• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

IDENTIFIKASI SIFAT KUALITATIF DAN KUANTITATIF KERBAU JANTAN DEWASA

THE IDENTIFICATION QUALITATIF AND QUANTITATIVE CHARACTERISTIC BUFBULL

Gerry Krisnandi *, Dedi Rahmat **, Dudi **

* Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2015 ** Dosen Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran

e-mail: gerrisnandi@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu Sifat kualitatif dan sifat kuantitatif kerbau jantan dewasa di Kecamatan Cibolang Kabupaten Garut. Penelitian ini telah dilaksanakan di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut pada tanggal 20 agustus – 4 september 2015, Metodologi penelitian yang digunakan adalah Teknik Purposif Sampling. Pernelitian ini menggunakan 30 ekor kerbau jantan dewasa yang berumur sekitar 3 tahun. Penentuan umur didasarkan pada jumlah gigi yang telah tanggal. Sifat kualitatif yang diamati adalah warna kulit, bentuk tanduk, garis punggung. Sifat kualitatif yang diamati adalah Panjang badan, Lingkar dada, Tinggi pundak, Jumlah uyeng-uyeng dan jumlah “kalung leher”. Data yang diperoleh diolah secara deskriptif dengan menggunakan program excel dari Microsoft. Hasil penelitian didapat kesimpulan bahwa sifat kualitatif Kerbau Jantan dewasa di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut warna kulit abu-abu sebanyak 63,33 %, bentuk tanduk “nyangkung” 96,66%, garis punggung melengkung sebanyak 56,66%, Sifat kuantitatif adalah : 1. Rataan panjang badan 112,47, garis kalung putih (Chevron) tunggal 100%, unyeng-unyeng terdapat di pundak dan pinggul sebanyak 2 (60,00%). Sifat kuantitatif Kerbau Jantan dewasa di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut, panjang bandan 112,47± 3,56 tinggi pundak 113,80± 2,20, lingkar dada 163,80±3,55, bobot Badan 280,70 ± 18,49.

Kata kunci: Sifat Kualitatif,Sifat Kuantitatif, Kerbau Jantan Dewasa ABSTRACT

The aim of this reseach was to identification qualitative and quantitative characteristic bufbull in Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. This research was done in Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut from 20 august to 4 sebtember 2015. Methhodology research used purposive sampling technic. This research used 30 head bufbull witch about 3 years old. Age identification based on number of theet eruption. Observation of qualitative characteristic are skin colour, horn foam, back line, whorls, and Chevron. Observation of quantitative characteristic are body length, heart gerth, body height, The conclution of this research are skin colour gray 63,33 %, horn foam “nyangkung” 96.66%, curve back line 56.66%, Whorls two on front and behind (60.00%). Single chevron (100%). body length 112.47±3.56, hearth gert 113.80± 2.20, body height 163.80±3.55, and Body weight 280.70 ± 18.49.

(2)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

Keyword: Qualitative, Quantitative, Mature bufbull

PENDAHULUAN

Bangsa ternak adalah kelompok ternak yang memiliki karakteristik yang sama dan sifat karakteristik tersebut berbeda dengan individu ternak dengan kelompok ternak lainya. Karakteristik dari suatu ternak hanya dimiliki oleh individu ternak dalam kelompoknya yang tidak dimiliki oleh kelompok bangsa ternak lainya.Karakteristik yang dapat digunakan untuk menentukan bangsa ternak dan membedakanya antara bangsa ternak dapat berdasarkan sifat kualitatif dan kuantitatif. Sifat kualitatif dan kuantitatif selain dapat untuk menentukan bangsa ternak juga dapat untuk menduga dan menentukan kemungkinan pengembanganya dimasa mendatang. Salah satu ternak yang memiliki karakteristik yang khas yaitu kerbau lumpur.

Kerbau lumpur (Bubalus bubalis) merupakan kerbau lokal yang telah lama hidup dan beradaptasi dengan sangat baik pada lingkungan lembab-tropis (tropical humid environment). Kebanyakan kerbau sungai dipelihara di daerah pedesaan, dan seperti halnya sapi, ternak ini memainkan peranan penting dalam penyediaan tenaga kerja untuk kegiatan pertanian sawah dan ladang serta alat transportasi/mengangkut hasil bumi.Karenanya, kerbau populer dijuluki oleh masyarakat lokal sebagai “traktor hidup”.

