• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keywords: Performance, Bank Mutiara, Factor Capital, Factor Earnings and Factors Liquidity. 1. Latar belakang - Alfiyani, Indah Lia Puspita, dan Hardini Ariningrum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Keywords: Performance, Bank Mutiara, Factor Capital, Factor Earnings and Factors Liquidity. 1. Latar belakang - Alfiyani, Indah Lia Puspita, dan Hardini Ariningrum"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Mutiara Sebelum

Dan Sesudah Pergantian Nama

Alfiyani, Indah Lia Puspita, dan Hardini Ariningrum

Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Malahayati, Bandar Lampung Email;hardini.ariningrum@yahoo.com

Abstract. This study aims to analyze and know the comparative performance of the Mutiara Bank before and after change of name by using the CAMELS ratio analysis tools listed in the Circular Letter of Bank Indonesia No.6/23/DNPN On March 31, 2004. The CAMELS ratios used in this study include the factor of capital, factor earnings and Factors liquidity . The conclusion of this study is the performance factor seen from Mutiara Bank capital , factor earnings and Factors liquidity describe poor performance. After the change of name of the performance seen from the factor Mutiara Bank capital and the liquidity factor illustrate the good performance but on the profitability factor Pearl Bank illustrates performance remains poor.

Keywords: Performance, Bank Mutiara, Factor Capital, Factor Earningsand Factors Liquidity.

1. Latar belakang

Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam perekonomian suatu negara sebagai lembaga perantara keuangan. Bank dalam Pasal 1 ayat (2) UU No.10 Tahun 1998 tentang perubahan UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk bentuk lain dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Menurut Bank Indonesia, (2006) mengkategorikan fungsi bank sebagai financial intermediaries ke dalam tiga hal : Sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan. Sebagai lembaga yang menyalurkan dana ke masyarakat dalam bentuk kredit. Melancarkan transaksi perdagangan dan peredaran uang.

(2)

Melonjaknya nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS dari Rp 9800-an menjadi Rp 12.000. Merosotnya Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Jakarta.

Selanjutnya sesuai Perpu No.4 Tahun 2008 tentang Jaring Pengaman Sistem Keuangan, Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) melalui keputusan No.04/KSSK.03/2008 Tanggal 21 November 2008 menetapkan Bank Century sebagai bank gagal yang berdampak sistemik dan menyerahkan penanganannya kepada Lembaga Penjamin Keuangan (LPS) (Sumber :Laporan Keuangan Bank Mutiara, 2010).

Setelah pengambilalihan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Pada tanggal 16 September 2009, Bank Mutiara resmi melakukan perubahan nama (rebranding) dari Bank Century. Bank mutiara memulai program penyehatan dan pembaruan bank. Menurut Maryono selaku Direktur Utama Bank Century, (2010) Bank Century telah memenuhi kriteria giro wajib minimum yang telah ditetapkan oleh BI. Dengan pencapaian berada di atas rata-rata industri perbankan Indonesia, Bank Mutiara berhasil masuk dalam kategori bank sehat di tahun 2010. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan aset Bank Mutiara menjadi Rp10,78T di tahun 2010 dari Rp7,5T tahun 2009 (Indonesian Capital Market Directory, 2009).

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah : Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah Laporan Keuangan Tahunan Bank Mutiara sebelum pergantian nama periode 2006-2008 dan Laporan Keuangan Tahunan Bank Mutiara sesudah pergantian nama periode 2009-2010. Karena keterbatasan data hanya pada data yang bersifat keuangan, maka penelitian ini hanya mengunakan 6 rasio keuangan yang termasuk faktor-faktor CAMELS yakni: CAR, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.

