• Tidak ada hasil yang ditemukan

Manusia Moralitas dan Hukum indian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Manusia Moralitas dan Hukum indian"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ISBD

MANUSIA, MORALITAS, DAN HUKUM

Hasil materi diskusi kuliah ISBD (SBD 19)

Kamis pukul 07.00 R.03

Oleh :

Kelompok 6

1. Alfan Maulana (130810201213) 2. Ali Saba Al Ahmad (130810201173) 3. Diski Fajar Sasongko (130810201216) 4. Marga Area R. (130810201200) 5. Masruri Sholehan (130810201144) 6. Muhammad Habibi (130810201216) 7. Nur Aulia Safitri (130810201195) 8. Cahyo Bawono (130810201159)

UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS BIDANG

STUDI MATA KULIAH UMUM

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT Tuhan Yang Maha Esa. Karena berkat rahmat, taufik dan hidayah-NYA dan kesempatan yang ia berikan, kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ Manusia Moralitas dan Hukum “. Makalah ini dibuat sebagai bagian dari tugas mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar.

Dalam penuyusunannya, kami memperoleh bantuan dari berbagai pihak. Karena itu, kami mengucapkan banyak terimakasih. Makalah ini dibuat dengan tujuan memperdalam pelajaran tentang mata kuliah Ilmu Sosial Budaya Dasar dengan bab: manusia, moralitas, dan hukum. Dengan keterkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Kami menyadari dalam makalah ini masih banyak kesalahan dan kekurangan baik isi maupun pada pengantarnya. Hal ini karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran demi perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami maupun bagi pembaca.

Wasaalamualaikum wr.wb

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGATAR……… 1

DAFTAR ISI……… ………... 2

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 3

1.2 Rumusan Masalah………...……… 3

1.3 Tujuan………. 3

BAB II. PEMBAHASAN 1. Manusia,Nilai,Moralitas,dan Hukum……….. 4

1.1 Manusia………. 4

1.1.1 Pengertian Manusia………4

1.1.2 Teori Eksistensialisme………... 4

1.2 Nilai………....5

1.2.1 Pengertian Nilai………...5

1.2.2 Ciri-ciri dan Macam-macam Nilai………..6

1.3 Moralitas………. 7

1.3.1 KonsepMoral………... 7

1.3.2 Etika Moral……….. 7

1.4 Hukum………..8

1.4.1 Pengertian Hukum………... 8

1.4.2 Tujuan Hukum………... 9

2. Proses Terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia… 10 3. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara……...11

4. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Wujud Masyarakat yang Bermoral dan Mentaati Hukum...13

(4)

3.1. Kesimpulan………... 14

3.2. Penutup...………... 14 3.3 Daftar Pustaka.………...

14

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia adalah makhluk moral.untuk menjadi makhluk social yang baik serta bermoral tidak secara otomatis. Perlu suatu usaha yang di sebut pendidikan. Pendidikan tidak hanya secara formal namun juga non formal. Mulai dari lahir hingga dewasa manusia sudah menerima pendidikan. Pendidikan dari orang tuanya sendiri. Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan ialah upaya untuk mengajukan perkembangan budi pengerti (kekuatan batin), pikiran intelek, dan jasmani (slamet sutrisno,1983, 26). Perkembangan seseorang tidak terlepas dari pengaruh lingkungan social budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang.

Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan ketentangan antara satu dengan yang lain dalam bermasyarakat, maka diperlukan adanya suatu aturan norma atau kaidah yang harus di patuhi setiap warga masyarakat. Oleh sebab itu di Indonesia , kehidupan manusia dalam bermasyarakat di atur oleh norma-norma agama, kesusilaan dan kaidah-kaidah lainnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pemahaman dari manusia, nilai,moralitas dan hukum ?

