• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Metabolisme besi - Perbandingan Kadar Serum Feritin Pada Pendonor Reguler Dengan Bukan Pendonor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN 2.1. Metabolisme besi - Perbandingan Kadar Serum Feritin Pada Pendonor Reguler Dengan Bukan Pendonor"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

B A B 2

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1. Metabolisme besi

Besi merupakan unsur vital yang sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk pembentukan hemoglobin, dan merupakan komponen penting pada sistem enzim pernafasan. Pada metabolisme besi perlu diketahui komposisi dan distribusi besi dalam tubuh, cadangan besi tubuh, siklus besi, absorbsi besi dan transportasi besi.10-13

2.1.1. Bentuk zat besi dalam tubuh.

Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu: a. Zat besi dalam hemoglobin.

12-15

b. Zat besi dalam depot (cadangan) sebagai feritin dan hemosiderin c. Zat besi yang ditranspor dalam transferin.

(2)

Tabel 2.1.Kompartemen zat besi dalam tubuh.12

Besi yang telah dibebaskan dari endosom akan masuk kedalam mitikondria untuk diprroses menjadi hem setelah bergabung dengan protoporfirin, sisanya tersimpan dalam bentuk feritin. Sejalan dengan maturasi eritrosit baik reseptor transferin maupun feritin akan dilepas kedalam peredaran darah. Feritin segera difagositosis makrofag di sumsum tulang dan setelah proses hemoglobinisasi selesai eritrosit akan memasuki

Dari tabel ini kelihatan bahwa sebagian besar zat besi terikat dalam hemoglobin yang berfungsi khusus, yaitu mengangkut oksigen untuk keperluan metabolisme dalam jaringan-jaringan. Sebagian lain dari zat besi terikat dalam sistem retikuloendotelial (RES) di hepar dan sumsum tulang sebagai depot besi (cadangan). Sebagian kecil dari zat besi dijumpai dalam transporting iron binding protein (transferin), sedangkan sebagian kecil sekali didapati dalam enzim-enzim yang berfungsi sebagai katalisator pada proses metabolisme dalam tubuh. Fungsi-fungsi tersebut diatas akan terganggu pada penderita anemia defisiensi besi.

Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin, dimana zat besi digunakan secara terus- menerus. Sebagian besar zat besi

(3)

yang bebas dalam tubuh akan dimanfaatkan kembali (reutilization), dan hanya sebagian kecil sekali yang diekskresikan melalui air kemih, feses dan keringat.11,19,22,31

2.1.2. Kebutuhan zat besi.

Kebutuhan zat besi dalam makanan setiap harinya sangat berbeda, hal ini tergantung pada umur, sex, berat badan dan keadaan individu masing- masing. Kebutuhan zat besi yang terbesar ialah dalam 2 tahun kehidupan pertama. selanjutnya selama periode pertumbuhan, kenaikan berat badan pada usia remaja dan sepanjang masa produksi wanita.

Pada masa pertumbuhan diperlukan tambahan sekitar 0,5 -1 mg / hari, sedangkan wanita pada masa mensturasi memerlukan tambahan zat besi antara 0,5 -1 mg / hari. Pada wanita hamil kebutuhan zat besi sekitar 3 -5 mg / hari dan tergantung pada tuanya kehamilan. Pada seorang laki laki normal dewasa kebutuhan besi telah cukup bila dalam makanannya terdapat 10-20 mg zat besi setiap harinya.

16,17,19

Asupan zat besi yang masuk ke dalam tubuh kita kira-kira 10 – 20 mg setiap harinya, tapi ternyata hanya 1 – 2 mg atau 10% saja yang di absorbsi oleh tubuh. 70% dari zat besi yang di absorbsi tadi di metabolisme oleh tubuh dengan proses eritropoesis menjadi hemoglobin, 10 - 20% di simpan dalam bentuk feritin dan sisanya 5 – 15% di gunakan oleh tubuh untuk proses lain.

(4)

Besi Fe3+ yang disimpan di dalam ferritin bisa saja di lepaskan kembali bila ternyata tubuh membutuhkannya.

Feritin merupakan salah satu protein kunci yang mengatur hemostasis besi dan juga merupakan biomarker klinis yang tersedia secara luas untuk mengevaluasi status besi dan secara khusus penting untuk mendeteksi defisiensi besi. Kadar feritin pada laki-laki dan wanita berbeda, pada laki-laki dan wanita postmenopause kadar feritin kurang dari 300ng/ml , pada wanita premonoupase kurang dari 200 ng/ml.

24-26

Tabel 2.2. Distribusi normal komponen besi pada pria dan wanita (mg/kg) 27,29,32

20

(5)

Gambar 2.1. Distribusi Besi Dalam Tubuh Dewasa Andrews, N. C., 1999. Disorders of iron metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).

