PEMBERIAN ABU VULKANIK DAN DOLOMIT SEBAGAI
BAHAN AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN
KOPI LIBERIKA (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern)
DI LAHAN GAMBUT DESA MUNTIALO
ARTIKEL ILMIAH
AYANG RASAKTIJURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PEMBERIAN ABU VULKANIK DAN DOLOMIT SEBAGAI
BAHAN AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN
KOPI LIBERIKA (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern)
DI LAHAN GAMBUT DESA MUNTIALO
AYANG RASAKTI1), YG. ARMANDO2), TRIAS NOVITA3)
ARTIKEL ILMIAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana pertanian pada Jurusan Agroekoteknologi
Fakultas Pertanian Universitas Jambi
JURUSAN AGROEKOTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JAMBI
2021
PENGESAHAN
Artikel ilmiah dengan judul “Pemberian Abu Vulkanik Dan Dolomit Sebagai Bahan Amelioran Terhadap Pertumbuhan Kopi Liberika (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern) di Lahan Gambut Desa Muntialo” yang di susun oleh Ayang Rasakti, NIM RRD1A015012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Ir. H. YG Armando, M.S. Trias Novita, S.P., M.Si. NIP. 19590202 198603 1 004 NIP. 19720228 200003 2 004
Mengetahui,
Ketua Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Univesitas Jambi
Dr. Hj. Sunarti, S.P., M.P. NIP. 19731227 199903 2 003
1 PEMBERIAN ABU VULKANIK DAN DOLOMIT SEBAGAI BAHAN
AMELIORAN TERHADAP PERTUMBUHAN KOPI LIBERIKA (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern) DI LAHAN GAMBUT
DESA MUNTIALO
AYANG RASAKTI1), YG. ARMANDO2), TRIAS NOVITA3)
1)
Alumni Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi
2)
Dosen Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi
3)
Dosen Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Jambi Kampus Pinang Masak, Mendalo Indah, Jambi 36361
*Alamat korespondensi : ayangrasakti@gmail.com
ABSTRAK
Pemberian amelioran merupakan slaah satu solusi untuk memperbaiki sifat kimia tanah gambut. Bahan yang berpotensi sebagai amelioran diantaranya abu vulkanik dan dolomit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik dan dolomit serta mendapatkan dosis abu vulkanik dan dolomit yang terbaik terhadap pertumbuhan kopi Liberika (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern) di lahan gambut Desa Muntialo. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Betara Desa Muntialo Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan Juni 2020 sampai dengan bulan September 2020. Lokasi penelitian dilakukan dilahan petani yang didominasi oleh tanah gambut. Penelitian ini adalah penelitian satu faktor dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu aplikasi abu tuff vulcan dan dolomit dengan 6 taraf perlakuan dan 4 ulangan, perlakuan terdiri dari A0 = Tanpa aplikasi amelioran, A1 = Dolomit 250 g, A2 =
Dolomit 500 g, A3 = Abu vulkanik 250 g, A4 = Abu vulkanik 500 g, A5 = Abu
vulkanik 250 g + Dolomit 250 g. Hasil penelitian menunjukkan perlakuan dosis amelioran memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, luas daun, diameter batang, jumlah bunga per dompolan, jumlah dompolan bunga per cabang dan hipotesis vigor indeks. Namun tidak berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah daun. Perlakuan dosis amelioran abu vulkanik 500 g dapat meningkatkan pertambahan tinggi tanaman sebesar 10,14 cm, jumlah daun sebesar 8,00 helai, panjang daun sebesar 5,49 cm, lebar daun sebesar 1,90 cm, luas daun sebesar 55 cm2, diameter batang sebesar 4,90 cm, jumlah bunga per dompolan sebesar 18,85 kuntum, jumlah dompolan bunga per cabang sebesar 6,25 buah dan hipotesis vigor indeks (keragaan tanaman) dengan nilai 3,48.
2 PENDAHULUAN
Tanaman kopi merupakan salah satu tanaman perkebunan yang memiliki peranan penting sebagai sumber devisa negara dan penggerak perekonomian di Indonesia. Terdapat empat jenis kopi yang telah dikenal, yaitu kopi arabika, kopi robusta, kopi liberika dan kopi ekselsa (Rahardjo, 2017). Jenis kopi arabika, robusta dan liberika merupakan jenis kopi yang umum dibudidayakan di Indonesia termasuk di Provinsi Jambi (Nengsih dan Defitri, 2019).
Kopi liberika merupakan salah satu jenis kopi yang banyak diusahakan masyarakat di daerah lahan gambut tepatnya di Kecamatan Betara Kabupaten Tanjung Jabung Barat. Kabupaten ini dalam beberapa tahun terakhir telah menjadi sentra pengembangan dan penyedia bibit kopi liberika bagi petani perkebunan kopi dari berbagai wilayah seperti Palembang, Kalimantan dan Riau.
