• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi objek penelitian - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

41

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi objek penelitian

SMP Negeri 2 Salatiga merupakan salah satu sekolah yang telah berproses cukup lama. Dibangun pada tahun 1917, SMP Negeri 2 Salatiga mulai beroperasi mulai tanggal 25 Mei 1960. Dengan luas tanah 25.200 m2

serta masih banyaknya pepohonan yang rindang, menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga tampak begitu asri.

Dari letak geografis, SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan strategis di kota Salatiga. Dengan lokasi yang berdampingan dengan SD Negeri 06 Salatiga, SMP Negeri 1 Salatiga, SMA Negeri 3 Salatiga, TK Darma Wanita dan SD Negeri 05 Salatiga, sangatlah tepat jika dikatakan SMP Negeri 2 Salatiga terletak di kawasan pendidikan kota Salatiga. Sarana transportasi yang memadai juga membuat SMP Negeri 2 Salatiga begitu mudah diketemukan.

Dari aspek sosial ekonomi peserta didik, SMP Negeri 2 Salatiga memiliki keragaman peserta didik dari semua strata sosial. Mulai dari siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah keatas sampai dengan siswa yang berasal dari keluarga yang memiliki ekonomi menengah kebawah. Hal yang paling mendasari adalah kemampuan berkompetisi dari masing-masing siswa tanpa melihat strata sosialnya. Dengan dukungan beasiswa baik yang berasal dari pemerintah maupun sumber-sumber yang lain, memberikan dukungan yang positif bagi keberlangsungan kegiatan belajar mengajar di SMP Negeri 2 Salatiga (Sumber: Profil SMP Negeri 2 Salatiga).

(2)

42

4.1.1. Visi, Misi dan slogan sekolah Visi:

Unggul Dalam Prestasi, Berpijak Pada Karakter Bangsa, Nasionalisme, Komunikatif, Kreatif, Santun, Berbudaya, Berwawasan Lingkungan Dan Berpegang Pada Iman Dan Taqwa.

Misi:

Mewujudkan Disiplin Dalam Bekerja, Tepat Waktu, Melayani Dengan Ikhlas, Memandu Menuju Sukses, Terciptanya Lingkungan Sekolah Yang Rindang, Sejuk, Bersih, Sehat, Nyaman, Aman, Bersama Mewujudkan Manajemen Sekolah Yang Berbasis Transparan, Dan Membentuk Kekeluargaan Yang Harmonis.

Slogan:

PRIMA BERKARAKTER yaitu Pintar, Rigen, Iman, Mandiri, Akhlak Mulia, Bersih, Komunikatif, Aman, Rindang, Aktif, Kreatif dan Tertib.

Tujuan:

Tujuan Pendidikan di SMP Negeri 2 Salatiga dirumuskan sebagai berikut:

1. Unggul dalam prestasi akademik dan perolehan nilai UN.

2. Unggul dalam penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama bidang komunikasi, sains dan matematika.

3. Unggul dalam lomba olahraga, KIR, kesenian, PMR, Paskibra, dan Pramuka.

4. Unggul dalam kegiatan keagamaan dan kepedulian sosial di sekolah dan di masyarakat.

5. Unggul dalam persaingan masuk ke jenjang SMA/SMK Negeri. 6. Unggul dalam kebersihan dan penghijauan lingkungan sekolah.

4.1.2. Struktur organisasi SMP Negeri 2 Salatiga

SMP Negeri 2 Salatiga memiliki jumlah siswa sebanyak 733 orang siswa, dan memiliki guru dan karyawan berjumlah 70 orang.

(3)

43 Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Salatiga

Tahun Pelajaran 2014-2015. (Sumber SMP Negeri 2 Salatiga).

1.2. Deskripsi Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka ditemukan bahwa SMP Negeri 2 Salatiga sejak tahun 2010 mengimplementasikan pendidikan karakter ke dalam semua mata pelajaran yang ada, ke dalam budaya sekolah dan ke dalam kegiatan ekstrakurikuler. Namun, sebelum tahun 2010 pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga sudah ada dalam bentuk mata pelajaran Budi Pekerti. Sehingga, alasan sekolah mengimplementasikan pendidikan karakter yaitu untuk lebih meningkatkan rasa nasionalisme dan meningkatkan pembentukan karakter peserta didik secara khusus dengan pendidikan karakter yang terkandung dalam budaya sekolah, setiap mata pelajaran dan kegiatan ekstrakurikuler. Alasannya seperti yang diungkapkan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

(4)

44

Pendapat yang sama disampaikan oleh Ketua Tim Pembinaan Nasionalisme Tahun 2010 SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 3 November 2014:

“Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga telah ada sejak sekolah ini beroperasi, namun dikemas dalam mata pelajaran Budi Pekerti yang sekarang lebih dikenal dengan mata pelajaran Kewarganegaraan. Dan pada waktu dulu mata pelajaran Budi Pekerti merupakan satu-satunya sarana pembelajaran pembentukan karakter peserta didik. Seiring berjalannya waktu, barulah pada tahun 2010 yang bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, Menteri Pendidikan, M. Nuh menegaskan untuk pendidikan karakter diajarkan di semua jenjang pendidikan. Sehingga, baru tahun 2010-lah SMP Negeri 2 Salatiga mengimplementasikan pendidikan karakter kesemua aspek sekolah yaitu ke semua mata pelajaran, kegiatan ekstrakurikuler dan juga menjadi kegiatan pembiasaan yang sekolah lain kenal dengan budaya sekolah. Namun, implementasi pendidikan karakter di sekolah kami ini hanya diintegrasikan, karena pihak sekolah hanya ingin meningkatkan rasa nasionalisme peserta didik dan juga pembentukan karakter peserta didik”.

Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum tanggal 11 April 2015:

“di SMP Negeri 2 Salatiga implementasi pendidikan karakter dari tahun 2010 termasuk dalam kurikulum tersembunyi. Karena, pendidikan karakter yang dilakukan di sekolah ini hanya untuk meningkatkan rasa nasionalisme dan untuk meningkatkan proses pembentukan karakter terutama bagi peserta didik. Untuk itu, pendidikan karakter hanya diintegrasikan atau diselipkan

dalam mata-mata pelajaran, kegiatan pembiasaan dan kegiatan

ekstrakurikuler”.

Pendapat diatas diperkuat dengan bukti Surat Keputusan (SK) dari Walikota Salatiga nomor: 420-05/382/2010 Tentang Tim Pembina dan Tim Teknis Program Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan. SK Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga nomor: 420/4275 Tentang Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan kepada SMP Negeri 2 Salatiga. Dan SK Kepala SMP Negeri 2 Salatiga nomor: 800/2099.1 Tentang Tim Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Di SMP Negeri 2 Salatiga.

(5)

45

diungkapkan dalam wawancara dengan Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“Untuk panduan kami pakai dari Provinsi yang untuk Nasionalisme dan Karakter Bangsa bagi SMP dan dapat dilihat dalam situs Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah. Dan juga panduannya yaitu visi, misi, slogan dan tujuan dari sekolah sendiri, sehingga semua itu dapat kami wujudkan. Dan untuk implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah kami sebut pembiasaan. Jadi ada pembiasaan cinta tanah air yaitu hormat bendera dan menyanyikan lagu nasionalisme tiap pagi. Pembiasaan pola hidup bersih yaitu buang sampah pada tempatnya. Pembiasaan beribadah yaitu shalat bagi yang Muslim dan pendalaman kitab bagi yang Kristiani dan Katholik”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh guru yang diwawancara pada tanggal 11 April 2015:

“Pedoman untuk pendidikan karakter yang saya pakai yaitu visi dan misi sekolah. Alasan, supaya dapat mewujudkan visi dan misi tersebut bukan hanya itu tetapi juga slogan sekolah”.

Menurut Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga seperti pada wawancara tanggal 8 April 2015, panduan dari provinsi berupa modul untuk SMP tentang karakter bangsa. Dengan demikian, SMP Negeri 2 Salatiga mempunyai dua pedoman implementasi pendidikan karakter. Pertama pedoman yang berasal dari pemerintah yang terdapat pada situs Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah, sehingga SMP Negeri 2 Salatiga selalu beroperasi sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah. Pedoman kedua yang berasal dari dalam sekolah sendiri yaitu visi, misi, tujuan dan slogan sekolah, sehingga walaupun mengikuti pedoman pemerintah tetapi sekolah tetap pada jati dirinya sendiri untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.

Dalam implementasi pendidikan karakter, pihak sekolah melakukan beberapa kegiatan untuk memberitahukan kepada pendidik, peserta didik, maupun tenaga kependidikan tentang apa itu pendidikan karakter.

Dari wawancara dengan peserta didik pada tanggal 17 April 2015 dan 18 April 2015 didapatkan beberapa cara yang dilakukan oleh pihak sekolah:

(6)

46

Menurut Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“Cara yang dilakukan yaitu dengan membuat pajangan-pajangan yang berkaitan pendidikan karakter, menyampaikan pendidikan karakter lewat majalah sekolah, lewat mading sekolah, lewat pembinaan pada saat pembiasaan beribadah, dan juga lewat arahan pada saat upacara bendera oleh inspektur upacara”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Kepala SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 7 April 2015:

“Sekolah melakukan beberapa cara yaitu dengan melakukan kegiatan pembiasaan yang dilakukan setiap harinya oleh seluruh warga sekolah baik guru, siswa maupun tenaga administrasi. Membuat dan memasangkan pajangan-pajangan tentang pembentukan karakter, pajangan ini juga berfungsi untuk mengingatkan peserta didik kepada kegiatan pembiasaan yang sekolah lakukan setiap harinya. Cara yang lain pada saat upacara bendera selalu pada saat arahan inspektur upacara selalu diselipkan arahan untuk peserta didik melakukan semua kegiatan pembiasaan dengan baik sehingga dapat membentuk karakter dan meningkatkan rasa nasionalisme mereka”.

Hasil observasi yang dilakukan memperlihatkan bahwa, pihak sekolah memberitahukan warga sekolah tentang pendidikan karakter melalui beberapa cara. Mulai dari pemberitahuan lisan, seperti pada saat arahan inspektur dalam upacara bendera, pada saat jam ibadah, dan juga pada saat proses belajar mengajar di dalam kelas. Pemberitahuan tertulis, seperti yang terlihat terdapat banyak pajangan yang terkait dengan pendidikan karakter di sekitaran sekolah dan juga di dalam kelas.

