• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gaya Kepemimpinan pelatih olahraga dalam (7)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gaya Kepemimpinan pelatih olahraga dalam (7)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Gaya Kepemimpinan

Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam suatu organisasi antara lain:

a) Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya partisipasinya.

b) Gaya Kepemimpinan Menurut Likert

Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu: 1) Sistem Otoriter-Eksploitatif

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke bawah (top-down).

2) Sistem Benevolent-Authoritative

Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu, memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang, meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan pengawasan yang ketat.

3) Sistem Konsultatif

Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan spesifik yang dibuat oleh bawahan. 4) Sistem Partisipatif

(2)

c) Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y

Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab, mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat macam yaitu:

1) Gaya Kepemimpinan Diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan bentuk dari pelaksanaan Teori X.

2) Gaya Kepemimpinan Autokratis

Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan dari Teori X.

3) Gaya Kepemimpinan Demokratis

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.

4) Gaya Kepemimpinan Santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2008: 64)

d) Gaya Kepemimpinan Menurut Robbet House

Berdasarkan Teori Motivasi pengharapan, Robert House dalam Nursalam (2002) mengemukakan empat gaya kepemimpinan yaitu:

1) Direktif

(3)

2) Suportif

Pemimpin berusaha mendekatkan diri kepada bawahan dan bersikap ramah terhadap bawahan. 3) Parsitipatif

Pemimpin berkonsultasi dengan bawahan untuk mendapatkan masukan dan saran dalam rangka pengambilan sebuah keputusan.

4) Berorientasi Tujuan

Pemimpin menetapkan tujuan yang menantang dan mengharapkan bawahan berusaha untuk mencapai tujuan tersebut dengan seoptimal mungkin (Sujak dalam Nursalam, 1990)

e) Gaya Kepemimpinan Menurut Hersey dan Blanchard

Ciri-ciri kepemimpinan menurut Hersey dan Blanchard (1997) meliputi: 1) Instruksi

 Tinggi tugas dan rendah hubungan  Komunikasi sejarah

 Pengambilan berada pada pemimpin dan peran bawahan sangat minimal

 Pemimpin banyak memberikan pengarahan atau instruksi yang spesifikserta mengawasi dengan ketat

2) Konsultasi

 Tinggi tugas dan tinggi hubungan  Komunikasi dua arah

 Peran pemimpin dalam pemecahan masalah dan pengambilan keputusan cukup besar 3) Parsitipatif

 Tinggi hubungan rendah tugas

 Pemimpin dan bawahan bersama-sama member gagasan dalam pengambilan keputusan 4) Delegasi

 Rendah hubungan dan rendah tugas

 Komunikasi dua arah, terjadi diskusi antara pemimpin dan bawahan dalam pemecahan masalah serta bawahan diberi delegasi untuk mengambil keputusan

f) Gaya Kepemimpinan Menurut Lippits dan K. White

Menurut Lippits dan White, terdapat tiga gaya kepemimpinan yaitu otoriter, demokrasi, liberal yang mulai dikembangkan di Unversitas Lowa.

(4)

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:  Wewenang mutlak berada pada pimpinan

 Keputusan selalu dibuat oleh pimpinan  Kebijaksanaan selalu dibuat oleh pimpinan

 Komunikasi berlangsung satu arah dari pimpinan kepada bawahan

 Pengawasan terhadap sikap, tingkah laku, perbuatan atau kegiatan para bawahan dilakukan secara ketat

 Prakarsa harus selalu berasal dari pimpinan

 Tidak ada kesempatan bagi bawahan untuk memberikan saran, pertimbangan atau pendapat  Tugas-tugas dari bawahan diberikan secara instruktif

 Lebih banyak kritik daripada pujian

 Pimpinan menuntut prestasi sempurna dari bawahan tanpa syarat  Pimpinan menuntut kesetiaan tanpa syarat

 Cenderung adanya paksaan, ancaman dan hukuman  Kasar dalam bersikap

 Tanggung jawab dalam keberhasilan organisasi hanya dipikul oleh pimpinan 2) Demokratis

Kepemimpinan gaya demokratis adalah kemampuan dalam mempengaruhi orang lain agar besedia bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, berbagai kegiatan yang akan dilakukan ditentukan bersama antara pimpinan dan bawahan.