Kopi liberika merupakan salah satu jenis kopi yang mampu beradaptasi dan berproduksi cukup baik di lahan gambut dengan tanaman pinang sebagai tanaman pelindung. Luas areal pertanaman kopi liberika di Tanjung Jabung Barat pada tahun 2016 mencapai 2.871 ha dengan total produksi mencapai 1.281 ton dan produktivitas 673 kg/ha. Pada tahun 2017 mencapai 2.997 ha dengan total produksi mencapai 1.411 ton dan produktivitas 715 kg/ha (Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, 2018), produktivitas kopi di daerah ini masih lebih rendah dibandingkan potensi hasil kopi liberika yang dapat mencapai 950 kg/ha.
Masalah produksi dan produktivitas pada kopi liberika yang dibudidayakan di Kecamatan Betara tidak terlepas dari kendala kultur teknis. Kecamatan betara didominasi jenis tanah histosol/organosol yang dikenal dengan tanah gambut. Pertumbuhan tanaman pada lahan gambut dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya ketersediaan hara (Lizawati et al., 2016). Lahan gambut tergolong lahan marginal yang memiliki sifat fisik dan kimia tanah yang buruk dan sangat mudah mengalami kerusakan (degradasi). Ketersediaan unsur hara rendah pada tanah gambut terutama dipengaruhi oleh sifat kimia tanah. Sifat kimia tanah gambut menurut Zuraida (2013) memiliki karakteristik diantaranya pH H2O 1:2,5 4,90 masam, C-Organik (%) 46,09 sangat tinggi, kation-kation
basa: K-dd (cmol kg-1) 1,39 sangat tinggi, Na-dd (cmol kg-1) 1,64 sangat tinggi, Ca-dd (cmol kg-1) 5,50 rendah, Mg-dd (cmol kg-1) 1,01 rendah, KTK (cmol kg-1)
3 107,05 sangat tinggi, kejenuhan basa (%) 17,38 sangat rendah, H-dd (cmol kg-1) 1,60 rendah, Al-dd (cmol kg-1) 1,40 rendah. Kandungan N-total tinggi namun C/N yang tinggi menyebabkan N tidak tersedia bagi tanaman. Selain itu, kadar P dan K tanah gambut umumnya rendah dibanding tanah mineral sehingga tanaman pada tanah gambut memiliki respon yang baik terhadap pemupukan P dan K (Sani, 2011).
Salah satu upaya untuk memperbaiki sifat fisik dan kimia tanah gambut sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kopi adalah dengan penggunaan amelioran (pembenah tanah). Amelioran merupakan bahan organik dan atau anorganik yang ditambahkan ke dalam tanah untuk memperbaiki tempat tumbuh tanaman (Maftu’ah et al., 2013). Efektivitas aplikasi bahan amelioran di lahan gambut ditentukan oleh kualitas bahan terutama komposisi kimia bahan baku diantaranya yang mengandung kation-kation basa polivalen yang mampu mengurangi pengaruh toksik dari asam-asam organik.
Efektivitas amelioran dapat ditingkatkan melalui pencampuran dua atau lebih bahan amelioran. Beberapa jenis amelioran organik dan anorganik yang berpotensi diaplikasikan di lahan gambut diantaranya tuff vulcan dan dolomit. Hasil penelitian Alviandy et al., (2016) menunjukkan bahwa didalam penelitiannya terdapat kandungan unsur hara pada tuff vulcan (abu vulkanik) gunung sinabung yang meliputi : 0,54% C-Organik, 0,13% N-total, 0,55% K2O,
0,14% P2O – total, 0,18% S dan 16,11% Fe. Penambahan abu vulkanik dalam
jangka panjang dapat meningkatkan cadangan mineral tanah (Suntoro et al., 2017).
Dolomit merupakan salah satu bahan anorganik yang dapat berperan sebagai amelioran di lahan gambut. Dolomit berwarna putih keabu-abuan atau kebiru-biruan dengan kekerasan lebih lunak dari batu gamping, berbutir halus, bersifat mudah menyerap air, mudah dihancurkan, cepat larut dalam air dan mengadung unsur hara. Dolomit mengadung MgO 18-24%, CaO 30%, Air 0,19%. Keuntungan menggunakan dolomit dapat menetralkan pH tanah, meningkatkan pertumbuhan akar dan memperbaiki struktur tanah. Namun dalam aplikasi dolomit perlu memperhatikan beberapa faktor salah satunya dosis yang digunakan. Kelebihan dosis dolomit dapat menurunkan efektivitas pemupukan P,
4 kandungan Ca dan Mg dalam dolomit dapat mengikat anion seperti fosfat membentuk endapan (Mardaus et al., 2019).
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh abu vulkanik dan dolomit terhadap pertumbuhan kopi Liberika (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern) di lahan gambut Desa Muntialo dan mendapatkan dosis abu vulkanik dan dolomit yang memberikan pertumbuhan tanaman kopi Liberika (Coffea liberica W. Bull Ex Hiern) yang maksimal di lahan gambut Desa Muntialo.
METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Betara Desa Muntialo Kabupaten Tanjung Jabung Barat, dilaksanakan selama 3 bulan mulai dari bulan JUNI 2020 sampai dengan bulan September 2020. Lokasi penelitian dilakukan dilahan petani yang didominasi oleh tanah gambut.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah tanaman kopi Liberika fase belum menghasilkan (muda) umur ± 1 Tahun yang terdapat di kebun petani desa muntialo di Kecamatan Betara, Tanah tuff vulcan (tanah vulkanik) yang diperoleh dari kecamatan gunung kerinci, dolomit (CaMg(CO3)2), pupuk Urea, KCl dan
TSP, tanah gambut (dari wilayah setempat). Alat-alat yang digunakan meliputi
leaf area meter, cangkul, parang, gembor, meteran, timbangan digital, penggaris,
jangka sorong, plastik/terpal, label (map plastik), banner penelitian, gergaji, tali, ember, buku dan alat tulis.
Rancangan Percobaan
Penelitian ini adalah penelitian satu faktor dengan menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yaitu aplikasi abu tuff vulcan dan dolomit dengan 6 taraf perlakuan dan 4 ulangan, Adapun perlakuan penelitian adalah sebagai berikut.
A0 = Tanpa aplikasi amelioran
A1 = Dolomit 250 g
A2 = Dolomit 500 g
5 A4 = Abu vulkanik 500 g
A5 = Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g
Setiap perlakuan diulang 4 kali sehingga terdapat 24 satuan percobaan terdiri dari 2 tanaman/satuan percobaan. Variabel yang diamati diantaranya pertambahan tinggi tanaman, pertambahan jumlah daun, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, luas daun, diameter batang, hipotesis vigor indeks, jumlah bunga per dompolan, jumlah dompolan yang berbunga percabang tanaman.
Dalam penelitian ini diperlukan parameter penunjang yang merupakan tambahan informasi yang diperlukan untuk analisa hasil penelitian. Parameter yang dimaksud adalah analisis kimia tanah gambut pada awal dan akhir penelitian, Disamping itu diperlukan juga data iklim selama penelitian dilaksanakan. Data hasil pengamatan dianalisis secara statistik dengan menggunakan analisis ragam. Apabila terdapat pengaruh nyata maka dilanjutkan dengan uji beda nilai rata-rata DNMRT (Duncan New Multiple Range Test) pada taraf 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Pertambahan Tinggi Tanaman
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman kopi liberika (Lampiran 4). Pertambahan tinggi tanaman kopi liberika mulai umur 2 hingga 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 1 berikut ini.
6 Gambar 1. Pertambahan tinggi tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan
kombinasi dosis amelioran
Gambar 1 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan total pertambahan tinggi tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran pada umur 12 minggu setelah tanam. Total pertambahan tinggi tanaman kopi liberika umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini.
Tabel 1. Total pertambahan tinggi tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan
Pertambahan Tinggi Tanaman
(cm)
Tanpa aplikasi amelioran 7,35 d
Dolomit 250 g 8,95 b
Dolomit 500 g 8,73 bc
Abu vulkanik 250 g 8,03 cd
Abu vulkanik 500 g 10,14 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 9,01 b
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 1 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan total pertambahan tinggi tanaman kopi liberika secara
0,00 2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 2 4 6 8 10 12 Cm Umur Tanaman (MST)
Pertambahan Tinggi Tanaman
A0 = Tanpa aplikasi amelioran A1 = Dolomit 250 g A2 = Dolomit 500 g A3 = Abu vulkanik 250 g A4 = Abu vulkanik 500 g A5 = Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g
7 signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Total pertambahan tinggi tanaman tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai pertambahan yang tertinggi (10,14 cm) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (7,35 cm). Tingginya angka total pertambahan tinggi tanaman ini diduga bahwa pemberian amelioran meningkatkan serapan hara tanaman yang menstimulasi perkembangan sel meristem tanaman.
Pertambahan Jumlah Daun
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran tidak menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap total pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika (Lampiran 5). Pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika dari umur 2 sampai dengan 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 2 berikut ini.
Gambar 2. Pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Gambar 2 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran belum mampu meningkatkan total pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Rendahnya angka total pertambahan jumlah daun ini diduga karena tanaman kopi pada saat penelitian sudah memasuki masa transisi antara musim kemarau ke musim hujan. Di mana temperatur udara di lokasi penelitian rata-rata sedang berkisar 26,7º -
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 7,00 8,00 9,00 2 4 6 8 10 12 H e la i Umur Tanaman (MST)
Pertambahan Jumlah Daun
A0 = Tanpa aplikasi amelioran A1 = Dolomit 250 g A2 = Dolomit 500 g A3 = Abu vulkanik 250 g A4 = Abu vulkanik 500 g A5 = Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g
8 27,6º. Temperatur udara yang tergolong sedang yang diikuti oleh curah hujan yang tinggi (lebih dari satu hari hujan dengan intensitas yang tidak terukur dalam satu bulan) akan berakibat meningkatnya nilai kelemahan tanah dan peningkatan muka air tanah (>40 cm) pada saat pasang surut, kondisi seperti ini akan meningkatkan keasaman tanah disekitar perakaran tanaman. Hal ini menyebabkan amelioran yang diberikan tidak signifikan mempengaruhi karakteristik tanah gambut. Total pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika sampai dengan umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Total pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan
Pertambahan Jumlah Daun
(helai)
Tanpa aplikasi amelioran 6,88 a
Dolomit 250 g 7,25 a
Dolomit 500 g 7,75 a
Abu vulkanik 250 g 7,50 a
Abu vulkanik 500 g 8,00 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 7,75 a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 2 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran belum mampu meningkatkan total pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Total pertambahan jumlah daun terbanyak ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai banyaknya daun (8.00 helai) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (6,88 helai).