1.2.1. Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga Implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga disebut dengan kegiatan pembiasaan. Seperti pada wawancara dengan Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum tanggal 11 April 2015:

(7)

47

Pendapat yang sama disampaikan oleh guru yang diwawancara pada tanggal 11 April 2015:

“pendidikan karakter juga diimplementasikan ke dalam budaya sekolah. Namun, kami menyebutnya bukan budaya sekolah tetapi kegiatan pembiasaan. Sebenarnya sama antara budaya sekolah dengan kegiatan pembiasaan, tetapi kami lebih memilih menyebut dengan kegiatan pembiasaan. Sehingga, menjadi kebiasaan yang kami lakukan. Contohnya, kami para guru pada jam pelajaran pertama harus mengajak anak-anak untuk mengucapkan salam ABITA dan menyanyikan lagu-lagu nasionalisme itu kami lakukan di dalam kelas”.

Pendapat yang sama juga disampaikan Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“sekolah lain mungkin menyebut budaya sekolah, tapi kami di SMP Negeri 2 Salatiga menyebutnya dengan kegiatan pembiasaan. Alasannya, kadang ada anak atau peserta didik tidak memahami apa itu budaya sekolah, jadi kami memilih kata yang lebih dekat dengan mereka artinya lebih mudah untuk dipahami yaitu kegiatan pembiasaan. Sehingga, anak-anak lebih paham. Dengan demikian, semua kegiatan yang kami tetapkan dilakukan pada kegiatan pembiasaan itu menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan oleh anak-anak. Ketika mereka terbiasa melakukannya maka itu akan menjadi pola hidup mereka. Walaupun mereka hanya 7-8 jam di sekolah, tetapi ketika selama 7-8 jam itu dibiasakan melakukan semuanya itu maka akan tertanam dalam kehidupan mereka. Seperti contoh, kegiatan pembiasaan 5S (salam, senyum, sapa, sopan dan santun) karena terbiasa dilakukan di sekolah, maka ketika anak-anak berpapasan dengan guru di luar sekolah anak-anak langsung melakukan seperti yang dilakukannya di sekolah. Padahal, ada anak yang mungkin melihat gurunya karena takut anak tersebut lari menjauh. Dan untuk mencegah, maka kami biasakan anak-anak dengan budaya 5S tersebut”.

Hasil observasi yang didapati oleh peneliti yaitu budaya sekolah disebut dengan kegiatan pembiasaan. Ini juga terlihat dari beberapa pajangan foto yang memperlihatkan gambar kegiatan yang dilakukan dengan tambahan keterangan kegiatan pembiasaan.

Budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga yang disebut kegiatan pembiasaan dilaksanakan dengan beberapa kegiatan. Kegiatan-kegiatan ini dilakukan setiap harinya.

Kegiatan pembiasaan, sebagai berikut:

(8)

48

2. Pengibaran bendera dan penghormatan bendera tanpa upacara, dilaksanakan setiap hari Selasa sampai dengan hari Sabtu.

3. Mengucapkan salam ABITA (Aku Bangga Indonesia Tanah Airku) dan menyanyikan lagu-lagu nasional dan lagu-lagu daerah, dilakukan setiap hari.

4. Pembacaan Asma’ul, doa pagi, shalat Jum’at, pembacaan ayat suci Al-Quran, persekutuan doa dan pendalaman Alkitab, dilaksanakan setiap hari.

5. Sabtu sehat, dilaksanakan setiap hari Sabtu.

6. Budaya 5S (senyum, sapa, salam, sopan dan santun). 7. Hidup bersih dan sehat.

Kegiatan pembiasaan ini diberlakukan untuk semua peserta didik, pendidik maupun tenaga kependidikan. Seperti hasil wawancara dengan Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“Kegiatan pembiasaan di sekolah ini diberlakukan dan diwajibkan kepada seluruh warga sekolah dan bukan hanya kepada siswa. Seperti, budaya 5S itu pun wajib guru dan tenaga kependidikan melakukannya, pembiasaan hormat bendera. Bukan karena seorang guru jadi pada saat pengibaran bendera dia tidak memberi hormat. Tidak, itu tidak berlaku. Dan semua pembiasaan ini diwajibkan bagi seluruh warga SMP Negeri 2 Salatiga”.

Kegiatan pembiasaan ini juga berlaku kepada pendidik, seperti pada wawancara dengan guru tanggal 11 April 2015:

“kami para guru pun wajib melakukan kegiatan pembiasaan tersebut. Seperti, salam ABITA, kami para guru pun wajib mengetahuinya karena kami yang memimpin murid-murid untuk mengucapkannya sebelum pelajaran dimulai. Kegiatan pembiasaan penghormatan bendera pun kami para guru mengikutinya. Karena, kami menjadi contoh bagi para murid”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh peserta didik pada saat wawancara tanggal 18 April 2015:

“kegiatan pembiasaan ini berlaku bagi kami para murid. Kami melakukannya setiap hari. Dan kami juga melihat kalau para guru kami juga pun melakukan hal yang sama dengan kami. Contohnya, para guru juga melakukan penghormatan bendera seperti kami lakukan. Para guru juga mengucapkan salam ABITA. Para guru juga mengikuti doa bersama dengan kami”.

(9)

49

kependidikan yang tepat waktu. Keikutsertaan pendidikan dan tenaga kependidikan dalam upacara bendera, penghormatan bendera, Sabtu sehat. Dan juga terlihat dari keramahtamahan tenaga kependidikan dan pendidik yang sesuai dengan budaya 5S yang ditetapkan di SMP Negeri 2 Salatiga.

