• Tidak ada hasil yang ditemukan

Best Practic Syarif WI LPMP 2017 (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Best Practic Syarif WI LPMP 2017 (1)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 1 PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN IPA SMP BERBASIS PEMECAHAN MASALAH DALAM MENINGKATKAN

FASILITASI PEMBELAJARAN SAINTIFIK

Oleh: Syarifuddin

Abstrak: Pembelajaran ilmu pengatahuan alam (IPA) SMP di Kota Padang pada sekolah implementasi Kurikulum 2013 seyogyanya telah dilaksanakan dengan pendekatan saintifik. Hasil pengamatan terhadap pelaksanan implementasi kurikulum di lapangan menunjukkan guru mengalami beberapa kesulitan dalam melaksanakan pendekatan saintifik. Pendekatan saintifik bisa diwujudkan melalui pembelajaran berbasis pemecahan masalah yang difasilitasi perangkat pembelajaran sebagai pendukung yang bisa digunakan oleh guru IPA. Pengembangan ini bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran berupa RPP, buku peserta didik, lembar kegiatan peseta didik (LKPD) dengan kategori valid, dan praktis. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan untuk pembelajaran berbasis pemecahan masalah. Perangkat dikembangkan dengan menerapkan langkah pengembangan Plomb yang terdiri atas (1) fase investigasi awal (preliminary investigation), (2) fase desain (design), (3) fase realisasi/kontruksi (realization/ construction), (4) fase tes, evaluasi dan revisi (test, evaluation dan revition). Dari pengembangan yang dilaksanakan, dihasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah untuk kelas VII SMP yang valid dan praktis. Perangkat pembelajaran yang dihasilkan berupa buku peserta didik, LKPD, RPP melalui 4 fase pengembangan yaitu: (1) investigasi awal, (2) perancangan, (3) realisasi, (4) pengujian, evaluasi dan revisi. Melalui implementasi di SMP 12 Padang terbukti bahwa perangkat pembelajaran IPA yang dikembangkan dapat meningkatkan fasilitasi terlaksananya pendekatan saintifik dan pemecahan masalah dalam pembelajaran.

(2)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 2 PENDAHULUAN

Penerapan standar isi, proses dan penilaian di SMP masih memiliki banyak persolan. Sesuai dengan rehulasi yang ada dalam Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudayaan, mata pelajaran IPA diajarkan secara terpadu. Dengan demikian pembelajaran IPA tidak dibagi kedalam pembelajaran biologi, kimia dan fisika secara terpisah seperti sebelumnya. Pembelajaran terpadu sebenarnya merupakan salah satu model yang dianjurkan untuk diaplikasikan pada semua jenjang pendidikan, mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD/MI) sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA/MA). Pembelajaran terpadu pada hakikatnya merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan peserta didik baik secara individual maupun kelompok, aktif mencari, menggali, dan menemukan konsep serta prinsip secara holistik dan autentik (Depdikbud, 1996:3).

Cara pengemasan pembelajaran yang dirancang guru sangat berpengaruh terhadap kebermaknaan pengalaman belajar bagi para peserta didik. Pengalaman belajar yang mengaitkan unsur-unsur konsep akan menjadikan proses pembelajaran lebih efektif. Kaitan konseptual yang dipelajari peserta didik dengan bidang kajian yang relevan akan membentuk skema (konsep), sehingga memperoleh keutuhan dan kebulatan pengetahuan. Perolehan keutuhan belajar, pengetahuan, serta kebulatan pandangan tentang kehidupan dan dunia nyata hanya dapat direfleksikan melalui pembelajaran terpadu.

(3)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 3 mengimplementasikan pendekatan saintifik. Hasil penelitian ini juga menunjukkan guru belum menggunakan hypermedia untuk mendukung proses pembelajaran.

Menanya (questioning) merupakan kegiatan pembelajaran, yang meminta peserta didik untuk mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tentang apa yang diamati (mulai dari pertanyaan faktual sampai pada pertanyaan yang bersifat hipotetik) (Lampiran iv Permendikbud 81A tahun 2013). Sesuai deskripsi ini, maka dalam hal ini yang mengajukan pertanyaan adalah peserta didik, guru menfasilitasi agar peserta didik bisa, dan terbiasa mengajukan pertanyaan.

Menanya merupakan salah satu keterampilan proses sains. Termasuk dalam kegiatan menanya diantaranya adalah mengajukan pertanyaan meliputi mengajukan pertanyaan apa, mengapa, bagaimana; mengajukan pertanyaan untuk meminta penjelasan; serta mengajukan pertanyaan yang bersifat hipotetik. Proses sains merupakan keterampilan oleh sebab itu perlu dilatihkan kepada peserta didik, begitu juga dengan menanya. Permasalahan di lapangan adalah guru belum terbiasa dengan kegiatan menanya. Hasil penelitian Alberida, dkk., (2014) juga menunjukkan, kalaupun ada kegiatan menanya, namun pertanyaan yang diajukan oleh peserta didik tidak diarahkan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga pembelajaran tidak ada hubungan dengan pertanyaan yang muncul diawal.

(4)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 4 Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diidentifikasi bahwa permasalahan dalam implementasi kurikulum 13 diantaranya adalah sebagian besar guru belum mampu memfasilitasi kegiatan menanya dalam pendekatan saintifik, belum mampu memfasilitasi kegiatan mengamati yang sesuai dengan topik pembelajaran, dan pertanyaan yang diajukan dalam kegiatan menanya tidak terkait dengan topik yang akan dipelajari.

Rumusan masalah yang diajukan adalah, apakah desain pemecahan masalah dalam pembelajaran IPA dapat memfasilitasi terlaksananya pendekatan saintifik? Dan bagaimana proses pengembangan perangkat pembelajaran untuk implementasi kegiatan pemecahan masalah di kelas?