Pertambahan Panjang Daun
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap total pertambahan panjang daun tanaman kopi liberika (Lampiran 6). Pertambahan panjang daun bibit tanaman kopi liberika dari umur 2 sampai dengan 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 3 berikut ini.
9 Gambar 3. Pertambahan panjang daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis
dan kombinasi dosis amelioran
Gambar 3 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan total pertambahan panjang daun tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran pada umur 12 minggu setelah tanam. Total pertambahan panjang daun bibit tanaman kopi liberika sampai dengan umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Total pertambahan panjang daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan
Pertambahan Panjang Daun
(cm)
Tanpa aplikasi amelioran 3,90 d
Dolomit 250 g 4,91 bc
Dolomit 500 g 4,68 c
Abu vulkanik 250 g 4,45 cd
Abu vulkanik 500 g 5,49 ab
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 5,54 a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 3 menunjukkan bahwa, total pertambahan panjang daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 250 g + dolomit 250 g memiliki nilai
0,00 1,00 2,00 3,00 4,00 5,00 6,00 2 4 6 8 10 12 Cm Umur Tanaman (MST)
Pertambahan Panjang Daun
A0 = Tanpa aplikasi amelioran A1 = Dolomit 250 g A2 = Dolomit 500 g A3 = Abu vulkanik 250 g A4 = Abu vulkanik 500 g A5 = Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g
10 pertambahan yang tertinggi (5,54 cm) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (3,90 cm). Tingginya angka total pertambahan panjang daun ini diduga bahwa pemberian amelioran meningkatkan serapan hara tanaman yang menstimulasi perkembangan sel meristem pada daun tanaman.
Pertambahan Lebar Daun
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap total pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika (Lampiran 7). Pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika dari umur 2 sampai dengan 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Gambar 4 berikut ini.
Gambar 4. Pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Gambar 4 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan total pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran pada umur 12 minggu setelah tanam. Total pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika sampai dengan umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 4 berikut ini.
0,00 0,20 0,40 0,60 0,80 1,00 1,20 1,40 1,60 1,80 2,00 2 4 6 8 10 12 Cm Umur Tanaman (MST)
Pertambahan Lebar Daun
A0 = Tanpa aplikasi amelioran A1 = Dolomit 250 g A2 = Dolomit 500 g A3 = Abu vulkanik 250 g A4 = Abu vulkanik 500 g A5 = Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g
11 Tabel 4. Total pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis
dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan
Pertambahan Lebar Daun
(cm)
Tanpa aplikasi amelioran 1,42 d
Dolomit 250 g 1,48 cd
Dolomit 500 g 1,59 bc
Abu vulkanik 250 g 1,58 bcd
Abu vulkanik 500 g 1,90 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 1,74 ab
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 4 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan lebar daun tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Total pertambahan lebar daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai total pertambahan yang tertinggi (1,90 cm) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (1,42 cm). Tingginya angka total pertambahan lebar daun ini diduga bahwa pemberian amelioran meningkatkan serapan hara tanaman yang menstimulasi perkembangan sel meristem pada daun tanaman.
Luas Daun
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap luas daun tanaman kopi liberika (Lampiran 8). Total luas daun tanaman kopi liberika sampai dengan umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 5 berikut ini.
12 Tabel 5. Total luas daun tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi
dosis amelioran
Perlakuan Luas Daun
(cm2)
Tanpa aplikasi amelioran 139,47 e
Dolomit 250 g 149,19 bc
Dolomit 500 g 146,90 cd
Abu vulkanik 250 g 144,77 de
Abu vulkanik 500 g 155,17 ab
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 155,64 a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 5 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan luas daun tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Luas daun memiliki korelasi yang erat dengan pertambahan panjang dan lebar daun. Luas daun tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 250 g + dolomit 250 g memiliki nilai yang tertinggi (55,64 cm2) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (39,47 cm2). Tingginya angka luas daun ini diduga bahwa pemberian amelioran meningkatkan serapan hara tanaman yang menstimulasi perkembangan sel meristem pada daun tanaman. Diameter Batang
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap diameter batang tanaman kopi liberika (Lampiran 9). Diameter batang tanaman kopi liberika umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 6 berikut ini. Tabel 6. Diameter batang tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan
kombinasi dosis amelioran
Perlakuan Diameter Batang
(cm)
Tanpa aplikasi amelioran 3,53 b
Dolomit 250 g 4,46 a
Dolomit 500 g 4,30 ab
Abu vulkanik 250 g 4,36 ab
Abu vulkanik 500 g 4,90 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 4,75 a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
13 Tabel 6 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan diameter batang tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Diameter batang tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai yang tertinggi (4,90 cm) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (3,53 cm). Tingginya angka diameter batang ini diduga bahwa pemberian amelioran meningkatkan serapan hara tanaman yang menstimulasi peningkatan tingkat fotosintesis tanaman. Tingkat fotosintesis berbanding lurus dengan akumulasi karbon bagi perkembangan sel muda dan proses lignifikasi pada sel tua.