Ketika ada warga sekolah yang melanggar kegiatan pembiasaan maka akan diberikan sanksi. Sanksi yang diberikan mulai dari teguran lisan, teguran tertulis sampai dipulangkan atau diskrosing juga sanksi tindakan yaitu berupa membersihkan ruang osis dan UKS. Dan semua sanksi-sanksi tersebut telah menjadi bagian dari tata tertib sekolah selain hak dan kewajiban. Namun, selain sanksi diberikan kepada yang melakukan pelanggaran tersebut, ada juga penghargaan yang diberikan kepada yang melakukan peraturan dengan baik. Pemberian penghargaan diberikan lewat lomba-lomba yang dilakukan di sekolah, seperti, lomba kebersihan kelas, lomba pojok nasionalisme, dan lomba menghias tong sampah.

Seperti yang disampaikan oleh salah satu peserta didik yang pernah mendapatkan sanksi, saat wawancara tanggal 18 April 2015:

“saya dan beberapa teman pernah mendapat hukuman karena melanggar kegiatan pembiasaan yaitu tidak melakukan penghormatan bendera karena terlambat datang ke sekolah, akhirnya kami dihukum disuruh membersihkan

ruang OSIS karena kebetulan kami yang terlambat cukup banyak”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 8 April 2015:

(10)

50

Pendapat yang sama juga datang dari seorang guru saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“sanksi juga berlaku bagi kami para guru. Saya pernah mendapat teguran lisan karena terlambat datang ke sekolah. Bukan hanya saya, tetapi juga beberapa teman lain yang saya temui mendapat teguran lisan”.

Sarana prasarana pendukung pelaksanaan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga cukup lengkap. Seperti, untuk pendukung kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat disediakan tempat-tempat sampah mulai dari luar lingkungan sekolah, dalam lingkungan sekolah dan juga di dalam kelas-kelas, serta UKS. Untuk kegiatan pembiasaan Sabtu sehat sekolah memiliki lapangan yang mempunyai daya tampung yang cukup untuk seluruh warga sekolah. Untuk kegiatan pembiasaan rohani disediakan Mushola dan juga Kapel atau ruang doa.

Seperti pendapat peserta didik saat wawancara tanggal 18 April 2015:

“tempat ibadah seperti mushola dan ruang doa ada, UKS ada, tempat sampah saja banyak disediakan disetiap kelas dan di lingkungan sekolah dan juga tempat sampahnya pisah-pisah untuk sampah plastik sendiri, sampah kertas sendiri dan sampah organik juga sendiri”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh guru saat wawancara tanggal 15 April 2015:

“sarana dan prasarana untuk kegiatan pembiasaan sudah lengkap. Seperti ruang doa dan mushola untuk kegiatan pembiasaan ibadah. Tempat sampah banyak untuk kegiatan pembiasaan pola hidup bersih dan sehat. Selalu diputarkan lagu-lagu nasionalisme untuk kegiatan pembiasaan penghormatan

bendera dan menyanyikan lagu-lagu nasionalisme”.

Sejalan dengan itu, Koordinator Urusan Kesiswaan mengungkapkan hal yang sama saat wawancara tanggal 8 April 2015:

(11)

51

Sekolah juga memiliki pajangan-pajangan terkait pendidikan karakter,

seperti “Budayakan 5S (salam, senyum, sapa, sopan dan santun)” yang dipajang di jalan masuk sekolah dari pintu depan, “Cintailah Budaya

Sendiri Sebelum Dicintai Orang Lain”, “Buanglah Sampah Pada

Tempatnya”, “Jangan Nyontek” dengan icon dilarang, “Save The Earth”,

“Jadilah Pribadi yang Jujur”, “Super Jujur-Jujur Yes-Ngapusi No”, dan juga

ada pajangan dengan ayat suci Al-quran dan ayat Alkitab. Bukan hanya itu, pada setiap kelas dipasangkan banner berisi visi, misi dan slogan sekolah, juga tiang dan bendera merah putih, foto presiden dan wakil presiden, dan juga perangkat kebersihan. SMP Negeri 2 Salatiga juga mempunyai beberapa mading sekolah, diantaranya untuk memajang hasil karya dari peserta didik berupa puisi, cerpen, komik, dan juga tulisan motivasi. Ada juga mading pengumuman, dan juga mading osis. Selain itu, untuk menyuarakan isi hati peserta didik, pendidik, tenaga kependidikan dan juga tamu yang berkunjung ke SMP Negeri 2 Salatiga disediakan kotak saran. Seperti pendapat Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“ada juga pajangan-pajangan yang bisa ditemui disekitaran lingkungan sekolah mulai dari gerbang sekolah sampai di dalam kelas-kelas. Pajangan-pajangan yang berkaitan dengan pembentukan karakter, contohnya Super Jujur-Jujur Yes-Ngapusi No. Selain itu, sekolah memiliki majalah dan mading sekolah sebagai sarana untuk pembentukan karakter”.

Pendapat yang sama disampaikan pendidik saat wawancara dengan guru tanggal 15 April 2015:

“sekolah memiliki pajangan-pajangan yang menunjang kegiatan pembiasaan. Di kelas saja terdapat banner berisikan visi, misi dan slogan sekolah. Setiap kelas dilengkapi dengan perangkat kebersihan. Tempat sampah ada dimana-mana lengkap dengan jenis sampah”.

