak-kanak tengah, dan (10-12 tahun) pada masa kanak-kanak akhir.

(3)

Kurnia dkk, (2007:132) mengatakan bahwa usia anak SD disebut juga

dengan usia bermain, tetapi agak sedikit berbeda dengan masa taman

kanak-kanak karena minat dan kegiatan bermain semakin meluas dengan lingkungan

yang lebih bervariasi. Dengan demikian seorang pendidik harus dapat

mengemas design-desaign pembelajaran yang bervariasi dan menyenangkan

agar siswa dapat ikut terlibat secara langsung, aktif dan dapat mengikuti

pembelajaran dengan baik sehingga tujuan dari pembelajaran dapat tercapai

secara maksimal.

Ilmu Pengetahuan Alam merupakan mata pelajaran yang sangat

bermanfaat bagi kehidupan manusia, ini adalah salah satu alasan mengapa

mata pelajaran IPA harus dipelajari pada pendidikan jenjang Sekolah Dasar

(SD). Manusia yang tinggal di alam ini harus dapat lebih mengenali alam

sejak dini. Segala kebutuhan manusia diambil dari alam. Manusia tidak akan

dapat hidup tanpa mempelajari dan mengenali alam, maka diperlukan ilmu

yang cukup luas untuk mengenal berbagai gejala alam. Sutrisno & Kresnadi

(2007:19) dalam buku pengembangan pembelajaran IPA SD mengatakan “

IPA merupakan usaha manusia dalam memahami alam semesta melalui

pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta menggunakan prosedur

yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih (valid)

sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (true)”. Jadi Ilmu Pengetahuaan Alam (IPA) adalah mata pelajaran yang segala sesuatunya berkaitan dengan

alam.

Keterampilan seorang guru dibutuhkan untuk mengemas pembelajaran

IPA supaya inovatif dan menyenangkan. Suprijono (2014:206) mengatakan

“model pembelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang

pembelajaran dan para guru dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar”.

Selain model pembelajaran yang inovatif dapat dipadukan dengan

(4)

utama media pembelajaran yaitu yang pertama sebagai alat bantu

pembelajaran dan kedua sebagai sumber belajar”.

Penggunaan metode pembelajaran bermain peran ini dapat

menumbuhkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran, hal ini juga

didukung dengan adanya media pembelajaran topeng bergambar yang

berfungsi sebagai alat bantu pembelajaran dan digunakan juga sebagai sumber

belajar bagi siswa. Dengan adanya metode dan alat bantu ini diharapkan

supaya dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi di lapangan oleh peneliti di kelas V SD Negeri

3 Banjarsari kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan peneliti mengamati

kegiatan belajar mengajar IPA di kelas V. Pembelajaran IPA yang diterapkan

oleh guru sudah baik, kondisi di dalam kelas bisa dikendalikan oleh guru,

hanya berdasarkan data hasil belajar siswa masih banyak siswa yang belum

tuntas dari KKM. SD Negeri 3 Banjarsari menetapkan niai KKM untuk mata

pelajaran IPA adalah ≥75. Tetapi observasi tidak hanya berhenti sampai di

sini. Selain melakukan observasi kepada guru, peneliti melakukan wawancara

kepada siswa-siswi kelas V SD N 3 Banjarsari, ternyata 18 dari 29 siswa

mengatakan bahwa mata pelajaran IPA adalah mata pelajaran yang sulit.

Sebagian besar siswa kesulitan dalam menghafal materi pelajaran yang

banyak terlebih mereka juga harus menguasai beberapa materi pada pelajaran

yang lainya. Hal tersebut membuat siswa memiliki hasil belajar yang dibawah

KKM, dengan banyaknya hasil belajar siswa yang masih dibawah KKM maka

tujuan pembelajarannya belum dapat dikatakan berhasil.

