• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Kepemimpinan dalam kewirausahaan. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Kepemimpinan dalam kewirausahaan. docx"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kepemimpinan merupakan kekuatan aspirasional, kekuatan semangat,

dan kekuatan moral yang kreatif yang mampu mempengaruhi para anggota.

Kekuatan dan keunggulan sifat-sifat pemimpin itu pada akhirnya merupakan

perangsang psikososial yang bisa memunculkan reaksi-reaksi bawahan secara

kolektif. Selanjutnya akan dimunculkan kepatuhan, loyalitas, kerjasama, dari

para anggota kelompok kepada pemimpinnya.

Dunia kewirausahaan dapat diumpamakan seperti mengendarai suatu

kendaraan yang pada awalnya belum terbiasa di dalam suatu lingkungan dan

ketika mencoba tiba-tiba tampak lebih berbahaya daripada yang kita perkirakan

pada awalnya. Kebiasaan kita adalah untuk menarik diri kepada kenyamanan di

dalam kepompong, sesuatu yang kita percayai lebih aman, di mana kita dapat

bersantai sejenak tanpa perlu berkonsentrasi, dan mendapatkan sesuatu tanpa

terlalu memikirkan bagaimana kita melakukannya. Kebiasaan semacam ini harus

digantikan dengan memahami prinsip-prinsip yang akan memastikan bahwa kita

dapat mencapai tujuan kita dan berlatih dengan disiplin sampai kita bisa

melakukannya.

Dalam makalah ini, kami akan menjelaskan beberapa hubungan

kepemimpinan dengan kewirausahaan yang akan mempengaruhi dalam suatu

pencapaian tujuan usaha.

B. Rumusan Masalah

(2)

1. Apa definisi dari kepemimpinan?

2. Apa saja perilaku kepemimpinan?

3. Apa saja pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan?

4. Bagaimana penentuan prosedur pembuatan keputusan sebagai pemimpin? 5. Bagaimana situasi kepemimpinan pada umumnya?

6. Bagaimana teori daur hidup kepemimpinan?

C. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dalam pembuatan makalah ini yaitu:

1. Mengetahui definisi dari kepemimpinan.

2. Memahami apa saja perilaku kepemimpinan.

3. Mengetahui apa saja pendekatan-pendekatan dalam kepemimpinan.

4. Memahami penentuan prosedur pembuatan keputusan sebagai pemimpin. 5. Memahami situasi kepemimpinan pada umumnya.

6. Memahami teori daur hidup kepemimpinan.

Sedangkan manfaat dari penulisan ini, yaitu dapat mereferensi mengenai

kepemimpian dalam kewirausahaan yang menambah ilmu pengetahuan dan

wawasan serta dapat memberikan informasi yang berguna.

BAB II PEMBAHASAN

(3)

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain kearah

pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti

menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah

tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil, baik

yang memimpin beberapa atau beratus-ratus karyawan. Seorang pemimpin yang

efektif akan selalu mencari cara yang lebih baik. Seorang bisa dikatakan

pemimpin yang berhasil jika percaya pada pertumbuhan yang

berkesinambungan, efisiensi yang meningkat dan keberhasilan yang

berkesinambungan dari perusahaan.

B. Perilaku Kepemimpinan

Perilaku pemimpin menyangkut dua bidang utama: (a) Berorientasi pada

tugas yang menetapkan sasaran, merencanakan dan mencapai sasaran; dan (b)

Berorientasi pada orang yang memotivasi dan membina hubungan manusiawi.

 Orientasi Tugas

Seorang pemimpin dengan orientasi demikian cenderung

menunjukkan pola-pola perilaku berikut:

1. Merumuskan secara jelas peranannya sendiri maupun stafnya.

2. Menetapkan tujuan-tujuan yang sukar tetapi dapat dicapai, dan

memberitahukan orang-orang apa yang diharapkan dari mereka.

3. Menentukan prosedur-prosedur untuk mengukur kemajuan menuju tujuan

dan untuk mengukur pencapaian tujuan itu, yakni tujuan-tujuan yang

(4)

4. Melaksanakan peranan kepemimpinan secara aktif dalam merencanakan,

mengarahkan, membimbing dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang

berorientasi pada tujuan.

