• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDIDIKAN PERDAMAIAN UNTUK KEMULYAAN MA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENDIDIKAN PERDAMAIAN UNTUK KEMULYAAN MA"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

PENDIDIKAN PERDAMAIAN UNTUK KEMULYAAN MARTABAT MANUSIA

Zamroni

PENDAHULUAN

Dewasa ini kekerasan ada di mana mana, kekerasan di sekitar kita. Kekerasan dalam bentuk bullying, merebak di sekolah sekolah. Intimidasi, ancaman dan pemerasan di kalangan siswa terjadi di banyak sekolah. Perkelahian antar siswa dan bahkan tawuran antar kelompok siswa sampai merenggut nyawa sering muncul dalam berita media massa. Pekelahian antar warga kampung lawan warga kampung tetangga dengan berbagai macam senjata tajam sering muncul di TV bagaikan menyaksikan sinetron, karena begitu jelas tayangannya. Tidak tanggung tanggung, bentrok fsik diantara anggota angkatan Angkatan Bersenjata juga sering di ditemui di media massa. Kekerasan dalam rumah tangga sudah biasa, bukan menjadi berita lagi. Sebagian warga masyarakat begitu mudah menumpahkan darah hanya untuk suatu yang sepela saja. Bertambah menyedihkan, kekerasan seksual semakin banyak, bahkan setelah pemerkosaan massal diakhiri dengan pembunuhan. Vandalisme dalam bentuk corat coret di tembok ditemui di mana-mana di seluruh Nusantara. Nyaris, di negeri ini sulit mencari tembok yang bebas coretan.

(2)

“Kemudian daripada itu untuk membentuk suatu pemerintah Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia...”.

Kekerasan tidak hanya berhenti pada menjadikan warga kekhawatiran dan ketakutan, serta rasa aman melayang tidak tahu kemana, tetapi yang mesti direnungkan adalah kekerasan akan merendahkan harkat dan martabat manusia. Nilai kehidupan dan martabat manusia merosot tajam. Namun demikian, sejarah peradaban telah mengajarkan kepada kita bahwa kekerasan tidak dapat dilawan kekerasan. Kebencian tidak dapat diatasi dengan kebencian. Bahkan teror tidak akan dapat dipadamkan dengan teror. Penegakan hukum mutlak diperlukan, tetapi belum mencukupi. Perlu dikembangkan Cara cara inovatif, berbudaya dan beradab untuk menghentikan kekerasan di kalangan masyarakat kita.

Sudah tentu, selagi kekerasan merebak di kalangan masyarakat, tidak dapat disalahakan apabila sebagian besar warga masyarakat akan mempertanyakan: “Inikah hasil dari pendidikan Indonesia”? Pertanyaan tidak aneh karena, bukankah Aristotle menyatakan“..the fate of empires depends on the education of the youth.”... Whatever good or bad that you see today in the society is directly linked to the kind of education we give to our youth.

(3)

manusia pertama menginjakan kakinya di bulan, seraya berujar: “One Giant Leap For Mankind”. Demikian pula, ketika bangsa Amerika mengalami permasalahan banyaknya “teeneger mothers”, masih sekolah sudah melahirkan, bangsa Amerika menengok ke dunia pendidikan, yang kemudian lahir kebijakan “Sex education”.

Apa yang dilakukan bangsa Amerika menongok ke dunia pendidikan manakala menghadapi problem besar tidaklah salah. Bukankah sebagaiamana dikutip Denesh (2006: 56), Dewey, flosof dan pedagog, menyatakan....‘education is the fundamental method of social progress and reform’.

MARTABAT MANUSIA.

(4)

serta konsisten satu dengan perbuatan. Dalam berbagai ayat lain dalam Al Qur’an ditegaskan bahwa apa yang di langit dan di bumi diciptakan untuk manusia. Hal itu menunjukkan keagungan dan kemuliaan manusia manusia dibandingkan dengan makluk lainnya.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa martabat adalah nilai-nilai haqiqi kehidupan yang mesti dimiliki oleh seseorang guna bisa hidup layak dan berfungsi menjaga, memakmurkan mensejahterakan masyarakatnya. Semakin mulya martabat yang disandang semakin menonjol fungsi kekhalifaanya, semakin bermanfaat bagi sesamanya. Manusia bermartabat memiliki dimensi, yang memungkinkannya melaksanakan fungsi kekhalifahan. Pertama dimensi individual, yang menunjukan manusia memiliki sifat keuniqan, sehingga tidak ada dua orang yang sama persis lahir dan bathin. Keunikan ini hanya diketahui oleh dirinya sendiri. Oleh karena itu, tidak mungkin seseorang memahami orang lain secara penuh lagi utuh, meskipun dengan pasangan hidupnya sekalipun. Pasti ada bagian-bagian yang orang lain tidak tahu atau tidak memahamianya. Berbagai permasalahan sampai konfik muncul berawal dari gagal memahami keunikan yang dimiliki fhak lain. Termasuk dimensi indidual ini adalah masing- masing orang memiliki minat dan bakat sendiri-sendiri. Kedua, dimensi kefthrahan yang mengandung kebenaran dan keluhuran. Pada dasarnya manusia memiliki kesucian diri, sebagaimana waktu lahir. Kefthraan mencakup antara lain kejujuran, konsistensi kata dan perbuatan, amanah, kepatuhan dan taat pada hukum. Sudah barang tentu kehidupan lingkungan mempengaruhi kesuciannya tersebut. Oleh karena itu, lingkungan hidup, termasuk di dalamnya pendidikan mesti direkayasa agar memberikan pengaruh menuju kebaikan.