Diharapkan pengembangan ini mengasilkan perangkat untuk desain pembelajaran pemecahan masalah yang valid dan praktis, yang bermanfaat bagi guru IPA yang mengalami kesulitan memfasilitasi peserta didik untuk melaksanakan kegiatan menanya dan mengamati sesuai dengan topik pelajaran, dan dihasilkannya perangkat untuk desain pembelajaran pemecahan masalah dapat membantu guru IPA dalam mengimplemetasikan pendekatan saintifik terutama kegiatan menanya dan mengamati.

Agar terhindari dari pemaknaan yang berbeda, maka diberikan definisi operasional dari desain pembelajaran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah rancangan urutan pembelajaran dalam kelas, desain pembelajaran pemecahan masalah adalah langkah pembelajaran dengan urutan observation, problem awal, pengumpulan data, organisasi data, analisis /generalisasi data, mengkomunikasikan, dan perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah komponen pendukung agar desain pembelajaran terlaksana. Perangkat pembelajaran terdiri dari RPP, LKPD, buku peserta didik, media berbasis TI.

KAJIAN PUSTAKA

(5)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 5 Bahan ajar merupakan informasi, alat dan teks yang diperlukan guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar digunakan untuk membantu guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan peserta didik untuk belajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun tidak tertulis, yang disusun secara sistematis. Bahan ajar bisa berupa bahan cetak seperti: hand out, buku, modul, Lembar kegiatan peserta didik, brosur, leaflet, wallchart. Audio Visual seperti: video/film,VCD. Audio seperti: radio, kaset, CD audio. Visual seperti: foto, gambar, model atau maket. Multi media seperti: CD interaktif, computer based, internet. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah RPP serta bahan ajar berupa buku peserta didik, LKPD dan media berbasis TI.

RPP

RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: (1) identitas sekolah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar (Permendikbud nomor 22 tahun 2016). RPP menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai satu kompetensi dasar (KD) yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam silabus. Lingkup RPP paling luas mencakup 1 (satu) kompetensi dasar yang terdiri atas 1 (satu) indikator atau beberapa indikator untuk 1 (satu) kali pertemuan atau lebih (Dirjen PMPTK, 2008: 19-20).

Pelaksanaan pembelajaran dalam RPP sesuai dengan Permendikbud 22 tahun 2014, meliputi kegiatan pendahuluan, dalam kegiatan pendahuluan, guru: 1. mengkondisikan suasana belajar yang menyenangkan; 2. mendiskusikan kompetensi yang sudah dipelajari dan dikembangkan sebelumnya berkaitan dengan kompetensi yang akan dipelajari dan dikembangkan; 3. menyampaikan kompetensi yang akan dicapai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari; 4. menyampaikan garis besar cakupan materi dan kegiatan yang akan dilakukan; dan 5. menyampaikan lingkup dan teknik penilaian yang akan digunakan.

(6)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 6 pemecahan masalah. Kegiatan pembelajaran dikembangkan untuk memotivasi peserta didik agar berpartisipasi aktif. Kegiatan pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik. Dalam setiap kegiatan pembelajaran guru harus memperhatikan perkembangan sikap peserta didik pada kompetensi dasar dari KI-1 dan KI-2.

Kegiatan penutup terdiri dari: kegiatan guru dan peserta didik yaitu: (a) membuat rangkuman pelajaran; (b) melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudah dilaksanakan; (c) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran; dan kegiatan guru yaitu: (a) melakukan penilaian; (b) merencanakan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pembelajaran remedial, program pengayaan, memberi tugas individual atau kelompok; dan (c) menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan berikutnya.

Buku Peserta didik

Buku peserta didik termasuk dalam buku teks pelajaran. Menurut PP Nomor 32 Tahun 2013, Pasal 1 Ayat 23 dinyatakan bahwa, buku teks pelajaran adalah sumber pembelajaran utama untuk mencapai Kompetensi Dasar dan Kompetensi Inti. Selanjutnya dalam Permendiknas Nomor 2 Tahun 2008 dijelaskan bahwa buku teks pelajaran yang selanjutnya disebut buku teks adalah buku acuan wajib yang digunakan pada satuan pendidikan yang memuat materi pembelajaran dalam rangka peningkatan keimanan, ketakwaan, akhlak mulia, dan kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, peningkatan kepekaan dan kemampuan estetis, peningkatan kemampuan kinestetis dan kesehatan yang disusun berdasarkan standar nasional pendidikan.

(7)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 7 masalah yang membutuhkan sumber lainnya); g. Perlu didahului dengan menuliskan rumusan masalahnya dengan jelas sebelum mencari cara penyelesaiannya; h. Menekankan pentingnya proses bukan hasil, melalui perumusan prosedur dalam pemecahan masalah. Untuk matematika, sampai menekankan pentingnya algoritma pemecahan masalah; i. Menekankan penggunaan bahasa yang jelas, logis, sistematis; j. Keterampilan tidak selalu dalam ranah abstrak, tetapi juga harus karya konkret dan dalam bentuk tindakan nyata; dan k. Menekankan pada high order thingking (melalui merekonstruksi permasalahan) (Kemendikbud, 2015).

Buku teks pelajaran yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah buku peserta didik. Sesuai dengan Kemendikbud (2015), buku peserta didik memiliki beberapa aspek sebagai berikut: a. Buku peserta didik merupakan buku panduan sekaligus buku aktivitas yang akan memudahkan peserta didik terlibat aktif dalam pembelajaran; b. Buku peserta didik dilengkapi dengan penjelasan rinci tentang isi dan penggunaan buku; c. Kegiatan pembelajaran yang ada pada buku peserta didik merupakan contoh yang dapat dipilih guru dalam melaksanakan pembelajaran; d. Buku peserta didik berbasis kegiatan (activity based) sehingga memungkinkan peserta didik melengkapi materi dari berbagai sumber; e. Peserta didik dan guru dapat mengembangkan atau menambah kegiatan sesuai kondisi dan kemampuan sekolah, guru, dan peserta didik, agar memiliki pemahaman lebih terhadap pengetahuan yang dipelajari, keterampilan yang dilatih, serta sikap yang dikembangkan; f. Kegiatan dalam buku memaksimalkan potensi semua sumber belajar yang ada di lingkungan sekitar; dan g. Pada beberapa bagian dalam buku peserta didik diberi ruang bagi peserta didik untuk menulis laporan, kesimpulan, penyelesaian soal, atau tugas lainnya.