2. Kajian Pustaka

Perbankan

Menurut Kasmir, (2008) jenis perbankan dibedakan menjadi 4 (empat), yaitu : Dilihat dari segi fungsinya, Dilihat dari segi kepemilikan, Dilihat dari segi status, Dilihat dari segi penentuan harga, dibagi menjadi :

Laporan Keuangan

Menurut Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia, (2008) Laporan keuangan bank bertujuan untuk menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan. Selain itu laporan keuangan bank juga bertujuan untuk pengambilan keputusan. Suatu laporan keuangan akan bermanfaat apabila informasi yang disajikan dalam laporan keuangan tersebut dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Akan tetapi, perlu disadari bahwa laporan keuangan tidak menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan bank, karena secara umum laporan keuangan hanya menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi non-keuangan. Kinerja keuangan dapat diukur dengan menganalisa dan mengevaluasi laporan keuangan. Kinerja merupakan hal penting yang harus dicapai oleh setiap perusahaan di manapun, karena kinerja merupakan cerminan dari kemampuan perusahaan dalam mengelola dan mengalokasikan sumber dayanya. Selain itu tujuan pokok penilaian kinerja adalah untuk memotivasi karyawan dalam mencapai sasaran organisasi dan dalam mematuhi standar perilaku yang telah ditetapkan sebelumnya, agar membuahkan tindakan dan hasil yang diharapkan. Standar perilaku dapat berupa kebijakan manajemen atau rencana formal yang dituangkan dalam anggaran (Febryani dan Zulfandi, 2003).

Gbr1. Kerangka Pikir Bank Mutiara

Sebelum Pergantian Nama

Bank Mutiara Sesudah Pergantian

Nama Kinerja

(3)

Surifah (2002) Menggunakan rasio Capital (Primary Ratio, CAR, Capital Ratio, RAR, Capital Risk, dan Deposit Risk Ratio), Assets, Management, Earning (Gross Profit Margin, NPM, ROE, dan NIM), Liquidity (Quick Ratio, Banking Ratio, LAR, dan Cash Ratio).

Luciana dan Winny (2005) menggunakan rasio keuangan CAMEL yaitu CAR, ATTM, APB, NPL, PPAP terhadap Aktiva produktif, PPAP, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR. Rasio yang memiliki perbedaan yang signifikan antara bank-bank kategori bermasalah dan tidak bermasalah periode 2000-2002 adalah CAR, APB, NPL, PPAPAP, ROA, NIM, dan BOPO.

Faisol (2007) mengunakan rasio likuiditas (Cash Ratio, RR, LDR dan LAR), rasio rentabilitas (ROA, ROE, BOPO, NPM) dan rasio solvabilitas (CAR, dan DER). Kesimpulan dalam penelitian ini bahwa kinerja Bank Muamalat Indonesia adalah baik. Pada rasio solvabilitas (DER) perlu harus diperhatikan dalam kemampuan bank melunasi hutangnya dengan modal sendiri.

Sumantri dan Jurnali (2010) rasio keuangan yang digunakan adalah CAR, ATTM, APB, NPL, PPAPAP, PAP, ROA, ROE, NIM, BOPO dan LDR. Rasio yang memiliki pengaruh yang signifikan dalam penelitian ini adalah ATTM, PPAPAP, ROA, NIM dan LDR.

Analisis rasio keuangan bank yang digunakan untuk mengukur kinerja bank mencakup faktor-faktor CAMELS (Capital, Assets, Management, Earning, Liquidity dan Sensitivity to Market Risk). CAMELS merupakan ketentuan pelaksanaan penilaian tingkat kesehatan bank umum sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004 tentang Sistim Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum.

Hanya 6 rasio keuangan yang termasuk dalam faktor-faktor CAMELS yang digunakan sebagai indikator untuk menilai kinerja bank, karena 6 rasio keuangan tersebut telah terdaftar dalam Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DNPN tanggal 31 Maret 2004, serta alat ukur tersebut sudah diakui dan diukur oleh Bank Indonesia. Adapun rasio yang digunakan ialah CAR, ROA, ROE, NIM, BOPO, dan LDR.

3. Metode Penelitian

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dan sampel dalam penelitian ini adalah Bank Mutiara. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis, sedangkan subyek dalam penelitian ini adalah Bank Mutiara dan obyek penelitian ini adalah kinerja keuangan Bank Mutiara sebelum pergantian nama periode 2006-2008 dan sesudah pergantian nama periode 2009-2010.

Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Sumber data laporan keuangan yang diperoleh dari BEI (Bursa Efek Indonesia) Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi : Laporan keuangan tahunan (Annual Report) Bank Century periode 2006, 2007, dan 2008 yang terpublikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI). Laporan keuangan tahunan (Annual Report) Bank Mutiara periode 2009 dan 2010 yang terpublikasi di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Alat Analisis

(4)

Adapun rasio yang digunakan adalah : 1. CAR (Capital Adequancy Ratio)

=Modal

ATMR 100%

2. ROA (Return On Assets)

=

− !" ## 100%

3. ROE (Return On Equity)

$ = ℎ

− $ & # 100%

4. NIM (Net Interest Margin)

'() = *+ , * - *. - #&ℎ

− &/ "+ &0 100%

5. BOPO (Rasio Biaya Operasional Terhadap Pendapatan Operasional

- = -& 1 , #&"*

*+ , * , #&"* 100%

6. LDR (Loan To Deposit Ratio)

2 = !" 3 +&

!" 2 * &ℎ 3 &. 100

4. Hasil Analisis dan Pembahasan

Analisis deskriptifKinerja Keuangan Sebelum Pergantian Nama

Analisis deskriptif kinerja keuangan Bank Mutira sebelum pergantian nama diukur dengan 6 rasio keuangan yang terdiri dari:

1. Faktor Permodalan (Capital)

CAR pada tahun 2006 adalah sebesar 15,6%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dari ATMR dijamin oleh modal sebesar Rp.0,156. Sedangkan pada tahun 2007 CAR mengalami penurunan menjadi 6,27%, hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dari ATMR dijamin oleh modal sebesar Rp.0,0627. Tahun 2008 CAR berada pada -14,26% hal ini menunjukkan bahwa Bank Mutiara setiap Rp.1 dari ATMR menanggung kerugian sebesar Rp.0,1426.

2. Faktor Rentabilitas (Earning)

Faktor rentabilitas yang diwakili alat ukur ROA), ROE , NIM , dan BOPO dapat dijelaskan sebagai berikut:

ROA tahun 2006 sebesar 4,17% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp. 1 dari aset menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp 0,0417. Sedangkan tahun 2007 dan 2008 ROA menunjukan angka negatif yakni masing-masing sebesar 17,39% dan 1.543% hal ini menggambarkan Bank Mutiara kurang mampu memanfaatkan aset yang dimilikinya untuk memperoleh laba sebelum pajak.

(5)

meningkat menjadi 960,8% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 pendapatan operasional menanggung Rp.9,608 beban operasional perusahaan.

3. Faktor Likuiditas (Liqudity)

Hasil perhitungan faktor likuiditas diwakili alat ukur LD) adalah: Faktor likuiditas diwakili alat ukur LDR. Tahun 2006 LDR sebesar 21,3% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dana pihak ketiga menjamin kredit sebesar Rp. 0,213. Sedangkan tahun 2007 LDR Bank Mutiara sebesar 38,48% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dana pihak ketiga menjamin kredit sebesar Rp. 0,3848. Tahun 2008 LDR Bank Mutiara meningkat sebesar 93,2% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dana pihak ketiga menjamin kredit sebesar Rp. 0,932.

Analisis deskriptifKinerja Keuangan Sesudah Pergantian Nama

Analisis deskriptif kinerja keuangan Bank Mutira sebelum pergantian nama diukur dengan 6 rasio keuangan yang terdiri dari:

1. Faktor Permodalan (Capital)

Hasil perhitungan faktor permodalan yang diwakili alat ukur CAR adalah: Tahun 2008 CAR berada pada -14,26% hal ini menunjukkan bahwa Bank Mutiara setiap Rp.1 dari ATMR menanggung kerugian sebesar Rp.0,1426. Pada tahun 2009 CAR Bank Mutiara menunjukkan peningkatan sebesar 10,02% hal ini berarti bahwa setiap Rp.1 dari ATMR dijamin modal sebesar Rp.0,1002. Pada tahun 2010 CAR Bank Mutiara menunjukkan peningkatan sebesar 10,02% hal ini berarti bahwa setiap Rp.1 dari ATMR dijamin modal sebesar Rp.0,1116.

