• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN STAGNASI P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN STAGNASI P"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH PEMBANGUNAN PERTANIAN STAGNASI PEMBANGUNAN PEDESAAAN

Di susun Oleh :

Dicky Alfrima Faqtoni H0413010 Koko Widyatmoko H0413022 Listya Gustani H H0413024 Nurul Fajri Mayalibit H0413031 Ranti Woni Lestari H0413037 Rika Indra Sukmana H0413038 Siti Nur Astuti H0413043 Yanuar Wibi Armiga H0413050

PROGRAM STUDI PENYULUHAN DAN KOMUNIKASI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Indonesia sebagai salah satu negara agraris sehingga tidak heran mayoritas penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Mereka mengolah lahan yang ada untuk menunjang kehidupan mereka, namun penghasilan yang didapatkan masih banyak yang rendah. Pertanian sebagai salah satu sektor penting Indonesia hendaknya mendapatkan perhatian serius dalam pembangunannya. Pembangunan pertanian merupakan salah satu sektor pembangunan yang saling terkait dengan pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional. Pertanian merupakan salah satu pendukung majunya suatu perekonomian bangsa, pertanian identik dengan pedesaan dimana mayoritas wilayah Indonesia masih merupakan pedesaan.

(3)

II. PEMBAHASAN

A. Pengertian

Menganalisis kondisi pedesaan tidak dapat dilepaskan dari strategi pembangunan yang ada. Karena, desa sebagai unit terkecil komunitas dalam suatu negara merupakan subyek dan tujuan dari pembangunan itu sendiri. Secara teoritis proses pembangunan dapat diartikan sebagai proses dialog antara kekuatan pengendalian masyarakat (social engineering) oleh pemerintah dengan pengawasan sosial (social control) oleh rakyat. Dalam kerangka menyukseskan pembangunan maka pemerintah berkepentingan terhadap adanya dominasi pengendalian atas masyarakat. Salah satu prasangka pembangunanisme adalah bahwa kebudayaan tradisional atau adat istiadat bersifat anti pembangunan, merupakan penghalang bagi modernisasi. Konsekuensinya adalah tidak diberikannya tempat bagi unsur-unsur tradisional (lokal) dalam pembangunan. Sehingga pemerintah cenderung membingkai dan melaksanakan sendiri pembangunan tanpa melibatkan masyarakat.

Pembangunan pedesaan saat ini banyak yang mengalami kemacetan atau yang disebut stagnasi. Stagnasi dalam kamus besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai keadaan terhenti (tidak bergerak, tidak aktif, tidak jalan); kemacetan; keadaan tidak maju atau maju, tetapi pada tingkat yang sangat lambat; keadaan tidak mengalir (mengarus). Jadi, stagnasi pembangunan pedesaan dapat diartikan sebagai keadaan terhenti atau terhambatnya pembangunan pedesaan dimana masyarakat akan dibawa kearah modernisasi yaitu perubahan yang lebih maju kepada kehidupan masyarakat secara menyeluruh. Beberapa penyebab terjadinya stagnasi pembangunan yaitu karena masyarakat desa yang masih memegang teguh pada adat istiadatnya, pemerintah kurang melibatkan masyarakat dalam pembangunan pedesaan, dan lain sebagainya.

(4)

a. Faktor eksogen, menyatakan bahwa perkembangan yang cepat dari penduduk, pembukuan daerah baru dan kemajuan tegnologi akan mendorong investasi dan menaikkan pendapatan. Sebaliknya pendapatan berkurang akan mengalami pengangguran.

b. perubahan dalam lembaga-lembaga sosial. Perubahan-perubahan lembaga-lembaga sosial dan faktor-faktor endogen dalam perkembangan kapitalis dapat membantu teori stagnasi itu.