(5)

interaksi ini akan muncul realitas bahwa kehidupan adalah beranekawarna, bukan bersifat tunggal. Karena memiliki ke anekaragaman, interaksi juga bervariasi. Manusia perlu memiliki kemampuan interaksi dengan berbagai variasi yang ada. Oleh karena itu, dimensi kesosialan ini, merujuk pada manusia yang mampu hidup bersama dan bekerjasama dengan segala perbedaan yang ada. Sehingga, lahirlah toleransi, tenggang rasa, empathi dan siap membantu sesama. Ke empat dimensi ke susilaan yang menekankan pada nilai-nilai, moralitas dan spiritualitas. Tekanan pada dimensi ini adalah visi pandangan kehidupan yang jauh nyaris tiada bertepi. Kehidupan tidak hanya di dunia yang ibaratnya sekedar berteduh, melainkan kehidupan akan bersambung, berujung pada kehidupan akherat kelak. Dimensi ini menjadikan individu memiliki pertimbangan jangka panjang. Demikian pula, dimensi ini menjadikan individu merasa terpantau oleh Yang Maha Kuasa, yang akan menjadikan perilaku dalam kehidupan senantiasa pada rel yang benar, Sirotalmustaqiem.

Ke lima, dimensi berkemajuan yang menjadikan manusia tidak pernah puas dengan dan selalu ingin terus berubah. Dimensi ini memberikan dorongan dan kekuatan pada diri untuk terus belajar (learning persons) dan masyarakat yang terus belajar (a learning society) guna mewujudkan sesuatu yang lebih baik, yang akan mendorong munculnya invensi dan innovasi dalam kehidupan.

(6)

1. Kesetaraan interaksi secara baik dengan sesama, baik pemeluk Islam maupun non Muslim.

2. Kelompok kelompok saling membantu dalam menghadapi musuh bersama.

3. Membela mereka yang teraniaya. 4. Saling menasihati.

5. Menghormati kebebasan beragama.

Ratusan tahun kemudian, pada tahun 1948 tepatnya, dunia baru merumuskan apa yang ada dalam Piagam Madinah, menjunjung tinggi martabat manusia, kedalam pernyataan tentang norma universal dalam kehidupan dalam bentuk Universal Declaration of Human Rights, Pernyataan Umum tentang Hak-Hak Asasi Manusia, antara lain mencantumkan, bahwa setiap orang mempunyai hak untuk: Hidup; Kemerdekaan dan keamanan badan; Diakui kepribadiannya; Memperoleh pengakuan yang sama dengan orang lain menurut hukum untuk mendapat jaminan hukum dalam perkara pidana, seperti diperiksa di muka umum, dianggap tidak bersalah kecuali ada bukti yang sah; Mendapatkan hak milik atas benda; Bebas mengutarakan pikiran dan perasaan; Bebas memeluk agama; Mengeluarkan pendapat; Berapat dan berkumpul; Berdagang dan memperoleh Pendidikan.

Martabat manusia apabila didekati dari perspektif fsafat sosial akan dapat diketemukan tiga tekanan utama, seperti dikemukakan Sastraprateja (1992), yakni:

(7)

ditermination). Martabat pertama ini menekankan bahwa manuisa memiliki hak hak, termasuk hak hak kebebasan.

2. Kedua, martabat manusia terletak pula dalam sosialitasnya, yang semakin lama semakin luas radius sosialitasnya, yang melewati batas-batas geografs, budaya dan keyakinan. Dimensi martabat kedua ini menekankan pada egalitarian, interaksi antar individu mesti didasarkan dan mengembangkan keadilan dan kesetaran.

3. Ketiga, martabat manusia terletak pada keutuhannya. Dimensi ke tiga ini menekankan bahwa manusia merupakan totalitas pada dirinya yang mengandung tubuh, otak, dan hati. Apabiloa keberadaan dan interaksi ketiga aspek manusia harmonis maka akan meneguhkan martabat manusia yang mulya.

Martabat manusia juga sudah menjadi pemikiran bagi pendiri bangsa, sehingga dicantumkan dalam UUD 1945 (sebelum amandemen), bahwa:

a. Tiap tiap warga negara berhak atas penghidupan dan pekerjaan yang layak bagi (martabat) kemanusiaan (pasal 27 ayat 2).

b. Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk memeluk agamanya masing masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaanya itu (pasal 29 ayat b2).

c. Tiap tiap warga negara berhak mendapatkan pengajaran (pasal31 ayat 1)

d. Segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan pemerintah wajib menunjang hukum... (pasal 27 ayat1).