2. Faktor Rentabilitas

Hasil perhitungan faktor rentabilitas yang diwakili alat ukur ROA , ROE, NIM, dan BOPO. Faktor rentabilitas yang diwakili alat ukur ROA, ROE, NIM, dan BOPO dapat dijelaskan sebagai berikut:

3. ROA

Setelah pergantian nama ROA Bank Mutiara mulai membaik hal ini terlihat dari tahun 2009 ROA sebesar 39,2% hal ini berarti bahwa setiap Rp.1 dari aset dapat menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp.0,392. Namun pada tahun 2010 ROA kembali menurun sebesar 24,28% hal ini berarti bahwa setiap Rp.1 dari aset dapat menghasilkan laba sebelum pajak sebesar Rp.0,2428.

4. ROE

Setelah pergantian nama ROE Bank Mutiara mulai membaik hal ini terlihat dari tahun 2009 ROE sebesar 701,0% hal ini berarti bahwa setiap Rp.1 dari modal dapat menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp.7,010. Namun pada tahun 2010 ROE kembali menurun sebasar 381,3% hal ini berarti bahwa setiap Rp.1 dari modal dapat menghasilkan laba setelah pajak sebesar Rp.3,813.

5. NIM

Setelah pergantian nama NIM Bank Mutiara mulai membaik hal ini terlihat dari tahun 2009 NIM sebesar 14,8% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 rata-rata aktiva produktif mampu menghasilkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp.0,148. Sedangkan tahun 2010 NIM sebesar 18,10% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 rata-rata aktiva produktif mampu menghasilkan pendapatan bunga bersih sebesar Rp.0,1810.

6. BOPO

Setelah pergantian nama BOPO Bank Mutiara mulai membaik hal ini terlihat dari tahun 2009 BOPO sebesar 68,7% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 pendapatan operasional menanggung Rp.0,687 beban operasional perusahaan. Namun pada tahun 2010 BOPO kembali menurun menjadi sebesar 72,38% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 pendapatan operasional menanggung Rp.0,7238 beban operasional perusahaan.

7. Faktor Likuiditas

(6)

pihak ketiga menjamin kredit sebesar Rp. 0,932. Tahun 2009 LDR sebesar 81,7% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dana pihak ketiga menjamin kredit sebesar Rp. 0,817. Sedangkan tahun 2010 sebesar 70,8% hal ini menunjukkan bahwa setiap Rp.1 dana pihak ketiga menjamin kredit sebesar Rp. 0,708.

Pembahasan

Kinerja Keuangan Bank Mutiara Sebelum Pergantian Nama

Pembahasan kinerja keuangan Bank Mutira sebelum pergantian nama diukur dengan 6 rasio keuangan yang terdiri dari:

1. Faktor Permodalan (Capital)

CAR Bank Mutiara tahun 2006 ke tahun 2007 menunjukkan penurunan kinerja, hal ini terlihat dari penurunan peringkat dari peringkat ke-2 menjadi peringkat ke-4. Tahun 2007 CAR Bank Mutiara berada dibawah standar yang ditetapkan BI yakni 8%. Hal ini terus memburuk hingga tahun 2008 bahkan Bank Mutiara mengalami penurunan yang drastis dalam hal modal mencapai Rp -1,4M hal ini yang menjadi salah satu alasan penyebab penetapan Bank Indonesia menetapkan Bank Mutiara sebagai bank gagal karena CAR Bank Mutiara jauh dari standar BI. Pemerintah melalui LPS menyuntikkan dana sebesar Rp 4.977 M Penambahan modal tersebut digunakan untuk menutup kekurangan modal (Sumber : Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2008).

2. Faktor Rentabilitas (Earning)

ROA Bank Mutiara dari tahun 2006 ke 2007 mengalami penurunan kinerja yang cukup tajam hal ini terlihat dari penurunan peringkat dari peringkat ke-2 pada tahun 2006 menurun di peringkat ke-5 pada tahun 2007 penurunan ini disebabkan oleh Bank Mutiara mengalami kerugian; kerugian ini terus berlangsung hingga tahun 2008. ROE Bank Mutiara dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami penurunan yang cukup tajam hal ini disebabkan oleh penurunan laba Bank Mutiara, bahkan pada tahun 2007 Bank Mutiara mengalami kerugian dan menurunnya rata-rata ekuitas Bank Mutiara yang menyebabkan peringkat ROE Bank Mutiara menurun menjadi peringkat ke-5 hingga tahun 2008. NIM Bank Mutiara dari tahun 2006 ke tahun 2007 mengalami peningkatan kinerja dari peringkat ke-2 menjadi peringkat ke-1 hal ini dikarenakan peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar Rp. 96.000.000 pada tahun 2007 Namun penurunan pendapatan bunga bersih dan rata-rata aktiva produktif menurun drastis pada tahun 2008 yang ditandai penurunan peringkat.