c. Peranan faktor endogen, pandangan ke tiga dari stagnasi ini menunjukkan pada perubahan struktural dalam faktor-faktor endogen yang mengembangkan monopoli dan oligopoli. Domar menekankan bahwa monopoli dapat menghambat investasi dengan dihalang-halangi penerapan investasi yang baru. Selanjutnya, inovasi menyebabkan hilangnya kepentingan-kepentingan yang telah ada. B. Jenis – Jenis

Stagnasi pembangunan pedesaan memiliki jenis yaitu Stagnasi sekuler menunjukkan suatu fase perkembangan kapitalis yang telah masuk dimana tabungan bersih pada pengerjaan penuh cenderung bertambah. Investasi bersih pada pengerjaan penuh cenderung menurun. Permintaan total tertinggal dibanding penawaran total sebab stagnasi dirumuskan dalam 3 golongan:

a. Menitik beratkan pada faktor-faktor eksogen, seperti tegnologi, perkembangan penduduk, pembukaan dan perkembangan daerah baru. b. Menitik beratkan pada perubahan-perubahan dasar dalam

lembaga-lembaga sosial, seperti meningkatnya pengawasan pemerintah terhadap perusahaan-perusahaan dan perkembangan dalam organisasi buruh.

(5)

C. Cara mengukur

Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan prosesnya yang berkelanjutan merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi (Tambunan, 2001). Pertumbuhan ekonomi menunjukkan sejauh mana aktivitas perekonomian akan menghasilkan tambahan pendapatan masyarakat pada suatu periode tertentu. Dengan kata lain, perekonomian dikatakan mengalami pertumbuhan bila pendapatan riil masyarakat pada tahun tertentu lebih besar dari pada pendapatan riil masyarakat pada tahun sebelumnya. Dalam pengertian ekonomi makro, pertumbuhan ekonomi "lambat" di sini adalah angka pertumbuhan ekonomi lebih kecil daripada pertumbuhan ekonomi potensial yang diprediksi oleh ahli makroekonomi. Yang lain menyebutkan bahwa stagnasi terjadi ketika pertumbuhan ekonomi kurang dari 2-3% per tahun.

Berikut cara perhitungan pertumbuhan ekonomi suatu daerah :

Hubungan antra PDB dan PN dapat dijelaskan melalui beberapa

F : Pendapatan neto terhadap luar negeri NNP : Produk nasional neto

(6)

PN : Pendapatan Nasional

PDB itu sendiri diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh nilai tambah (NT) dari semua sektor ekonomi (lapangan usaha):

PDB = NT1 + NT2 + … + NTn ………. (2.6) Dimana NT1 hingga NTn adalah NT dari sektor 1 hingga sektor n. NT setiap lapangan usaha atau sektor adalah selisih antara keluaran sektor (nilai output) dan masukan sektor (nilai input).

Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan PDB. Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDB dan bukan indikator lainnya (seperti PNB) sebagai pertumbuhan. Alasan-alasan yang dikemukanan oleh Suharsimi (2007) tersebut adalah:

1. PDB adalah jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh aktivitas produksi di dalam perekonomian. Hal ini berarti peningkatan PDB juga mencerminkan peningkatan balas jasa kepada faktor produksi yang digunakan dalam aktivitas produksi tersebut.

2. PDB dihitung atas dasar konsep aliran (flow concept). Artinya perhitungan PDB hanya mencakup nilai produk yang dihasilkan pada satu periode tertentu. Perhitungan ini tidak mencakup nilai produk yang dihasilkan pada periode sebelumnya. Pemanfaatan konsep aliran guna menghitung PDB, memungkinkan untuk membandingkan jumlah output yang dihasilkan pada tahun ini dengan tahun sebelumnya.

(7)

Guna menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi, data PDB yang digunakan adalah data PDB riil (atas dasar harga konstan) karena dengan penggunaan data PDB riil, pengaruh perubahan harga terhadap nilai PDB (atas dasar harga berlaku) telah dihilangkan. Dengan demikian, maka pertumbuhan PDB semata-mata hanyamencerminkan pertumbuhan output yang dihasilkan perekonomian pada periode tertentu.