(8)

hak asasi lainnya, serta kekerasan fsik, lebih lebih dalam bentuk peperangan. Padahal setiap manusia pasti tidak ingin harga dirinya dijatuhkan. Sangat tepat apabila semua bentuk pelanggaran hak hak asasi manusia yang menjatuhkan martabat manusia harus ditindak tegas dan dibawa pada jalur hukum. Banyak korban yang merasa martabatnya dijatuhkan menjadi depresi, minder atau bahkan ada yang mengambil langkah untuk mengakhiri hidupnya sendiri.

Menjaga martabat, apalagi memulyakannya hanya mungkin dilakukan dalam kondisi masyarakat yang damai, aman tanpa kekerasan. Upaya mewujudkan kedamaian dalam masyarakat merupakan kondisi mutlak yang dibutuhkan untuk dapat memulyakan martabat manusia. Dengan kata lain, memulyakan martabat manusia memerlukan upaya untuk mewujudkan masyarakat yang hidup damai tanpa kekerasan.

PERDAMAIAN DAN KULTUR DAMAI.

(9)

Berkaitan dengan perdamain, Galtung & Jacobsen (2000) menjelaskan bahwa perdamaian merupakan suatu kondisi dimana tidak adanya kekerasan, baik personal yang bersifat langsung maupun struktural yang bersifat tidak langsung. Manifestasi kekerasan struktural bisa dalam bentuk pembagian pendapatan yang sangat timpang ataupun distribusi kekuasaam yang timpang. Hubungan yang timpang merupakan hubungan bersifat memeras tidak hanya bagi hubungan antara manusia, tetapi juga hubungan antara manusia dan alam. Damai dengan alam merupakan fondasi perdamaian yang positif (Mische, 1987). Hal ini dikarenakan lingkungan alam merupakan sumber untuk menjalani kehidupan, ketahanan fsik, kesehatan dan kekayaan. Apabila lingkungan alam rusak sehingga sulit untuk dapat segera diperbaiki akan menimbulkan akibat negatif bagi kehidupan umat manusia. Mesti dicatat bahwa perilaku manusia sangat terkait dengan ketersediaan sumber alam (Barnaby, 1989).

Masyarakat yang damai bisa dilihat dari dua perpektif, mikro dan makro. Dalam perspektif mikro masyarakat damai merupakan suatu kondisi di mana warga masyarakat merasakan kehidupan yang harmonis dengan tidak adanya pertikaian dan konfik antar warga masyarakat. Perspektif makro adalah kondisi masyarakat yang dirasakan harmonis tanpa adanya kekerasan fsik dan peperangan. Pada perspektif makro, kehidupan masyarakat yang damai tidak terlalu terganggu dengan adanya pertikaian dan ketegangan yang terjadi diantara warga masyarakat.

(10)

bersama untuk hidup bersama dan bekerjasama guna kepentingan masyarakat. Perdamaian memerlukan sistem dimana tidak ada pemenang dan pecundang. Oleh karena itu, siapapun yang ingin mewujudkan perdamaian, hidup damai, mesti menciptakan kondisi sedemikian rupa untuk munculnya berbagai dimensi diatas. Dalam kaitan dengan perdamaian, keberadaan kebebasan, terjaminya martabat dan hak-hak manusia, serta keadilan tidak bisa dinafkan. Dari sisi manajemen, sangat dianjurkan agar di kalangan warga masyarakat atau kelompok kelompok dalam masyarakat, untuk mengembangkan berbagai strategi mewujudkan hidup damai, seperti kemampuan mendamaikan konfik, melakukan tindakan anti kekerasan, dan mengembangkan kebersamaan masyarakat.

Kehidupan penuh kedamaian ditunjukan dengan berbagai hal, seperti tidak adanya konfik, adanya saling pengertian, saling menghargai perbedaan, terdapat komitmen bersama untuk mengembangkan kemampuan untuk saling menjaga, memperhatikan dan kerjasama, terdapatnya keamanan dan kebebasan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Hidup damai memerlukan penyatuan dan harmonisasi diantara berbagai elemen yang ada di masyarakat. Baik elemen dalam pengertian pisik maupun non fsik. Kehidupan yang damai akan memberikan ketenangan dan kenyamanan serta kesejahteraan bagi semua warga masyarakat.

(11)

generasi muda harus pula memiliki ketrampilan dan orientasi nilai nilai baru yang memungkinakn mereka mengembangkan hubungan dan struktur kerjasama dengan semua komponen bangsa yang membawa ke perubahan kehidupan yang membawa ke arah perdamaian. Perilaku sebagai ujud kehidupan yang damai mesti berakar pada kultur hidup damai yang menjiwai dan dipegang teguh oleh warga masayarakat. Kehidupan damai yang hakiki, lahir bathin, tidak mungkin dipaksanakan dari luar, ditopang dengan senjata sekalipun. Kehidupan yang damai mesti menunjukan adanya keseimbangan dan keharmonisan, bukan karena hegemoni atau kekuasaan, apalagi oleh teror. Artinya, kehidupan yang penuh kedamaian mesti alami, tidak bisa bersifat artifsial. Karena makna kultur damai penting, PBB pada tanggal 13 September 1999 telah mengeluarkan Deklarasi tentang Kultur Perdamaian, yang menyatakan bahwa: “culture of peace is a set of values, attitudes, traditions and modes of behaviour and ways of life based on respect for life, ending of violence and promotion and practice of non-violence through education, dialogue and cooperation”.