2. Bagaimana hubungan keterikatan antara manusia dengan lingkungannya dalam Teori Eksistensisme ?

(5)

1.3 Tujuan

1. Mengetahui lebih dalam pengertian tentang manusia

2. Mengetahui lebih dalam pengertian dan pemahaman tentang nilai dalam kehidupan manusia beserta macam-macam nilai dan ciri-cirinya

3. Mengetahui lebih dalam konsep moral serta etika moral dalam diri manusia

PEMBAHASAN

1. Pengertian Manusia, Moralitas dan Hukum

1.1 Manusia

1.1.1 Pengertian Manusia

Apabila berbicara tentang asal muasal manusia, orang segera teringat dengan Charles Darwin pencetus teori evolusi kejadian manusia dalam bukunya On The Origin Of Species. Menurut Charles Darwin, manusia berasal dari kera hasil perkembangan evolusioner selama jutaan tahun. Namun, setelah diuji secara ilmu pengetahuan dan teknologi, manusia sangat berbeda dengan monyet, baik dari segi fisiologis, anatomis, maupun biologis. Dengan kata lain, manusia adalah manusia, monyet adalah monyet, manusia lain sama sekali dengan monyet . Teori Charles Darwin tidak dapat diterima.

Secara bahasa, manusia berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang berarti berpikir, berakal budi atau makhluk ang berakal budi (mampu menguasai makhluk lain). Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu. Dalam hubungannya dengan lingkungan, manusia merupakan suatu oganisme hidup (living organism).

1.1.2 Teori Eksistensialisme

(6)

kehidupan konkret adalah manusia makhluk alamiah yang terikat dengan lingkungannya (ekologi), memiliki sifat-sifat alamiah, dan tunduk pada hukum alamiah pula.

Keterikatan dengan lingkungan itu tercermin pada kehidupan sosial dan tingkah laku etisnya. Untuk memenuhi kebutuhannya. Manusia harus berkerja keras dan mencipta. Kerja keras dan ciptaan merupakan cermin kualitas dan martabat manusia.

Kierkegaard menyatakan bahwa manusia mempunyai 3 taraf, yaitu estetis, etis dan religius. Pada taraf kehidupan estetis, manusia mampu menangkap dunia lingkungan sekitarnya sebagai dunia yang mengagumkan dan mengungkapkannya kembali dalam karya lukisan, tarian dan nyanyian yang indah.

Pada taraf kehidupan etis, manusia meningkatkan taraf kehidupan estetis ke dalam tingkatan manusiawi dalam bentuk-bentuk keputusan bebas dan pertanggungjawaban pada taraf Sang Pencipta. Semakin dekat seseorang dengan Tuhan, semakin sekat pula dia menuju kesempuranaan dan semakin jauh dia dibebaskan dari rasa kekhawatiran.

1.2 Nilai

1.2.1 Pengertian Nilai

Nilai dapat diartikan sebagai sifat atau kualitas dari sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia baik lahir maupun batin. Bagi manusia nilai dijadikan sebagai landasan, alasan atau motivasi dalam bersikap dan bertingkah laku, baik disadari maupun tidak.

Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas dan berguna bagi manusia dan berkaitan dengan cita-cita, harapan, keyakinan dan hal-hal lain yg bersifat batiniah sebagai pedoman manusia bertingkah laku. Perumusan Pancasila sebagai ideologi terbuka terdapat dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke 4 sesuai penegasan ideologi terbuka yang terdiri dari nilai dasar dan nilai instrumental.

(7)

Karena nilai-nilai dasar yang terkandung didalamnya memerlukan penjabaran lebih lanjut, maka penjabaran itulah yang dinamakan Nilai Instrumental. Nilai instrumental tetap mengacu pada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya.

1.2.2 Ciri – Ciri dan Macam – Macam nilai

Ciri-ciri Nilai

Sifat-sifat nilai menurut Bambang Daroeso (1986) adalah sebagai berikut:

a. Nilai itu suatu realitas abstrak dan ada dalam kehidupan manusia misalnya kejujuran.

b. Nilai memiliki sifat normatif, artinya nilai mengandung harapan cita-cita, dan suatu keharusan sehingga nilai memiliki sifat ideal.

c. Nilai berfungsi sebagai daya dorong atau motivator dan manusia adalah pendukung nilai.