Selain itu, apablila tujuan perhitungan pertumbuhan ekonomi adalah untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka pertumbuhan ekonomi seharusnya dihitung dengan data PDB riil per kapita. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah peningkatan hasil kegiatan ekonomi seluruh unit ekonomi dalam suatu wilayah, atau sering dikatakan peningkatan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dimana produk atau hasil kegiatan ekonomi dari seluruh unit ekonomi domestik adalah dalam wilayah kekuasaan atau administratif seperti propinsi, atau kabupaten. Dengan demikian maka perhitungan pertumbuhan ekonomi suatu daerah (propinsi) yang diikuti peningkatan kesejahteraan masyarakat dapat dihitung dengan data PDRB riil per kapita.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi seperti metode sederhana, metode end to end, dan metode regresi. Pemilihan metode pertumbuhan ekonomi tergantung pada kebutuhan dan keterbatasan-keterbatasan yang dihadapi dalam melakukan perhitungan.

a.

Metode Sederhana

(8)

Untuk menghitung tingkat pertumbuhan ekonomi untuk periode yang lebih panjang (misalkan selama tiga tahun), maka tingkat pertumbuhan per tahun harus dihitung terlebih dahulu dan kemudian dirata-ratakan dengan cara berikut:

b.

Metode End to End

Guna mengatasi kelemahan metode sederhana, maka dikembangkan metode end to end. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan dihitung dengan rumus di bawah ini :

Dimana n adalah jumlah periode observasi.

c.

Metode Regresi

Guna memadukan segi efisiensi dengan upaya menangkap gejolak nilai PDB di antara awal dan akhir periode observasi, maka dikembangkan metode perhitungan pertumbuhan dengan metode regresi. Dengan metode ini, tingkat pertumbuhan dihitung dengan membentuk model semi-log seperti di bawah ini:

Dalam persamaan 2.10, tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun selama periode observasi tercermin pada koefisien r. hal ini dapat dijelaskan dengan jalan melihat total diferensial dari persamaan diatas, yaitu:

(9)

Hasil penurunan persamaan 2.12 di atas dapat dibaca dengan “jika t berubah t satu tahun, maka PDB akan berubah sebesar (dPDB/PDB) %”. Hal ini tentu saja tidak berbeda dengan definisi pertumbuhan pada metode-metode lainnya. D. Data tentang masalah stagnan pembangunan

Pertumbuhan desa menjadi stagnan alias tidak berkembang karena tidak optimalnya penggalian dan pemanfaatan potensi di pedesaan. Hal ini terjadi karena tidak adanya perputaran ekonomi yang berarti. Padahal aktivitas ekonomi pedesaan secar bertahap mutlak digerakan guna mampu memenuhi kebutuhan masyarakatnya. Seperti yang diketahui, hampir 60% penduduk Jawa Tengah tinggal di pedesaan dengan sumber pendapatan utama dari sector pertanian. Pada tahun 2003, sector pertanian mampu menyerap sebanyak 4.427.409 tenaga kerja, dengan 3.771.063 unit usaha atau 54% dari total unit usaha skala mikro dan kecil di Jawa Tengah. Artinya, sektor pertanian sangat mempengaruhi kemajuan UMKM (usaha mikro dan kecil menengah) di pedesaan.