2.1.3. Absorbsi besi

Menurut Bakta (2006) proses absorbsi besi dibagi menjadi tiga fase, yaitu:26,29

1. Fase Luminal

Besi dalam makanan terdapat dalam dua bentuk, yaitu besi heme

dan besi non-heme. Besi heme terdapat dalam daging dan ikan, tingkat absorbsi dan bioavailabilitasnya tinggi. Besi non-heme

(6)

bioavailabilitasnya rendah. Besi dalam makanan diolah di lambung, karena pengaruh asam lambung maka besi dilepaskan dari ikatannya dengan senyawa lain. Kemudian terjadi reduksi dari besi bentuk feri (Fe3+) ke fero (Fe2+) yang dapat diserap di duodenum.

2. Fase Mukosal

Penyerapan besi terjadi terutama melalui mukosa duodenum dan jejunum proksimal. Penyerapan terjadi secara aktif melalui proses yang sangat kompleks. Dikenal adanya mucosal block

(mekanisme yang dapat mengatur penyerapan besi melalui mukosa usus)

3. Fase Korporeal

(7)

Gambar 2.2. Absorbsi zat besi. Sumber: Andrews NC,New Engl J Med. 341:1986-1995, Copyright © 1999 Massachusetts Medical Society. All rights

reserved.

2.1.4. Mekanisme regulasi absorbsi besi

Terdapat 3 mekanisme regulasi absorbsi besi dalam usus:25,26,29

1. Regulator dietetik : absorbsi besi dipengaruhi oleh jumlah kandungan besi dalam makanan, jenis besi dalam makanan (besi heme atau non heme), adanya penghambat atau pemacu absorbsi dalam makanan.

2. Regulator simpanan : Penyerapan besi diatur melalui besarnya

(8)

3. Regulator eritropoetik : Besar absorbsi besi berhubungan dengan kecepatan eritropoesis. Mekanisme ini belum diketahui dengan pasti.

2.1.5. Transport zat besi. 2.1.5.1. Transferin

Transferin adalah β1 globulin (protein fase akut negatif), merupakan

glikoprotein dengan berat molekul 79570 dalton, terdiri dari polypeptide rantai tunggal dengan 679 asam amino dalam dua domain homolog. N-terminal dan C-terminal masing-masing mempunyai satu tempat ikatan dengan Fe3+. Satu molekul transferin mengikat 2 atom besi (Fe3+). Transferin akan berikatan dengan reseptor transferin, setiap reseptor transferin mengikat 2 molekul transferin12,17,28,32

Transferin terutama disintesis oleh sel parenkim hati, sebagian kecil di otak, ovarium, dan limfosit T helper. Transferin mempunyai waktu paruh 8-11 hari.

Transferin mempunyai 3 fungsi utama yaitu17,33 1. Solubilisasi Fe3+, mengikat besi dengan afinitas tinggi 2. Mengantar besi ke sel

3. Berinteraksi dengan reseptor membran

(9)

µmol setara dengan 300 µg/dL. Dengan demikian hanya sepertiga bagian dari transferin yang berikatan dengan besi, sehingga masih tersedia cadangan yang cukup banyak untuk berikatan dengan besi apabila terjadi kelebihan besi. Hal ini penting dalam diagnosis gangguan metabolisme besi.17,34,35

(10)

Gambar 2.3. Siklus Transferin. Sumber: Andrews, N. C., 1999. Disorders of Iron Metabolism. N Engl J Med; 26: 1986-95).

2.1.5.2. Reseptor Transferin

Reseptor Transferin merupakan protein transmembran homodimer terdiri dari 2 molekul monomer yang identik, terikat pada 2 ikatan sulfide pada residu sitein 89 dan 92, terletak ekstraseluler. Tiap monomer mempunyai berat molekul 90 kD, terdiri dari 780 residu asam amino dengan 3 domain, yaitu protease-like domain (A) berikatan dengan aminopeptidase,

(11)

2.1.5.3. Soluble Transferin Receptor (sTfR)

Dalam plasma STfR berada dalam bentuk kompleks dengan transferin, memiliki berat molekul 320 kD. Kadar sTfR serum berkorelasi dengan jumlah reseptor transferin yang diekspresikan pada permukaan sel. Kadar sTfR tidak di pengaruhi oleh protein fase akut, kerusakan hati akut, dan keganasan. Kadar sTfR menggambarkan aktivitas eritropoiesis. sehingga kadar sTfR dapat digunakan monitoring aktivitas eritropoiesis. 10,11,17

2.1.6. Erythropoiesis

Sistem eritroid terdiri atas sel darah merah (eritrosit) dan prekursor eritroid. Unit fungsional dari sitem eritroid ini dikenal sebagai eritron yang berfungsi sebagai pembawa oksigen. Prekursor eritroid dalam sumsum tulang berasal dari sel induk hemopoietik, melalui jalur sel induk myeloid, kemudian menjadi sel induk eritroid, yaitu BFU-E dan selanjutnya CFU-E.