Peranan kerbau sangat penting dalam mendukung perekonomian daerah maupun nasional, Kerbau juga seringkali diabaikan dan diacuhkan bahkan nyaris dilupakan orang. Kerbau biasanya dibiarkan hidup secara alami menurut kemauannya sendiri dan menentukan masa depannya sendiri. Masih ada beberapa pandangan bahwa ternak kerbau sangat tidak efisien dalam tata-laksana pemeliharaannya, di antaranya membutuhkan banyak air, tidak tahan udara panas, berbahaya bagi keselamatan orang yang memelihara.

BAHAN DAN METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian

Ternak yang digunakan dalam penelitian ini adalah kerbau lokal jantan dewasa sebanyak 30 ekor di Kecamatan Cibalong, Kabupaten Garut. Cara menentukan umur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu berdasarkan catatan kelahiran dan berdasarkan pergantian gigi seri permanen. Umur ternak dewasa dapat diketahui berdasarkan perubahan gigi seri pada kerbau tersebut. Umur dewasa pada kerbau adalah 3 tahun.

(3)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

2. Peubah yang diamatai

Sifat kualitatif yang diamati yaitu warna kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih, dan jumlah unyeng-unyeng, sebagai berikut :

1. Warna kulit dilihat dari sebaran warna pola pada ternak kerbau dan diklasifikasikan kedalam warna kulit abu-abu, warna kulit hitam, dan warna kulit hitam keabu-abuan. 2. Bentuk tanduk dilihat dari depan dan diklasifikasikan ke dalam dua bentuk, bentuk nyangkung dan bentuk baplang.

3. Garis punggung dilihat dari samping posisi kerbau dan diklasifikasikan kedalam dua bentuk, yaitu datar dan melengkung.

4. Garis kalung putih (chevron), tanda putih dalam bentuk garis di bawah leher dan dekat sekitar dada diklasifikasikan kedalam tiga kelompok, yaitu tidak ada, garis kalung putih tunggal dan garis kalung putih ganda.

4. 5. Jumlah unyeng-unyeng ditemukan di area kepala pundak dan pinggul dan terdiri dari 0, 1, 2 buah dan dan dihitung pada tubuh ternak.

Sifat kuantitatif yang akan diamati yaitu, sebagai berikut : 1. Lingkar dada, diukur melingkar tepat di belakang scapula.

2. Panjang badan, jarak garis lurus dari tepi tulang processus spinocus sampai dengan benjolan tulang tapis (os ischium).

3. Tinggi pundak, jarak tertinggi pundak melalui belakang scapula tegak lurus ke tanah. 4. Bobot Badan, diukur dengan menggunakan rumus pendugaan bobot badan sebagai

berikut :

BB(kg) = Lingkar dada (cm))² x panjang badan (cm) 10840

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah survey, sedangkan pengumpulan data dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan mengamati kerbau jantan dewasa yang ada di 3 desa yang berlokasi di Kecamatan Cibalong, Garut. Jumlah kerbau yang diamati sebanyak 30 ekor. Selanjutnya data yang diperoleh dicatat dan dikumpulkan kedalam format pengumpulan data.

(4)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

4. Analisis Statistik

Data sifat kualitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Frekuensi Sifat Kualitatif : x 100% Keterangan :

Frekuensi Sifat Kualitatif = Salah satu sifat yang diamati n = Total populasi yang diamati

Data sifat kualitatif yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut: 1. Rata-rata

̅

Keterangan :

̅= rata-rata populasi

= data ukuran kerbau ke i n = populasi sampel

i = 1,2,3,…n

2. Ragam

S2 =

Keterangan :

= Data ukuran tubuh kerbau ke i-n i = 1,2,3,…n

S2 = Ragam

n = Banyaknya sampel

3. Standar Deviasi

(5)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi Keterangan: s = Standar Deviasi S2 = Ragam 4. Koefisien Variasi KV = ̅ x 100 % Keterangan: KV = Koevisien Variasi S = Simpangan baku ̅ = Rata-rata populasi 5. Standar error Se = . Keterangan :

= Nilai selang kepercayaan.