Sudah barang tentu kultur damai berlawanan dengan kultur kekerasan, yang dapat dikaji pada perbandingan berikut.

TABEL 1: PERBANDINGAN KULTUR DAMAI DAN KULTUR KEKERASAN

KULTUR DAMAI KULTUR KEKERASAN

Dikembangkan lewat pendidikan Dikembangkan dengan menggunakan kekuatan

Pemahaman, toleransi saling menghargai

Sama adalah kawan, berbeda adalah musuh

(12)

Kebebasan informasi Proaganda dan kontrol informasi Pelucutan senjata Pengembangan persenjataan

Meneguhan HAM Eksploitasi penduduk

Pembangunan berkelanjutan Eksploitasi sumber daya alam Kesetaraan perempuan dan lelaki Dominasi lelaki

Diharapkan dengan dikembangkannya kultur perdamaian pada semua jenjang pendidikan akan dapat diujudkan:

1. Kultur perdamaian menjadi nilai-nilai, sikap, dan perilaku warga masyarakat, kelompok kelompok dan masyarakat dan bangsa sebagai kesatuan.

2. Penghapusan segala bentuk deskriminasi terhadap perempuan.

3. Jaminan penghargaan terhadap anak-anak dan melindungi hak hak anak-anak.

4. Jaminan memajukan demokrasi dan peningkatan pelaksanaan hak-hak asasi manuisa.

5. Peningkatan kemampuan dan ketrampilan memecahkan perbedaan dengan cara cara damai, seperti dialog, negosiasi, mengembangkan konsensus.

6. Peningkatan pembangunan ekonomi sosial yang berkelanjutan. 7. Kebebasan menjalankan agamanya.

8. Kebebasan dan kemudahan menjalankan usaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

(13)

membangun budaya perdamaian adalah warga masyarakat itu sendiri, lewat mereka hubungan yang penuh kedamaian dapat diciptakan. Mendidik warga masyarakat menjadi aktivis membangun perdamaian adalah penting.

PENDIDIKAN PERDAMAIAN

Pendidikan perdamaian adalah didasarkan pada flsafat bahwa mengajarkan anti kekerasan, cinta, menyayangi, mempercayai, keadilan, kerjasama, adalah penting untuk kehidupan keluarga, bahkan untuk seluruh kehidupan alam semesta ini. Di samping itu guna memujudkan kehidupan yang damai warga masyarakat khususnya para pesertadidik memerlukan penguasaan ketrampilan yang diperlukan, seperti, berkomunikasi, mendengarkan, memahami berbagai perpektif, kerjasama, pemecahan masalah, berpikir kritis, mengambil keputusan, memecahkan konfik dan tanggung jawab sosial.

(14)

ini. Pendapat senada bahkan cenderung mendukung, sembari mengingatkan, dikemukakan oleh Bar-Tal (1999) dengan pernyataannya meski pendidikan perdamaian telah tumbuh berkembang, tetapi program pendidikan perdamaian secara praktis memerlukan melibatkan berbagai komponen pendidikan.

Menurut Ardizzone, sebagaimana dikutip Harris (2004) kajian pendidikan perdamaian pada awalnya mengkaji sebab perang dan bagaimana cara menghindarinya. Untuk itu perlu dididik warga masyarakat yang mau dan mampu mempersiapkan sistem anti perang secara struktural, baik dalam skop nasional maupun internasional. Kemudian Danesh & Danesh (2004) memperluas kajian sehingga pendidikan perdamaian mencakup: a)menjelaskan akar dari kekerasan, b)mengajarkan bagaiman menemukan alternatif dari kekerasan, c)mengungkap berbagai bentuk dari kekerasan, d)mengkaji proses perdamaian yang memiliki banyak variasi sesuai dengan konteks, dan, e)menguraikan realitas konfik.

(15)

Cabezudo (2002), yang menyatakan bahwa tujuan utama pendidikan perdamaian adalah menghapuskan ketidakadilan sosial, penolakan terhadap kekerasan dan menghilangkan peperangan.

Pendidikan perdamaian sebagaimana dikemukakan oleh Loreta Navarro and Jasmin Nario (2008) merupakan upaya memberdayakan penduduk dengan dilengkapi ketrampilan, sikap dan penghetahuan bertujuan untuk:

1. Mengembangkan, menjaga dan memperbaiki hubungan dan interaksi antar warga masyarakat.

2. Mengembangkan pendekatan positif dalam menangani konfik konfik, mulai dari konfik individual sampai konfik internasional. 3. Menciptakan lingkungan yang aman, baik fsik maupun emosional, yang mempengaruhi individu individu.