Jumlah Bunga per Dompolan
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah bunga per dompolan tanaman kopi liberika (Lampiran 10). Jumlah bunga per dompolan tanaman kopi liberika umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 7 berikut ini.
Tabel 7. Jumlah bunga per dompolan tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan
Jumlah Bunga per Dompolan
(kuntum)
Tanpa aplikasi amelioran 13,50 d
Dolomit 250 g 14,94 cd
Dolomit 500 g 15,08 cd
Abu vulkanik 250 g 16,10 bc
Abu vulkanik 500 g 18,85 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 17,04 b
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 7 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan jumlah bunga per dompolan tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Jumlah bunga per dompolan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai yang tertinggi (18,85 kuntum) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (13,50 kuntum). Tingginya angka jumlah bunga per dompolan ini diduga bahwa
14 pemberian amelioran memperbaiki karakteristik tanah gambut sehingga meningkatkan serapan hara tanaman. Selain hormon, pembungaan juga dipengaruhi ketersediaan beberapa unsur hara seperti Fosfor.
Jumlah Dompolan Bunga per Cabang
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap jumlah dompolan bunga per cabang tanaman kopi liberika (Lampiran 11). Jumlah dompolan bunga per cabang tanaman kopi liberika umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini.
Tabel 8. Jumlah dompolan bunga per cabang tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan
Jumlah Dompolan Bunga per Cabang
(buah)
Tanpa aplikasi amelioran 4,75 c
Dolomit 250 g 5,25 bc
Dolomit 500 g 5,63 ab
Abu vulkanik 250 g 5,50 abc
Abu vulkanik 500 g 6,25 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 5,88 ab
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 8 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan jumlah bunga per dompolan tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Jumlah bunga per dompolan tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai yang tertinggi (6,25 buah) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (4,75 buah). Tingginya angka jumlah bunga per dompolan ini diduga bahwa pemberian amelioran memperbaiki karakteristik tanah gambut sehingga meningkatkan serapan hara tanaman. Selain hormon, pembungaan juga dipengaruhi ketersediaan beberapa unsur hara seperti Fosfor.
15 Hipotesis Vigor Indeks
Berdasarkan hasil analisis ragam, diperoleh bahwa pemberian berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran menunjukkan perbedaan yang nyata terhadap hipotesis vigor indeks tanaman kopi liberika (Lampiran 12). Hipotesis vigor indeks tanaman kopi liberika sampai dengan umur 12 minggu setelah tanam dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini.
Tabel 9. Hipotesis vigor indeks tanaman kopi liberika pada berbagai dosis dan kombinasi dosis amelioran
Perlakuan Hipotesis Vigor
Indeks
Tanpa aplikasi amelioran 2,96 c
Dolomit 250 g 3,22 b
Dolomit 500 g 3,21 b
Abu vulkanik 250 g 3,13 b
Abu vulkanik 500 g 3,48 a
Abu vulkanik 250 g + Dolomit 250 g 3,40 a
Keterangan : Angka – angka yang diikuti huruf berbeda menunjukan berbeda nyata berdasarkan uji Duncan New Multiple Range Test (DNMRT) taraf α 5%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa, perlakuan berbagai dosis dan kombinasi amelioran meningkatkan hipotesis vigor indeks tanaman kopi liberika secara signifikan dibandingkan tanpa aplikasi amelioran. Hipotesis vigor indeks tertinggi ditunjukkan pada perlakuan abu vulkanik 500 g memiliki nilai hipotesis vigor indeks yang tertinggi (3,48) apabila dibandingkan dengan tanpa perlakuan (2,96). Tingginya angka hipotesis vigor indeks ini diduga bahwa pemberian amelioran memperbaiki karakteristik tanah gambut sehingga meningkatkan serapan hara tanaman. Peningkatan serapan hara meningkatkan pertumbuhan tanaman kopi liberika secara masif. Hipotesis vigor indeks menunjukkan ukuran rata-rata pertumbuhan berdasarkan komponen-komponen pertumbuhan yang diukur dalam suatu waktu.
Pembahasan
Tanah abu vulkanik memiliki kandungan pH, C-organik, N-total dan kadar air yang lebih unggul dibandingkan tanah gambut. Perbedaan pH disebabkan proses dan material penyusun yang berbeda antara dua jenis tanah tersebut. Tanah
16 abu vulkanik memiliki kandungan pH, C-organik, N-total dan kadar air yang lebih unggul dibandingkan tanah gambut. Perbedaan pH disebabkan proses dan material penyusun yang berbeda antara dua jenis tanah tersebut. Rendahnya pH pada tanah gambut disebabkan oleh tingginya kadar asam-asam organik yang terkandung didalamnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa berbagai dosis dan komposisi dosis amelioran berpengaruh nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, panjang daun, lebar daun, luas daun, diameter batang, jumlah bunga per dompolan, jumlah dompolan bunga per cabang dan hipotesis vigor indeks. Akan tetapi, pemberian amelioran tidak berpengaruh nyata terhadap pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika. Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan kopi liberika diantaranya faktor internal dan eksternal. Hal yang berbeda ditunjukkan antar perlakuan, pemberian abu vulkanik 500 g secara keseluruhan menunjukkan peningkatan pertumbuhan yang berbeda nyata terhadap kontrol.