Peserta didik pun berpendapat yang sama pada wawancara tanggal 17 April 2015 dan 18 April 2015:

“banyak pajangan, di kelas ada visi, misi, dan slogan, ada majalah sekolah, mading sekolah juga ada. Ada juga kotak saran”.

(12)

pajangan-52

pajangan terkait pendidikan karakter dan lapangan yang cukup menampung seluruh warga sekolah.

Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga pun dilakukan dengan cara mengintegrasikan ke dalam setiap mata-mata pelajaran yang ada. Pendidikan karakter termuat dalam silabus dan RPP dari setiap mata pelajaran, pada poin karakter yang diharapkan.

Seperti pada wawancara dengan peserta didik tanggal 18 April 2015:

“pada saat pelajaran berlangsung guru mata pelajaran memberitahukan kepada kami karakter yang harus dicapai pada materi saat itu”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“setiap guru diwajibkan memasukan karakter apa saja yang diharapkan dari murid untuk semua materi yang diajarkan. Dan karakter tersebut masuk pada pin karakter yang diharapkan dalam silabus dan RPP”.

Sejalan dengan itu, pendidik juga mengungkapkan hal yang sama saat wawancara dengan guru mata pelajaran tanggal 11 April 2015:

“saya juga memasukan karakter yang diharapkan dari siswa pada setiap materi yang diajarkan dan semuanya tertuang dalam silabus dan RPP. Pada saat di kelas, sebelum pelajaran dimulai atau sementara pelajaran saya berikan, saya selalu menyampaikan karakter apa saja yang harus dimiliki siswa untuk belajar materi saat itu”.

Hasil observasi ditemukan bahwa, guru pada saat proses belajar mengajar memberitahukan kepada peserta didik tentang karakter yang diharapkan dalam menyelesaikan materi tersebut. Dan ini dibuktikan dengan dokumen yaitu silabus dan RPP guru yang mana di dalamnya tertuang beberapa karakter yang diharapkan dalam setiap materi.

Pedoman implementasi pendidikan karakter ke dalam setiap mata pelajaran di SMP Negeri 2 Salatiga yaitu Standar Kompetensi Lulusan (SKL). Dalam setiap materi dari tiap-tiap mata pelajaran termuat 4-5 karakter yang diharapkan dari peserta didik. Penilaian pendidikan karakter dari setiap mata pelajaran berupa nilai sikap yang diberikan oleh guru pengampuh mata pelajaran tersebut.

(13)

53 “pedoman saya yaitu saya ambil dari SKL SMP. Sehingga, satu materi terdapat

4-5 karakter yang diharapkan dari siswa. Penilaiannya berupa nilai sikap yang ada di laporan yang diterima siswa”.

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan mengungkapkan hal yang sama saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“karena saya juga mengajar jadi saya tahu pedomannya yaitu SKL. Penilaiannya masuk dalam bentuk nilai sikap. Dan setiap materi terdapat 3-4 karakter”.

Sejalan dengan itu, hal yang sama diungkapkan peserta didik saat wawancara tanggal 17 April 2015:

“ada beberapa karakter dari setiap materi dan penilaiannya berupa nilai sikap”.

Pendapat diatas didukung dengan hasil studi dokumetnasi pada Silabus dan RPP dari mata pelajaran IPA yang di dalamnya termuat karakter yang diharapkan dari peserta didik.

Implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga juga dilakukan pada kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Kegiatan ekstrakurikuler yang ada di SMP Negeri 2 Salatiga dibagi menjadi dua (2) jenis ekstrakurikuler yaitu (1) ekstrakurikuler akademis sebanyak 5 kegiatan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Sastra Jawa dan IPA/KIR. (2) Ekstrakurikuler non-akademis sebanyak 23 kegiatan yaitu Pramuka, PMR, Drum Band, Bina Vokalia, Bola Basket, Atletik, Cheerleader,

Tenis Meja, Sepak Bola, Jurnalistik (Mading, Pinasthika), Baca dan Tulis

Al-Qur’an, Kasidah/Rebana, Pendalaman Alkitab, Seni Rupa, Seni Tari, Band,

Pertanian dan Lingkungan Hidup, Paskibra, Drumblek, Judo, Takraw, Futsal, Panah.

Seperti yang diungkapkan dalam wawancara dengan Koordinator Urusan Kesiswaan tanggal 8 April 2015:

(14)

54

Pendapat yang sama juga disampaikan oleh pendidik saat wawancara dengan guru pendamping kegiatan ektrakurikuler tanggal 15 April 2015:

“untuk kegiatan ekstra juga kami sisipkan pembentukan karakter. Seperti, Seni tari. Dalam kegiatan eksul ini ada pembentukan karakter kerja keras untuk belajar menari, disiplin dalam mengikuti jadwal yang ada, persahabatan yaitu tidak sombong ketika sudah pandai menari tetapi bisa melatih teman yang lain”.

Sejalan dengan itu, hal yang sama disampaikan peserta didik saat wawancara tanggal 17 April 2015:

“ada. Dalam futsal saja kami dikasih tahu harus bermain jujur, kerja sama dengan teman se-tim dan disiplin dalam latihan”.

Dengan demikian, setiap jenis kegiatan ekstrakurikel yang ada terkandung beberapa karakter yang harus diperhatikan dan dimiliki oleh peserta didik. Seperti, Paskibra, peserta didik harus memiliki karakter yang cinta tanah air, disiplin, tanggung jawab, mandiri dan bersahabat.