Buku peserta didik umumnya memuat hal-hal berikut, yaitu: judul bab, informasi kompetensi dasar yang sesuai dengan topik. Pada setiap bab dilengkapi dengan pengantar, kegiatan peserta didik (eksperimen, non eksperimen atau diskusi), latihan soal, rangkuman, evaluasi, dan tugas untuk peserta didik.

LKPD

(8)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 8 petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Tugas-tugas yang diberikan kepada peserta didik dapat berupa teori dan atau praktik.

Langkah-langkah penulisan LKPD sebagai berikut: a. melakukan analisis kurikulum; KI, KD, indikator dan materi pembelajaran; b. menyusun peta kebutuhan LKPD; c. menentukan judul LKPD; d. menulis LKPD; dan e. menentukan alat penilaian. Struktur LKPD secara umum adalah sebagai berikut: a. Judul, mata pelajaran, semester, dan tempat; b. Petunjuk belajar; c. Kompetensi yang akan dicapai; d. Indikator; e. Informasi pendukung; f. Tugas-tugas dan langkah-langkah kerja; dan d. Penilaian. LKPD yang dikembangkan pada penelitian ini berisi tugas dan langkah kerja yang mengajak peserta didik untuk berlatih melakukan pemecahan masalah.

Problem solving merupakan keterampilan memecahkan masalah yang perlu

dikembangkan dalam diri setiap peserta didik. Keterampilan problem solving dapat dikembangkan melalui latihan. Peserta didik yang terampil dalam memecahkan masalah akan dapat menjadi manusia yang bertanggung jawab, berkemampuan tinggi, kreatif, inovatif, dan kreatif secara mandiri (Lufri, 2010: 30).

Ada dua alasan pentingnya pemecahan masalah dalam kegiatan belajar. Pertama, masalah dan pemecahannya merupakan bagian alamiah dari kehidupan manusia. Kedua, tingkat keberhasilan seseorang dalam kehidupannya mempunyai hubungan yang erat dengan keberhasilan dalam memecahkan masalah yang dihadapi (Sudjana. 2010: 116-117). Aktivitas dalam pembelajaran tidak hanya difokuskan pada upaya mendapatkan pengetahuan sebanyak-banyaknya. Kegiatan pembelajaran juga diharapkan menggunakan segenap pengetahuan yang didapat untuk menghadapi situasi baru atau memecahkan masalah-masalah khusus yang ada kaitannya dengan bidang studi yang dipelajari.

(9)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 9 Pemecahan masalah dapat juga dilakukan secara sistematis. Pemecahan masalah sistematis (systematic approach to problem solving) adalah petunjuk untuk melakukan suatu tindakan yang berfungsi untuk membantu seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan. Tahap-tahap pemecahan masalah secara sistematis adalah melalui memahami masalahnya, membuat rencana penyelesaiannya, melaksanakan rencana penyelesaiannya, dan memeriksa kembali, mengecek hasilnya.

Ada beberapa ragam pola yang dirumuskan oleh para ahli untuk menerapkan pendekatan pemecahan masalah (problem solving). Tahapan problem solving yang di kemukan oleh Gagne (1985) memiliki 4 tahapan, yaitu. penyajian masalah, mengidentifikasi masalah, memformulasikan hipotesis, dan pengujian hipotesis. Tahapan yang telah dikemukan oleh Gagne ini cenderung digunakan dalam melakukan eksperimen atau melakukan observasi (Lufri, 2010: 31).

IPA didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Trianto, 2012: 151). IPA berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Tujuan pembelajaran IPA terpadu di SMP atau MTs adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran, meningkatkan minat dan motivasi, dan beberapa kompetensi dasar dapat dicapai sekaligus (Trianto, 2012: 153-157).

Pendidikan IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung dalam pembelajaran untuk mengembangkan kompetensi agar peserta didik mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan melakukan sesuatu sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan bermakna tentang alam sekitar.

(10)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 10 Kegiatan pembelajaran IPA di sekolah dapat menerapkan metode ilmiah dengan membiasakan peserta didik melakukan kerja ilmiah. Menghadapkan peserta didik pada suatu permasalahan untuk mencari pemecahannya, dapat memotivasi peserta didik untuk melakukan kerja ilmiah dengan menerapkan metode ilmiah. Peserta didik yang dihadapkan pada suatu permasalahan dan memiliki kemampuan dalam memecahkannya, maka proses pembelajaran bisa dilakukan dengan melatihkan pemecahan masalah kepada peserta didik. Menurut Lufri (2003: 31) mengungkapkan tahapan pemecahan masalah adalah memahami masalah, merumuskan masalah dapat ditulis dalam bentuk kalimat tanya atau kalimat perintah, mengajukan beberapa alternatif pemecahan atau solusi masalah, dan memilih solusi yang paling tepat dan menguraikan rasionalnya sehingga masalah dapat dipecahkan.

Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan IPA para peserta didik telah menjadi suatu keharusan dalam pendidikan Indonesia. Pendekatan literasi telah menjadi pilihan dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan IPA peserta didik di seluruh dunia. Negara-negara OECD dan negara-negara Asia yang sudah maju, seperti Jepang, Korea, telah mengubah kurikulum dengan memberikan pengetahuan dan keterampilan pokok dalam mata pelajaran IPA yang lebih kontektual (Hayat, 2011: 314).