Prekursor eritroid dalam sumsum tulang dikenal sebagai pronormoblast, berkembang menjadi basophilic selanjutnya polychromatophilic normoblast

(12)

Eritrosit hidup dan beredar dalam darah tepi (life span) rata-rata selama 120 hari. Setelah 120 hari eritrosit mengalami proses penuaan (senescence) kemudian dikeluarkan dari sirkulasi oleh sistem RES. Apabila destruksi terjadi sebelum waktunya (<120 hari) maka proses ini disebut sebagai hemolisis. Komponen eritrosit terdiri atas membran eritrosit, sistem enzim (pyruvat kinase dan G6PD) dan hemoglobin (alat angkut oksigen).11,26,29

(13)

Gambar 2.4. Eritropoiesis. Adapted from Bron et al. Semin Oncol.2001, and Weiss et al. N Engl J Med.2005

Gambar diatas menjelaskan bahwa hanya Fe2+ yang terdapat dalam transferin dapat digunakan dalam eritropoesis, karena sel "eritroblas" dalam sumsum tulang hanya memiliki "reseptor" untuk feritin.Kelebihan besi yang tidak digunakan disimpan dalam stroma sumsum tulang sebagai feritin. Besi

yang terikat pada β-globulin (feritin) selain berasal dari mukosa usus juga

berasal dari limpa, tempat eritrosit yang sudah tua (berumur 120 hari) dihancurkan sehingga besinya masuk ke dalam jaringan limpa untuk kemudian terikat pada β-globulin (menjadi transferin) dan kemudian ikut

Gangguan dalam pengikatan besi untuk membentuk Hb akan mengakibatkan terbentuknya eritrosit dengan sitoplasma yang kecil

(14)

(mikrositer) dan kurang mengandung Hb di dalamnya (hipokrom). Tidak berhasilnya sitoplasma sel eritrosit berinti mengikat Fe untuk pembentukan Hb dapat disebabkan oleh karena rendahnya kadar Fe dalam darah (kurang gizi, gangguan absorbsi Fe, kebutuhan besi yang meningkat) dan rendahnya kadar transferin dalam darah.15-23,34

2.1.7. Feritin

Feritin adalah salah satu protein yang penting dalam proses metebolisme besi di dalam tubuh. Sekitar 25 % dari jumlah total zat besi dalam tubuh berada dalam bentuk cadangan zat besi (depot iron), berupa feritin dan hemosiderin. Feritin dan hemosiderin sebagian besar terdapat dalam limpa, hati, dan sumsum tulang. Feritin adalah protein intra sel yang larut didalam air, yang merupakan protein fase akut. Hemosiderin merupakan cadangan besi tubuh berasal dari feritin yang mengalami degradasi sebagian, terdapat terutama di sumsum tulang, bersifat tidak larut di dalam air. 13,15,38

(15)

2.1.7.1. Struktur dan fungsi feritin

Ferritin adalah kompleks protein yang berbentuk globular, mempunyai 24 subunit- subunit protein yang menyusunnya dengan berat molekul 450 kDa, terdapat di semua sel baik di sel prokayotik maupun di sel eukaryotik. Pada manusia, subunit - subunit pembentuk feritin ada dua tipe, yaitu Tipe L (Light) Polipeptida dan Tipe H (Heavy) Polipeptida, dimana masing - masing memiliki berat molekul 19 kD dan 21 kD Tipe L yang disimbolkan dengan FTL berlokasi di kromosom 19 sementara Tipe H yang disimbolkan dengan FTH1 berlokasi di kromosom 11.39,40,41

Feritin mengandung sekitar 23% besi. Setiap satu kompleks feritin bisa menyimpan kira – kira 3000 - 4500 ion Fe3+ di dalamnya. Feritin bisa ditemukan atau disimpan di liver, limpa, otot skelet dan sumsum tulang. Dalam keadaan normal, hanya sedikit feritin yang terdapat dalam plasma manusia. Jumlah feritin dalam plasma menggambarkan jumlah besi yang tersimpan di dalam tubuh kita. Bila dilihat dari stuktur kristalnya, satu monomer feritin mempunyai lima helix penyusun yaitu blue helix, orange helix, green helix, yellow helix dan red helix dimana ion Fe berada di tengah kelima helix tersebut.39,41