5. Berminat mencapai peningkatan produktifitas.

Pemimpin yang kadar orientasi tugasnya rendah cenderung menjadi

tidak aktif dalam mengarahkan perilaku yang berorientasi pada tujuan, seperti

perencanaan dan penjadwalan. Mereka cenderung bekerja seperti para

karyawan lain dan tidak membedakan peranan mereka sebagai pemimpin

organisasi secara jelas.

 Orientasi Orang-orang

Orang-orang yang kuat dalam orientasi orang cenderung menunjukan

pola-pola berikut ini:

1. Menunjukan perhatian atas terpeliharanya keharmonisan dalam

organisasi dan menghilangkan ketegangan, jika timbul.

2. Menunjukan perhatian pada orang sebagai manusia dan bukan sebagai

alat produksi saja.

3. Menunjukan pengertian dan rasa hormat pada kebutuhan-kebutuhan,

tujuan-tujuan, keinginan-keinginan, perasaan dan ide-ide karyawan.

4. Mendirikan komunikasi timbale balik yang baik dengan staf.

5. Menerapkan prinsip penekanan-ulang untuk meningkatkan prestasi

karyawan. Prinsip ini menyatakan bahwa perilaku yang diberi imbalan

akan bertambah dalam frekuensinya dan bahwa perilaku yang tidak diberi

(5)

6. Menciptakan suatu suasana kerja sama dan gugus kerja dalam

organisasi.

7. Mendelegasi kekuasaan dan tanggung jawab, serta mendorong inisiatif.

Pemimpin yang orientasi orangnya rendah cenderung bersikap dingin

dalam hubungan dengan karyawan mereka, memusatkan perhatian pada

prestasi individu dan persaingan daripada kerjasama, serta tidak

mendelegasikan kekuasaan dan tanggung jawab.

 Pemimpin dan Manajer

Memimpin tidaklah sama dengan mengelola (manage). Walaupun

beberapa wirausahawan adalah seorang pemimpin dan beberapa pemimpin

adalah wirausahawan, memimpin dan mengelola bukanlah merupakan

aktivitas yang identik.

Kepemimpinan adalah bagian dari manajemen. Pengelolaan (manage)

adalah bidang yang lebih luas dibandingkan memimpin dan dipusatkan pada

masalah perilaku maupun non perilaku. Kepemimpinan terutama ditekankan

pada isu perilaku. Aktivitas dari wirausahawan efektif adalah sebagai berikut:

1. Dari segi sikap kepada bawahan

a) Mempunyai kepercayaan pada bawahan dan menyampaikan

kepercayaan tersebut.

b) Mudah didekati dan bersahabat.

c) Suka sekali membantu bawahan agar menjadi lebih efektif dan

berusaha menghilangkan kendala bagi pencapaian tujuan dan

(6)

d) Dalam berhubungan dengan bawahan, secara emosional suka

mendukung dan berusaha menghindari perilaku yang mengancam

ego.

e) Mencoba meminimisasi tekanan-tekanan dalam hubungan dengan

bawahan untuk menghindari penurunan kemampuan intelektual dari

bawahan.

f) Membiarkan bawahan untuk mempunyai ruang gerak dalam

pemecahan masalah kerja dimana kecerdasan bawahan bisa

menghasilkan suatu keuntungan dan dimana standardisasi dalam

metode tidak penting sekali.

g) Mengetahui kebutuhan bagi corak kepemimpinan untuk menjadi agak

berbeda pada lingkungan teknologi yang berbeda, contohnya mungkin

sangat mudah untuk terlalu terstruktur dan terlalu mengarahkan pada

lingkungan laboratorium dan untuk tidak terlalu terstruktur dan terlalu

partisipasif dalam beberapa lingkungan pabrik.

h) Mendorong partisipasi bawahan tetapi hanya dengan dasar

kepentingan yang sesungguhnya dalam menggunakan saran-saran

yang konstruktif dan hanya dimana bawahan mengetahui bahwa

berpartisipasi adalah sah.

2. Dari segi teknologi, perencanaan, dan seleksi

a) Menggunakan dan mendorong bawahan untuk menggunakan

(7)

penyederhanaan kerja, peralatan yang sesuai, tata ruang yang tepat,

dan lain sebagainya.

b) Seorang perencana yang efektif dari segi tujuan dan kontingensi

jangka panjang maupun jangka pendek.

c) Memilih bawahan dengan kualifikasi yang tepat.