Gaya kepemimpinan ini memiliki ciri-ciri sebagai berikut:  Wewenang pimpinan tidak mutlak

 Pimpinan bersedia melimpahkan sebagian wewenang kepada bawahan  Keputusan dibuat bersama antara pimpinan dan bawahan

 Komunikasi berlangsung timbal balik  Pengawasan dilakukan secara wajar  Prakarsa datang dari bawahan

 Banyak kesempatan dari bawahan untuk menyampaikan saran dan pertimbangan

 Tugas-tugas dari bawahan diberikan dengan lebih bersifat permintaan daripada instruktif  Pujian dan kritik seimbang

 Pimpinan mendorong prestasi sempurna para bawahan dalam batas masing-masing  Pimpinan kesetiaan bawahan secara wajar

 Pimpinan memperhatikan perasaan dalam bersikap dan bertindak

(5)

 Tanggung jawab keberhasilan organisasi ditanggung secara bersama-sama 3) Liberal atau Laissez Faire

Kepemimpinan gaya liberal atau Laisssez Faire adalah kemampuan mempengaruhi orang lain agar bersedia bekerja sama untuk mencapai tujuan dengan cara berbagai kegiatan dan pelaksanaanya dilakukan lebih banyak diserahkan kepada bawahan.

Gaya kepemimpinan ini bercirikan sebagai berikut:

 Pemimpin melimpahkan wewenang sepenuhnya kepada bawahan  Keputusan lebih banyak dibuat oleh bawahan

 Kebijaksanaan lebih banyak dibuat oleh bawahan

 Pimpinan hanya berkomunikasi apabila diperlukan oleh bawahan  Hampir tiada pengawasan terhadap tingkah laku

 Prakarsa selalu berasal dari bawahan  Hampir tiada pengarahan dari pimpinan

 Peranan pimpinan sangat sedikit dalam kegiatan kelompok  Kepentingan pribadi lebih penting dari kepentingan kelompok  Tanggung jawab keberhasilan organisasi dipikul oleh perseorangan

g) Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:

1) Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau pekarjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.

2) Demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

3) Partisipatif

(6)

saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.

4) Bebas Tindak

Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

D. Kriteria Pemimpin dalam Keperawatan yang Efektif

Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat. Ada beberapa kepemimpinan yang efektif antara lain menurut :

a) Ruth M. Trapper (1989 ), membagi menjadi 6 komponen :

1) Menentukan tujuan yang jelas, cocok, dan bermakna bagi kelompok. Memilih pengetahuan dan ketrampilan kepemimpinan dan dalam bidang profesinya.

2) Memiliki kesadaran diri dan menggunakannya untuk memahami kebutuhan sendiri serta kebutuhan orang lain.

3) Berkomunikasi dengan jelas dan efektif.

4) Mengerahkan energi yang cukup untuk kegiatan kepemimpinan 5) Mengambil tindakan

b) Hellander ( 1974 )

Dikatakan efektif bila pengikutnya melihat pemimpin sebagai seorang yang bersama-sama mengidentifikasi tujuan dan menentukan alternatif kegiatan.

c) Bennis ( Lancaster dan Lancaster, 1982 )

Mengidentifikasi empat kemampuan penting bagi seorang pemimpin, yaitu :

1) Mempunyai pengetahuan yang luas dan kompleks tentang sistem manusia ( hubungan antar manusia ).

2) Menerapkan pengetahuan tentang pengembangan dan pembinaan bawahan.

3) Mempunyai kemampuan hubungan antar manusia, terutama dalam mempengaruhi orang lain. 4) Mempunyai sekelompok nilai dan kemampuan yang memungkinkan seseorang mengenal orang lain dengan baik.

(7)

Seorang pemimpin harus mempertimbangkan : 1) Kewaspadaan diri ( self awarness )

Kewaspadaan diri berarti menyadari bagaimana seorang pemimpin mempengaruhi orang lain. Kadang seorang pemimpin merasa ia sudah membantu orang lain, tetapi sebenarnya justru telah menghambatnya.

2) Karakteristik kelompok

Seorang pemimpin harus memahami karakteristik kelompok meliputi : norma, nilai - nilai kemampuannya, pola komunikasi, tujuan, ekspresi dan keakraban kelompok.

3) Karakteristik individu

Pemahaman tentang karakteristik individu juga sangat penting karena setiap individu unik dan masing - masing mempunyai kontribusi yang berbeda.