√ = simpangan baku dibagi akar banyaknya populasi

6. Pendugaan Rata-rata Populasi = ̅ ± Se

Keterangan :

̅ = Rata-rata Populasi Se = Standar error

7. Pendugaan Bobot Badan (Rumus scheiffer)

BB(kg) = Lingkar dada (cm))² x panjang badan (cm) 10840

HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Sistem Pemeliharaan

Sistem pemeliharaan kerbau di Kabupaten Garut Kecamatan Cibalong ini masih sangat tradisional dengan kandang dan pemberian pakan seadanya, kerbau disana digembalaan di padang pengembalaan atu di sawah yang kosong. Pengembalaan biasanya

(6)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

dilakukan sebanyak 1 kali sehari. Aktivitas kerbau pada saat pengembalaan biasanya kerbau dikeluarkan dari kandang dan diarahkan oleh pengangon untuk mencari padang pengembalaan, dan pada sore hari setelah selesai kerbau digiring ke sungai untuk dimandikan sebelum akhirnya di kembalikan ke kandang.

Perkandangan

Secara teori sistem pemeliharaan kerbau yang dikandangkan harus memperhatikan perlindungan terhadap perubahan temperatur yang tinggi, agar tidak terjadi stress karena temperatur tinggi (thermal stress). Lantai dari kandang harus selalu lembab dan sirkulasi udarapun harus baik. Ukuran kandang yang dianjurkan untuk anak kerbau yang baru disapih adalah 100 x 80cm, untuk kerbau dewasa, kandang dibuat dengan ukuran 200 x 150cm dengan kemiringan lantai 10-15°. Perlengkapan yang harus dimiliki kandang adalah tempat makan dan minum. Teras dan saluran (Suharsono. B, Nazaruddin, 1994). Pada kenyataannya yang didapatkan di lapangan pada penelitian ini masih banyak kandang kerbau yang tidak sesuai dengan apa yang seharusnya, contohnya pada kandang kerbau yang ada di kabupaten cibalong ini hanya menggunakan pagar bambu yang berada di pesisir pantai, dan karena kerbau ini diberikan pakan dengan cara diangon, maka didalam kandang tidak terdapat tempat pakan dan tempat minum.

Pakan

Sistem pemberian pakan di Kecamatan Cibalong ini untuk semua ternak khususnya kerbau yaitu dengan cara diangon. Angon atau dalam bahasa lain merumput ini adalah dilakukanya sekelompok ternak dalam jumlah besar untuk mencari makan, biasanya di desa cibalong ini awal mula dikeluarkan dari kandang pada pukul 10.00 para kerbau dibawa berputar untuk mencari ladang rumput, dan setelah mereka merumput sekitar pukul 16.00 para kerbau digiring ke kubangan untuk dimandikan sebelum pulang ke kandang. Pemberian pakan pun tidak seperti memberi pakan pada sapi, pengangon tidak pernah memberikan pakan secara intensif pada kerbau, mereka hanya mengandalkan sumberdaya alam yang ada, dan tidak terlalu memikirkan pada kebutuhan pakan kerbau tersebut. Jenis-jenis hijauan padang penggembalaan di daerah rawa kurang beragam (Sutardi et al. dalam Dilaga 1987).

Perkawinan

Sistem perkawinan di Kecamatan cibalong ini tidak banyak yang aneh karena sistem perkawinan disini hanya mengandalkan secara alami saja. Menurut Dudi, dkk., menyatakan

(7)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

bahwa perkawinan kerbau dilakukan secara alami, rasio jantan dan betina adalah 1: 20 ekor. Seleksi dan perkawianan berperan penting dalam kegiatan pemuliaan ternak. Kosgey (2004) menyatakan bahwa seleksi dan perkawinan adalah upaya memilih dan memberi kesempatan pada ternak untuk berkembang biak. Dilihat dari keturunan keturunan kerbau yang ada ini sifat kualitatif dan kuantitatifnya cukup seragam karena perkawinan yang dilakukan hanya pada kerbau yang ada disekitar daerah tersebut.

2. Sifat Kualitatif

Sifat sifat kualitatif yang ada di Kecamatan Cibalong pada ternak warna kulit kerbau memiliki abu abu, hitam keabu-abuan, hitam. Bentuk tanduk nyangku dan baplang. Garis punggung cekung dan lurus. Unyeng-unyeng tunggal dan ganda.