3. Dari segi standar dan penilaian kinerja.

a) Bekerja dengan bawahan dalam menetapkan standar kinerja yang

tinggi dan tujuan yang tinggi tetapi bisa dicapai yang konsisten

dengan tujuan dari perusahaan.

b) Menghargai kinerja yang bisa diukur dari bawahan subyektif mungkin,

tetapi membuat penilaian kompensasi dan promosi dengan dasar

kinerja total.

4. Dari segi fungsi penghubung

a) Seorang penghubung yang efektif dengan manajemen yang lebih

tinggi dan kelompok lain dalam perusahaan di dalam melancarkan

pelaksanaan tugas.

5. Dari segi memberikan balas jasa dan hukuman

a) Memberikan pengakuan pada kerja yang baik.

b) Menggunakan kesalahan bawahan sebagai kesempatan mendidik

pada bawahan dan bukannya menggunakan sebagai alasan hukuman

pada bawahan.

(8)

 Pendekatan Sifat (Trait) Kepemimpinan

Pendekatan perilaku kepemimpinan menganggap bahwa pemimpin

yang baik adalah dilahirkan dan bukannya diciptakan. Pemimpin yang berhasil

cenderung memiliki karakteristik-karakteristik sebagai berikut :

a. Kecerdasan, termasuk kemampuan menilai dan verbal

b. Prestasi dimasa lalu dalam bidang pendidikan dan olahraga

c. Kematangan dan stabilitas emosional

d. Ketergantungan, ketekunan, dan dorongan untuk mencapai prestasi yang

berkesinambungan.

e. Keterampilan untuk berpartisipasi secara sosial dan beradaptasi dengan

berbagai kelompok

f. Keinginan untuk menggapai status dan posisi sosial ekonomi

 Pendekatan Situasi (Situasional) Kepemimpinan

Penekanan kepemimpinan telah bergeser dari pendekatan sifat (trait)

ke pendekatan situasi. Pendekatan situasi kepemimpinan yang lebih modern

didasarkan pada asumsi bahwa semua contoh kepemimpinan yang berhasil

agak berbeda dan membutuhkan kombinasi yang unik dari pemimpin,

pengikut, dan situasi kepemimpinan. Interaksi ini umumnya diungkapkan

dalam rumusan SL = f (L, F, S). Dimana SL adalah kepemimpinan yang

berhasil, f adalah fungsi dari, dan L, F, dan S adalah pemimpin, pengikut dan

situasi. Terjemahan dari rumusan ini adalah bahwa kepemimpinan yang

(9)

pemimpin, pengikut, dan situasi harus sesuai satu dengan lainnya jika usaha

kepemimpinan diharapkan untuk berhasil.

Wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih

demokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan,

sementara wirausahawan yang menunjukkan perilaku kepemimpinan lebih

otokratis dinamakan kepemimpinan yang dipusatkan pada atasan.

D. Penentuan Prosedur Pembuatan Keputusan Sebagai Pemimpin

Tiga faktor atau kekuatan utama yang mempengaruhi penentuan

wirausahawan tentang perilaku kepemimpinan mana yang akan digunakan untuk

membuat keputusan adalah :

1. Kekuatan-kekuatan dalam Diri Wirausahawan

Wirausahawan seharusnya mengetahui empat kekuatan dalam diri

mereka yang akan mempengaruhi ketetapan hati mereka tentang bagaimana

membuat keputusan sebagai seorang pemimpin, antara lain :

a. Nilai-nilai wirausahawan, seperti arti penting efisiensi organisasional bagi

wirausahawan, pertumbuhan pribadi, pertumbuhan bawahan, dan laba

perusahaan. Contoh, jika pertumbuhan bawahan dinilai sangat tinggi,

seorang wirausahawan mungkin ingin memberikan pengalaman pembuatan

keputusan kepada anggota-anggota kelompok, bahkan walaupun

wirausahawan sendiri bisa membuat keputusan yang sama yang jauh lebih

cepat dan efisien.

b. Tingkat kepercayaan wirausahawan pada bawahan. Pada umumnya,

(10)

kemungkinan corak pembuatan keputusan dari wirausahawan akan bersifat

demokratis atau dipusatkan pada bawahan. Demikian pula sebaliknya,

semakin kurang percaya wirausahawan pada bawahan semakin besar

corak pembuatan keputusan akan bersifat otokratis atau dipusatkan pada

atasan.