Pelaksanaan pembelajaran dapat dikatakan berhasil apabila hasil

belajar yang dicapai oleh siswa memenuhi standar ketuntasan minimal, ada

beberapa faktor yang mempengaruhi masalah belajar sehingga siswa tidak

mendapat nilai maksimal. Ketentuan dalam KKM terlihat dengan nyata

(5)

mempengaruhi hasil belajar siswa yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Selain beberapa faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar IPA,

materi-materi pada pembelajaran IPA juga memiliki kesulitan tersendiri, karena

selain melakukan secara langsung materi pelajaran IPA atau non eksata

cenderung lebih baik menghafal. Menghafal materi merupakan hal yang

kurang diminati oleh siswa terlebih pada usia sekolah dasar, itu sebabnya

mereka memiliki hasil belajar yang kurang maksimal. Maka dari itu dalam

upaya keberhasilan belajar yang maksimal, guru harus mengusahakan

pembelajaran yang menarik dan menyenangkan supaya siswa tidak malas

belajar dan mampu mendapatkan nilai di atas Kriteria Ketuntasan Minimal

(KKM) untuk itu perlu menggunakan metode pembelajaran yang berbeda.

Penerapan metode pembelajaran yang berbeda yang dilengkapi dengan media

diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA di kelas V SD Negeri 3

Banjarsari.

1.2 Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka

peneliti membatasi masalah penelitian ini pada mata pembelajaran IPA

dengan materi Tumbuhan Hijau yang terdapat dalam mata pembelajaran IPA

kelas V SD Negeri 3 Banjarsari Semester I Kecamatan Kradenan Kabupaten

Grobogan.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran latar belakang yang telah dikemukakan, maka

permasalahan secara umum penelitian ini adalah: Apakah metode bermain

peran berbantuan media topeng bergambar dapat meningkatkan hasil belajar

(6)

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai

dalam penelitian ini adalah : untuk meningkatkan hasil belajar IPA siswa

kelas V SD N 3 Banjarsari dengan metode bermain peran berbantuan media

topeng bergambar semester I tahun ajaran 2016/2017.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Manfaat Teoritis

Secara akademis penelitian ini berguna untuk menambah inovasi

pendidikan supaya pembelajaran di Sekolah Dasar dikemas lebih menarik

sehingga siswa dapat memahami materi melalui metode pembelajaran

bermain peran berbantuan media topeng bergambar.

2. Manfaat Praktis

a. Manfaat bagi guru :

Guru mendapat masukan tentang pengajaran IPA yang dikemas

menjadi lebih menyenangkan menggunakan motode bermain peran

berbantuan media topeng bergambar, supaya dapat meningkatkan

pencapaian hasil belajar siswa dalam belajar terutama dalam mata

pelajaran IPA materi Tumbuhan Hijau.

b. Manfaat bagi siswa :

Dapat menguatkan daya tarik pembelajaran dengan menciptakan

pembelajaran yang menyenangkan, sebagai jembatan dalam mengingat

materi pembelajaran IPA khususnya materi tumbuhan hijau bagi siswa

kelas V SD Negeri 3 Banjarsari, sehingga dapat meningkatkan hasil

belajar siswa dan tuntas melebihi Kriteria Ketuntasan Minimal

(7)

c. Manfaat bagi sekolah :

Sekolah mendapatkan pengalaman dan sumbangan bagaimana

cara melaksanakan pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan

dalam pembelajaran menggunakan metode pembelajaran bermain

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Karena berdasarkan dalam kehidupan nyata Pocari Sweat lebih banyak digemari dan difavoritkan sebagai minuman pengganti cairan tubuh daripada minuman isotonik

Drie Brotosudarmo Etika Kristen Perguruan Tinggi untu; ANDI, 2007 6. George Barna

Majority of the fishermen suggested that the best way to manage Sardinella fisheries was to enforce existing regulations on illegal fishing methods to stop the practices. They

Empat tahapan penting dalam penelitian tin- dakan kelas (PTK) pada setiap siklusnya ada- lah sebagai berikut: 1) perencanaan; 2) pelak- sanaan; 3) pengamatan; dan 4) refleksi.

Drie Brotosudarmo Etika Kristen Perguruan Tinggi untu; ANDI, 2007 6.. George Barna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan hara nitrogen di tanaman karet TBM yang menggunakan pupuk majemuk tablet lebih tinggi dibandingkan dengan yang menggunakan