Tabel 1. Warna kulit, bentuk tanduk, garis punggung, garis kalung putih(chevron), dan jumlah unyeng unyeng(whorls) kerbau jantan dewasa di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut. Sifat kualitatif Banyaknya (ekor) Persentase (%) Warna Kulit Abu-abu 19 63,33 Hitam keabu-abuan 4 13,33 Hitam 7 23,33 Bentuk Tanduk Nyangkung 29 96,67 Baplang 1 3,33 Garis Punggung Datar 13 43,33 Melengkung 17 56,67

Garis Kalung Putih

Tunggal 30 100,00 Ganda 0 0 Jumlah Unyeng-unyeng Kepala Tanpa Unyneg-unyeng 14 46,67 1 buah 15 50,00 2 buah 1 3,33 Pundak Tanpa Unyneg-unyeng 0 0 1 buah 12 40,00 2 buah 18 60,00

(8)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi Pinggul Tanpa Unyneg-unyeng 6 20,00 1 buah 6 20,00 2 buah 18 60,00 Warna Kulit

Pada Tabel 1 menujukan di desa Cibalong ini warna kulit yang ditemukan pada kerbau jantan dewasa yaitu abu-abu (63,33%) kemungkinan dilihat dari keturunan induk banyak yang berwarna abu-abu, selain warna abu abu ditemukan hitam keabu-abuan (13,33%) dan hitam (23,33%). Hasil penelitian sejalan dengan penelitian (Yendraliza, 2010) bahwa warna kulit kerbau di Kabupaten Kampar bervariasi, didominasi oleh wana kulit abu-abu (53%). Sitorus (2008) menyatakan kerbau rawa di sumatera utara memiliki warna kulit abu-abu 92,16% dan 7,84% berwarna abu-abu gelap. Kerbau rawa pada umumnya berwarna kulit abu-abu, hal ini diperkuat oleh Murti(2002) yang menunjukan bahwa warna yang menutupi tubuh kerbau adalah abu-abu, warna kulit kebiruan sampai abu-abu hitam dan kadangkala albino.

Bentuk Tanduk

Pada Tabel 4 menunjukan di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut lebih banyak bentuk tanduk nyangkung (96,67%). Hal ini menunjukan bahwa karakteristik bentuk tanduk kerbau jantan di kecamatan Cibalong kabupaten garut ini sebagian besar dengan berbentuk nyangkung, kemungkinan dilihat dari keturunan induk dan jantanya banyak berbentuk nyangkung, Selain bentuk nyangkung ditemukan bentuk tanduk baplang (3,33%). Hasinah dan Handiwirawan (2006) menyatakan, kerbau rawa atau kerbau lumpur memiliki tanduk melengkung keatas, lurus kesamping dan melengkung kebawah. Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Erdiansyah dan Anggraini (2008) yang memperoleh data bahwa jenis tanduk melengkung keatas sebanyak (98%), hal ini disebabkan oleh keseragamanya bentuk tanduk pada induk kerbau.

Garis Punggung

Kerbau jantan dewasa di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut berdasarkan penelitian bentuk garis punggung rata (43,33%) dan kebanyakan garis punggung cekung (56,67%).

Garis Kalung Putih

Kerbau jantan dewasa di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut berdasarkan penelitian garis kalung putih (chevron) hanya terdapat tunggal saja (100%) kemungkinan dilihat dari keturunan induk banyak memiliki garis kalung putih tunggal. Hal ini berbeda

(9)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

dengan penelitian Erdiansyah dan Anggraini (2008) yaitu kerbau rawa memiliki garisa kalung putih ganda sebesar (80%) dan garis kalung putih tunggal (18,5%). Menurut Cockrill (1974), penampilan chevron ditunjukan dalam banyak variasi, terkadang chevron bagian atas terlihat atau tidak sama sekali. Chevron merupakan salah satu ciri yang umum ditemukan pada kerbau lumpur, tetapi chevron tidak hanya ditemukan pada kerbau lumpur saja melainkan terdapat juga pada kerbau sungai. Keberadaan chevron pada kerbau lumpur merupakan karakter yang dipertimbangkan dalam seleksi kerbau lumpur (Chantalakhana dan Skunmum, 2002).