Macam-macam Nilai

Dalam filsafat, nilai dibedakan dalam tiga macam, yaitu: a. Nilai logika adalah nilai benar atau salah.

b. Nilai estetika adalah nilai indah tidak indah.

c. Nilai etika/moral adalah nilai naik buruk.

Notonegoro (dalam Kaelan, 2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai:

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegitan atau aktivitas.

(8)

 Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.

 Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsure perasaan (emotion) manusia.

1.3 Moralitas

1.3.1 Konsep Moral

Moral berasal dari kata bahasa Latin “mores” yang berarti adat kebiasaan. Kata mores ini mempunyai sinonim mos, moris, manner mores atau manners, morals. Dalam bahasa Indonesia, kata moral berarti akhlak (bahasa Arab) atau kesusilaan yang mengandung makna tata tertib batin atau tata tertib hati nurani yang menjadi pembimbing tingkah laku batin dalam hidup. Kata moral ini dalam bahasa Yunani sama dengan ethos yang menjadi etika. Secara etimologis, etika adalah ajaran tentang baik buruk, yang diterima masyarakat umum tentang sikap,perbuatan,kewajiban,dan sebagainya.

Moral adalah nilai ke-absolutan dalam kehidupan bermasyarakat secara utuh. Penilaian terhadap moral diukur dari kebudayaan masyarakat setempat. Moral adalah perbuatan/tingkah laku/ucapan seseorang dalam ber interaksi dengan manusia. apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya, maka orang itu dinilai mempunyai moral yang baik, begitu juga sebaliknya. Moral adalah produk dari budaya dan Agama. Jadi, moral adalah tata aturan norma-norma yang bersifat abstrak yang mengatur kehidupan manusia untuk melakukan perbuatan tertentu dan sebagai pengendali yang mengatur manusia untuk menjadi manusia yang baik.

(9)

Ada 2 jenis hubungan dalam kehidupan manusia, yaitu hubungan manusia dengam Tuhan Sang Pencipta dan hubungan sesama manusia dalam bermasyarakat. Dalam hubungan manusia dengan Tuhan Sang Pencipta, Tuhan adalah sebab dan manusia adalah akibat. Tuhan Maha Sempurna, diturunkannya sifat sempurna itu kepada manusia yang diciptakannya, artinya manusia dibekali dengan etika/moral yang mengandung sifat baik, benar, jujur dan adil dalam bersikap dan berbuat terhadap manusia lain dalam hidup bermasyarakat. Dalam hubungan antara sesama manusia, individu adalah sebab dan sikap/perbuatan etis/moral terhadap orang lain adalah akibat.

Berdasarkan pernyataan tersebut, dapat dikemukakan 2 jenis sumber etika/moral. Kedua jenis sumber etika/moral tersebut adalah:

a. Tuhan Sang Pencipta

Yang menurunkan etika/moral kepada manusia mahluk budaya ciptaan-Nya. Etika/Moral yang bersumber dari Tuhan Sang Pencipta disebut etika/moral kodrat.

b. Manusia

Yang menurunkan etika/moral kepada kelompoknya dalam bentuk kesepakatan (produk budaya) yang dipatuhi oleh semua individu anggota kelompoknya (masyarakat). Etika /Moral yang bersumber dari manusia (masyarakat) disebut etika/moral Budaya.

Etika/moral kodrat adalah kebiasaan berperilaku atau berbuat baik dan benar bermanfaat bagi semua orang karena kodrat manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Apa yang dilakukan diharapkan hasilnya adalah nilai kebaikan, dan kebenaran, nilai kemanfaatan bagi diri sendiri dan orang lain (masyarakat). Etika/moral kodrat bersifat asasi dan berlaku umum (universal).