1.2.2. Hasil Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan, maka ditemukan bahwa hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan setiap hari oleh seluruh warga sekolah dan hasilnya sangat baik. Seperti pendapat Kepala SMP Negeri 2 Salatiga, saat wawancara tanggal 7 April 2015:

“hasilnya menurut saya sudah baik, ini diperlihatkan oleh kondisi sekolah yang lebih baik. Seperti, lingkungan sekolah lebih bersih, siswa dan guru juga lebih disiplin dalam hal datang tepat waktu karena ada kegiatan pembiasaan yang dilakukan. Siswa dan guru pun tertib melaksanakan ibadah. Dan menurut saya, semua perubahan ini dihasilkan dari kegiatan pembiasaan yang dilakukan di sekolah”.

Pendapat yang sama disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan, saat wawancara tanggal 8 April 2015:

(15)

55 untuk membicarakan sesuatu dengan guru. Lingkungan sekolah lebih bersih karena ada begitu banyak tempat sampah yang disediakan”.

Hal yang sama disampaikan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga sudah baik. Karena, hasil UN meningkat, meraih prestasi juara 3 di tingkat provinsi dalam kategori sekolah terbaik implementasi pendidikan karakter, siswa dan guru menjadi lebih disiplin yaitu tidak terlambat ke sekolah dan juga lingkungan sekolah lebih bersih dan terawat”.

Menurut Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“hasilnya baik, buktinya dari lingkungan sekolah bersih karena ada kegiatan pembiasaan hidup bersih dan sehat, siswa dan guru menjadi disiplin dalam waktu yaitu datang ke sekolah tepat waktu karena ada pembiasaan penghormatan bendera dan upacara, siswa lebih rajin melaksanakan ibadah. Bukti lain yaitu aspek akademis, nilai UN meningkat, menjadi utusan Kota

Salatiga untuk kegiatan Jambore selama 2 tahun berturut-turut,

mendapatkan juara 3 dalam kategori sekolah terbaik implementasi pendidikan karakter di tingkat provinsi Jawa Tengah. Ini menjadi bukti bahwa implementasi pendidikan karakter sudah baik di SMP Negeri 2 Salatiga”.

Menurut guru yang diwawancara tanggal 15 April 2015:

“hasil implementasi pendidikan karakter sudah baik. Sikap siswa dalam kelas pun sesuai dengan karakter yang diharapkan. Sekolah menjadi nyaman karena antara para guru tercipta hubungan yang baik. Siswa pun semakin sopan. Dan lingkungan sekolah menjadi lebih bersih dan terawat”.

(16)

56

1.2.3. Faktor-faktor yang Melatarbelakangi Hasil Implementasi Pendidikan Karakter di SMP Negeri 2 Salatiga

Ada beberapa faktor yang melatarbelakangi hasil yang diperoleh dari implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga.

Seperti yang diungkapkan oleh Wakil Kepala Sekolah bagian Kurikulum, saat wawancara tanggal 11 April 2015:

“ada beberapa faktor yang menentukan hasil implementasi pendidikan karakter yaitu guru memberikan dukungan yang baik dalam implementasi pendidikan karakter. Seperti, dalam Silabus dan RPP setiap mata pelajaran ada unsur karakter yang diharapkan dari siswa. Dan semua guru mematuhinya”.

Pendapat lain juga disampaikan oleh Koordinator Urusan Kesiswaan, saat wawancara tanggal 8 April 2015:

“faktor yang melatarbelakangi yaitu dukungan anggaran dari komite sekolah. Dukungan dari para guru. Namun, belum semua guru di SMP Negeri 2 Salatiga sepenuhnya mendukung, karena ada sebagian kecil dari para guru yang belum memiliki pehaman yang sama. Sebagian kecil guru ini masih beranggapan bahwa pendidikan karakter itu tugas dari guru BK, guru Agama dan guru Kewarganegaraan, tetapi dalam silabus dan RPP guru-guru ini sudah tercantum karakter yang diharapkan dari siswa. Namun, sebagian kecil guru ini masih taat melaksanakan kegiatan pembiasaan di sekolah”.

Faktor yang lain disampaikan oleh Koordinator Bimbingan Konseling (BK) SMP Negeri 2 Salatiga saat wawancara tanggal 13 April 2015:

“ada beberapa faktor pendukung yaitu guru bersedia dan menjadi contoh bagi siswa untuk melaksanakan seluruh kegiatan pembiasaan dengan baik. Selain guru, Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi pun sangat mendukung yaitu melalui kegiatan atau lomba-lomba yang berkaitan dengan pendidikan karakter, contoh lomba sekolah terbaik dalam mengimplementasi pendidikan karakter. Dan juga dukungan dari orang tua siswa yang menjadi salah satu faktor penentu keberhasilan implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga. Contoh dukungan orang tua yaitu langsung memberikan contoh bagi siswa atau anaknya. Pada saat orang tua siswa terlambat mengantar anaknya ke sekolah, dan setelah tiba di sekolah bertepatan saat pengibaran bendera maka orang tua tersebut pun berdiri dan memberi hormat ke arah bendera tersebut. Sehingga, ini pun menjadi pelajaran bagi siswa tersebut untuk dijadikan contoh, serta dukungan orang tua tersebut menjadi bantuan kepada sekolah untuk implementasi pendidikan karakter”.

