BAB 1
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala
keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di
bawah satu atap dalam keadaan saling bergantung. Keluarga mempunyai peran
yang penting dalam keperawatan karena keluarga menyediakan sumber – sumber
yang penting untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi dirinya dan orang lain
dalam keluarga. Dalam sebuah unit keluarga, disfungsi apa saja (penyakit, cedera,
perpisahan) akan mempengaruhi satu atau lebih anggota keluarga dalam hal
tertentu (Ali, 2010).
World Health Organization (WHO) menetapkan 60 tahun keatas sebagai
usia yang menunjukkan proses menua yang berlangsung secara nyata dan
seseorang telah disebut lanjut usia. Proses menua merupakan proses yang terus –
menerus secara alamiah dan umumnya dialami oleh semua makhluk hidup.
Misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan saraf, dan
jaringan lain, hingga tubuh “mati” sedikit demi sedikit (Nugroho, 2008). Jadi,
proses menua adalah suatu keadaan yang normal terjadi pada setiap manusia.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memberikan dampak
positif terhadap kesejahteraan yang terlihat dari angka harapan hidup (AHH). Hal
ini sejalan dengan keberadaan usia lanjut yang ditandai dengan umur harapan
upaya serta peningkatan kesehatan dalam rangka mencapai masa tua yang sehat,
bahagia, berdaya guna dan produktif sesuai dengan pasal 19 UU No. 23 Tahun
1992 tentang Kesehatan (Maryam dkk, 2008).
Indonesia termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging stuctured population) karena mempunyai jumlah penduduk
dengan usia 60 tahun keatas sekitar 7,18 %. Pulau yang mempunyai jumlah
penduduk lansia terbanyak (7%) adalah pulau Jawa dan Bali. Peningkatan jumlah
penduduk lanjut usia ini antara lain disebabkan karena tingkat sosial ekonomi
masyarakat yang meningkat, kemajuan di bidang pelayanan kesehatan dan tingkat
pengetahuan masyarakat yang meningkat (Effendi, 2009). Hasil Sensus Penduduk
tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia Indonesia adalah 18,57
juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yaitu sebanyak 14,44 juta
jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah
sekitar 450.000 jiwa per tahun. Dengan demikian, pada tahun 2025 jumlah
penduduk lansia di Indonesia akan berjumlah sekitar 34,22 juta jiwa (BPS, 2010).
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara,
jumlah penduduk lanjut usia yakni yang berusia 60 tahun keatas pada tahun 2010
sebanyak 765.750 jiwa dan jumlah penduduk keseluruhan di Provinsi Sumatera
Utara sebanyak 12.982.204 jiwa. Di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat,
kebanyakan lansia tinggal dengan keluarganya dan berdasarkan data dari
Kelurahan Padang Matinggi Rantau Prapat, diperoleh jumlah lansia sebanyak 284
Masalah kesehatan lanjut usia tidak terjadi begitu saja, tetapi melalui
proses kemunduran yang panjang. Ketika kemunduran fisik dan mental terjadi
secara perlahan dan bertahap dan pada waktu kompensasi terhadap penurunan ini
dapat dilakukan, dikenal sebagai “senescence”, yaitu masa proses menjadi tua.
Seseorang akan menjadi semakin tua pada awal atau akhir usia enam puluhan,
tergantung pada laju kemunduran fisik dan mentalnya, dan juga tergantung pada
masing-masing individu yang bersangkutan. Penyebab fisik dari kemunduran ini
merupakan suatu perubahan pada sel-sel tubuh bukan karena penyakit khusus,
tetapi karena proses menua. Akibatnya terjadi penurunan pada peranan-peranan
sosial dan timbulnya gangguan dalam mencukupi kebutuhan hidupnya, sehingga
dapat meningkatkan ketergantungan yang memerlukan bantuan orang lain.