(10)

Seperti yang dituturkan Kepala Dinas KUKM Jawa Barat, Drs. H. Mustopa Djamaludin MSi, akibat dari semua itu banyak potensi desa praktis tidak tergali optimal. Urbanisasi membuat desa kehilangan potensi SDM sehingga potensi desa tidak dioptimalkan yang berpengaruh pada aktivitas ekonomi di pedesaan. Akibatnya, desa tidak berkembang sekaligus aktivitas perekonomian pun berhenti. Atas kenyataan itu, jelas ekonomi kota dan desa menjadi timpang. Wilayah pedesaan yang identic dengan daerah produksi komoditas primer sedangkan perkotaan daerah konsumsi yang kegiatannya di sector manufaktur dan jasa. Komoditas dari desa diangkut ke kota untuk memenuhi konsumsi masyarakat perkotaan, sebaliknya produk olahan perkotaan dibawa ke desa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Namun, kenyataannya pertumbuhan pasar di kota tidak terkait dengan desa-desa sekitarnya. Pertumbuhan supermarket yang pesat di perkotaan atau ibu kota kabupaten/kota, kecenderungannya hanya kepanjangan system distribusi komoditas impor atau produk olahan yang bahan baku impor.

(11)

pelaksanaannya, pemerintah telah merencanakan dan menyusun tahapan pembangunan desa baik dari segi ekonomi, social, budaya dan agama. Hal ini dilakukan dengan penataan kelembagaan ekonomi di desa supaya pola manajemen dan pola pengembangannya jelas, penguatan baik menyangkut pembiayaan atau sarana pendukung pembiayaan atau permodalan dalam skala mikro dan penguatan SDMnya melalui pelatihan terutama bagi SDM yang ada dikelompok usaha masyarakat yang memiliki nilai ekonomis.

E. Dampak Terhadap Pembangunan Ekonomi

Menurut Riyadi (Field, 2010) pembangunan adalah suatu usaha atau proses perubahan, demi tercapainya tingkat kesejahteraan atau mutu hidup suatu masyarakat (dan individu-individu didalamnya) yang berkehendak dan melaksanakan pembangunan.

Sebagai suatu sistem, pembangunan harus dapat menghasilkan perubahan struktural yang seimbang. Perubahan struktural terus terjadi pada perekonomian Indonesia, akan tetapi perubahan yang terjadi menghasilkan adanya ketimpangan antarsektor yang kemudian menumbuhkan struktur ekonomi yang rapuh, yaitu struktur ekonomi yang dapat dengan mudah dipengaruhi oleh perubahan-perubahan yang terjadi di suatu sektor tanpa dapat digantikan oleh sektor lainnya. Sebagai contoh, pembangunan industri yang kurang memperhatikan dan memanfaatkan sumber daya alam dan hasil pertanian yang melimpah yang kita miliki, dengan mudah tergoyang oleh perubahan-perubahan yang terjadi di dunia luar.

(12)

Sebagian terbesar penduduk Indonesia tinggal di pedesaan. Meskipun persentasinya dari tahun ke tahun cenderung menurun, tetapi secara absolut jumlahnya masih terus meningkat. Menurut hasil sensus penduduk tahun 1980, jumlah penduduk yang tinggal di pedesaan sebanyak 115 juta jiwa atau 78 % dari jumlah penduduk Indonesia seluruhnya. Pada tahun 1990, jumlah penduduk yang tingggal di pedesaan sebesar 124 jiwa dengan persentase terhadap penduduk Indonesia menurun menjadi 69 %. Berdasarkan pertumbuhan ini, maka pada akhir periode Pembangunan Jangka Panjang II (PJP II) Persentase penduduk yang tinggal di pedesaan di proyeksikan masih 48 %. Melihat kecendrungan data ini, penduduk yang tinggal di pedesaan dari tahun 1980-1990 sudah berkurang sebanyak 9 %, dan diperkirakan akan terus berkurang pada tahun-tahun berikutnya, dikarenakan sektor pertanian sudah tidak bisa diharapkan lagi dalam menopang perekonomian masyarakat.