Hasil pengembangan dapat berupa perangkat pembelajaran. Memperoleh hasil produk yang bagus dan berkualitas maka perlu dilakukan penilaian. Ada tiga kriteria dalam penilaian produk pengembangan, yaitu: kevalidan, kepraktisan, dan efektivitas. Penilaian untuk produk buku ini, dibatasi pada uji validitas sampai uji praktikalitas.

Validitas merupakan suatu penilaian terhadap suatu produk hasil pengembangan. Validitas dalam penelitian pengembangan mencakup validitas logis yang meliputi validitas isi dan validitas konstruk. Validitas isi merupakan penilaian terhadap materi yang dibuat dalam produk yang dikembangkan, apakah telah sesuai dengan tuntutan kurikulum. Validitas konstruk maksudnya adalah menilai apakah isi dalam produk yang dikembangkan sudah konsisten. Hal ini sependapat dengan Depdiknas (2008: 28) yang menyatakan bahwa:

(11)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 11 Komponen kebahasaan antara lain mencakup: keterbacaan, kejelasan informasi, kesesuaian dengan kaidah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, pemanfaatan bahasa secara efektif dan efisien, artinya jelas dan singkat. Komponen penyajian antara lain mencakup: kejelasan tujuan atau indicator yang ingin dicapai, urutan sajian, pemberian motivasi, daya tarik, interaksi atau pemberian stimulus dan respon, dan kelengkapan informasi. Komponen Kegrafikaan antara lain mencakup, penggunaan font, jenis dan ukuran, layout atau tata letak, serta ilustrasi, gambar, foto, dan desain tampilan.

Produk hasil pengembangan harus memenuhi aspek kepraktisan dan keterlaksanaan produk tersebut. Angket uji praktikalitas berisi sejumlah pertanyaan yang berkaitan dengan produk yang dikembangkan. Angket juga memuat isian berupa saran dari guru dan peserta didik untuk bahan revisi sehingga buku menjadi praktis untuk digunakan dalam proses pembelajaran.

Produk yang dikembangkan dikatakan praktis jika para ahli dan praktisi menyatakan secara teoritis bahwa produk dapat diterapkan dilapangan dan tingkat keterlaksanan produk termasuk katagori baik. Istilah baik ini masih memerlukan indikator-indikator yang diperlukan untuk menentukan tingkat kebaikan dari keterlaksanaan produk.

Praktikalitas mengacu kepada kebergunaan atau keterpakaian suatu produk. Praktikalitas dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut. Praktikalitas yang diharapkan (expected practicality), suatu produk diharapkan dapat berguna sesuai dengan perencanaan ketika diuji cobakan. Jadi, pembuat produk harus menyusun produknya agar dapat digunakan di lapangan. Sehubungan dengan penelitian ini maka perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah yang dikembangkan diharapkan dapat menfasilitasi kegiatan menanya dan kegiatan mengamati dalam pendekatan saintifik.

Praktikalitas aktual (actual practicality), praktikalitas ini diketahui ketika produk telah diuji cobakan di lapangan. Praktikalitas aktual merupakan pembuktian dari praktikalitas yang diharapkan (Plomp dan Nieveen, 2013: 160). Praktikalitas perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah diketahui melalui uji coba dalam pelaksanaan pembelajaran di kelas.

METODE

(12)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 12 menggunakan model pengembangan Plomp. Pengembangan telah dilakukan di Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP) Sumatera Barat dan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Padang (UNP). Produk yang dihasilkan berupa perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah untuk peserta didik kelas VII SMP yang valid dan praktis. Pengembangan dilaksanakan bulan Maret sampai dengan Desember 2015

Data dalam pengembangan ini adalah data hasil uji validitas dan praktikalitas. Data ini termasuk data primer, yakni data yang diperoleh langsung dari subjek pengembanga. Adapun Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah instrumen validasi dan uji praktikalitas.

1. Instrumen validasi perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah untuk peserta didik kelas VII SMP diisi oleh validator yang terdiri dari akademisi dan praktisi pembelajaran IPA. Instrumen validasi ini berguna untuk mengevaluasi perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah yang telah dikembangkan. Validasi dilakukan untuk memeriksa kesesuaian perangkat dengan kurikulum yang berlaku, tata bahasa, penyajian, serta tampilan perangkat. Instrumen disusun menggunakan skala Likert

2. Instrumen uji praktikalitas perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah. Uji praktikalitas perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah dilakukan dengan menerapkan perangkat dalam pembelajaran di kelas, lalu diamati keterlaksanaan pembelajaran dengan menggunakan instrument keterlaksanaan pembelajaran. Instrumen validasi dan praktikalitas disusun menurut skala Likert dengan 4 alternatif jawaban, yaitu: SS (sangat setuju) dengan bobot 4, S (setuju) dengan bobot 3, TS (tidak setuju) dengan bobot 2, dan STS (sangat tidak setuju) dengan bobot 1

Perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah ini dikembangkan dengan menggunakan empat fase dari model Plomp yaitu: (1) fase investigasi awal (preliminary investigation), (2) fase desain (design), (3) fase realisasi atau kontruksi (realization/construction), (4) fase tes, evaluasi dan revisi (test, evaluation dan revition).

(13)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 13 pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013 di sekolah SBSNP, pengamatan peerteaching saat pelatihan implementasi Kurikulum 2013 di Kota Padang, dan analisis buku peserta didik untuk mengetahui permasalahan implementasi Kurikulum 2013 di sekolah.

b. Fase desain (design), bertujuan merancang perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah sebagai solusi dari permasalahan yang ada. Pada fase ini dilakukan perancangan dan pembuatan prototype atau kerangka perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah kelas VII SMP. Perangkat pembelajaran yang dikembangkan adalah RPP, buku peserta didik, LKPD, dan media berbasis IT. Beberapa rancangan buku yang perlu dibuat sebagai berikut.

c. Fase realisasi/konstruksi (realization/construction), dilakukan pembuatan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah. Buku peserta didik dan LKPD menggunakan aplikasi Microsoft Office Publisher 2007 pada komputer, langkah-langkahnya: menentukan pilihan jenis huruf, ukuran, dan warna yang akan digunakan, menyusun materi pelajaran IPA sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar, memilih gambar-gambar yang sesuai dengan jabaran materi, menyusun letak tampilan pemecahan masalah pada buku peserta didik, membuat petunjuk penggunaan buku peserta didik dan LKPD, menyusun letak tampilan spot teknologi, dan menyusun background dan layout buku, serta mencetak buku bagi peserta didik dan LKPD yang telah disusun.

d. Fase tes, evaluasi dan revisi (test, evaluation and revision), bertujuan untuk menghasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah yang valid dan praktis, untuk itu dilakukan validasi dan uji praktikalitas.