c. Kekuatan pemimpin dari wirausahawan itu sendiri. Beberapa wiausahawan

lebih efektif dalam memberikan perintah-perintah daripada pemimpin suatu

kelompok pembahasan demikian pula sebaliknya. Seorang wirausahawan

harus mampu mengetahui kekuatan kepemimpinannya dan

mempergunakannya.

d. Toleransi terhadap kemenduaan (ambiguity). Ketika seorang wirausahawan

bergerak dari corak pembuatan keputusan yang dipusatkan pada atasan ke

corak pembuatan keputusan yang dipusatkan pada bawahan, dia mungkin

akan kehilangan beberapa kepastian mengenai bagaimana suatu masalah

hendaknya dipecahkan. Jika penurunan kepastian ini mengganggu bagi

seorang wirausahawan, mungkin akan sangat sulit bagi seorang

wirausahawan untuk berhasil sebagai seorang pemimpin yang dipusatkan

pada bawahan.

2. Kekuatan-kekuatan pada Bawahan

Seorang wirausahawan hendaknya mengetahui kekuatan-kekuatan

pada bawahan yang mempengaruhi ketetapan hati dari wirausahawan tentang

bagaimana membuat keputusan sebagai seorang pemimpin. Untuk mengerti

(11)

sama ataupun berbeda. Suatu pendekatan untuk memutuskan bagaimana

memimpin semua bawahan adalah tidak mungkin. Akan tetapi, wirausahawan

mungkin bisa meningkatkan keberhasilannya sebagai seorang pemimpin

dengan memberikan kebebasan yang lebih besar kepada bawahan dalam

pembuatan keputusan, seperti apa yang disarankan berikut ini :

a. Jika bawahan-bawahan mempunyai kebutuhan saling ketergantungan yang

relatif tinggi (orang-orang berbeda pada tujuan yang mereka inginkan).

b. Jika bawahan mempunyai kesiapan untuk menerima tanggung jawab dalam

pembuatan keputusan (beberapa melihat tanggung jawab tambahan

sebagai penghargaan untuk kemampuan mereka; yang lainnya melihat

sebagai “pengalihan beban”).

c. Jika bawahan mempunyai toleransi yang relatif tinggi terhadap kemenduan

(beberapa karyawan memilih untuk mendapatkan pengarahan yang

langsung dan jelas; yang lainnya memilih bidang kebebasan yang lebih

luas).

d. Jika bawahan tertarik pada masalah dan merasa bahwa masalah itu

penting.

e. Jika mereka mengerti dan mengidentifikasi dengan tujuan-tujuan dari

organisasi.

f. Jika mereka mempunyai pengetahuan dan pengalaman yang dibutuhkan

untuk berhubungan dengan masalah.

g. Jika mereka telah belajar untuk berbagi dalam pembuatan keputusan.

(12)

tiba-tiba dihadapkan dengan tuntutan untuk berperan serta dalam

pembuatan keputusan sering mengeluh dengan pengalaman baru ini.

Sebaliknya orang-orang yang telah menikmati sejumlah kebebasan yang

besar mulai kecewa pada atasan yang mulai membuat semua keputusan

sendirian).

Jika semua karakteristik bawahan tidak ada dalam situasi tertentu,

seorang wirausahawan mungkin harus bergerak pada corak pendekatan yang

lebih otokratis atau pendekatan yang dipusatkan pada atasan dalam

pembuatan keputusan.

3. Kekuatan-kekuatan pada Situasi atau Keadaan

Kekuatan yang mempengaruhi ketetapan hati wirausahawan tentang

bagaimana membuat keputusan sebagai seorang pemimpin adalah kekuatan

dalam situasi kepemimpinan. Kekuatan dalam situasi kepemimpinan dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Faktor organisasional, seperti ukuran kelompok kerja dan distribusi

geografisnya menjadi penting dalam memutuskan bagaimana membuat

keputusan sebagai seorang pemimpin. Kelompok kerja yang sangat besar

atau pemisahan geografis yang sangat luas dari kelompok kerja tersebut

bisa membuat corak kepemimpinan yang dipusatkan pada bawahan

menjadi tidak praktis.

b. Faktor efektifitas anggota-anggota kelompok bekerja bersama. Untuk tujuan

ini, seorang wirausahawan harus mengevaluasi isu-isu seperti pengalaman

(13)

oleh anggota-anggota kelompok dalam kemampuan mereka di dalam

memecahkan masalah sebagai suatu kelompok. Sebagai aturan umum,

seorang wirausahawan hendaknya hanya memberikan tanggung jawab

pembuatan keputusan kepada kelompok kerja yang efektif.