1.4 Hukum

1.4.1 Pengertian Hukum

(10)

sanksi yang jelas. Hukum dibuat dengan tujuan untuk mengatur kehidupan masyarakat agar terjadi keserasian diantara wrga masyarakat dan system social yang dibangun oleh suatu masyarakat.Pada masyarakat modern hukum dibuat oleh lembaga – lembaga yang diberikan wewenang oleh rakyat.

Keseluruhan kaidah dalam masyarakat pada intinya adalah mengatur masyarakat agar mengikuti pola perilaku yang disepakati oleh system social dan budaya yang berlaku pada masyarakat tersebut.

Pola-pola perilaku merupakan cara-cara masyarakat bertindak atau berkelakuan yang sama dan harus diikuti oleh semua anggota masyarakat tersebut.Setiap tindakan manusia dalam masyarakat selalu mengikuti pola-pola perilaku masyarakat tadi.Pola perilaku berbeda dengan kebiasaan. Kebiasaan merupakan cara bertindak seseorang yang kemudian diakui dan mungkin diikuti oleh orang lain. Pola perilaku dan norma-norma yang dilakukan dan dilaksanakan pada khususnya apabila seseorang berhubungan dengan orang lain, dinamakan social organization.

1.4.2 Tujuan Hukum

Pada umumnya hukum bertujuan menjamin adanya kepastian hukum dalam masyarakat.Namun tiap perkara harus diputuskan oleh hakim berdasarkan dengan ketentuan yang sedang berlaku.

Banyak teori atau pendapat mengenai tujuan hukum. Berikut teori-teori dari para ahli :

1. Prof. Subekti, SH : Hukum itu mengabdi pada tujuan negara yaitu mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyatnya dengan cara menyelenggarakan keadilan. Keadilan itu menuntut bahwa dalam keadaan yang sama tiap orang mendapat bagian yang sama pula.

(11)

perdamaian antara sesama. Dengan menimbang kepentingan yang bertentangan secara teliti dan seimbang.

3. Geny : Tujuan hukum semata-mata ialah untuk mencapai keadilan. Dan ia kepentingan daya guna dan kemanfaatan sebagai unsur dari keadilan.

4. Roscoe Pound berpendapat bahwa hukum berfungsi sebagai alat merekayasa masyarakat (law is tool of social engineering).

5. Muchtar Kusumaatmadja berpendapat bahwa tujuan pokok dan utama dari hukum adalah ketertiban. Kebutuhan akan ketertiban ini merupakan syarat pokok bagi adanya suatu masyarakat manusia yang teratur.

2. Proses Terbentuknya Nilai, Moral dan Hukum dalam Kehidupan Manusia

Dengan semakin banyaknya permasalahan-permasalahan sosial dewasa ini, yang banyak diwarnai dengan masalah pertumbuhan penduduk yang demikian cepat, revolusi industri, perkembangan tekhnologi serta modernisasi, secara tidak langsung telah menimbulkan suatu tatanan baru atau gambaran sosial yang baru di dalam masyarakat saat ini. Perkembangan yang demikian ini membawa serta peranan dan pengaturan melalui berbagai bidang, umumnya di bidang moralitas dan di bidang hukum secara khusus.

Permasalahan-permasalahan sosial selalu ada dalam suatu masyarakat ataupun negara. Bahkan sejak jaman dahulu sampai jaman sekarang permasalahan-permasalahan sosial itu akan tetap selalu ada di dalam masyarakat dan negara. Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan sosial tersebut dibutuhkanlah yang dinamakan dengan moralitas dan hukum, baik moralitas dan hukum dalam artian masing-masing maupun moralitas dan hukum sebagai satu kesatuan.

(12)

pengarah” kegiatan manusia untuk mencapai tujuan yaitu ketertiban dan keadilan. Hukum moral sendiri meliputi rangkaian aturan permanen, seperti kewajiban menghormati kontrak antar pribadi (kontrak sosial), peraturan hidup, larangan untuk melakukan tindakan yang merugikan orang-orang lain.