(16)

melalui reaksi Fenton. Untuk itu, sel membentuk suatu mekanisme perlindungan diri yaitu dengan cara membuat ikatan besi dengan feritin. Jadi feritin merupakan protein utama penyimpan besi di dalam sel. 39,40,41

2.1.7.2. Hubungan feritin dan CRP

Besi berperan penting dalam pembentukan sel-sel darah merah, pengangkutan elektron, imunitas tubuh serta proses tumbuh kembang terutama motorik dan mental. Kekurangan zat besi berhubungan dengan kejadian infeksi dan inflamasi, hal ini digambarkan dengan perubahan kadar feritin serum, zat besi serum, dan saturasi transferin pada saat fase akut. Beberapa penelitian menunjukkan beberapa penanda proses inflamasi yang dapat digunakan untuk menggambarkan proses inflamasi yang berkaitan dengan perubahan kadar zat besi dalam tubuh. Penelitian terbaru menunjukkan penanda protein fase akut yang paling sering yaitu C-Reaktive Protein.42

(17)

menilai kapan protein fase akut mulai meningkat dan kapan kadar yang tertinggi tercapai.43

Kadar CRP kan meningkat cepat pada infeksi disebut respon fase akut. Peningkatan CRP berhubungan dengan peningkatan konsentrasi interleukin-6 (IL-6) didalam pasma yang sebagian besar diproduksi oleh makrofag. Makrofag merupakan sel imun yang berperan langsung dengan kadar zat besi dalam tubuh manusia. Makrofag membutuhkan zat besi untuk memproduksi highly toxic hydroxyl radical , juga merupakan tempat penyimpanan besi yang utama pada saat terjadi proses inflamasi. Sitokin, radikal bebas, serta protein fase akut yang dihasilkan oleh hati akan mempengaruhi homeostasis besi oleh makrofag dengan cara mengatur ambilan dan keluaran besi sehingga akan memicu peningkatan retensi besi dalam makrofag pada saat terjadi inflamasi. Besi juga mengatur aktivitas sitokin, proliferasi, dan aktivitas limfosit sehingga diferensiasi dan aktivasi makrofag akan terpengaruh.44

2.2. Donor darah

(18)

2.2.1. Jenis donor darah

Pada dasarnya ada 3 macam donor darah, yaitu .45,46

1. Donor keluarga atau donor pengganti : darah yang dibutuhkan pasien dicukupi oleh donor dari keluarga atau kerabat pasien.

2. Donor komersial: menerima uang/hadiah untuk darah yang disumbangkannya (bukan oleh keinginan menolong orang lain).

3.

Donor sukarela: orang yang memberikan darah, plasma atau komponen darah lainnya atas kerelaan sendiri tanpa menerima pembayaran.

2.2.2. Pendonor regular :

Seorang donor yang memenuhi kriteria dibawah ini dapat dimasukkan dalam registerasi donor regular.1,45,46

1. Telah setuju mendonasikan darahnya secara teratur, yaitu : paling sedikit 1 kali sampai dengan 4 kali dalam satu tahun untuk pria 4 kali dan 3 kali untuk wanita.

2. Telah mendonasikan darahnya dalam satu tahun terakhir apabila diminta.

(19)

4. Pada umumnya dalam keadaan sehat.

5. Dapat dengan mudah dihubungi oleh UTD dan dapat datang ke UTD tanpa kesulitan.

2.2.3. Syarat-syarat menjadi donor darah 1,2,45,46

• Umur 18-60 tahun ( usia 17 tahun diperbolehkan menjadi donor bila

mendapat izin tertulis dari orang tua)

• Berat badan minimal 45 kg

• Tidak memiliki penyakit jantung, paru-paru, kanker, tekanan darah

tinggi, Diabetes Melitus, Epilepsi, Hepatitis B atau C, Sifilis, dan HIV serta berprilaku beresiko tinggi.

• Tekanan darah baik sistole antara 100-180 mmHg, diastole antara

60-100 mmHg

• Denyut nadi teratur yaitu sekitar 50 – 100 kali/ menit

• Hemoglobin pria minimal 13 g/dL sedangkan perempuan minimal 12

g/dL.

• Interval donor minimal 12 minggu atau 3 bulan sejak donor darah

sebelumnya (maksimal 5x dalam setahun).

2.2.3.1. Pada saat kapan harus menjadi pendonor darah yaitu 2,46 :

(20)

2. Setelah operasi kecil, tunggu hingga 6 bulan. 3. Setelah operasi besar, tunggu hingga 12 bulan. 4. Setelah transfusi, tunggu hingga 12 bulan.

5. Setelah tato, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, tunggu 12 bulan. 6. Bila kontak erat dengan penderita hepatitis tunggu hingga 12 bulan. 7. Sedang hamil, tunggu 6 bulan setelah melahirkan.