Jumlah Unyerng-unyeng

Unyeng–unyeng merupakan garis tanda pada rambut kerbau yang umumnya berbentuk melingkar-lingkar dan semakin terpusat di suatu titik pada bagian tubuh kerbau. Unyeng-unyeng dapat ditemukan pada bagian kepala, dada, dan pinggang. Kerbau umumnya memiliki unyeng-unyeng lebih dari satu dan biasanya sepasang, yaitu sebelah kiri dan kanan tubuhnya (Ari Haryadi, 2010). Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 7 menunjukan di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut kerbau yang tidak memiliki unyeng-unyeng pada kepala (46,67%) yang memiliki unyeng-unyeng pada kepala sebanyak 1 (50,00%) sebanyak 2 (3,33) kemudian yang tidak memiliki unyeng-unyeng pada pundak (0,00%) yang memiliki unyeng-unyeng pada pundak sebanyak 1 (40,00%) sebanyak 2 (60,00%) dan pada pinggul yang tidak memiliki unyeng-unyeng (20,00%) yang memiliki sebanyak 1 (20,00%) sebanyak 2 (60,00%).

3. Sifat Kuantitaitf

Sifat kuantitatif yang di ukur pada kerbau jantan dewasa adalah panjang badan, tinggi pundak, lingkar dada dan bobot badan. Seluruh ukuran-ukuran tubuh di ukur dalam satuan cm.

Tabel 2. Rata-rata populasi dan koefisien variasi ukuran-ukuran tubuh dan bobot badan (dugaan) kerbau betina dewasa di Kecamatan Cibalong Kabupaten garut.

Ukuran-ukuran tubuh dan Pendugaan bobot badan

Rata-rata populasi dan Koefisien variasi

Panjang badan (cm) 112,47±3,56 8,50% Tinggi pundak (cm) 113,80±2,20 5,18% Lingkar dada (cm) 163,80±3,55 5,81%

(10)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

Pendugaan bobot badan (kg) 280,70±18,49 17,64% Panjang Badan

Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa rata-rata panjang badan kerbau jantan dewasa di kecamatan cibalong kabupaten garut adalah 112,47 cm dengan standar deviasi 9,56 cm. Hasil pengukuran tubuh kerbau ini tidak jauh berbeda dengan hasil penelitian Siregar, dkk (1996) dan Triwulanningsih, dkk (2004) di Sumatera Utara yang memiliki ukuran panjang badan kerbau sebesar 119 cm, dan di Jawa Tengah memiliki ukuran panjang badan kerbau sebesar 119 cm, dan juga tidak jauh berbeda pada penelitian di Jawa Barat yang memiliki ukuran panjang badan sebesar 114 cm (Muhammad dan Kusumaningrum, 2006). Koefisien Variasi merupakan suatu gambaran keragaman dari suatu sifat yang diukur, biasanya digunakan untuk membandingkan keragaman sifat-sifat yang diukur dengan satuan berbeda, dan akan mudah bila simpangan baku dinyatakan dengan persentase dari rata-rata (Warwick, dkk., 1995). Koevisien variasi yang didapatkan adalah 8,50. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hasan (2004) yaitu tidak beragam apabila KV 10%, sedangkan data dikatakan beragam yaitu KV 10%. Oleh karena itu, data panjang badan tersebut dapat dikatakan seragam.

Tinggi Pundak

Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa rata-rata tinggi pundak kerbau jantan dewasa di kecamatan cibalong kabupaten garut adalah 113,80 cm dengan standar deviasi 5,90 cm. Hasil penelitian yang didapat ini lebih rendah dibandingkan dengan hasil penelitian Siregar, dkk (1996) dan Triwulanningsih, dkk (2004) di Sumatera Utara yang memiliki ukuran tinggi pundak kerbau sebesar 124 cm, dan juga berbeda dengan penilitian di Jawa Tengah yang memiliki ukuran tinggi pundak kerbau sebesar 123 cm, serta di Jawa Barat memiliki ukuran tinggi pundak sebesar 122 cm (Muhammad dan Kusumaningrum, 2006). Tinggi pundak merupakan perpaduan antara ukuran tulang kaki dan dalam dada yang dapat diukur mulai dari jarak tertinggi pundak hingga permukaan tanah (Santosa, 1995). Ukuran tinggi pundak dapat dijadikan sebagai informasi mengenai pertumbuhan ternak dan dapat digunakan untuk memperkirakan bobot badan (Ensminger, 1987).