Kemunduran juga bisa terjadi oleh karena faktor psikologis. Sikap tidak senang
terhadap diri sendiri, orang lain, pekerjaan dan kehidupan pada umumnya dapat
menuju ke keadaan seseorang yang menjadi eksentrik, kurang perhatian dan
terasing secara sosial sehingga penyesuaian dirinya menjadi buruk, akibatnya
orang menurun secara fisik dan mental sehingga mengalami penurunan dalam
melakukan aktivitasnya. Seseorang yang mengalami ketegangan dan stres hidup
akan mempengaruhi laju kemunduran tersebut. Demikian juga, bahwa motivasi
memainkan peranan penting dalam kemunduran. Dengan adanya gangguan
tersebut, menyebabkan lanjut usia menjadi tidak mandiri dan membutuhkan orang
lain untuk melakukan aktivitas hidup sehari-hari (Hurlock, 2000).
Hal ini akan dapat mengakibatkan berkurangnya integrasi dengan
manusia berharap dapat menjalani masa tuanya dengan bahagia namun
kenyataannya masih ada sebagian lansia yang menjalani masa tuanya dengan rasa
ketidakbahagiaan. Ketidakbahagiaan tersebut bisa disebabkan karena kondisi
lingkungan, kurangnya perawatan, perhatian maupun kepedulian dari orang –
orang di sekitar lansia, terutama keluarga. Padahal usia lanjut juga dikatakan usia
emas, karena tidak semua orang dapat mencapai usia tersebut, maka orang yang
berusia lanjut memerlukan perawatan agar ia dapat menikmati masa usia emas
serta menjadi usia lanjut yang berguna dan bahagia (Maryam dkk, 2008).
Kebahagiaan seorang lansia juga tergantung pada terpenuhinya “tiga A”
yaitu acceptance (penerimaan), affection (pengasihan) dan achievement
(pencapaian). Apabila seseorang tidak dapat memenuhi kriteria tersebut, maka
lansia kemungkinan sulit untuk mendapat kebahagiaan (Hurlock,2000). Lanjut
usia juga mengalami ketakutan, terutama pada ketergantungan fisik dan ekonomi,
sakit yang kronis. Kesepian dan kebosanan yang disebabkan oleh asa tidak
diperlukan (Nugroho, 2008).
Usia lanjut juga ditandai oleh adanya integritas ego atau kepuasan. Jika
prestasi seseorang yang berusia lanjut telah ditetapkan sendiri sewaktu muda,
sehingga jarak antara keadaan yang sebenarnya (real selves) dan keadaan pribadi
yang ideal (ideal selves) kecil, maka mereka akan mengalami integritas ego dan
kebahagiaan serta merasa puas terhadap diri sendiri (Hurlock, 2000). Oleh karena
itu dalam mengahadapi semua perubahan dan kemunduran yang dialaminnya,
lansia memerlukan bantuan untuk mencapai rasa tentram, nyaman dan perlakuan
Adapun kewajiban keluarga pada lansia yakni memberikan perhatian pada
lanjut usia dan mengupayakan lansia agar tidak terlalu tergantung pada orang lain
dan mampu membantu diri sendiri. Hal ini sejalan dengan kedudukan dan peranan
lansia dalam keluarga yang dianggap sebagai orang yang harus dihormati dan
dihargai apalagi dianggap memiliki prestise yang tinggi dalam masyarakat.
Perasaan diterima oleh orang lain terutama keluarga akan mempengaruhi
tanggapan lansia dalam memasuki hari tua dan berpengaruh pula pada derajat
kesehatan lansia. Budaya masyarakat Indonesia terkait lansia masih kental, yaitu
penghargaan kepada orang tua dalam segala bentuknya merupakan nilai yang
tinggi dan sebagai kewajiban kelompok generasi yang lebih muda sehingga
sebagian masyarakat Indonesia memilih untuk merawat lansia di keluarga sendiri
tanpa harus berada di lembaga panti. Keluarga berperan penting dalm kehidupan
lansia, 80% keluarga akan mendukung lansia dan biasanya anak sudah dewasa
yang menjadi sumber support lansia. Sebanyak 75% lansia diatas 65 tahun
dirawat oleh anggota keluarganya sendiri, dimana seperempatnya adalah pasangan
hidup dan lebih dari sepertiga dirawat pasangan dan anak dewasa (Fatimah,
2010).