8. Sedang menyusui, tunggu hingga 3 bulan setelah berhenti menyusui. 9. Setelah penyakit malaria tunggu hingga 3 tahun setelah bebas dari

gejala malaria. Bila tinggal di area endemis malaria selama 5 tahun, sebaiknya tunggu 3 tahun setelah keluar dari area endemis.

10. Bila sakit tifus tunggu 6 bulan setelah sembuh. 11. Setelah vaksin, tunggu 8 minggu.

12. Ada gejala alergi, tunggu selama 1 tahun setelah sembuh.

13. Ada infeksi kulit pada daerah yang akan ditusuk, tunggu 1 minggu setelah sembuh.

2.2.4. Pengambilan dan pengumpulan darah

2.2.4.1. Informasi untuk donor.

Setiap donor harus terlebih dahulu mendapatkan46:

(21)

b. Pengisian daftar isian donor

c. Penandatanganan persetujuan tundakan medis (informed consent) d. Pemeriksaan pendahuluan terdiri dari penimbangan berat badan, Hb,

golongan darah dan pemeriksaan fisik oleh dokter.

2.2.4.2. Pengambilan Darah

Pengambilan darah donor dilakukan pada donor yang telah lolos seleksi. Seluruh proses pengambilan darah harus terdokumentasi dengan baik. Darah harus disadap secara aseptis menggunakan alat steril dan dilakukan oleh petugas yang mempunyai kompetensi dan terlatih dalam hal pengambilan darah.46-49

2.2.4.3. Penyimpanan Darah

(22)

setelah penyadapan dan darah lengkap dengan anti koagulan CPD-Adenin masa simpan 35 hari setelah penyadapan.46

2.2.4.4. Reaksi selama dan sesudah donasi.

Reaksi pada donor jarang terjadi yaitu :46-48

1. Ringan : gejala vasovagal tanpa kehilangan kesadaran.

2. Sedang: gejala yang sama seperti pada reaksi ringan dilanjutkan dengan kehilangan kesadaran.

3. Berat : semua gejala diatas disertai dengan kejang-.kejang

Donor darah sebaiknya dilakukan secara rutin 3 bulan sekali. Hal ini dilakukan karena proses pergantian sel darah merah membutuhkan waktu kurang lebih 120 hari (3 bulan), sehingga, diharapkan setelah 3 bulan, sel-sel telah kembali matur atau dewasa.1,46

2.2.5. Interval donor darah

Semua donor harus mendapat informed consent beserta penjelasan mengenai resiko transfusi. Donor harus dijelaskan bahwa darah akan diuji terhadap penyakit infeksi seperti hepatitis, sifilis dan HIV. 45-48

2.2.6 Prosedur donor darah

(23)

2.2.6.1.

• Flebotomi meliputi penusukan vena dan pengambilan darah.

Dilakukan dengan standard umum. Donor diletakkan dengan posisi setengah berbaring/berbaring. Kulit pada fosa antekubital dibersihkan dengan preparat yodium. Dipasang tourniket, dan dilakukan tusukan vena. Pengambilan 300 ml darah dilakukan 10-15 menit. Setelah jarum diambil, donor diminta mengangkat lengan keatas, dan dilakukan penekanan dengan kassa steril selama 2-3 menit atau sampai perdarahan berhenti, kemudian ditutup dengan plester. Donor diminta untuk tetap berbaring sampai mereka siap untuk duduk, biasanya dalam 1-2 menit..1,46,47

Flebotomi.

• Donor kemudian diminta untuk tidak melepas plester dan menghindari

mengangkat beban berat selama beberapa jam, jangan merokok selama 1 jam dan tidak minum minuman keras selama 3 jam, diminta menambah asupan cairan selama 2 hari dan dianjurkan makan makanan yang seimbang selama 2 minggu.1,46

• Label pada kantong darah dan tabung harus diperiksa dengan teliti

(24)

2.2.6.2. Hemaferesis.

Hemaferesis adalah istilah umum yang merujuk kepada pengambilan

whole blood dari seorang donor atau pasien, pemisahan menjadi

komponen-komponen darah, penyimpanan komponen-komponen yang diinginkan dan pengembalian elemen yang tersisa ke donor atau pasien.46,47

2.2.6.3. Plasmaferesis.

Prosedur dimana sejumlah unit darah dari donor diambil untuk mendapatkan mendapatkan plasmanya, diikuti dengan penginfusan kembali sel-sel darah merah donor. Teknik ini dilakukan untuk mendapatkan plasma atau fresh frozen plasma.46,47

2.2.6.4. Sitaferesis.

Sejumlah besar trombosit atau leukosit dapat dikoleksi dari donor tunggal menggunakan sentrifugasi aliran intermiten atau kontinyu.46,47