4. Menciptakan dunia yang aman berdasarkan keadilan dan hak hak asasi.

5. Membangun suatu lingkungan yang terus bertumbuh dan menjaga dari eksploitasi dan peperangan.

Ahli lain, Gavriel Salomon(2002) setelah mengkaji berbagaiu kegiatan pendidikan perdamaian, sampai pada keismpulan bahwa program pendidikan perdamaian yang ada selama ini dapat di klasifkasi ke dalam empat kategori:

1. Pendidikan perdamaian mengutamakan pada perubahan pola perilaku

2. Pendidikan perdamaian mengutamakan pada pengembangan ketrampilan yang diperlukan dalam memecahkan konfik

(16)

4. Pendidikan perdamaian yang menekankan pada memajukan kultur perdamaian.

Gagasan pendidikan perdamaian semakin mengerucut jelas sebagaimana oleh salah seorang pedagog, Fountain (1999, 1) dirumuskan pendidikan perdamaian sebagai:

“...the process of promoting the knowledge, skills, attitudes and values needed to bring about behaviour changes that willl enable children, youth and adults to prevent confict and violence, both overt and structural; to resolve confict peacefully; and to create due conditions conducive to peace, whether at an intra-personal, inter-personal, inter-group, national or international level”.

(17)

Pendapat diatas didukung oleh hasil kajian pustakan yang dilakukan Loreta Navaro & Jasmin Naro (2008) yang menyimpulklan antara lain, bahwa

1. Saling hormat menghormati diantara warga bermasyarakat termasuk warga sekolah merupakan suatu keharusan bagi perkembangan intelektual seseorang.

2. Ada hubungan yang signifkan antara stress dan daya ingat seseorang.

3. Terdapat kaitan antara keberhasilan dalam belajar dengan keberhasilan mengembangkan kerjasama dengan sesama pesertadidik.

Pendidikan perdamaian mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang kemudian akan mengubah perilaku individu kearah penghilangan kekerasan. Outcome pendidikan perdamaian adalah siswa mengidentifkasi dirinya dengan kehidupan yang damai, bagaimana menolak konfik, menghindari dari dan mencegah konfik, memahami akar penyebab konfik dan dan memecakannya dengan jalan damai, seperti dialog dan negosiasi. Transformasi akan terjadi dengan mengembangkan kesadaran pada diri setiap persertadidik dan pemahaman bagaimana melakukan perubahan. Dengan demikian pendidikan perdamaian dapat disebut sebagai pendidikan transformatif, Sebagai pendidikan transformatif, pendidikan perdamaian berarti mengembangkan proses pembelajaran yang bersifat holistik, yang bertujuan mengembangkan keutuhan pada diri setiap pesertadidik: kognitif, sosial, moral, estetika, dan fsik.

(18)

kultur perdamaian atau kultur hidup damai di kalangan pesertadidik, khususnya, dan masyarakat luas pada umumnya. Sebagai suatu bentuk pendidikan mesti dikembangkan sesuai dengan prinsip prinsip pendidikan, salah satunya adalah anti indoktrinasi. Peserta didik memiliki kebebasanm untuk memahami, mengevaluasi dan mengkritisi pendidikan perdamaian dan kultur damai tersebut.

Dari berbagai konsep dan defnisi diatas dapat dirumuskan Pendidikan perdamaian adalah pendidikan yang dirancang untuk mengembangkan budaya damai. Pendidikan perdamaian mengembangkan pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai-nilai yang mengubah perilaku individu kearah penghilangan kekerasan dalam kehidupan bermasyarakat. Perubahan akan terjadi dengan mengembangkan kesadaran dan pemahaman bagaimana melakukan perubahan. Dengan demikian, pendidikan perdamaian akan memberikan tantangan bagi indivdu guna melakukan aksi yang memungkinkan warga masyarakat menciptakan suatu sistem dan kondisi yang mendorong tindakan anti kerasan, keadilan, dan merawat lingkunga hidup dan nilai-nilai perdamaian lainnya.

(19)

pembelajaran pengembangan pengetahuan dan sikap, dan, kultur perdamaian yang akan terjabarkan dalam perilaku damai.

(20)

pendidikan memerlukan kekuatan pisik yang prima. Antara otak dan tubuh harus serasi. Aestetika atau keindahan merupakan salah satu kunci dalam eksistensi kehidupan kemanusiaan, yang akan mewujudkan kehidupan yang harmnois, damai dan bahagia. Pendidikan perdamaian pada akhirnya akan mengantarkan pesertadidik menuju kehidupan yang bermartabat, bahagia lahir dan bathin. Pencapaian kehidupan yang bermartabat, bahagia lahir dan bathin, memerlukan kesadaran untuk apa hidup dan bagaimana seharusnya hidup itu. Oleh karena itu, dengan pendidikan perdamaian, pesertadidik harus memiliki pemahaman dan kesadaran untuk apa belajar dan harus bagaimana belajar itu. Pemahaman dan kesadaran tersebut merupakan inti dari spiritualitas. Pesertadidik yang memiliki kedalaman spiritualitas akan dapat memaknai pendidikan perdamaian dalam perilaku damai dna mengajak lingkungan hal yang sama. Puncak dari spiritualitas dan merupakan kesatuan dari enam aspek pesertadidik akan terujud dalam bentuk semangat kemanusiaan, semangat menjalani hidup dan kehidupan yang bermartabat, kehidupan yang menjauhi tindak kerasan. Menjadi seseorang yang senantiasa menekankan sikap dan tindakan anti kekerasan dalam menjalani kehidupan, seseorang yang senantiasa mendahulukan cara cara damai dalam memecahklan setiap persoalan kehidupan, merupakan cermin dari kemulyaan martabat manusia.