BOPO Bank Mutiara pada tahun 2006 dan tahun 2007 berada di peringkat ke-4 yang berati berada diatas maksimum yang ditetapkan oleh BI yakni sebesar 100% hal ini dikarenakan Bank Mutiara tidak mampu mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional.

3. Faktor Likuiditas (Liquidity)

LDR Bank Mutiara tahun 2006 ke tahun 2007 berada pada peringkat ke-1 meskipun demikian, dana pihak ketiga Bank Mutiara tahun 2007 menurun dibanding tahun 2006, yang disebabkan penurunan pada deposito. Penyebab penurunan deposito antara lain juga disebabkan mulai berlakunya penjaminan LPS per tanggal 22 Maret 2007 untuk penjaminan maksimal Rp100 juta (Sumber: Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2008). Namun tingkat LDR Bank Mutiara sebesar 38,48% masih berada pada peringkat ke 1 sesuai dengan standar pada SE BI No.6/23/DNPN tgl 31 Maret 2004. Tingkat LDR tahun 2008 yang meningkat cukup tajam dari 38,48% menjadi 93,2% meskipun demikian LDR Bank Mutiara masih berada pada standar yang ditetapkan BI pada SE BI No.6/23/DNPN tgl 31 Maret 2004, namun dapat dikatakan kinerja Bank Mutiara dapat dikatakan buruk karena terjadi penurunan peringkat. Dana pihak ketiga tahun 2008 tercatat sebesar Rp 5.116 M mengalami penurunan cukup besar dibanding Rp 10.270 M pada 2007.

Kinerja Keuangan Bank Mutiara Sesudah Pergantian Nama

Pembahasan kinerja keuangan Bank Mutira sesudah pergantian nama diukur dengan 6 rasio keuangan yang terdiri dari:

1. Faktor Permodalan (Capital)

(7)

11,16% pada tahun 2010 dari 10,02% pada tahun 2009 sejalan dengan peningkatan kinerja Bank Mutiara secara keseluruhan. Sepanjang tahun 2010 tidak terjadi suntikan modal tambahan, dengan kata lain 100% kecukupan modal berasal dari pertumbuhan Bank Mutiara (Sumber :Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2010)

2. Faktor Rentabilitas (Earning)

ROE Bank Mutiara dari tahun 2009 ke tahun 2010 mengalami penurunan kinerja yang terlihat dari turunnya peringkat ROA pada tahun 2010 menjadi peringkat ke 2 hal ini disesabkan oleh tingkat laba sebelum pajak Bank Mutiara mengalami penurunan sebesar Rp.28 M. ROE Bank Mutiara mengalami penurunan kinerja yang ditandai dengan turunnya peringkat dari tahun 2009 peringkat ke-1 menjadi peringkat ke 2 pada tahun 2010 hal ini yang disebabkan adanya non recurring income yang besar yakni Rp.147 M dibukukan pada tahun 2009 akibat menguatnya nilai tukar rupiah yang berdampak pada posisi short valas neraca (Sumber: Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2010). NIM Bank Mutiara dari tahun 2009 ke tahun 2010 menunjukkan peningkatan peringkat Bank Mutiara dari peringkat ke-2 menjadi peringkat ke-1. Peningkatan tingkat NIM hal ini disebabkan oleh pendapatan bunga bersih meningkat Rp 60,07 M atau 74,06% dari Rp 81 M pada tahun 2009 menjadi Rp 141 M pada tahun 2010. Hal ini terutama karena keberhasilan Bank Mutiara dalam yield enhancement dengan memaksimalkan penyaluran dana yakni dengan menyalurkan kredit yang prospektif tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian dan menurunkan suku bunga dana pihak ketiga secara bertahap (Sumber : Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2010). BOPO Bank Mutiara menglami penurunan kinerja dari tahun 2009 sebesar 68,7% menjadi 72,38% pada tahun 2010 hal ini dikarenakan biaya operasional mengalami peningkatan sejalan dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas personalia, selain meningkatnya pembiayaan perbaikan infrastruktur (Sumber: Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2010), meskipun demikian tingkat BOPO masih berada dibawah standar BI yang ditetapkan pada SE BI No.6/23/DNPN tgl 31 Maret 2004.