Koefisien variasi yang didapatkan adalah 5,18 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hasan (2004) yaitu tidak beragam apabila KV 10%, sedangkan data dikatakan

(11)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

beragam yaitu KV 10%. Oleh karena itu, data tinggi pundak tersebut dapat dikatakan seragam.

Lingkar Dada

Berdasarkan Tabel 10 dapat dilihat bahwa rata-rata lingkar dada kerbau jantan dewasa di kecamatan cibalong kabupaten garut adalah 163,80 cm dengan standar deviasi 9,52 cm. Hasil pengukuran tubuh kerbau ini berbeda dengan hasil penelitian siregar, dkk (1996) dan Triwulanningsih, dkk (2004) di Sumatera Utara yang memiliki ukuran lingkar dada kerbau sebesar 176 cm, dan di Jawa Tengah memiliki ukuran lingkar dada kerbau sebesar 180 cm, dan juga tidak jauh berbeda dengan penelitian di Jawa Barat yang memiliki ukuran lingkar dada sebesar 162 cm (Muhammad dan Kusumaningrum, 2006)

Koefisien variasi yang didapatkan adalah 5,81 Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hasan (2004) yaitu tidak beragam apabila KV 10%, sedangkan data dikatakan beragam yaitu KV 10%. Oleh karena itu, data lingkar dada tersebut dapat dikatakan seragam.

Bobot Badan

Berdasarkan Tabel 11 dapat dilihat bahwa rata-rata bobot badan kerbau jantan dewasa di kecamatan cibalong kabupaten garut adalah 280,70 kg dengan standar deviasi 49,53.

Koefisien variasi yang didapatkan adalah 17,64. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh Hasan (2004) yaitu tidak beragam apabila KV 10%, sedangkan data dikatakan beragam yaitu KV 10%. Oleh karena itu, data panjang badan tersebut dapat dikatakan beragam.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa karakteristik kerbau jantan dewasa yang tertinggi adalah sebagai berikut : warna kulit abu-abu (63,33 %), bentuk tanduk nyangkung (96,66 %), garis punggung melengkung (56,66 %), jumlah unyeng-unyeng pada pundak dan pinggul sebanyak 2 buah (60 %), garis kalung putih tunggal (100 %), rataan panjang badan 112,47 ± 3,56 cm, tinggi pundak 113,80 ± 2,20 cm, lingkar dada 163,80 ± 3,55 cm, dan bobot badan 280,70 ± 18,49 Kg.

(12)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas bobot badan dan ukuran tubuh yang didapat pada penelitian ini lebih kecil daripada kerbau yang ada di Indonesia, dapat disarankan bahwa dilakukanya perbaikan manajemen pemeliharan dan didatangkangnya kerbau penjantan unggul dari luar negeri untuk mendapatkan bobot badan dan ukuran tubuh yang lebih besar. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai data dasar dalam pengembangan ternak kerbau di Kecamatan Cibalong Kabupaten Garut.

UCAPAN TERIMAKASIH

Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada dosen Fakultas Peternakan terutama kepada Dr. Ir. H. Dedi Rahmat, MS dan Dr. Dudi S.Pt, M.Si, Sebagai dosen pembimbing atas ilmu, kesabaran dan keteladanan yang telah diberikan selama ini. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, dan kepada sahabat yang telah membantu dan mendoakan dalam penyusunan karya ilmiah ini. Semoga Allah merahmati langkah yang kita ayunkan dalam jalan kebaikan dan kebenaran.

DAFTAR PUSTAKA

Ari, H. 2010. Studi Karakteristik Morfologi Kerbau Rawa di Kabupaten Pasaman. Skripsi. Fakultas Peternakan IPB. Bogor

Chantalakana C, Skunmun P. 2002. Sustainable, Smallholder Animal Systems in The Tropics. Ed ke-1. Bankok: Kasetsart University Pr. hlm 15-17.

Cockrill, W. 1974. The Husbandry and Health of The Domestic Buffalo: The Buffalo of

Indonesia. Food and Agriculture Organization of The United Nations. Rome.