c. Faktor masalah yang harus dipecahkan. Sebelum bertindak sebagai

seorang pemimpin yang dipusatkan pada bawahan, seorang wirausahawan

harus yakin bahwa suatu kelompok memiliki keahlian yang diperlukan untuk

membuat keputusan mengenai masalah yang ada. Ketika suatu kelompok

kehilangan keahlian yang diperlukan untuk memecahkan masalah, seorang

wirausahawan umumnya akan bergerak ke kepemimpinan yang lebih

dipusatkan pada atasan.

d. Faktor waktu yang tersedia dalam membuat suatu keputusan. Sebagai

suatu garis pedoman umum, semakin sedikit waktu yang tersedia bagi

pembuatan suatu keputusan, semakin tidak praktis untuk membiarkan

suatu kelompok membuat keputusan. Biasanya lebih banyak waktu yang

dibutuhkan oleh kelompok untuk mencapai suatu keputusan dibandingkan

oleh individu-individu.

E. Situasi Kepemimpinan Pada Umumnya

Seorang pemimpin menunjukkan tipe perilaku utama ketika mereka

menyelesaikan tugas kewajiban mereka, yaitu:

a. Perilaku struktur, adalah suatu aktivitas kepemimpinan yang (1)

menggambarkan hubungan antara pemimpin dan pengikut dari pemimpin

(14)

dipatuhi oleh pengikut dalam melakukan tugas-tugas mereka. Secara

keseluruhan perilaku struktur membatasi pengarahan diri dari pengikut

tersebut dalam melakukan tugas-tugas mereka. Walaupun benar disimpulkan

bahwa perilaku struktur bisa, dan adakalanya relatif kuat, tetapi akan salah

jika menganggapnya sebagai kasar dan tidak baik.

b. Perilaku pertimbangan, adalah perilaku kepemimpinan yang mencerminkan

persahabatan, saling percaya, rasa hormat, dan kehangatan dalam hubungan

diantara pemimpin dengan pengikut atau bawahannya. Perilaku pertimbangan

umumnya ditujukan pada pengembangan dan pemeliharaan suatu hubungan

kemanusiaan antara pemimpin dan pengikutnya.

F. Teori Daur Hidup Kepemimpinan

Teori daur hidup kepemimpinan adalah dasar pikiran yang mengaitkan

corak kepemimpinan dengan berbagai situasi untuk menjamin kepemimpinan

yang efektif. Teori ini menggunakan dua tipe perilaku kepemimpinan yang pada

dasarnya sama dengan diatas, tetapi menamakan kedua dimensi tersebut

sebagai “tugas” dan bukannya struktur serta “hubungan” dan bukannya

pertimbangan.

Teori daur hidup terutama didasarkan pada hubungan antara kedewasan

pengikut, perilaku tugas dari pemimpin dan perilaku hubungan pemimpin.

Menurut teori ini, corak kepemimpinan hendaknya mencerminkan tingkat

kedewasaan dari pengikut. Kedewasaan didefinisikan sebagai kemampuan dari

(15)

menerima tanggung jawab tambahan, dan keinginan untuk mencapai

keberhasilan. Semakin banyak karakteristik tersebut dimiliki oleh pengikut,

semakin dewasa para pengikut tersebut dikatakan. Seperti yang digunakan

dalam teori daur hidup ini,kedewasaan tidaklah perlu berkaitan dengan umur

kronologis.

Teori daur hidup ini menyatakan bahwa perilaku kepemimpinan efektif

hendaknya bergerak dari :

a. Perilaku tugas yang tinggi-perilaku hubungan yang rendah ke

b. Perilaku hubungan yang tinggi-perilaku tugas yang tinggi ke

c. Perilaku hubungan yang tinggi-perilaku tugas yang rendah ke

d. Perilaku tugas yang rendah-perilaku hubungan yang rendah, ketika tingkat

kedewasaan pengikut berubah dari tidak dewasa menuju dewasa.