3. Faktor Likuiditas (Liquidity)

LDR Bank Mutiara dari tahun 2009 ke tahun 2010 semakin membaik karena berada mengalami kenaikan peringkat, hal ini dikarenakan pertumbuhan yang baik dalam hal dana pihak ketiga dan meningkatnya kepercayaan nasabah kepada Bank Mutiara. Dana pihak ketiga 2010 tercatat meningkat cukup signifikan sebesar 49,61% menjadi Rp8.901 M pada tahun 2010, dibanding 2009 sebesar Rp5.949 M. Kenaikan yang cukup baik tersebut terutama berasal dari dana deposito terutama nasabah individu. Kredit yang diberikan pada tahun 2010 adalah Rp 6.302 M naik sebesar Rp.1.438 M atau 29,57% (Sumber :Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2010).

Perbandingan Kinerja Sebelum dan Sesedah Pergantian Nama

Kinerja Bank Mutiara sebelum pergantian nama untuk komponen permodalan (Capital) yang diwakili oleh alat hitung CAR menunjukkan bahwa kinerja menurun dari tahun 2006 hingga tahun 2007 hingga pada peringkat ke-4 yang berarti CAR Bank Mutiara dibawah standar BI. Kinerja Bank Mutiara sebelum pergantian nama untuk komponen rentabilitas (Earning) yang diwakili oleh alat hitung ROA, ROE, NIM dan BOPO menunjukkan bahwa kinerja Bank Mutiara mengalami penurunan kinerja, hal ini terlihat dari penurunan peringkat pada alat hitung ROA dan ROE. Sedangkan BOPO berada pada diatas standar maksimal yang ditetapkan BI, meskipun NIM Bank Mutiara mengalami kenaikan kinerja tetapi secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa kinerja Bank Mutiara mengalami penurunan kinerja pada komponen rentabilitas (Earning). Kinerja Bank Mutiara sebelum pergantian nama untuk komponen likuiditas (Liquidity) yang diwakili oleh alat hitung LDR menunjukkan bahwa kinerja Bank Mutiara mengalami kinerja yang baik. LDR Bank Mutiara berada di peringkat ke-1 sesuai dengan standar yang ditetapkan BI pada SE BI No.6/23/DNPN tgl 31 Maret 2004, Meskipun pada masa krisis LDR Bank Mutiara masih berada dibawah batas maksimal yang ditetapkan BI. Hal ini dikarenakan upaya pembenahan dan membangun kembali kepercayaan deposan yang dilakukan oleh manajemen baru, sehingga penarikan dana masyarakat dapat diminimalkan lebih dari separuh jumlah yang berpotensi untuk ditarik (Sumber : Laporan Tahunan Bank Mutiara, 2008).

(8)

peningkatan meskipun tidak signifikan bahkan cendrung pada peringkat yang sama, namun CAR Bank Mutiara tetap berada diatas standar BI. Kinerja Bank Mutiara sesudah pergantian nama untuk komponen rentabilitas (Earning) yang diwakili oleh alat hitung ROA, ROE, NIM dan BOPO menunjukkan bahwa kinerja Bank Mutiara masih mengalami penurunan kinerja yang terlihat dari alat hitung ROA, ROE, dan BOPO hal ini dikarenakan laba Bank Mutiara yang mengalami penurunan pada tahun 2009 yang disebabkan beban operasional Bank Mutiara yang meningkat dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas personalia, selain meningkatnya pembiayaan perbaikan infrastruktur Bank Mutiara. Meskipun demikian NIM Bank Mutiara berhasil meningkat yang menunjukkan tingkat kepercayaan mulai tumbuh lewat penyaluran kredit. Kinerja Bank Mutiara sesudah pergantian nama untuk komponen likuiditas (Liquidity) yang diwakili oleh alat hitung LDR menunjukkan bahwa kinerja Bank Mutiara mengalami kinerja yang kembali baik. Hal ini terlihat LDR Bank Mutiara yang berhasil berada pada peringkat ke-1 hal ini menunjukkan tingkat kepercayaan masyarakat kembali pulih.