E. Tugas Kepemimpinan dalan Keperawatan

Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:

a. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu tantangan yang dapat menghasilkan.

b. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan, kebijakan, ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau pasien dan keluarganya.

c. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya pemimpin untuk memotivasi bawahan

d. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan mempermudah pencapaian tujuan.

e. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan itu masih dapat dihargai oleh bawahan.

f. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam rangka memperlancar pencapaian tujuan.

(8)

F. Penerapan Kepemimpinan dalam Keperawatan

Pemberian pelayanan dan asuhan keperawatan merupakan suatu kegiatan yang kompleks dan melibatkan berbagai individu. Agar tujuan keperawatan tercapai diperlukan berbagai kegiatan dalam menerapkan keterampilan kepemimpinan. Menurut Kron, kegiatan tersebut meliputi : 1. Perencanaan dan Pengorganisasian

Pekerjaan dalam suatu ruangan hendaknya direncanakan dan diorganisasikan. Semua kegiatan dikoordinasikan sehingga dapat dikerjakan pada waktu yang tepat dan dengan cara yang benar. Sebagai seorang kepala ruangan perlu membuat suatu perencanaan kegiatan di ruangan.

2. Membuat Penugasan dan Memberi Penghargaan

Setelah membuat penugasan, perlu diberikan pengarahan kepada para perawat tentang kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan secara singkat dan jelas. Dalam memberi pengarahan, seorang pemimpin harus mampu membuat seseorang memahami apa yang diarahkan dan juga mempunyai tanggung jawab untuk melihat apakah pekerjaan tersebut dikerjakan dengan benar.

3. Pemberian bimbingan

Bimbingan merupakan unsur yang penting dalam keperawatan. Bimbingan berarti menunjukkan cara menggunakan berbagai metode mengajar dan konseling. Bimbingan yang diberikan meliputi pengetahuan dan keterampilan dalam keperawatan. Hal ini akan membantu bawahan dalam melakukan tugas mereka sehingga dapat memberikan kepuasan bagi perawat dan klien.

4. Medorong Kerjasama dan Partisipasi

Kerjasama diantara perawat perlu ditingkatkan dalam melaksanakan keperawatan. Seorang pemimpin perlu menyadari bahwa bawahan bekerjasama dengan pemimpin bukan untuk atau dibawah pimpinan. Kerjasama dapat ditingkatkan melalui suasana demokrasi dimana setiap individu/perawat mengetahui apa yang diharapkan dari mereka, dan mereka mendapat pujian serta kritik yang membangun. Bawahan perlu mengetahui bahwa pemimpin mempercayai kemampuan mereka. Hubungan antar manusia yanng baik dapat meningkatkan kerjasama. Disamping itu setiap individu dalam kelompok diusahakan untuk berpartisipasi. Hal ini akan membuat setiap perawat merasa dihargai termasuk bagi mereka yang sering menarik diri atau yang pasif. Partisipasi setiap perawat dapat berbeda-beda, tergantung kemampuan mereka.

5. Kegiatan Koordinasi

(9)

melakukan koordinasi dengan efektif, diperlukan suatu perencanaan yang baik dan penggunaan kemampuan setiap individu dan sumber-sumber yang ada.

6. Evaluasi Hasil Penampilan Kerja

Referensi

Dokumen terkait

Kepercayaan Diri dan Konformitas Remaja berpengaruh positif terhadap Perilaku Konsumtif.Berdasarkan koefisiendeterminasi (R square) diperoleh harga R sebesar 0,845

Terapi humor yaitu stimulasi dalam bentuk video yang berhubungan dengan hal humor/lucu yang diberikan pada mahasiswa semester empat PSIK FK UH yang

Dengan bahan alam yang digunakan, anak merasa sangat senang melakukan kegiatan pembelajaran, walaupun masih ada anak yang belum bisa mengerjakan kegiatan dengan benar;

Manurut [ CITATION Mah07 \l 1033 ], dalam penelitiannya menemukan bahwa penyebab ketiga stress pada mahasiswa adalah keadaan lingkungan yang tidak sesuai antara lain

Kemudian kriteria nomor 4 juga mendapat skor 4 dari semua validator karena tata letak isi pada poster lipat memuat 16 aspek yaitu cover, kata pengantar, cerita

horizontal, Jakarta: Gramedia

Dari hal tersebut diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Pemberian Terapi Humor Terhadap Penurunan Tingkat Stres Pada

Here, the teacher runs the activity using jigsaw technique and following the procedure such as; First, teacher divided students into groups of four and each student