Keluarga merupakan support system utama bagi lansia dalam
mempertahankan kesehatannya. Peranan keluarga dalam perawatan lansia antara
lain perawatn fisik, perawatan psikologis, perawatan sosial dan perawatan
spiritual (Nugroho, 2008). Perawatan lanjut usia di rumah bertujuan memberikan
lanjut usia. Kemandirian dalam melakukan aktivitas sehari-hari harus diupayakan,
walaupun dalam beberapa aktivitas tentu perlu dibantu (Nugroho, 2008).
Perawatan yang dilakukan anak sendiri diduga memberikan rasa aman dan
nyaman karena mereka lebih toleran terhadap lansia dibandingkan kerabat atau
orang lain, sehingga kebutuhan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan spiritual lansia
bisa terpenuhi dengan baik. Pada saat merawat lansia, akan sering timbul konflik
pada keluarga yang tinggal bersama atau dekat, sedangkan keluarga yang jauh
dirindukan tetapi tidak bisa sering berkunjung (Fatimah, 2010). Menurut
penelitian Efiani (2009) bahwa Perawatan Keluarga terhadap Lansia di Kelurahan
Sukajadi Kecamatan Hinai Kabupaten Langkat, perawatan keluarga terhadap lansia
adalah suatu pelayanan yang berupa pelayanan fisik, psikis, sosial, ekonomi dan
spiritual yang komprehensif yang ditujukan kepada lansia. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa tidak ada perawatan keluarga yang buruk, sedangkan perawatan
keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 28 responden (66,0%), dan responden
dengan perawatan sangat baik sebanyak 8 responden (18,7%).
Berdasarkan hasil survey di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat,
didapatkan bahwa sebagian besar lansia tinggal dengan keluarganya namun ada
juga yang tinggal sendiri di rumahnya. Masalah kesehatan yang dialami lansia
pada umumnya adalah hipertensi dan rhematik. Kegiatan posyandu lansia pada
saat ini juga tidak berjalan aktif. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan
salah satu lansia di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat, lansia mengatakan
ia merasa senang tinggal dengan keluarganya yakni anak dan cucunya karena
kesepian. Lansia juga mengatakan ia sangat senang merawat cucunya dan ia juga
terkadang membantu anaknya mengerjakan pekerjaan rumah seperti memasak,
membersihkan rumah dan sebagainya. Lansia juga mengatakan ia menderita
penyakit rhematik dan ia mengatakan hanya beberapa kali saja mengikuti
posyandu lansia, Lansia merasa bahagia karena keluarganya memperhatikannya
dengan baik seperti memenuhi kebutuhannya, memberinya uang setiap bulannya
dan merawatnya ketika ia sedang sakit.
Dari data yang diperoleh, tidak semua kemunduran yang dialami lansia
sama, tetapi tergantung dari cara perawatan keluarga terhadap lansia itu sendiri.
Seorang lansia membutuhkan perhatian dan dukungan keluarga untuk dapat
beradaptasi terhadap perubahan dan kemunduran yang terjadi akibat prosess
penuaan. Uraian di atas yang membuat peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana
gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada
keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.
1.2Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana gambaran peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan
lansia pada keluarga di Kelurahan Padang Matinggi Rantauprapat.
1.3Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran
peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarganya di
1.4Manfaat Penelitian
1.4.1 Bagi Praktek Keperawatan
Diharapkan hasil penelitian ini dapat meningkatkan pengetahuan
perawat dalam praktik keperawatan yang berhubungan dengan keluarga dan
lansia.
1.4.2 Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai informasi dan data tambahan bagi penelitian keperawatan
selanjutnya yang ingin melakukan penelitian keperawatan yang terkait
dengan peran keluarga dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada
keluarga.
1.4.3 Bagi Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini diharapkan akan dapat menjadi informasi yang berguna
untuk meningkatkan kualitas pendidikan terutama pada bagian keperawatan
gerontik dan keperawatan keluarga yang berkaitan dengan peran keluarga
dalam perawatan lansia dan kepuasan lansia pada keluarga.
1.4.4 Bagi keluarga
Diharapkan penelitian ini dapat menambah informasi kepada keluarga
tentang gambaran kepuasan lansia pada peran keluarga dalam merawat lansia
sehingga keluarga dapat memberikan pelayanan yang lebih berkualitas