Dilaga, S. H. 1987. Suplementasi Kalsium dan Fosfor pada Kerbau Rawa Kalimantan

Ensminger, M. E. 1987. Beef Cattle Science (Animal Agriculture Series) Edition. The Interstate Printers Publishers. Inc. Danville. Illionis. USA. 105- 110.

Erdiansyah, E., dan Anneke Anggraeni. 2008. Keragaman Fenotipe dan Pendugaan Jarak

Genetic antara Subpopulai Kerbau Rawa Lokal di Kabupaten Dompu, Nusatenggara Barat. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Usaha Ternak Kebau Tanah Toraja.

2008. Puslitbang Peternakan, Bogor.

(13)

Identifikasi Sifat Kualitatif dan Kuantitatif Kerbau Jantan Dewasa... Gerry Krisnandi

Hasinah.H. dan E. Handiwirawan.2006. Keragaman genetik ternak kerbau di

Indonesia.Prosiding lokakarya nasional.Usaha ternak kerbau mendukung program kecukupan daging sapi.Pusat penelitian dan pengembangan peternakan, Bogor.

Kosgey IS. 2004. Breeding objective and breeding strategies for small suminants in the

tropics. [Disertasi]. Wageningen: Animal Breeding and Genetics Group, Wageningen

University.

Muhammad, Z. dan D.A. Kusumaningrum. 2006. Penampilan produkti ternak kerbau lumpur (Bubalus bubalus) di Kabupaten Brebes Jawa Tengah. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner. Bogor, 12 - 13 September 2005. Puslitbang Peternakan. Bogor.

Murti, T. W. 2002. Ilmu Ternak Kerbau. Kanisius. Yogyakarta.

Warwick, E.J., J.M. Astuti, dan W. Hardjosubroto, 1995. Pemuliaan Ternak. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Santosa, Undang. 1995. Tata Laksana Pemeliharaan Ternak Sapi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Siregar A. R, K. Diwyanto, E. Basuno, A. Thalib, T. Sartita, R.H. Matondang, J. Bestari, M. Zulbadri, M. Sitorus, T. Panggabean, E. Handriwirawan, Y. Widiawati dan N. Supriyatna. 1996. Karakteristik dan konservasi keunggulan kerbau di Pulau Jawa. Buku

1 : Penelitian Ternak Ruminansia Besar. Balai Penelitian, Ciawi. Bogor.

Triwulanningsih, E., Subandriyo, P. Situmorang, T. Sugiarti, R.G. Sianturi, D.A. Kusumaningrum, I Gede Putu, P. Sitepu, T. Panggabean, P. Mahyudin, Zulbardi, S.B. Siregar, U. Kusnadi, C. Talib, A.R. Siregar.2004. Data base kerbau di Indonesia. Laporan Penelitian. Balai Penelitian Ternak, Bogor.

Yendraliza, 2010. Karakteristik Reproduksi Kerbau Lumpur (Swamp Buffalo) Betina Di Kabupaten Kampar. Seminar nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2010.

Referensi

Dokumen terkait

Manajer harus mampu memanajemen sumber daya manusia yang tersedia sehingga dapat tetap beroperasi dengan baik di negara di mana mereka bekerja sesuai

theobromae yang diperoleh dari Klinik Tanaman, Departemen Proteksi Tanaman, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor yang berasal dari tanaman dari berbagai daerah, yaitu

Pada perhitungan di atas dimaksudkan untuk memperoleh pengaruh tiap panjang bentangan bebas yang terjadi terhadap nilai panjang span efektif, defleksi dan frekuensi

Hasil penelitian mencatat, keanekaragaman spesies tumbuhan berguna di HAIM yang dimanfaatkan oleh masyarakat sebanyak 176 spesies yaitu untuk konstruksi berat 69

Berdasarkan Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2018 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perindustrian, Direktorat Industri Semen,

Selain penelitian tersebut terdapat hasil penelitian lain yang ditemukan oleh Meinani Dwi Setyowati Hinduan (2012) dalam disertasinya juga mengungkapkan hal serupa bahwa

Melalui diskusi dan menggali informasi, peserta didik dapat membedakan rumus kimia unsur dan dan rumus kimia senyawa dengan benar sesuai dengan modul terintegrasi

Persentase panjang jalan baik dengan kodisi rusak biasa maupun rusak parah dibagi dengan total panjang jalan yang berada di kabupaten/kota tersebut h. Persentase Unit Usaha