2.2.6.5. Plateleferesis/Tromboferesis.

(25)

2.2.6.6. Transfusi autolog

Transfusi autolog adalah transfusi darah yang paling aman, dimana donor juga berlaku sebagai resipien sehingga menghilangkan resiko terjadi ketidakcocokan dan penyakit yang ditularkan melalui darah. 45,47

2.2.7. Volume darah donasi

Jumlah darah yang akan disumbangkan bervariasi, tergantung volume kantong dan berat badan pendonor. Volume kantong ada yang 250 cc, 350 cc, 450 cc, 500 cc. Ketika donasi berarti memberikan 10% dari total volume darah didalam tubuh. Volume darah maksimal yang bisa diambil adalah 10,5 cc/ kg BB..1,46,47

2.2.8. Komponen Darah

Dari satu kantong darah dapat dihasilkan komponen darah yaitu: darah lengkap, darah merah pekat, trombosit pekat, plasma segar beku, plasma cair, dan cryoprecipitate. 1,2,45,46

2.3. Kadar serum feritin pada pendonor

Beberapa penelitian menunjukkan adanya penurunan kadar serum feritin pada pendonor khususnya pada pendonor regular. Retrovirus Epidemiology Donor Study-II (REDS-II) Donor Iron Status Evaluation (RISE)

(26)
(27)

laki-laki, di bagi atas : kelompok 1: pendonor baru, kelompok 2 : 1kali donasi/ 3 tahun, kelompok 3 : 2-5 kali / 3 tahun. Hasilnya didapatkan adanya perbedaan yang signifikan kadar serum feritin antara kelompok 1 dan 3 (p=0,000).9

Beberapa peneliti di atas ada yang membandingkan pendonor regular yang mengkonsumsi zat besi dengan yang tidak mengkonsumsi zat besi (Simon T.L ,Mozaheb Z).4,6 Ternyata didapati bahwa pada pendonor regular yang mengkonsumsi zat besi terdapat penurunan kadar serum feritin yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan yang tidak mengkonsumsi zat besi.

2.4. Penyebab defisiensi besi pada pendonor reguler

Defisiensi besi adalah suatu keadaan yang disebabkan oleh berkurangnya cadangan besi tubuh. 27-31

Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena26,29:

1. Kehilangan besi sebagai akibat perdarahan menahun dapat berasal dari:

a. Saluran cerna: tukak peptik, pemakaian salisilat b. Saluran kemih: hematuria.

c. Saluran nafas: hemoptisis.

(28)

3. Kebutuhan besi meningkat, seperti pada prematuritas, anak dalam masa pertumbuhan, dan kehamilan.

4. Gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium (susu dan produk susu).

Guidelines for Adolescent Nutrition Services (2005) menyebutkan

penyebab terjadinya defisiensi besi salah satunya berhubungan dengan frekwensi donor darah.54

Tabel 2.3. Faktor resiko terjadinya defisiensi besi54

Stang J, Story M (eds) Guidelines for Adolescent Nutrition Services (2005)

(29)

besi. Besi yang dikeluarkan berbeda pada laki dan perempuan, pada laki-laki 236 mg sedangkan pada perempuan 213 mg. Besi yang tersimpan pada perempuan 30% lebih rendah daripada laki-laki (Simon TL,Finch CA).52,53

Telah diketahui bahwa di dalam darah terdapat komponen-komponen darah dimana jumlahnya 45% dari volume darah sedangkan plasma jumlahnya 55% dari volume darah. Feritin dalam plasma, jumlahnya sangat kecil yaitu sebanding dengan konsentrasi feritin didalam tubuh atau apabila terdapat 1µg feritin serum setara dengan 10 mg simpanan besi dan setiap 1ml eritrosit mengandung 1,1 mg besi.13,14,16 Jika dalam 1 ml darah terdapat 0,5 mg besi maka setiap kali donasi sebanyak 300 ml darah, zat besi yang akan keluar adalah sebanyak 150 mg sehingga kebutuhan akan zat besi harus terpenuhi untuk aktivitas eritropoiesis.