5. Simpulan dan Saran

Simpulan dari penelitian kinerja keuangan Bank Mutiara sebelum dan sesudah pergantian nama adalah kinerja keuangan Bank Mutiara sebelum pergantian nama buruk hal ini terlihat dari penurunan kinerja dari komponen permodalan (Capital) dan rentabilitas (Earning) yang berada dibawah standar BI namun pada komponen likuiditas (Liquidity) masih berada dibawah batas maksimum yang ditetapkan BI SE BI No.6/23/DNPN tgl 31 Maret 2004. Kinerja keuangan Bank Mutiara setelah pergantian nama baik hal ini terlihat dari peningkatan kinerja dari komponen permodalan (Capital) dan likuiditas (Liquidity) yang berada pada tingkat diatas standar yang telah ditetapkan BI. Namun komponen rentabilitas (Earning) masih mengalami penurunan kinerja hal ini dikarenakan laba Bank Mutiara yang menurun dan beban operasional yang besar yang ditanggung Bank Mutiara.

Keterbatasan dalam penelitian ini adalah peneliti tidak mengukur kinerja keuangan Bank Mutiara dengan rasio CAMELS secara keseluruhan hal ini disebabkan peneliti hanya memperoleh data yang bersifat keuangan sehingga hanya faktor permodalan (Capital), faktor rentabilitas (Earning), dan faktor likuiditas (Liquidty) yang peneliti gunakan, sedangkan faktor kualitas aset (Asset Quality), manajemen (Management) dan sensitivitas terhadap resiko pasar (Sensitivity to Market Risk) tidak peneliti gunakan dikarenakan peneliti tidak memperoleh data yang bersifat non keuangan.

Adapun saran yang dapat diberikan adalah : Penelitian selanjutnya melengkapi keterbatasan peneliti yang telah diungkapkan diatas yakni melengkapi data yang besifat keuangan maupun non keuangan sehingga rasio CAMELS dapat digunakan secara keseluruhan. Penelitian selanjutnya sebaiknya menggunakan pengukuran kinerja keuangan lainnya, hal ini dikarenakan rasio keuangan bukanlah satu-satunya alat ukur kinerja keuangan, terdapat pengukuran kinerja keuangan selain menggunakan rasio keuangan yakni mengunakan metode Economic Value Added (EVA) yang digunakan sebagai penilai kinerja perusahan yang fokus pada penciptaan nilai (Endri, 2008). Penelitian selanjutnya dapat menganalisis kinerja Bank Mutiara dengan menggunakan konsep Balance Scorecard, sehingga dapat mengevaluasi kinerja bukan hanya dari perspektif keuangan saja, tapi dapat dilihat dari proses bisnis internal, costumer, dan pertumbuhan.

Daftar Pustaka

Bank Century.2006. Laporan Tahunan Bank Century. Jakarta Bank Century.2007. Laporan Tahunan Bank Century. Jakarta. Bank Century.2008. Laporan Tahunan Bank Century. Jakarta. Bank Century.2009. Laporan Tahunan Bank Century. Jakarta Bank Century.2010. Laporan Tahunan Bank Century. Jakarta.

(9)

Endri.2008.Analisis Kinerja Keuangan dengan Mengunakan Rasio-Rasio Keuangan dan Economic Value Added. Jurnal Akuntansi dan Keuangan VOL.13 No.1, Mei 2008.

Febryanti Anita, Zulfadin Rahadian. Analisis Kinerja Bank Devisa dan Non Devisa di Indonesia. Jurnal Ekonomi dan Keuangan , VOL 7, No.4.2003.

Faisol Ahmad.2007.Analisis Kinerja Keuangan Pada Bank Muamalat. Jurnal Bisnis Dan Manajemen,Volume 3 No.2,Januari 2007.

Ikatan Akuntansi Indonesia.2004. Standar Akuntansi Keuangan.Salemba 4. Jakarta.