Pada variabel pertambahan tinggi tanaman menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan pertambahan tinggi tanaman kopi liberika sebesar 37,96% dibandingkan perlakuan tanpa amelioran. Amelioran abu vulkanik memperbaiki karakteristik tanah gambut terutama dalam menurunkan kapasitas tukar kation. Tanah gambut memiliki kompleks absorbsi yang bermuatan negatif, namun masih mampu melakukan pertukaran ion-ion (Hikmatullah, 2010). Hal ini menyebabkan unsur hara yang diberikan lebih stabil, tidak mudah tercuci dan terfiksasi oleh asam-asam organik tanah gambut. Ketersediaan hara meningkatkan serapan hara dan metabolisme tanaman sehingga menunjukkan peningkatan pertambahan tinggi tanaman.
Pada variabel pertambahan jumlah daun menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran belum mampu meningkatkan pertambahan jumlah daun tanaman kopi liberika pada lahan gambut. Amelioran abu vulkanik mengandung mineral yang dibutuhkan oleh tanah dan tanaman diantaranya yang dominan adalah Ca, Na, K dan Mg, unsur hara makro lain seperti P dan S serta unsur hara mikro diantaranya Fe, Mn, Zn dan Cu (Prana et al., 2018). Namun kandungan unsur hara tersebut belum mampu memenuhi kebutuhan unsur hara tanaman kopi sehingga menunjukkan pertambahan jumlah daun yang tidak berbeda.
17 Pada variabel pertambahan panjang daun menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan pertambahan panjang daun tanaman kopi liberika sebesar 40,77% dibandingkan perlakuan tanpa amelioran, tidak berbeda nyata dengan perlakuan amelioran abu vukanik 250 g + dolomit 250 g. Amelioran abu vulkanik memiliki kandungan hara yang seimbang. Sejalan dengan Hikmatullah (2010) yang menyatakan bahwa pH abu vulkanik yang cukup tinggi berkisar 6,0-6,7 cukup menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, hal ini mencerminkan kandungan hara tanah dalam keadaan seimbang.
Hal yang sama ditunjukkan variabel pertambahan lebar daun, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan pertambahan lebar daun tanaman kopi liberika sebesar 33,80% dibandingkan perlakuan tanpa amelioran. Perkembangan sel tanaman membutuhkan unsur hara yang seimbang. Nitrogen merupakan unsur hara utama yang dibutuhkan dalam ekspansi, elongasi dan diferensiasi sel sebagai penyusun asam amino. Fosfor dibutuhkan sebagai penyusun molekul energi yang dibutuhkan tanaman dalam perkembangan sel. Sedangkan kalium dibutuhkan tanaman dalam menjaga keseimbangan osmotik sel. Demikian pula unsur hara mikro yang terkandung dalam abu vulkanik, unsur-unsur hara mikro mutlak dibutuhkan tanaman meskipun dalam jumlah kecil. Keseimbangan unsur hara akan meningkatkan serapan hara dan metabolisme tanaman sehingga mendukung pembentukan dan pengembangan sel, jaringan dan organ tanaman.
Pada variabel pertambahan luas daun menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan pertambahan luas daun tanaman kopi liberika sebesar 39,78% dibandingkan perlakuan tanpa amelioran. Peningkatan pertambahan panjang dan lebar daun berbanding lurus dengan peningkatan luas daun. Abu vulkanik mengandung kadar bahan amorf yang tinggi, sehingga menjadi masalah bagi pertumbuhan tanaman (Nakhmiidah et al., 2016). Namun kandungan bahan amorf abu vulkanik memperbaiki karakteristik fisik tanah gambut yang memiliki kandungan asam organik yang tinggi. Bahan amorf dalam abu vulkanik dapat mengikat unsur hara yang larut akibat asam-asam organik, namun ikatan ini rentan dan mudah terlepas karena bereaksi dengan asam organik
18 tanah gambut sehingga unsur hara tidak gampang tercuci namun berpotensi tersedia bagi tanaman.
Pada variabel pertambahan diameter batang menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan pertambahan diameter batang tanaman kopi liberika sebesar 38,81% dibandingkan perlakuan tanpa amelioran. Pemberian amelioran abu vulkanik memperbaiki karakteristik kimia tanah gambut terutama dalam meminimalisir asam-asam organik sehingga meningkatkan serapan hara dan tingkat fotosintesis tanaman. Karbon dalam bentuk glukosa yang dihasilkan dari proses fotosintesis, selain digunakan untuk ekspansi pada sel muda, juga diakumulasikan dalam sel membentuk lignin. Akumulasi karbon dalam bentuk lignin merupakan tahap perkembangan sel dari sel muda menuju sel kayu. Proses lignifikasi ini umumnya terjadi pada batang tanaman, proses ini dipengaruhi tingkat fotosintesis dan efektifitas fiksasi karbon oleh tanaman. Semakin tinggi bahan kering (karbon) diakumulasikan maka akan semakin meingkat diameter batang tanaman.