Bila kebutuhan zat besi didalam darah tidak terpenuhi maka feritin akan melepas besi dalam jumlah yang banyak dan bila kebutuhan untuk pembuatan hemoglobin meningkat maka cadangan besi akan di mobilisir secara cepat. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya penurunan cadangan besi dan bila berlanjut terus akhirnya cadangan besi menjadi kosong dan aktivitas eritropoiesis akan menurun.11,13,15

(30)

pelepasan zat besi ke eritroid menjadi kurang, transport zat besi dari pool plasma ke sum-sum tulang menjadi kurang, konsentrasi plasma zat besi menurun dan aktivitas eritropoiesis menurun sehingga dijumpai feritin yang meningkat pada keadaan ini.11,23,29

Di PMI cabang Medan, setelah melakukan donor darah pada institusi tertentu atau lembaga sosial kemasyarakatan selalu membagikan suplemen besi 1 hari sekali dalam 3 hari. Pertanyaannya adalah apakah suplemen besi tersebut cukup dikonsumsi memenuhi kebutuhan besi dalam tubuh sampai pada masa donasi kembali. Apabila pendonor tidak memenuhi kebutuhan zat besinya sendiri baik melalui makanan dan suplemen besi maka akan beresiko terjadinya penurunan kadar serum feritin, hingga terjadinya defisiensi besi sampai anemi defisiensi besi..

Klasifikasi defisiensi besi :21,24,29,36

1. Deplesi besi (iron depleted state): cadangan besi menurun, tetapi penyediaan besi untuk eritropoiesis belum terganggu.

2. Eritropoiesis defisiensi besi (iron deficient erythropoiesis): cadangan besi kosong, penyediaan besi untuk eritropoiesis terganggu tetapi belum timbul anemia secara laboratorik.

(31)

Tabel 2.4. Diagnosis defisiensi besi55

Iron status Stored iron Transport iron Functional iron

Iron deficiency anemi Low Low Low

Iron deficient erythropoiesis Low Low Normal

Iron depletion Low Normal Normal

Normal Normal Normal Normal

Iron overload High High Normal

Sumber: Centers for Disease Control and Prevention,

1998.Recommendations to Prevent and Control Iron Deficiency in the United States. Morb Mortal Wkly Rep; 47: 1-36.

Untuk itulah betapa pentingnya memperhatikan kebutuhan zat besi khususnya pada pendonor reguler dengan frekwensi 3-4 kali/tahun karena lebih beresiko mengalami defisiensi besi.

Pada penelitian ini akan dilakukan pemeriksaan feritin, hemoglobin dan hematokrit. CRP diperiksa untuk menghindari adanya bias karena inflamasi dapat menyebabkan cadangan zat besi bertambah.

2.5. Pemeriksaan laboratorium

1. Pemeriksaan komponen simpanan besi

• Feritin serum . Kadar feritin dalam serum sangat kecil, secara garis

(32)

untuk evaluasi status besi termasuk menegakkan diagnosa defisiensi besi.27-31

2. Pemeriksaan komponen transport besi30,31,34,36

• TIBC : pemeriksaan untuk melihat kapasitas ikatan besi dalam serum,

jadi TIBC akan meningkat pada konsentrasi besi rendah dan menurun pada besi serum yang tinggi.

• Saturasi transferin adalah transferin yang terikat dengan besi. Pada

saturasi transferin yang rendah merupakan indikasi tingginya proporsi iron binding site yang kosong.

• Kadar besi serum (SI) adalah pemeriksaan jumlah total besi dalam

serum.

3. Pemeriksaan komponen pada eritrosit.34-37

Eritrosit protophorphirin (Ep) adalah suatu prekursor dari hemoglobin

sehingga konsentrasi Ep didalam darah meningkat ketika produksi hemoglobin terjadi kekurangan besi dan merupakan indikator awal terjadinya anemi defisiensi besi.

• Hemoglobin dan hematokrit. Merupakan refleksi jumlah besi fungsional

(33)

Mean Corpusculer Volume (MCV) adalah volume rata-rata eritrosit,

MCV akan menurun apabila kekurangan zat besi semakin parah. Dihitung dengan membagi hematokrit dengan angka sel darah merah. Nilai normal 70 -100 fl, mikrositik < 70 fl dan makrositik > 100 fl.

Mean Corpuscle Haemoglobin (MCH) adalah berat hemoglobin

rata-rata dalam satu sel darah merah. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan angka sel darah merah. Nilai normal 27-31 pg, mikrositik hipokrom < 27 pg dan makrositik > 31 pg.

Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC) adalah

konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata. Dihitung dengan membagi hemoglobin dengan hematokrit. Nilai normal 30-35% dan Hipokrom < 30%.

2.5.1. Alat dan prinsip kerja

2.5.1.1. Pemeriksaan darah lengkap

Dengan alat automated cell counting Sysmex XT 2000i.57 2.5.1.1.1 Prinsip pemeriksaan hemoglobin.