Terdapat 5 (lima) fungsi perumusan hukum moral antara lain : Pertama, mewariskan himpunan kebijakan dari jaman dulu kepada generasi sekarang dan yang akan datang. Sebagai individu dan makhluk sosial, manusia selalu mempertimbangkan dampak tindakan yang diperbuatnya. Kedua, Mengusahakan keamanan secara psikologis dan sosial.

Secara sosial, hukum ini membantu tatanan hidup masyarakat untuk menghadapi kekuatan-kekuatan “khaotik” dan “anarkis”. Ketiga, membantu manusia dalam pengambilan keputusan dan mencegah terjadinya “paralisis moral”. Keempat, membantu manusia untuk mengenal kekurangan-kekurangan dan kegagalan-kegagalan sehingga manusia dapat memperbaiki diri. Kelima, Membagikan pengalaman supaya bisa tercipta tingkah laku personal dan sosial. Hukum moral ada untuk melayani cinta kasih dan berada di bawah cinta kasih dan membantu untuk menuntun manusia menuju kebaikan secara otentik.

Supaya hubungan manusia dalam masyarakat dan negara terlaksana sebagaimana yang diharapkan, maka diciptakanlah norma-norma yang bersumber pada nilai-nilai dan moral masyarakat melalui tahapan sebagai berikut, (1). Cara (usage) yaitu menunjuk pada suatu kegiatan. (2). Kebiasaan (folkways) yaitu perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang sama. (3). Tata kelakuan

(mores) yaitu kebiasaan yang dianggap sebagai cara berperilaku dan diterima

norma-norma pengatur. (4). Adat istiadat (custom) yaitu tata kelakuan yang kekal seta kuat integrasinya dengan pola-pola masyarakat, disertai dengan sanksi tertentu

3. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara

(13)

Diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum, baik hukum formal/ positif ataupun hukum berdasarkan normas-norma masyarakat (sanksi sosial). Kepatuhan ini sama sekali tidak didasarkan pada suatu keyakinan pada tujuan kaidah hukum yang bersangkutan, dan lebih didasarkan pada pengendalian dari pemegang kekuasaan. Sebagai akibatnya, kepatuhan hukum akan ada apabila ada pengawasan yang ketat terhadap pelaksanaan kaidah-kaidah hukum tersebut.

B. Identification

Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah-kaidah hukum ada bukan karena nilai instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok serta hubungan baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum tersebut tetap terjaga. Daya tarik untuk patuh adalah keuntungan yang diperoleh dari hubungan-hubungan tersebut, sehingga kepatuhan pun tergantung pada baik-buruknya interaksi tadi. Walaupun seseorang tidak menyukai penegak hukum akan tetapi proses identifikasi terhadapnya berjalan terus dan mulai berkembang perasaan-perasaan positif terhadapnya. Hal ini disebabkan, oleh karena orang yang bersangkutan berusaha untuk mengatasi perasaan-perasaan kekhawatirannya terhadap kekecewaan tertentu, dengan jalan menguasai obyek frustasi tersebut dengan mengadakan identifikasi. Penderitaan yang ada sebagai akibat pertentangan nilai-nilai diatasinya dengan menerima nilai-nilai penegak hukum.

C. Internalization.

(14)

sentral dari kekuatan proses ini adalah kepercayaan orang tadi terhadap tujuan dari kaidah-kaidah yang bersangkutan, terlepas dari pengaruh atau nilai-nilainya terhadap kelompok atau pemegang kekuasaan maupun pengawasannya.

D. Society Interest.

Maksudnya ialah kepentingan-kepentingan para warga masyarakat terjamin oleh wadah hukum yang ada.Kesadaran hukum berkaiatan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dengan demikian masyarakat menaati hukum bukan karena paksaan, melainkan karena hukum itu sesuai dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat itu sendiri.