(14)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 14 M.Pd. Guru SMPN 8 Padang memvalidasi LKPD, dan Syafniwati B, S.Pd Guru SMPN 8 Padang memvalidasi buku peserta didik.

Setelah dilakukan revisi, perangkat diujicobakan di sekolah untuk mengetahui praktikalitas perangkat. Praktikalitas adalah tingkat kepraktisan saat digunakan dalam proses pembelajaran. Uji praktikalitas dilakukan dengan memberikan perangkat kepada guru dan 34 orang peserta didik kelas VII-7 SMPN 12 Padang. Uji praktikalitas dilakukan dengan langkah-langkah berikut ini:

1) Membagikan perangkat pada guru dan peserta didik. Perangkat untuk guru terdiri dari RPP, buku peserta didik dan LKPD. Perangkat yang dibagikan pada peserta didik terdiri dari buku peserta didik dan LKPD. LKPD dibagikan pada setiap peserta didik, sedangkan buku peserta didik dibagikan pada kelompok belajar yang terdiri dari 6 peserta didik. Setiap kelompok mendapat 2 buku.

2) Guru melaksanakan pembelajaran dengan desain pemecahan masalah dengan berpedoman pada RPP yang dikembangkan. Untuk membantu guru dalam pembelajaran dengan desain pemecahan masalah digunakan LKPD. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai urutan kegiatan dalam LKPD. Untuk memudahkan mengikuti pembelajaran peserta didik menggunakan buku peserta didik dan LKPD.

3) Keterlaksanaan pembelajaran serta keterpakaian perangkat diamati oleh observer. Bertindak sebagai observer adalah peneliti dan seorang guru IPA SMPN 12.

4) Keterlaksanaan RPP langsung diamati menggunakan kolom penilaian yang sudah ada dalam RPP. Sedangkan keterlaksanaan pembelajaran diamati menggunakan instrumen seperti terlampir.

Data penelitian dianalisis dengan analisis kualitatif dan kuantitatif. Data untuk tahap investigasi awal, desain, dan konstruksi dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Data dari tahap tes, evaluasi dan revisi, yakni validitas dan praktikalitas dianalisis secara kuantitatif.

(15)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 15 validator dengan menjumlahkan semua skor yang diperoleh dari masing-masing indicator; d. Menentukan skor yang diperoleh dengan menjumlahkan skor dari masing-masing validator; dan e. Penentuan nilai validitas dengan cara berikut ini:

Nilai validitas =

Memberikan penilaian validitas yang dimodifikasi dari Purwanto (2009: 82): 90% - 100% = sangat valid, 80% - 89% = valid, 65% - 79% = cukup valid, 55% - 64% = kurang valid, dan ≤ 54% = tidak dapat digunakan.

Praktikalitas perangkat dianalisis dengan persentase (%), menggunakan rumus: Nilai praktikalitas =

Setelah persentase diperoleh, dilakukan pengelompokkan sesuai kriteria yang dimodifikasi dari Purwanto (2009: 102-103) sebagai berikut: 90% - 100% = Terlaksana dengan sangat baik; 80% - 89% = Terlaksana dengan baik; 65% - 79% = Terlaksana; 55% - 64% = Kurang terlaksana; dan 0% - 54% = Tidak terlaksana.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan pengembanghan yang telah dilakukan, maka telah dihasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah. Berikut akan dijelaskan proses dan hasil pengembangan perangkat pembelajaran sesuai dengan tahap penelitian yang digunakan. Hasil Penelitian

Penelitian ini menggunakan tahapan penelitian pengembagan dari Plomp berupa (1) investigasi awal, (2) perancangan, (3) realisasi, (4) pengujian, evaluasi dan revisi. Berikut akan diuraikan proses dan hasil penelitian pengembangan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah.

1. Fase investigasi awal (preliminary investigation).

Pada fase ini dilakukan penelitian tentang pemahaman guru IPA terhadap kurikulum 2013, pengamatan pelaksanaan pembelajaran menggunakan Kurikulum 2013 di sekolah SBSNP, pengamatan peerteaching saat pelatihan implementasi Kurikulum 2013 di Kota Padang, dan analisis buku peserta didik untuk mengetahui permasalahan implementasi Kurikulum 2013 di lapangan. Berikut ditampilkan data investigasi awal.

(16)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 16 Gambar 1. Grafik pemahaman dan kemampuan guru menerapkan pendekatan saintifik

Pemahaman guru IPA Kota Padang terhadap pendekatan saintifik diteliti setelah guru menerima sosialisasi penerapan kurikulum 2013 selama 5 hari. Hasil dapat dilihat pada Gambar 1. Sesuai dengan grafik terlihat bahwa pemahaman guru terhadap pendekatan saintifik cukup tinggi. Lebih dari 80% guru IPA paham tentang konsep dan pengalaman belajar pada pendekatan saintifik. Sekitar 80% guru IPA paham implementasi dan tujuan pendekatan saintifik. Pada saat diamati dalam proses pembelajaran, ternyata pemahaman guru tidak sesuai dengan kemampuan penerapannya di kelas. Secara umum guru mengalami kesulitan pada kegiatan menanya (quetioning).