(17)

57

1. Dukungan dari para guru untuk menjadi contoh atau panutan dalam implementasi pendidikan karakter. Guru bersedia melaksanakan semua kegiatan pembiasaan dengan baik dan sesuai aturan, sehingga dapat dilihat dan dicontohi oleh para siswa. Bukan hanya melakukan kegiataan pembiasaan, tetapi juga pada setiap Silabus dan RPP dari guru mata pelajaran dimasukan karakter yang diharapkan dari siswa disetiap materi yang diberikan.

2. Dukungan dari Pemerintah Kota maupun Pemerintah Provinsi melalui kegiatan-kegiatan atau lomba-lomba yang dilakukan yang berkaitan dengan pendidikan karakter.

3. Dukungan dari Komite sekolah berupa dana. Dukungan dari orang tua juga yang secara tidak langsung membantu sekolah untuk menjadi contoh bagi siswa dalam melakukan salah satu kegiatan pembiasaan, seperti memberi hormat pada saat pengibaran bendera.

Selain, faktor pendukung diatas, sekolah juga diperhadapkan dengan faktor lain yang menjadi penghambat di SMP Negeri 2 Salatiga dalam implementasi pendidikan karakter yaitu ada sebagian kecil guru yang mesih beranggapan kalau pendidikan karakter itu menjadi tugas dari guru BK, guru Agama dan guru Kewarganegaraan. Namun begitu, sebagian kecil guru ini tetap memasukan karakter yang diharapkan dari siswa di Silabus dan RPP mata pelajaran. Dan juga sebagian kecil guru ini tetap bersedia dan taat untuk melaksanakan kegiatan pembiasaan setiap harinya.

4.3. Pembahasan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tentang evaluasi implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga, maka dapat dilakukan pembahasan dalam tiga (3) hal, sebagai berikut:

1.3.1. Implementasi Pendidikan Karakter ke Dalam Budaya Sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga

Fokus penelitian ini terdapat pada implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah, sehingga dalam bagian pembahasan ini peneliti hanya akan membatasi pembahasan seputar implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga.

(18)

58

diputuskan oleh Mendiknas M. Nuh pada peringatan Hari Pendidikan pada tanggal 2 Mei 2010 untuk wajib dilakukan disetiap jenjang pendidikan yang ada di Indonesia. Sehingga, untuk menindaklanjuti keputusan Mendiknas, Wali Kota Salatiga mengeluarkan SK kepada Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga untuk menunjuk beberapa sekolah menjadi Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Tingkat Kota Salatiga Tahun 2010. Dengan SK dari Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kota Salatiga menjadikan SMP Negeri 2 Salatiga sebagai Sekolah Piloting Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Tingkat Kota Salatiga Tahun 2010. Sehingga, Kepala SMP Negeri 2 Salatiga mengeluarkan SK tentang Pembinaan Nasionalisme Melalui Jalur Pendidikan Di SMP Negeri 2 Salatiga. Dengan demikian, dengan SK tersebutlah SMP Negeri 2 Salatiga mulai membenah diri dalam hal mengimplementasikan pendidikan karakter bukan hanya berupa satu mata pelajaran tetapi diintegrasikan ke dalam setiap mata pelajaran yang ada, diimplementasikan ke dalam budaya sekolah, dan juga diimplementasikan ke dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler yang ada.

Implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga lebih dikenal dengan sebutan kegiatan pembiasaan. Kegiatan pembiasaan dilakukan setiap hari dan diwajibkan kepada seluruh warga SMP Negeri 2 Salatiga. Ketika sebuah kegiatan yang dilakukan setiap hari secara trus-menerus, maka itu akan melekat kepada diri seseorang dan akan menjadi sebuah kebiasaan. Dan ini pun yang terjadi di SMP Negeri 2 Salatiga. Karena, setiap hari melakukan semua kegiatan pembiasaan secara terus-menerus, maka sudah menjadi sebuah kebiasaan di dalam keseharian warga SMP Negeri 2 Salatiga.

(19)

59

mudah dapat diingat dan menghasilkan sebuah tindakan yang sesuai dengan apa yang dipikirkan. Dengan demikian, tindakan yang tampakkan pun sesuai dengan kebiasaan yang dilakukan.

Foerster, Suyanto dan Wynne berpendapat karakter merupakan identitas atau ciri khas untuk membedakan seseorang dari orang lain. Kegiatan pembiasaan yang dilakukan oleh SMP Negeri 2 Salatiga juga menjadi sebuah identitas atau ciri khas dari lembaga tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang dilakukan setiap hari secara terus-menerus dapat menjadi sebuah kebiasaan dan kebiasaan tersebut menjadi sebuah identitas atau ciri khas dari seseorang ataupun lembaga untuk membedakan dari orang lain atau lembaga lain.

Seluruh kegiatan pembiasaan di SMP Negeri 2 Salatiga pun tidak dilakukan secara asal-asalan karena di dalam semua kegiatan pembiasaan itu termuat nilai-nilai karakter yang dapat membantu peserta didik, pendidik maupun tenaga kependidikan untuk memiliki karakter yang baik. Seperti, pada kegiatan pembiasaan pola hidup bersih termuat nilai karakter disiplin, bertanggungjawab, dan peduli lingkungan. Kegiatan pembiasaan ibadah termuat nilai karakter religius dan cinta damai. Kegiatan pembiasaan pengibaran bendera dan menyanyikan lagu nasionalisme dan lagu daerah termuat nilai karakter cinta tanah air, disiplin, rasa hormat dan semangat kebangsaan. Sehingga, dari semua kegiatan pembiasaan yang dilakukan setidaknya termuat dua sampai empat nilai karakter yang dapat dipelajari oleh warga sekolah terlebih khusus peserta didik.