Dalam hal ini telah terjadi internalisasi hukum dalam masyarakat yang diartikan bahwa kaidah-kaidah hukum tersebut telah meresap dalam diri masyarakat.Terdapat 4 (empat) indikator kesadaaran hukum, yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya, yaitu :

1. Pengetahuan Hukum. 2. Pemahaman Hukum. 3. Sikap Hukum.

4. Pola Perilaku Hukum.

4. Keadilan, Ketertiban, dan Kesejahteraan Masyarakat Sebagai Wujud Masyarakat yangBermoral dan Mentaati Hukum.

(15)

dipisahkan, sehingga pameo “ Ubi Societas Ibi Ius “ (dimana ada masyarakat disana ada hukum adalah tepat)

Hukum diciptakan dengan tujuan yang berbeda-beda,ada juga yang menyatakan kegunaan, ada yang menyatakan kepastian hukum, dll. Akan tetapi dalam kaitan dengan masyarakat, tujuan hukum yang utama dapat direduksi untuk ketertiban (order), merupakan fakta objektif yang berlaku bagi segala masyarakat manusia dalam segala bentuknya

Untuk mencapai ketertiban dalam masyarakat ini, diperlukan adanya kepastian dalam pergaulan antar manusia dalam masyarakat.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Demikianlah penjelasan mengenai manusia,moral dan hukum, dari semua itu dapat ditarik kesimpulan bahwa manusia merupakan makluk yang sempurna yang di beri anugrah oleh tuhan berupa kemampuan untuk berpikir dan akal untuk menentukan seseuatu baik atau tidak baik bagi mereka.

Selain itu manusia juga harus menjalin hubungan baik dengan dua hal. Hubungan tersebut adalah hubungan dengan TuhanNya dan hubungan dengan manusia lainya,hal ini yang menyebabkan manusia disebut makhluk sosial.

Karena untuk menjalin hubungan yang baik setiap manusia harus memiliki nilai-nilai yang dijadikan landasan untuk bertindak, serta moral yang baik agar tujuan hubungan yang harmonis juga tercapai.

(16)

3.2 PENUTUP

Semoga makalah ini bisa berguna bagi penulis atau pembaca. Kami mohon maaf jika ada kesalahan baik dalam pemilihan kata atau penulisan makalah. Sesungguhnya kesempurnaan hanya milik ALLAH SWT dan kekurangan merupakan milik hambaNya.

3.3 DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

bahasa Indonesia tidak terlepas dari kegiatan-kegiatan peserta didik dan kesiapan pengajar (guru). Sehingga kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang dengan

Demikian Rencana Kerja SKPD Kecamatan Turi tahun 2017 disusun, diharapkan mampu melaksanakan tugas – tugas sesuai dengan tujuan dan sasaran yang

Dari seluruh tenaga kerja yang terdaftar pada tahun 2012 disalurkan sebanyak 200 orang, ini berarti mengalami peningkatan dengan jumlah yang disalurkan pada tahun 2011

Hasil penelitian diperoleh simpulan bahwa persepsi kelompok tani terhadap peranan penyuluh pertanian dalam pengembangan Gabungan Kelompok Tani di Kabupaten Sukoharjo sudah

Dalam kegiatan pembelian obat di Rumah Sakit Umum Kasih Ibu Surakarta, fungsi gudang medis bertangggung jawab untuk mengajukan permintaan dengan membuat bukti permintaan

Temuan-temuan fosil yang mereka klaim sebagai fosil manusia purba, yang katanya mirip kera, belakangan terbantah satu demi satu, seperti dalam skandal manusia Piltdown, yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan formula tablet floating efervesen ranitidin dengan menggunakan kombinasi polimer pektin dan xanthan gum, dan mengetahui

Dengan demikian, seorang pengamat di permukaan Bumi hanya melihat posisi semu benda langit, sinar yang datang dari medium yang mempunyai indek bias lebih kecil dari medium