Hasil investigasi awal lebih lanjut menunjukkan sekitar 75% guru memfasilitasi kegiatan mengamati, baru 25% diantaranya yang mengaitkan kegiatan mengamati dengan kegiatan menanya. Hasil penelitian ini juga mengungkapkan dari kegiatan mengamati yang dilakukan, baru 25% guru menfasilitasi kegiatan mengamati sesuai dengan topik yang dipelajari. Berdasarkan penelitian ini terlihat bahwa guru masih kesulitan mengimplementasikan pendekatan saintifik.

(17)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 17 Hasil observasi yang dilakukan saat pembelajaran, selalu saja guru yang mengajukan pertanyaan. Guru belum mampu membimbing peserta didik agar mampu membuat pertanyaan sesuai pengamatan. Guru seharusnya memberi kesempatan peserta didik untuk menuliskan pertanyaannya, lalu menginventaris pertanyaan-pertanyaan yang diajukan. Berdasarkan pertanyaan ini dirumuskan masalah utama yang akan dicarikan solusinya dalam kegiatan mengumpulkan informasi, dan mengasosiasi. Kesimpulan kegiatan mengasosiasi harus merujuk pada masalah yang diajukan pada saat menanya, sehingga kegiatan mengamati sampai pada kegiatan mengasosiasi merupakan satu kesatuan yang utuh. Kalaupun ada kegiatan menanya, namun pertanyaan yang diajukan peserta didik tidak diarahkan pada pembelajaran yang akan dilaksanakan, sehingga pembelajaran tidak ada hubungan dengan pertanyaan yang muncul diawal.

Untuk membantu guru IPA agar dapat mengaplikasikan pendekatan saintifik di kelas perlu suatu desain pembelajaran yang dapat dijadikan pedoman. Guru IPA harus memahami bahwa penekanan pembelajaran IPA adalah pada pemecahan masalah dan kebiasaan berpikir yang mendorong peserta didik untuk memiliki rasa ingin tahu, kemauan bertanya, terbuka terhadap ide-ide serta melakukan eksplorasi, diskoveri, dan belajar dari kesalahan. Pemecahan masalah berangkat dari masalah yang harus dipecahkan melalui pengamatan, praktikum atau studi pustaka (Rustaman N., 2005:98). Oleh sebab itu urutan pemecahan masalah dapat dijadikan langkah dalam pembelajaran IPA. Melalui urutan pembelajaran pemecahan masalah diharapkan kesulitan gurun dalam memfasilitasi kegiatan menanya yang terkait dengan mengamati dapat diatasi. Untuk memudahkan guru mengimplementasikan desain pemecahan masalah dalam pembelajaran, maka dikembangkan perangkat pembelajaran berbasis pemecahan masalah.

(18)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 18 sel belum dimasukkan. Berdasarkan hal tersebut maka perangkat yang dikembangkan terdiri dari RPP, LKPD, buku peserta didik, dan media berbasis IT.

2. Fase perancangan

Setelah dilakukan investigasi awal, selanjutnya dilakukan perancangan prototype perangkat yang dikembangkan. Perancangan buku peserta didik, LKPD dan RPP mengacu pada Kurikulum 2013. Pada fase ini dirancang tampilan buku peserta didik, LKPD, dan RPP. Perancangan buku peserta didik meliputi cover depan, petunjuk penggunaan, cover bab, kompetensi inti dan kompetensi dasar, kegiatan pembelajaran yang disajikan dengan langkah-langkah pemecahan masalah, materi pelajaran, bagian spot teknologi, dan refleksi diri. Sedangkan perancangan LKPD meliputi cover depan, petunjuk penggunaan, cover bab, kompetensi inti dan kompetensi dasar, kegiatan peserta didik yang disajikan dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Sedangkan desain RPP sesuai dengan format RPP pada Permendikbud No 103 tahun 2014.

3. Fase realisasi

Hasil fase 1 dan 2 selanjutnya diarahkan pada fase realisasi produk berupa perangkat pembelajaran IPA. Kerangka prototype perangkat pembelajaran yang telah dibuat diwujudkan sebagai berikut:

a. Buku peserta didik

Pada fase ini dilakukan pembuatan buku peserta didik menggunakan aplikasi Microsoft Office Publisher 2007. Rancangan tampilan buku peserta didik yang telah dibuat sebelumnya kemudian diolah sehingga memiliki tampilan yang menarik. Buku peserta didik dibuat dengan penggunaan warna yang bervariasi. Tujuannya agar tampilan tidak terlihat membosankan dan meningkatkan minat peserta didik saat membaca buku. Tampilan buku peserta didik yang dikembangkan sebagai berikut:

1). Halaman sampul

(19)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 19 2). Isi buku

Isi buku pada tiap bab meliputi kegiatan mengumpulkan informasi melalui kolom “Ayo Bereksperimen” dengan warna biru. Selain itu ada kolom “berpikir kritis” berwarna coklat. Kolom berpikir kritis berisi masalah yang mengajak peserta didik berpikir dan mengemukakan rasional terhadap jawaban yang diberikan. Selanjutnya kolom “pojok problem solving” berisi langkah-langkah problem solving. Tiap bab juga dilengkapi dengan “spot teknologi”, yang berisi kaitan materi yang dibahas dengan teknologi; kolom info ilmuwan; dan kolom rangkuman. Judul sub bab diusahakan dalam bentuk masalah. Tampilan isi buku didominasi oleh warna latar putih, dengan page border warna hijau dan biru. Tulisan menggunakan fontMaiandra GD dengan ukuran 11 berwarna hitam.

Kolom “Mari Bereksperimen” merupakan bagian spesifik dari buku peserta didik ini, karena pada bagian ini peserta didik diajak untuk melakukan eksperimen sesuai dengan langkah-langkah pemecahan masalah. Pada kolom ini terdapat bagian penyajian masalah, identifikasi masalah, merumuskan hipotesis, menguji hipotesis. Pengenalan langkah-langkah pemecahan masalah dapat dipelajari peserta didik pada kolom ini.