Ika Maharani, Sugiharto Toto.2007. Kinerja Bank Devisa dan Bank Non Devisa dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Proceeding PESAT (Psikologi, Ekonomi, Sastra, Arsitek dan Sipil). Auditorium Kampus Gunadarma, VOL 2,Agustus 2007.

Isna Rahmawati.2008. Analisis Kinerja Keuangan Antara Bank Mandiri dan Bank Rakyat Indonesia. Skripsi STAIN Surakarta. Surakarta.

Jumingan .2006. Analisis Laporan Keuangan.Bumi Aksara. Jakarta.

Kasmir.2008. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. RajaGrafindo. Jakarta. Kasmir.2008. Analisis Laporan Keuangan.RajaGrafindo. Jakarta.

Lesmana dan Surjanto.2003. Financial Performance Analizing.Elex Komputindo. Jakarta Luciana,Winny.2005. Analisis Rasio Camel Terhadap Prediksi Kondisi Bermasalah Pada Lembaga

Perbankan Perioda 2000-2002. Jurnal Akuntansi Dan Keuangan Vol.7 No.2 November 2005. Martono.2002.Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Ekonisia. Yogyakarta.

Muljono, Teguh Pudjo.2000. Analisa Laporan Keuangan Untuk Perbankan. Djambatan. Jakarta Munawir.2002. Analisis Laporan Keuangan. Liberty. Yogyakarta.

Repubik Indonesia. 1998. Undang-Undang No.10 tahun 1998 Tentang Perbankan. Jakarta.

Saifi,Topowijono.2009. Analisis Kinerja Keuangan Sebelum dan Sesudah Merger (Studi Pada Bank Century). Skripsi Universitas Brawijaya. Malang.

Sumantri, Teddy Jurnali.2010. Manfaat Rasio Keuangan Dalam Memprediksi Kepailitan Bank Nasional. Jurnal Bisnis dan Akuntansi Vol.12 No 1 April 2010.

Surifah.2002. Kinerja Keuangan Perbankan Swaata Nasional Indonesia Sebelum dan Setelah Krisis Ekonomi. Jurnal Akuntansi dan Auditing Indonesia Vol 6 No.2 Desember 2002.

Tim Dosen Fakultas Ekonomi. 2008. Pedoman Penulisan Skripsi. Universitas Malahayati. Bandarlampung.

Yunanto Adi Kusumo.2008. Analisis Kinerja Keuangan Bank Syariah Mandiri Periode 2002-2007 (Dengan Pendekatan PBI No.9/1/Pbi/2007). Jurnal Ekonomi Islam Vol.II NO.1 Juli 2008. ___________.http://www.bei.co.id/BCIC.

___________.http://www.wikipedia.com/Bank Century. ___________.http://www.idx.com/BCIC.

Referensi

Dokumen terkait

Keselamatan Kerja Pada Usaha Perjalanan Wisata 108.. Bahasa Asing

Perundingan adalah cara penye- lesaian sengketa yang paling dasar dan yang paling tua digunakan oleh umat ma- nusia. Penyelesaian melalui negosiasi merupakan cara

Hasil analisis belum menunjukkan pengaruh yang signifikan antara kebiasaan olahraga, kebiasaan makan (pola makan), kebiasaan sarapan pagi, dan kebiasaan jajan

Berkaitan dengan pola perilaku partisipatif misalnya pimpinan berperilaku partisipatif secara efektif apabila situasi bawahan berpengalaman dan paham mengenai pekerjaan,

Setiap sumber panas yang dapat menaikkan suhu ruangan ditandai dengan naiknya temperatur bola kering (Tdb) akan menambah beban panas sensible. Panas laten yaitu panas

Uterus terdiri dari tiga bagian, yaitu cornu uteri atau tanduk uterus yang merupakan bagian uterus yang berhubungan langsung dengan oviduk, corpus uteri berfungsi

DPS berpendapat bahwa kegiatan perbankan yang dijalankan oleh UUS Danamon baik berupa kegiatan bisnis, operasional dan produk-produk yang dikeluarkan pada tahun 2013 pada

Proses awal uji pasca iradiasi PEB uji dilakukan di hot cell RSG-GAS, berupa pengamatan visual dan pengambilan gambar, pengukuran tebal pelat serta penyapuan dan