1.3.2. Hasil Implementasi pendidikan karakter

(20)

60

sebuah kebiasaan yang baik yang dibawa ke dalam kesehariannya di rumah maupun di masyarakat.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi, serta melihat kembali visi, misi, tujuan dan slogan SMP Negeri 2 Salatiga dan disandingkan dengan kegiatan pembiasaan yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa hasil implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah yang dikenal oleh SMP Negeri 2 Salatiga sebagai kegiatan pembiasaan sudah menjadi sebuah kebiasaan yang dilakukan dengan sangat baik. Karena, dari kegiatan pembiasaan seperti pengibaran bendera, menyanyikan lagu-lagu nasionalisme dan lagu-lagu daerah sudah menjawab visi SMP Negeri 2 Salatiga yaitu nasionalisme dan berbudaya, menjawab misi tepat waktu dan budaya transparan. Kegiatan pembiasaan beribadah menjawab visi iman dan taqwa, menjawab misi membentuk kekeluargaan dan menjawab slogan iman dan akhlak mulia. Kegiatan pembiasaan 5S menjawab visi santun. Kegiatan pembiasaan pola hidup sehat menjawab visi berwawasan lingkungan, menjawab misi bersih, rindang, nyaman, dan menjawab slogan bersih dan tertib.

(21)

61

Dengan demikian, dari hasil penelitian yang didapati oleh peneliti maka dapat disimpulkan bahwa implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga memperoleh hasil yang baik.

1.3.3. Faktor-faktor yang melatarbelakangi hasil implementasi pendidikan karakter

Hasil yang baik dari implementasi pendidikan karakter ke dalam budaya sekolah di SMP Negeri 2 Salatiga atau yang disebut dengan kegiatan pembiasaan dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, sebagai berikut:

1.Pendidik atau guru. Guru dalam hal kegiatan pembiasaan sangat berperan aktif. Guru sangat menyadari posisinya yaitu sebagai contoh bagi peserta didik. Seperti pendapat Warsono, pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik agar menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga, serta rasa dan karsa. Sehingga, guru-guru di SMP Negeri 2 Salatiga menyadari hal itu dan lebih duluan melakukan kegiatan pembiasaan tersebut. Dengan demikian, sangat penting pendidik menjadi pembuka jalan atau teladan kepada peserta didik dalam hal melakukan lebih dulu kegiatan pembiasaan tersebut. Namun, belum semua pendidik SMP Negeri 2 Salatiga yang menyadarinya. Ada sebagian kecil pendidik yang masih berpandangan kalau itu tugas guru BK atau guru Agama atau guru Kewarganegaraan. Walaupun begitu kelompok kecil ini tetap memasukan karakter yang diharapkan dari peserta didik dalam tiap-tiap materi yang diajarkan.

2.Dukungan dari stakeholder, seperti Pemerintah Provinsi mengadakan lomba sekolah berkarakter dalam waktu dua (2) tahun sekali dan hasilnya SMP Negeri 2 Salatiga pun mendapat juara. Selain itu, Pemerintah Kota Salatiga ikut serta dalam kegiatan jambore dan selama dua (2) tahun berturut-turut SMP Negeri 2 Salatiga menjadi utusan dari Kota Salatiga. Dengan bukti terpilihnya SMP Negeri 2 Salatiga menjadi utusan Kota Salatiga dan menjadi juara dalam lomba sekolah berkarakter, maka menunjukkan bahwa hasil implementasi pendidikan karakter di SMP Negeri 2 Salatiga digolongkan baik.

(22)

62

Gambar

Gambar 4.1. Struktur Organisasi SMP Negeri 2 Salatiga

Referensi

Dokumen terkait

Di dalam Undang-Undang ini, terdapat perbedaan sanksi yang diberikan pada pelanggar, yaitu “Setiap orang yang memproduksi, membuat, memperbanyak, menggandakan,

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan YME atas kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi ini dengan judul “ Pengaruh

 Tujuan utama adalah meyakinkan donatur Tujuan utama adalah meyakinkan donatur bahwa terdapat masalah yang dapat.. bahwa terdapat masalah

The s i gnificant reduction in the muscle and liver glycogen contents of the adult and all three different sizes of fish respectively from the polluted part of the river

Tamin O.Z., 2005, Intergrated Public And Road Transport Network System For bandung Metropolitan Area (Indonesia), Proceedings of the Eastern Asia. Society

Berbeza dengan penilaian formatif yang lebih menumpukan kepada penilaian penguasaan pelajar dalam sesuatu tajuk, penilaian sumatif bertujuan untuk menentukan pencapaian pelajar

Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa pada hari kerja di pagi hari pergerakan pada ruas yang ditinjau didominasi oleh pergerakan luar zona atau dengan kata lain ruas jalan

Di peringkat sekolah pula, didikan moral yang positif dan nilai murni yang diterapkan oleh guru, akan dapat mengelakkan diri pelajar daripada terjebak dalam pelbagai pengaruh