Pada variabel pertambahan jumlah bunga per dompolan dan jumlah dompolan bunga per cabang menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan pertambahan jumlah bunga per dompolan dan jumlah dompolan bunga per cabang tanaman kopi liberika sebesar 39,63% dan 31,58% berturut-turut dibandingkan perlakuan tanpa amelioran. Pemberian amelioran abu vulkanik meningkatkan ketersediaan Fosfor (P) bagi tanaman. Hikmatullah (2010) mengemukakan bahwa, dari beberapa abu vulkanik yang diteliti memiliki nilai retensi terhadap P < 85% tetapi > 25%. Selain hormon, pembungaan pada tanaman dipengaruhi oleh ketersediaan P tanaman (Taiz dan Zeiger, 2002). Ketersediaan P yang cukup akan merangsang pembungaan tanaman.
Selanjutnya variabel hipotesis vigor indeks menunjukkan bahwa, perlakuan amelioran abu vulkanik 500 g meningkatkan hipotesis vigor indeks tanaman kopi liberika sebesar 17,57% dibandingkan perlakuan tanpa amelioran. Hipotesis vigor indeks merupakan ukuran rata-rata pertumbuhan dalam suatu rentang waktu. Kandungan mineral dalam abu vulkanik mengubah karakteristik kimia tanah gambut, sedangkan karakteristik fisik abu vulkanik yang mengandung
19 liat mengubah karakteristik fisik tanah gambut. Penambahan bahan mineral pada tanah gambut menyebabkan terjadinya tanggap gambut yang mempengaruhi karakteristiknya (Suratman dan Sukarman, 2016).
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Perlakuan dosis amelioran memberikan perbedaan yang nyata terhadap pertambahan tinggi tanaman, pertambahan panjang daun, pertambahan lebar daun, luas daun, diameter batang, jumlah bunga per dompolan, jumlah dompolan bunga per cabang dan hipotesis vigor indeks. Namun tidak berbeda nyata terhadap pertambahan jumlah daun.
2. Perlakuan dosis amelioran abu vulkanik 250 g + dolomit 250 g dapat meningkatkan pertambahan panjang daun sebesar 1,64 cm, lebar daun sebesar 0,32 cm, luas daun sebesar 16,17 cm2 dan hipotesis vigor indeks (keragaman tanaman) dengan nilai 0,44.
Saran
Untuk meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman kopi liberika di lahan gambut dapat disarankan untuk menggunakan amelioran abu vulkanik dan dolomit. Dapat disarankan penggunaan abu vulkanik dan dolomit masing-masing dengan dosis amelioran abu vulkanik 250 g/pohon + dolomit 250 g/pohon.
DAFTAR PUSTAKA
Alviandy, R. Q., E. Ariani dan S. I. Saputra. 2016. Pemberian abu vulkanik terhadap pertumbuhan kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di main nursery. Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Pertanian 3: 1-11.
Andreita, R. R. 2011. Dampak debu vulkanik gunung sinabung terhadap perubahan sifat kimia tanah inceptisol. Skripsi, Universitas Sumatera Utara, Medan.
20 Armando, Y., A. T. Maryani dan M. Syarif. 2020. The effectiveness of providing vulanic ash (tuff vulcan) and dolomite as amelioran materials on the growth of immature liberica coffee plants in peat land of mekar jaya village. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi 4: 204-211.
Aryanti, E., Yulita dan A. R. Annisava. 2016. Pemberian beberapa amelioran terhadap perubahan sifat kimia tanah gambut. Jurnal Agroteknologi 7: 19-26.
Dinas Perkebunan Provinsi Jambi. 2018. Statistik Perkebunan Provinsi Jambi 2017. Dinas Perkebunan Provinsi Jambi, Jambi.
Hardjowigeno, S. 1995. Suitability of Indonesian peat soils fo agriculture development. in Rieley and Page (Eds) Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatland. Proceedings of the International Symposium on Biodiversity, Environmental Importance and Sustainability of Tropical Peats and Peatlands, 327-334, Palangka Raya.
Hikmatullah. 2010. Sifat-sifat tanah yang berkembang dari bahan volkan di halmahera barat, maluku utara. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 12: 40-48.
Lizawati, E. Kartika dan Gusniwati. 2016. Identifikasi awal fungi mikoriza arbuskular dari rhizosfer tanah gambut tanaman kopi liberika tungkal jambi. Jurnal Ilmiah Ilmu Terapan Universitas Jambi: 98-105.
Maftu’ah, E., A. Maas, A. Syukur dan B. H. Purwanto. 2013. Efektivitas amelioran pada lahan gambut terdegradasi untuk meningkatkan pertumbuhan dan serapan NPK tanaman jagung manis (Zea mays L. var.
saccharata). Jurnal Agronomi Indonesia 41: 16-23.
Mardaus, I. Sari dan E. Y. Yusuf. 2019. Produksi tanaman tomat (Solanum
lycopersicum L.) dengan pemberian sp-36 dan dolomit di tanah gambut. Jurnal Agroindragiri 4: 25-35.