Pada setiap bab buku juga tersedia kolom “spot teknologi”. Bagian ini merupakan upaya mengkaitkan konsep IPA yang sedang dibahas dengan teknologi yang digunakan manusia saat ini. Kolom ini merupakan upaya untuk memunculkan “salingtemas” (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat) dalam buku peserta didik ini.

Isi buku peserta didik dilengkapi dengan kolom “ info ilmuwan”. Kolom ini menampilkan ilmuwan yang terkait dengan materi yang dibahas pada bab bersangkutan. Melalui kolom “info ilmuwan” peserta didik diharapkan mengargai jasa ilmuwan yang berperan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan.

Buku peserta didik hendaknya mengacu pada kompetensi inti (KI), termasuk KI-1. Oleh sebab itu pada buku peserta didik ditambahkan kolom “refleksi diri”. Kolom refleksi diri menyajak peserta didik mensyukuri nikmat Tuhan YME, dikaitkan dengan materi yang baru saja mereka pelajari.

b. Lembar kegiatan peserta didik (LKPD)

(20)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 20 2007, Microsoft Office Word 2007, CorelDRAW X4 dan aplikasi pengolah gambar Microsoft Office Picture Manager.

1) Halaman sampul

Tampilan halaman sampul didominasi oleh warna latar putih, page border biru. Judul menggunakan font Bodoni MT Black dengan ukuran 18 berwarna hitam, sedangkan kelas dan semester ditulis menggunakan font Bigness dengan ukuran 28 dengan warna biru. Tampilan halaman sampul berisi gambar berbagai serat yang dikenal peserta didik, serta kolom identitas warna biru muda dan tulisan menggunakan font Comic Sans MS ukuran 11.

2) Isi LKPD

Tampilan isi Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD) didominasi oleh warna latar putih, dengan page border warna biru. Tulisan menggunakan font Maiandra GD dengan ukuran 11 berwarna hitam. Pada tiap LKPD menampilkan topik, tujuan pembelajaran, informasi pendukung, tahap problem solving, kegiatan mengumpulkan informasi, analisis data, masalah untuk didiskusikan, dan kesimpulan.

4. Fase tes, evaluasi dan revisi

Kegiatan pada fase ini adalah uji validitas, uji praktikalitas dan revisi produk. Validasi buku peserta didik dilakukan validator oleh 3 validator yang terdiri dari 2 orang dosen FMIPA UNP dan 1 orang guru IPA SMP Negeri 8 Padang. Validasi produk dilakukan dengan memberikan buku peserta didik beserta instrumen validasi pada validator. Hasil validasi menunjukkan rata-rata nilai validasi adalah 86,24% dengan kategori valid. Hal ini menunjukkan bahwa buku peserta didik yang dikembangkan telah valid dari segi aspek kelayakkan isi, kebahasaan, penyajian, serta aspek kegrafikaan sehingga dapat digunakan dalam pembelajaran. Pada tahap validasi buku validator memberikan saran-saran yang menjadi dasar pertimbangan untuk melakukan revisi buku peserta didik.

(21)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 21 Uji praktikalitas perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah dilakukan dengan melihat keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan. Hasil analisis data diatas menunjukkan pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah berada pada kriteria terlaksana dengan sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa perangkat dapat digunakan sebagai pendukung desain pembelajaran pemecahan masalah.

Pembahasan

Analisis data dari instrumen validasi perangkat, menunjukkan nilai validitas dengan kriteria valid. Ditinjau dari komponen kelayakan isi, perangkat dinyatakan valid oleh validator, artinya materi ajar telah sesuai dengan Kurikulum 2013 dan sesuai dengan Kompensi Inti (KI) dan Komptensi Dasar (KD). Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008: 8) yang menyatakan bahwa bahan ajar yang dikembangkan harus sesuai dengan kurikulum. Kriteria valid untuk materi pada buku juga menunjukkan bahwa kebenaran substansi materi sudah baik. Kebenaran substansi materi perlu diperhatikan untuk menghindari kesalahan pemahaman bagi peserta didik.

Substansi pemecahan masalah yang disajikan pada bagian mari bereksperimen menunjukkan kriteria valid. Langkah-langkah pemecahan masalah dikemukakan oleh Gagne dipilih untuk disajikan pada buku karena sesuai dengan kegiatan eksperimen yang dilakukan oleh peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat Lufri (2010: 32) yang menyatakan bahwa pemecahan masalah pola Gagne cenderung digunakan di laboratorium atau di lapangan dalam melakukan eksperimen atau melakukan observasi. Pola Gagne terdiri dari empat kegiatan yaitu penyajian masalah, mengidentifikasi masalah, mengemukakan hipotesis, dan pengujian hipotesis.

Aspek kebahasaan perangkat dinyatakan valid oleh validator. Aspek kebahasaan terkait dengan penggunaan kalimat yang jelas agar tidak menimbulkan kerancuan bagi peserta didik. Hal ini juga sesuai dengan Depdiknas (2008: 18) menyatakan bahwa bahan ajar harus memiliki kalimat yang jelas, hubungan antar kalimat jelas dan kalimat tidak terlalu panjang. Perangkat telah beberapa kali mengalami revisi dalam aspek kebahasaan selama proses pengembangan.

(22)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 22 penyajian materi yang dilengkapi dengan gambar yang relevan dengan materi pelajaran. Hal ini sesuai dengan Depdiknas (2008: 28) yang menyatakan bahwa komponen penyajian mencakup kejelasan tujuan yang ingin dicapai, urutan sajian, daya tarik, dan kelengkapan informasi.