Kehidupan pesertadidik dalam proses pendidikan perdamaian dapat dianalisis berdasarkan kesatuan pengetahuan dari ilmu psikologi, flsafat dan agama, yang akan terujud pada kemampuan dan kapasitas pesertadidik yang mencakup kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan, keindahan cinta kasih dan kemauan atau nafsu. Kesemuanya itu akan terujud dalam, tiga aspek kehidupan: tubuh, pikiran dan jiwa.

(21)

semua mahluk hidup. Apapun mahluk hidup pasti memiliki tubuh, dan semua tubuh memiliki kesamaan. Jadi antara binatang dan manusia, berdasarkan perspektif tubuh adalah sama. Pikiran juga dimiliki oleh sebagian mahluk hidup, tidak hanya manusia. Hanya apabila dilihat dari potensi keberadaan pikiran manusia menempati derajat paling tinggi, baik dalam arti kondisi maupun dalam potensi untuk berkembang. Sedangkan jiwa hanya dimiliki oleh mahluk manusia. Oleh karena itu, jiwalah yang akan bisa membedakan hakekat manusia dengan mahluk bukan manusia. Pendidikan perdamaian akan menyentuh dan mengembangkan ketiga aspek manusia tersebut secara serasi dan harmonis. Pendidikan yang bisa mengembangkan secara serasi dan harmonis ketiga dimensi kehidupan: tubuh, pikiran dan jiwa, akan bisa mengembangkan potensi yang dimiliki manusia: pengetahuan, cintakasih dan kemauan atau nafsu. Dalam konteks proses pendidikan perdamaian, ketiga dimensi tersebut bisa diujudkan dalam tubuh, otak dan hati. Keterpaduan dan keharmonisan tiga dimensi tersebut merupakan akar tumbuhnya budaya perdamaian.

(22)

berbagai bagian dalam sistem dan hubungan dengan sistem eksternal. Participatory memiliki arti bahwa siapapun yang terlibat dalam pembelajaran perdamaian akan memiliki hubungan yang amat dekat dengan lingkungan pembelajaran yang ada. Non-linearity merujuk bahwa sistem pembelajaran perdamaian bersifat terbuka, dengan pola interaksi yang kompleks, terdapat sistem umpan balik yang dinamis, muncul; sistem yang mengorganisir diri sendiri secara otomatis, dan sifat hubungan tidak linier langsung melainkan bersifat dialetik. Hal ini menyebabkan praktik pendidikan perdamian sangat variatif kontekstual sesuai dengan kondisi dan lingkungan yang ada.

Pembelajaran dalam pendidikan perdamaian menekankan lahirnya pesertadidik yang memiliki kepribadian mandiri, memiliki penghayatan hidup damai, senantiasa menekankan pada kebajikan dan refektif, serta memilih sifat jujur alami tidak dibuat-buat. Disamping itu, pendidkan perdamaian menekankan pada keutuhan pada diri pesertadidik, kreativitas, dan transformatif serta bertanggung jawab. Prosedur pembelajaran dalam pendidikan perdamaian adalah mengenalkan kepada pesertadidik pengetahuan yang relevan, mengangkat mempertanyakan nilai-nilai dan menggunakan diskusi dan bentuk partisipasi yang lain guna melibatkan pesertadidik secara aktif dalam proses pembelajaran, dengan tekanan agar terjadi internalisasi nilai-nilai dan sikap petamaian dalam diri individu pesertadidik.

(23)

dalam kehidupan bermasyarakat. dan pada level perilaku adalah mengembangkan tindakan menegakan perdamaian.

Berdasarkan bahasan diatas, dapat diujudkan pada gambar 1 yang menunjukan bagaimana dinamika kemulyaan martabat manusia sangat tergantung dengan keberadaan perilaku damai. Perilaku damai sendiri tidak datang dengan tiba –tiba melainkan muncul berakar dari adanya kultur damai. Kultur damai juga tidak muncul secara tiba tiba melainkian hasil proses panjang dan rekaya saya pendidikkan perdamaian.

(24)

Pendidikan perdamaian mengembangkan etika dan nilai-nilai tidak hanya untuk hal hal yang bersifat fsik manusiawi, tetapi juga untk kebaikan dalam bebagai, seperti, hormat terhadap martabat manusia, tindak tanpa kekerasan, keadilan dan mencintai empati kepada sesama. Semua itu merupakan prinsip kehidupan yang didorong untuk diinternalisasi pada setiap diri individu karena akan membawa kedamaian hidup.