Dari total penduduk sektor pertanian yang berjumlah 54 % dari penduduk Indonesia pada tahun 1993, nilai tambah yang dihasilkan adalah 18,5 % dari keluaran total pada tahun yang sama (BPS, 1995). Fakta ini menunjukkan bahwa hanya seperlima pendapatan total yang diterima oleh seluruh penduduk dari sektor pertanian yang berjumlah lebih dari setengah penduduk Indonesia. Walaupun secara nominal pendapatan rata-rata penduduk di sektor pertanian meningkat, namun pendapatan penduduk di sektor non pertanian jauh lebih banyak peningkatannya. Hal ini mengakibatkan kesenjangan pendapatan antara sektor pertanian dan non pertanian yang semakin lebar dan terjadinya marginalisasi sektor pertanian. (Merancang Model Pengembangan Masyarakat Pedesaan Dengan Pendekatan System Dynamics, LIPI 2009).

(13)

Permasalahan di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya adalah pembangunan yang dijadikan fokus pemerintah telah mengakibatkan kesenjangan pendapatan antara sektor pertanian dan non pertanian yang semakin besar, yang berdampak pada marginalisasi sektor pertanian. Terlebih pertanian di Indonesia tidak di dorong untuk melakukan transfer teknologi dan perubahan lainnya kearah peningkatan kualitas produksi. Sebagai indikator, sebagian besar tidak ada alih teknologi dalam pertanian di Indonesia, sehingga hasil pertanian hanyalah subsisten, bukan untuk meningkatkan penghasilan. Disisi lain pembangunan yang dicanangkan pemerintah semakin mempersempit area pertanian di Indonesia, sehingga muncul dua hal pokok, yaitu tidak adanya penguatan pada kualitas dan kuantitas produksi dan semakin sempitnya area pertanian. Oleh karena itu Indonesia tertinggal jauh dari Thailand dan Vietnam yang orientasi pertaniannya adalah nilai tambah ekonomis, sehingga bisa melakukan ekspor ke Indonesia.

(14)

III. PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan dari hasil pembahasan diatasa maka dapat disimpulkan :

1. Definisi pembangunan pertanian adalah upaya-upaya yang diarahkan untuk meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur kepemilikaan lahan pertanian pedesaan, menciptakan struktur kepemilikan lahan pertanian yang lebih baik dan adil .

2. Cara pengukurn yang digunakan untuk menilain kemerataan distribusi pendapatan ada tiga persamaan yaitu PNB = PDB + F ;NNP = PNB – D; PN = NNP – Ttl

3. Indikator yang digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi adalah tingkat pertumbuhan PDB. Ada beberapa alasan yang mendasari pemilihan pertumbuhan PDB dan bukan indikator lainnya (seperti PNB) sebagai pertumbuhan.

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto,Suharsimi,2002,Manajemen Penelitian,Jakarta,Rineka Cipta Field, John. 2010. Modal Ekonomi.Bantul: Kreast Wacana.

Referensi

Dokumen terkait

Kondisi kemiskinan masyarakat di Desa Manukan pada saat ini sudah cukup berkurang karena dilihat dari kon- disi tempat tinggal yang sudah layak dan tingkat pendidikan

Penelitian tentang daya dukung lahan merupakan penelitian yang perlu untuk dikembangkan melihat pertumbuhan penduduk yang terus bertambah sedangkan lahan dan

Dari hasil penelitian yang dilakukan lahan sawit dan lahan nenas sudah cukup baik jika terus digunakan sebagai lahan pertanian dengan melihat parameter yang

Secara umum sejak kemerdekaan, kesejahteraan penduduk Indonesia terus mengalami peningkatan, walaupun banyak persoalan-persoalan yang belum bisa terselesaikan seperti

Penurunan daya dukung lahan dipengaruhi oleh jumlah penduduk yang terus meningkat, luas lahan yang semakin berkurang, persentase jumlah petani dan luas lahan yang diperlukan

Berdasarkan data jumlah penduduk di wilayah Kelurahan Segalamider tahun 2009 sebanyak 14.710 jiwa, pada tahun 1996 yang memiliki usaha keripik hanya 2 keluarga semakin

Analisis Sensus Penduduk Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pelaksanaan sensus penduduk dari sistem sensus sampel (1961, 1971, 1980, dan 1990) ke sensus lengkap