Terdapat pula beberapa pengecualian pada filsafat umum dari teori daur

hidup. Contoh, jika terdapat batas waktu akhir yang harus dipenuhi yang singkat,

seorang pemimpin mungkin perlu mempercepat produksi melalui corak tugas

yang tinggi-hubungan yang rendah dan bukannya corak tugas rendah-hubungan

yang rendah bahkan walaupun pengikut dari pemimpin mungkin mempunyai

tingkat kedewasaan yang tinggi. Akan tetapi, suatu corak tugas yang

tinggi-hubungan yang rendah dalam jangka panjang akan menghasilkan tinggi-hubungan

kerja yang buruk diantara pemimpin dan pengikut.

Berikut contoh bagaimana teori daur hidup diterapkan dalam situasi

kepemimpinan yang nyata. Seorang karyawan disewa sebagai penjual pada toko

pakaian. Sesudah masuk dalam organisasi ini, individu tersebut sangat tidak

(16)

berhubungan dengan pekerjaan secara independen. Menurut teori daur hidup,

corak yang sesuai untuk memimpin karyawan baru tersebut adalah tugas yang

tinggi-hubungan yang rendah. Pemimpin hendaknya memberitahukan pada

karyawan tersebut apa yang harus dilakukan dan bagaimana cara melakukannya

tugas-tugasnya. Hubungan dengan karyawan hendaknya tidak terlalu intensif

karena bisa ditafsirkan sebagai permisif.

Ketika karyawan meningkat kedewasaan yang berhubungan dengan

kerjanya, corak kepemimpinan berikutnya yang sesuai dengan tingkat

kedewasaannya adalah tugas tinggi-hubungan tinggi. Walaupun kedewasaan

karyawan agak meningkat, pemimpin perlu mengamati dengan seksama karena

karyawan tersebut tetap perlu mendapat bimbingan dan pengarahan pada suatu

ketika. Sesudah memberikan beberapa kerja dasar pada corak kepemimpinan

pertama, pemimpin siap mengembangkan suasana paling percaya, saling

menghormati, dan bersahabat antara dia dengan karyawannya.

Ketika tingkat kedewasaan dari karyawan semakin meningkat lebih lanjut,

corak kepemimpinan yang sesuai untuk karyawan tersebut adalah hubungan

tinggi-tugas rendah. Pemimpin sekarang bisa mengurangi perilaku tugas karena

karyawan sekarang sudah berada diatas rata-rata tingkat kedewasaan dalam

pekerjaannya dan biasanya bisa memecahkan masalah yang berhubungan

dengan pekerjaannya secara independen. Seperti halnya dengan corak

kepemimpinan sebelumnya, pemimpin perlu menekankan pengembangan

(17)

Ketika tingkat kedewasaan karyawan hampir mendekati maksimum, corak

kepemimpinan yang sesuai adalah tugas rendah-hubungan rendah. Sekali lagi

pemimpin bisa mengurangi perilaku tugas karena pengikut sepenuhnya terbiasa

dengan pekerjaannya. Pemimpin juga bisa mengurangi perilaku hubungannya

karena dia sekarang memiliki suatu hubungan kerja yang baik dengan

pengikutnya.

 Fleksibilitas Pemimpinan

Teori situasi kepemimpinan seperti teori daur hidup didasarkan pada

konsep bahwa pemimpin yang berhasil harus merubah corak kepemimpinannya

ketika mereka menemui situasi yang berbeda. Perubahan corak ketika ditemui

situasi yang baru ini dinamakan fleksibilitas pemimpin. Apakah suatu permintaan

yang terlalu banyak jika meminta pemimpin fleksibel menurut semua rentang

corak pemimpin pokok? Jawaban dari pertanyaan ini adalah bahwa beberapa

pemimpin bisa fleksibel dan beberapa tidak bisa. Bagaimanapun juga, suatu

corak kepemimpinan mungkin demikian merasuk dalam diri seorang pemimpin

sehingga akan memerlukan waktu bertahun-tahun bahkan untuk menjadi

fleksibel. Dengan kata lain, beberapa pemimpin mungkin telah mengalami masa

keberhasilan pada suatu situasi yang pada hakikatnya statis sehingga mereka

yakin bahwa fleksibilitas tidak diperlukan. Akan tetapi, terdapat banyak kendala

bagi fleksibilitas kepemimpinan.

Satu strategi untuk mengatasi kendala tersebut adalah dengan mengubah

situasi organisasional untuk sesuai dengan corak kepemimpinan dan bukannya

(18)

Menghubungkan pemikiran ini dengan teori daur hidup kepemimpinan, mungkin

lebih mudah untuk menggeser berbagai pemimpin ke situasi yang sesuai dengan

corak kepemimpinan mereka daripada berharap pemimpin mengubah corak

kepemimpinan terhadap perubahan situasi.