Sudah barang tentu membahas pendidikan, termasuk pendidikan perdamaian tidak bisa melepaskan dari pembahasan kurikulum. Setiap kurikulum mengandung apa yang akan disampaikan atau diajarkan kepada pesertadidik dan bagaimana menyampaikannya. Bagaimana menyampaikan atau delivery instructional system sudah dibahas dibagian depan. Pertanyaanya apakah materi yang akan disampaikan dalam pendidikan perdamaian. Beberapa pengetahuan dan materi pembelajaran yang dapat diintegrasikan kedalam pendidikan perdamaian antara lain:

1. Konsep holistik perdamaian

2.Konfik dan kekerasan

3.Beberapa altertnatif damai

4. Perlucutan senjata

5. Tanpa kekerasan

6. Resolosi ttansformasi dan preventif konfik

(25)

Sedangkan aspek aspek nilai dan sikap yang perlu untuk dkembangkan

1. Self-respect, Respek pada fhak lain, Respek terhadap kehidupan lingkungan.

2. Kesetaraan gender.

3. Berkaitan denghan kehidupan global: globalisasi, ekologi, kerjasama global, keterbukaan dan toleransi, keadilan global, tanggung jawab sosial dan visi kedepan

Berkaitan dengan Ketrampilan khas perdamaian, pendidikan perdamaian perlu mengembanghkan pada diri pesertadidik kemampuan untuk melakukan: Refeksi, Berpikir kritis analitis, penghambilan keputusan, imaginasi, komnunikasi, resolusi konfik, empati dan mengembangkan kelompok.

Dalam dunia pendidikan, betapapun bagus kebijakan yang ada, semuanya akan terpulang pada kondisi sekolah dan apa yang berlangsung di sekolah. Kenyataan ini mengajarkan kepada kita semua bahwa pada akhirnya makna pendidikan perdamaian adalah terletak pada level sekolah. Sebagaimana dikemukakan diatas, pada level sekolah memiliki variasi dan karakteristik yang ber beda beda yang membawa implikasi bentuk dan warna pendidikan perdamaian juga akan berbeda beda, baik antar bangsa maupun berbeda beda dalam satu bangsa.

(26)

siswa dengan penjaga sepeda, dan sebagainya. Setiap interaksi akan menimbulkan enerji. Interaksi yang positif akan menimbulkan enerji positif yang akan mendukiung terciptanya sekolah yang aman dan damai. Sebaliknya, interaksi negatif akan menimbulkkan enerji negatif yang akan mendorong munculnya kekerasan di sekolah.

Interaksi positif akan muncul manakala warga sekolah yang dewasa, khususnya guru dan kepala sekolah, dalam berinteraksi dengan siswa senantiasa mengaktifkan persepsi positif atas siswa. Mengaktifkan persepsi positif memiliki arti manakala ketemu dan atau berinteraksi dengan siswa guru atau kepala sekolah senantiasa melihat dan menekankan dimensi positif yang dimiliki oleh siswa. Bukan sebaliknya, menonjolkan sisi negatif dari siswa. Persepsi yang baik ini akan mempengaruhi sikap dan perilaku guru dan kepala sekolah selanjutnya, yang akan menguntungkan untuk perkembangan budaya damai siswa.

Apa yang terjadi pada level sekolah akan memiliki kaitan dengan apa yang terjadi pada level kelas. Diantara dua level ini senantiasa terjadi interaksi yang berisfat kausalitas. Sekolah mesti dapat memastikan bahwa pada level kelas berjalan proses pendidikan perdamaian. Salah satu kondisi yang diperlukan untuk memulai pendidikan perdamaian pada level kelas adalah terciptanya zone damai pada setiap kelas, yang memiliki ciri sebagai berkut:

1. Dalam kelas senantiasa hanya satu orang yang berbicara, dan yang lain menjadi menjadi pendengar yang baik.

2. Senantiasa bersifat inklusif. 3. Siapapun berbicara seperlunya. 4. Berbicara dengan sopan.

5. Menunjukan saling hormat menghormati.

(27)

7. Senantiasa mendahulukan kerjasama dari pada bersaing.

8. Senantiasa terbiasa memncari upaya pemecahan secara konstruktif tanpa kekasrasan.

9. Membiasakan berkomunikasi dengan bahasa dan gaya tubuh yang bersahabat.

10. Membiasakan menggunakan pola bahasa yang positif dari pada negatif.

PENUTUP

Tidak adanya persetujuan umum atas pendekatan dan konsep menangani perdamaian bukan hanya satu satunya penyebab banyaknya konfik dan kekerasan antar bangsa dan dalam suatu bangsa, sebagaimana yang ada pada bangsa Indonesia. Penyebab penting adalah tidak adanya pendidikan perdamaian yang diberikan kepada para peserta didik sebagai generasi baru bangsa. Tidak adanya pendidikan perdamaian sungguh amat mempengaruhi munculnyan kekerasan di setiap generasi baru. Oleh karena itu, sudah semestinya, perlu dirancang dan dirintis program pendidkan perdamaian.

(28)

Pendidikan perdamaian merupakan suatu proses transformatif holistik yang bertujuan menanamkan nilai-nilai, mengembangkan pengetahuan dan sikap, ketrampilan serta perilaku untuk senantiasa hidup harmonis pada diri sendiri, harmonis dengan orang lain dan harmonis pula dengan lingkunan alamnya. Nilai yang paling penting yang dihasilkan oleh pendidikan perdamaian adalah kemampuan untuk menjadi diri sendiri yang memiliki tanggung jawab menyalakan api untuk menerangi jalan menuju kehidupan yang damai.