Najiyati, S. dan Danarti. 2007. Kopi : budidaya dan penanganan lepas panen. Penebar Swadaya, Jakarta.
Nakhmiidah, N., A. Suryanto dan Y. Sugito. 2016. Kajian abu vulkanik kelud pada berbagai media tanam tanaman jagung manis (Zea mays saccharata Sturt). Jurnal Produksi Tanaman 4: 640-646.
Nengsih, Y. dan Y. Defitri. 2019. Pertumbuhan bibit kopi liberika tungkal komposit pada berbagai media tanam. Jurnal Media Pertanian 4: 19-25.
21 Prana, H. A., Sarifuddin dan Fauzi. 2018. Pengaruh pemberian debu vulkanik sinabung terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman padi varietas dendang pada tanah gambut. Jurnal Agroteknologi 6: 30-36.
Pujiwati, H., M. Ghulamahdi, S. Yahya, S. A. Aziz dan O. Haridjaja. 2015. Efisiensi pengapuran dengan amelioran air gambut memperbaiki adaptasi kedelai hitam (Glycine soja) terhadap cekaman Al dan Fe di lahan pasang surut, Seminar Nasional Lahan Suboptimal. Palembang.
Pusat Penelitian Tanaman Kopi dan Kakao Indonesia. 2006. Pedoman Teknis Budidaya Tanaman Kopi, 96 hlm, Jember.
Rachim, A. 1995. Penggunaan kation-kation polivalen dalam kaitannya dengan ketersediaan fosfat untuk meningkatkan produksi jagung pada tanah gambut. Disertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Rahardjo, P. 2017. Berkebun Kopi. Penebar Swadaya, Jakarta.
Riyani, Y., Y. Armando dan Yatrofa. 2018. Respon pertumbuhan bibit kopi liberika tungkal jambi (Coffea liberica W. Bull ex Hiern) terhadap pemberian kapur dolomit pada media gambut. Universitas Jambi, Jambi. Rudianto, G., D. Indradewa dan S. N. H. Utami. 2017. Pengaruh ketebalan abu
volkan di atas permukaan tanah yang jatuh pada berbagai fase tumbuh terhadap pertumbuhan dan hasil jagung (Zea Mays L.). Jurnal Vegetalika 6: 1-11.
Sabiham, S., T. Prasetyo dan S. Dohong. 1995. Phenolic acids in Indonesian peat in Rieley and Page (Eds) Biodiversity and Sustainability of Tropical Peatland, 289-292. Prosiding of the International Symposium on Biodiversity, Environmental Importance and Sustainability of Tropical Peats and Peatlands. Palangka Raya.
Sajarwan, A. 2007. Kajian Karakteristik Gambut Tropika Yang Dipengaruhi Oleh Jarak Dari Sungai, Ketebalan Gambut, Dan Tipe Hutan Di Daerah Aliran Sungai Sebangun. Disertasi, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Salampak. 1999. Peningkatan produktivitas tanah gambut yang disawahkan
dengan pemberian bahan amelioran tanah mineral berkadar besi tinggi.
Disertasi, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Sani. 2011. Pembuatan karbon aktif dari tanah gambut. Jurnal Teknik Kimia 5: 400-406.
22 Saragih, E. 1996. Pengendalian asam-asam fenolat meracun dengan penamabahan Fe-II pada tanah gambut dari Jambi, Sumatera. Tesis, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Septirosya, T., F. Wahyudi, Oksana dan N. Hera. 2020. Penggunaan dolomit pada bibitjeruk siam asal kuok di tanah gambut provinsi riau. Jurnal
Agrikultura 31: 102-108.
Soil Survey Staff. 2003. Soil Taxonomy. USDA, Washington.
Suastika, I. W., S. Sabiham dan D. A. S. 2006. Pengaruh pencampuran tanah mineral berpirit pada tanah gambut terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman padi. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia 8: 99-109.
Suntoro, J. Syamsiyah dan W. Rahina. 2017. Ketersediaan dan serapan Ca pada kacang tanah di tanah alfisols yang diberi abu vulkanik kelud dan pupuk kandang. Agrosains 19: 51-57.
Suratman dan Sukarman. 2016. Peran amelioran tanah mineral terhadap peningkatan berbagai unsur kesuburan tanah gambut pada perkebunan kelapa sawit. Jurnal Sumberdaya Lahan Edisi Khusus: 21-32.
Susandi, E. 2019. Coffee Roasting: Karena Seduhan Kopi Nikmat Berasal dari Proses yang Tepat. AgroMedia, Jakarta.
Taiz, L. dan E. Zeiger. 2002. Plant Physiology (Third Edition). Sinauer Associates, Sunderland.
Tjiptosoepomo, G. 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Widjaja-Adi, I. P. G. 1992. Development of a deep tropical peatland for perennial crops. in Aminuddin et al (Eds) Proceeding of The International Symposium on Tropical Peatland, 380-384, Kuching Serawak Malaysia. Zuraida. 2013. Penggunaan berbagai jenis bahan amelioran terhadap sifat kimia