Nama : Dio Ahmad Hafidzan
NPM : 4301.14.151
Kelas : B
Dosen : Marintan Lasrida Sitorus, S.H., M.H. Mata Kuliah : Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara
HUBUNGAN NEGARA HUKUM, NEGARA KESEJAHTERAAN
DENGAN PERADILAN TATA USAHA NEGARA
Sebelum membahas terkait “Hubungan Negara Hukum, Negara Kesejahteraan dengan Peradilan Tata Usaha Negara” alangkah lebih baiknya kita kupas satu persatu terlebih dahulu mengenai pengertian dari masing-masing hal tersebut.
Pada dasarnya konsep negara hukum muncul dalam berbagai macam jenis seperti negara hukum menurut Al-qur’an dan sunnah atau nomokrasi Islam, negara hukum menurut konsep Eropa Kontinental yang disebut rechtsstaat, negara hukum menurut konsep Anglo-Saxon (rule of law), konsep sosialist legality, dan konsep negara hukum pancasila. Gagasan hukum pernah dikemukakan oleh Plato, ketika dia menulis karya tulis ketiganya yaitu Nomoi. Dalam Nomoi dikatakan bahwa penyelenggaraan negara yang baik ialah yang didasarkan pada pengaturan (hukum) yang baik, artinya ketika pengaturan (hukum) pada suatu negara itu baik akan terrefleksikan baik pula pada penyelenggaraannya dalam negara. Kemudian gagasan Plato mengenai negara hukum didukung oleh muridnya yang bernama Aristoteles, dan dia tuliskan hal itu pada bukunya Politica.
Pada saat itu gagasan terkait negara hukum masih belum jelas dalam jangka waktu yang sangat panjang, hal ini dikarenakan jarangnya para pakar dalam membahas akan gagasan negara hukum, dan hal lainnya hingga kemudian muncul kembali pada abad ke-19, yaitu munculnya konsep rechtsstaat dari Freidrich Julius Stahl, yang diilhami oleh pemikiran Immanuel Kant. Unsur-unsur negara hukum menurutnya ialah sebagai berikut:
a. Perlindungan hak-hak asasi manusia;
b. Pemisahan atau pembagian kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu; c. Pemerintahan berdasarkan peraturan perundang-undangan; dan d. Peradilan administrasi dalam perselisihan.
Dengan demikian, jika seseorang mempunyai hak terhadap negara yang diakui oleh undang-undang, maka antara badan pembuat undang-undang-undang, badan penyelenggara dan badan peradilan itu harus dipisahkan. Dan lembaga-lembaga tersebut harus bisa memberi jaminan keadilan, juga bisa memberi perlindungan hukum kepada rakyat yang merasa haknya dirugikan baik itu dilakukan oleh alat negara.
bagi warganya. Dengan merujuk pada rumusan tujuan negara yang tercantum dalam alinea keempat pembukaan UUD 1945 yaitu “memajukan kesejahteraan umum”, dari hal inilah banyak orang berpendapat bahwa Indonesia merupakan negara kesejahteraan seperti Azhary dan Hamid S. Attamimi. Menanggapi hal ini saya sangat setuju jika negara kita disebut negara kesejahteraan, karena negara akan lebih mementingkan kepentingan warganya demi mencapai kesejahteraan tersebut.
Kemudian, mengenai peradilan tata usaha negara, merupakan salah satu pelaku kekuasaan kehakiman bagi rakyat pencari keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Jadi yang dimaksud pencari keadilan dalam hal ini ialah setiap orang baik wni atau wna dan badan hukum perdata yang mencari keadilan pada peradilan tata usaha negara. Jadi menurut saya peradilan tata usaha negara merupakan suatu sarana atau fasilitas dimana rakyat bisa memperjuangkan keadilan terhadap sengketa tata usaha negara. Sengketa ada apabila ada pejabat negara yang mengeluarkan surat keputusan (beschikking) kepada individu atau badan hukum perdata, namun surat keputusan tersebut melanggar hukum atau perundang-undangan yang berlaku, dan pejabat tersebut bisa digugat di peradilan tata usaha negara. Yang menjadi kajian dalam peradilan tata usaha negara yakni keputusan (beschikking), sedangkan peraturan dan perbuatan materiil tidak termasuk.
Juga pemberian kewenangan kepada administrasi negara untuk bertindak atas inisiatif sendiri itu dikenal dengan istilah freies ermessen, jadi hal ini merupakan kebebasan yang diberikan kepada alat negara guna mencapai kepentingan umum dan kesejahteraan sosial.