(29)

DAFTAR PUSTAKA

Barnaby, F. (Ed.) (1989). The Gaia peace atlas. New York: Doubleday.

Bar-Tal, D. (1999) The elusive nature of peace, in: A. Raviv, L. Oppenheimer & D. Bar-Tal (Eds) How children understand war and peace (San Francisco, CA, Jossey-Bass).

Danesh, H. B. ( 2006, March) Towards an integrative theory of peace education. Journal of Peace Education Vol. 3, No. 1, pp. 55–78

Danesh. H. B. (2002, September) Education for Peace: breaking the cycle of violence. A Paper presented at: African Civil Society Organization and Development: re-evaluation for the 21st century (New York, Ofce of Social and Economic Development, United Nations) pp. 32–39.

Danesh, H. B. & Danesh R. (2004) Confict-free confict resolution (CFCR): process and methodology, Peace and Confict Studies, Vol. 11(2), 55–84. Fountain, S. (1999). Peace education in UNICEF. United Nations Children's Fund Programme Publications.

Galtung, J. & Jacobsen, C. G. (2000) Searching for peace: the road to TRANSCEND (London, Pluto Press).

Harris, Ian, M. (2004, March) Peace education theory. Journal of Peace Education. Vol. 1:1, pp. 5-20

Jardine, David. (2000). Under the Tough Old Stars: Ecopedagogical Essays. Brandon, VT: Foundation for Educational Renewal.

Kessler, Rachael (2000). The Soul of Education: Helping Students Find Connection, Compassion and Character at School. Alexandria, VA: ASCD.

(30)

Mische, P. (1987). The earth as peace teacher. A Paper. International institute on peace education. Manila.

Nava, Ramon, Gallegos (2003) Conscious Evolution through Holistic Education. An Integrated Model of Holistic Education. A Paper.

O’Kane, M. “Peace: The Overwhelming Task,” Veterans for Peace Journal, (Winter 1991-92), Issue no.19, p.3.

Reardon, B. (1988). Comprehensive peace education. New York: Teachers College, Columbia University.

Reardon, B. and Cabezudo, A. (2002). Learning to abolish war: teaching toward a culture of peace. New York: Hague Appeal for Peace.

Salomon, G. (2002) The nature of peace education: not all programs are equal, in: G. Salomon & B. Nevo (Eds) Peace education: the concept, principles, and practices around the world (New York, Lawrence Erlbaum) pp. 3–14.

Sastraprateja, S.J. (1992) Konsepkualitas dan martabat manusia: Konsep budayawan dan masyarakat. Dalam Pembangunan Martabat manusia. Peranan ilomu ilmu sosial dalam pembangunan diedit oleh Sofan Effendi, Syafri Sairin, M. Alwi Dahlan. Yogyakarta: Gajah Mada Universwity Preess, 59-63.

Tricia S. Jones, Tricia S. (2001) Making Peace in Our Schools: Confict Resolution Education and the Department of Peace. A Paper.

UNESCO (1998) Transdisciplinary project. Towards a culture of peace.

Available online at:

http://www.unesco.org/cpp/uk/projects/infoe.html (diunduh 9 Mei 2016

(31)

Gambar

TABEL 1: PERBANDINGAN KULTUR DAMAI DAN KULTUR KEKERASAN

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian pada penelitian ini adalah penelitian lapangan ini bersifat kualitatif, dengan teknik pengumpulan data melalui wawancara, observasi dan dokumentasi,

UT Go Green: Model Pendidikan Karakter di Universitas Terbuka Dengan demikian, UT akan berperan serta dalam menjaga lingkungan hidup dan mengurangi pemanasan global

Lendutan Teoritis ≥ Lendutan Aktual Berdasarkan hasil perhitungan Persaman 6, lendutan yang terjadi pada rangka memiliki nilai yang lebih kecil dibandingkan dengan batas

 Dengan adanya simulasi perbedaan temperatur awal yang masuk maka dapat disimpulkan bahwa semakin besar nilai temperatur awal yang masuk maka semakin besar nilai

Tingginya nilai indeks keanekaragaman pada Stasiun 1 diduga karena, aktifitas masyarakat tidak terlalu banyak mempengaruhi ekosistem padang lamun di lokasi

Pelibatan masyarakat di perpustakaan bisa diartikan sebagai kegiatan di perpustakaan untuk memfasilitasi kebutuhan masyarakat melalui penyediaan informasi yang luas

Meminta izin kepada Bapak/Ibu Dosen Pengajar bahwa pada hari Rabu, 9 Juni 2019, saya tidak dapat mengikuti jam perkuliahan dikarenakan saya sedang ada keperluan mengurus SIM

Setelah melakukan pengolahan data rekaman gempa bulan April - Mei 2012, didapatkan 24 gempa Va, 99 gempa Vb, 9 gempa tektonik, dan 2 gempa monokromatik. Pada