Aspek kegrafikaan perangkat dinyatakan sangat valid. Hal ini menandakan bahwa desain buku yang dikembangkan sudah baik dan menarik mencakup jenis dan ukuran huruf yang sesuai, lay out dan tata letak yang menarik perhatian peserta didik untuk menggunakannya, serta pemberian ilustrasi gambar yang sesuai dengan materi. Pemberian warna yang bervariasi pada buku terutama pada bagian mari bereksperimen bertujuan untuk meningkatkan perhatian, motivasi, dan minat belajar peserta didik. Hal ini sesuai dengan pendapat (Sudjana, 2011: 25) warna yang digunakan dalam pembuatan media sebaiknya warna-warna yang memberikan kesan harmonis agar peserta didik dapat fokus pada pengamatannya dan dapat mengambil pesan penting dari media.

Pemberian gambar pada buku akan membantu peserta didik dalam memahami materi. Hal ini sesuai dengan pendapat Rohani (1997: 76) yang menyatakan bahwa gambar sangat penting digunakan dalam usaha memperjelas konsep pada peserta didik. Hal ini juga didukung oleh Sudjana (2011: 12) yang menyatakan bahwa ilustrasi gambar membantu peserta didik dalam memahami dan mengingat materi yang menyertainya. Gambar untuk cover depan buku terdiri dari beberapa gambar yang dipilih untuk mencerminkan mata pelajaran IPA. Gambar planet dipilih untuk menggambarkan IPA mengandung konten fisika, gambar tabung reaksi menggambarkan kimia, dan gambar kupu-kupu sebagai makhluk hidup dipilih untuk menggambarkan biologi serta gambar beberapa orang peserta didik yang memakai baju laboratorium menggambarkan kegiatan eskperimen sebagai bagian yang tak terpisahkan dari IPA.

Ditinjau dari aspek kemudahan penggunaan, perangkat berada dalam kategori sangat praktis. Hal ini dapat dilihat dari keterlaksanaan pembelajaran menggunakan perangkat yang dikembangkan. Perangkat dapat membantu guru melaksanakan pembelajaran dengan desain pemecahan masalah.

(23)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 23 prediksi sesuai LKPD”, setelah diamati LKPD yang dikembangkan memang tidak tersedia kolom yang meminta peserta didik untuk melakukan prediksi.

Selanjutnya kegiatan “memfasilitasi dan melatih peserta didik mengorgani-sasi data dalam bentuk tabel, diagram, lalu merubah tabel menjadi grafik” dilaksanakan dengan kategori cukup (75%). Kegiatan ini kurang terlaksana karena LKPD telah menyiapkan tabel-tabel untuk mencatat hasil pengumpulan informasi, sehingga peserta didik tidak perlu mengorganisasi data sendiri.

PENUTUP

Pengembangan yang dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut: dihasilkan perangkat pembelajaran IPA berbasis pemecahan masalah untuk kelas VII SMP yang valid dan praktis melalui 4 fase pengembangan yaitu: (1) investigasi awal, (2) perancangan, (3) realisasi, (4) pengujian, evaluasi dan revisi, dan perangkat pembelajaran IPA SMP yang dikembangkan dapat memfasilitasi terlaksananya pendekatan saintifik dan pemecahan masalah dalam pembelajaran.

Sesuai dengan hasil pengembangan yang telah dilakukan dapat disarankan agar guru dapat menggunakan perangkat pembelajaran IPA SMP berbasis pemecahan masalah untuk menfasilitasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA

Alberida dkk. 2014. Analisis Pemahaman Guru IPA Kota Padang terhadap Pendekatan Saintifik, Problem Solving dan Literasi Sains. Laporan Penelitian Lemlit UNP: Padang.

Carin, A. 1997. Teaching Science through Discovery, 8th ed. Ohio: Merril an imprint of

Prentice Hall.

Depdiknas. 2011. Model Pembelajaran Terpadu IPA. Jakarta: Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Nasional Pusat Kurikulum.

Greiff, S. 2012. Assesment and Theory in Complex Problem Solving. A Continuing Contradiction?. Journal of Education and Developmental Psychology Vol. 2. No. 1: 49-56.

(24)

*Widyaiswara LPMP Sumatera Barat 24 Kemendiknas. 2011. Panduan Pengembangan Pembelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Dirjen

Pendidikan Dasar Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Pertama.

Lufri, 2005. Pengaruh Pembelajaran Berbasis Problem Solving dan Diintervensi dengan Peta Konsep terhadap Hasil Belajar Mahapeserta didik. Jurnal Pembelajaran 28(01): 47-65.

Rustaman N. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.

Sujana, N. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Gravindo Persada.

Gambar

Gambar 1. Grafik pemahaman dan kemampuan guru menerapkan pendekatan saintifik

Referensi

Dokumen terkait

Simpulan dari penelitian bahwa tepung daun gamal dan cekuti pada level 5% sebagai pengganti PMM menunjukkan ketahanan tubuh lebih baik dilihat dari penurunan rasio H/L dan bobot

Metode penelitian yang digunakan adalah survey, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan mengamati kerbau jantan dewasa yang ada

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini yang

Melalui sebuah judul penelitian “Pola Komunikasi Komunitas Gay Pada Komunitasnya Di Kota Malang”, Maka peneliti menggunakan metode kualitatif sebagai cara untuk

Berdasarkan hasil pembahasan, maka didapat simpulan dari hasil penelitian adalah sebagai berikut: pelaksanaan program Jamkrida di Kabupaten Tabanan adalah sangat efektif,

e. Sadarkan keluarga kita terutama anak-anak untuk mengenali situasi potensial yang dapat menyeret ke jurang pelecehan. Hindari tempat-tempat yang rawan, gelap dan sunyi

Kuat sumber foton gamma di air kolam reaktor dihitung berdasarkan data aktivitas zat radioaktif yang terlarut dalam air kolam reaktor, meliputi zat radioaktif hasil aktivasi

Risiko pasar yang terjadi secara tidak langsung akan mengakibatkan NAB (Nilai Aktiva Bersih) yang ada pada unit penyertaan reksa dana akan mengalami penurunan juga. Oleh karena