Menurut teori kontingensi kepemimpinan, hubungan pemimpin-anggota,

struktur tugas, dan kekuatan posisi dari seorang pemimpin adalah tiga faktor

utama yang hendaknya digunakan sebagai dasar memindahkan seorang

pemimpin ke situasi yang lebih sesuai dengan corak kepemimpinannya.

a. Hubungan pemimpin-anggota adalah tingkatan dimana pemimpin merasa

diterima oleh pengikut-pengikutnya, dan

b. Struktur tugas adalah tingkatan dimana tujuan, tugas yang harus dilakukan,

dan faktor situasi lainnya dijabarkan dengan jelas.

c. Faktor ketiga, kekuatan posisi adalah ditentukan oleh seberapa besar

pemimpin bisa melakukan pengawasan dengan balas jasa dan hukuman yang

diterima oleh pengikut.

Wirausahawan dalam suatu organisasi dapat menjadi pemimpin yang

berhasil jika mereka ditempatkan pada situasi yang sesuai dengan corak

kepemimpinan mereka. Hal ini diasumsikan bahwa setiap orang dalam

organisasi mempunyai kemampuan untuk menilai karakteristik dari pemimpin

organisasi dan variabel organisasional penting lainnya dan kemudian

(19)

BAB III KESIMPULAN

Kepemimpinan adalah proses mengarahkan perilaku orang lain ke arah

pencapaian suatu tujuan tertentu. Pengarahan dalam hal ini berarti

menyebabkan orang lain bertindak dengan cara tertentu atau mengikuti arah

tertentu. Wirausahawan yang berhasil merupakan pemimpin yang berhasil

memimpin para karyawannya dengan baik. Perilaku pemimpin menyangkut dua

bidang utama: (a) Berorientasi pada tugas; dan (b) Berorientasi pada orang.

Sedangkan pendekatan-pendekatan kepemimpinan yaitu terdiri dari pendekatan

sifat (trait) kepemimpinan dan pendekatan situasi (situasional) kepemimpinan.

Tiga kekuatan utama yang mempengaruhi penentuan wirausahawan

untuk membuat keputusan yaitu kekuatan-kekuatan dalam diri wirausahawan,

kekuatan-kekuatan pada bawahan, dan kekuatan-kekuatan pada situasi.

Seorang pemimpin menunjukkan tipe perilaku utama, yaitu perilaku

struktur dan perilaku pertimbangan. Sedangkan teori daur hidup kepemimpinan

adalah dasar pikiran yang mengaitkan corak kepemimpinan dengan berbagai

(20)

DAFTAR PUSTAKA

Wiratmo, Masykur. (1996). Pengantar Kewirausahaan Kerangka Dasar

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menganalisa adanya pengaruh yang signifikan antara upah insentif, gaya kepemimpinan atasan dan komunikasi atasan bawahan terhadap kepuasan kerja karyawan pada PT..

Di antara kedua belah pihak (atasan dan bawahan) harus ada komunikasi dua arah atau komunikasi timbal balik, untuk itudiperlukan adanya kerja sama yang diharapkan untuk mencapai

Apakah pembuatan keputusan disentralisasikan (terbatas pada manajemen tingkat yang lebih tinggi), atau desentralisasi (ditujukan untuk bawahan) tergantung pada

Ayat ini menunjuk-Nya dengan kata “Dia” yakni Dia yang menurunkan Al-Qur'an dan yang disebut-sebut pada ayat-ayat yang lalu Dia, Allah Yang tiada Tuhan yang berhak disembah,

Dia menggunakan pendapatan itu untuk membiayai dua inovasi lainnya: Sebuah proses pembuatan semen, yang memperkenalkan inovasi industri yang penting meskipun

diharapkan memiliki tipe kepemimpinan yang sesuai dengan harapan atau tujuan, baik. itu harapan dari bawahan, atau dari atasan yang lebih tinggi, posisinya, yang

Adanya transparansi informasi yang memadai antara atasan dan bawahan serta keterlibatan para pekerja dalam berbagai keputusan akan memuaskan kebutuhan para pekerja

Gambar 1.3 menggambarkan hubungan antara tingkat kematangan para pengikut atau bawahan dengan gaya kepemimpinan yang sesuai untuk diterapkan ketika para pengikut bergerak