Membran sel darah merah dilisis oleh Sysmex XT 2000i, kemudian molekul hemoglobin dilepas. Ion ferro dalam molekul hemoglobin oleh

Sodium Lauryl Sulfate (SLS) dirubah menjadi ferri yang disebut

(34)

SLS-Hb, komplek tersebut dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 540 nm.27,57

2.5.1.1.2. Prinsip pemeriksaan hematokrit.

Sampel darah EDTA dihisap, kemudian dicampur dengan reagen

cellpack, kemudian dilewatkan tabung yang dilengkapi dengan tranducer dan

sensor start-sensor stop. Tranducer akan mengukur tinggi pulsa yang dengan volume sel darah merah, start sensor-stop sensor mengukur volume whole blood.57

2.5.1.1.3. Prinsip pemeriksaan jumlah eritrosit

Electrical Impedance

• Sel lewat melalui apertura sehingga ketika terjadi perbedaan resistensi

melalui apertura itu, maka tertangkap sebagai sinyal listrik. Besarnya sinyal yang ditangkap tersebut menentukan jumlah dan ukuran sel yang lewat 27,57

Spesimen : darah EDTA

2.5.1.2. Pemeriksaan feritin58

(35)

Alat: Cobas E 601 dengan metode ECLIA (Electrochemiluminiscence Immunoassay) atau analyzer immunoassay.

Prinsip kerja27,58 :

Serum yang mengandung feritin ditambahkan dengan antibody

monoklonal untuk feritin (yang berasal dari tikus) yang dilekatkan pada biotin.

Setelah itu ditambahkan antibodimonoklonal yang telah dilabel

dengan ruthenium sehingga terbentuk komplek sandwich.

Kemudian ditambahkan mikropartikel yang dilapisi streptavidin,

komplek yang terbentuk berikatan dengan fase solid melalui interaksi biotin dengan streptavidin.

Campuran reaksi diaspirasi dalam cell pengukur dimana mikropartikel

secara magnet ditangkap pada permukaan elektroda.  Substansi yang tidak berikatan dibuang melalui procell.

Aplikasi voltase (tegangan) pada elektroda menginduksi emisi

chemiluminescence (ECL) terjadi reaksi antara kompleks ruthenium dengan TPA (trypropylamin) yang distimulasi secara elektrik untuk menghasilkan emisi cahaya.

Jumlah cahaya yang dihasilkan berbanding lurus dengan kadar analit

(36)

Reagent-working solutions27,58 :

 Reagen M berisi streptavidin yang dilapisi mikropartikel 0,72 mg/mL,

dengan preservatif.

 Reagen R1 merupakan konjugat yang terdiri dari biotinylated

monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) 3 mg/L yang dilabel dengan ruthenium 3 mg/L dalam bufer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 dan preservatif.

 Reagen R2 berisi monoclonal anti-ferritin antibody (mouse) yang

dilabel dengan kompleks ruthenium biotin yang telah dilapisi dengan antibodi monoklonal terhadap feritin dari tikus 6,0 mg/L bufer fosfat 100 mmol/L, pH 7,2 dan preservatif.

 Setelah dibuka mempunyai stabilitas selama 12 minggu pada

penyimpanan 2-80C. 2.5.1.3. CRP59

(37)

Komposisi reagent : 59

1. CRP latex reagent : suspense dari polystyrene yang uniform dengan antihuman CRP monospesifik (dari kambing) dalam glycine buffer.

2. CRP kontrol positif.

3. CRP kontrol negatif.

Gambar

Tabel 2.1.Kompartemen zat besi dalam tubuh.
Tabel 2.2. Distribusi normal komponen besi pada pria dan wanita (mg/kg)20
Gambar 2.2. Absorbsi zat besi. Sumber: Andrews NC,New Engl J Med.
Gambar 2.3. Siklus Transferin. Sumber: Andrews, N. C., 1999. Disorders of Iron Metabolism
+3

Referensi

Dokumen terkait

waktu pemanasan dilakukan untuk mencari waktu pemanasan dies pada temperatur kerja yang diinginkan, sehingga dapat diketahui waktu tunggu untuk melakukan proses squeeze

Guru: “Maka, siapa yang berani mengutarakan pendapatnya tentang penyederhanaan operasi dua bilangan dikalikan kemudian di pangkatkan?” Siswa: “Jika kedua bilangan dikalikan

· Guru memberikan kessempatan kepada siswa untuk saling berkenalan dengan cara melakukan tanya jawab tentang identitas diri dengan tepat. · Siswa melakukan

Adapun setelah melakukan penelitian di MTs Permata Bener Meriah Aceh, peneliti mendapatkan hasil bahwa Faktor penghambat yang dihadapi kepala madrasah dalam mengembangkan

Berdasarkan estimasi ARCH-M tingkat inflasi memiliki koefisien negatif, yang berarti pertumbuhan tingkat inflasi berbanding terbalik dengan perubahan kurs atau dapat

Perusahaan yang mempunyai struktur modal optimal menggunakan DER lebih besar dari angka 1,00 yang berarti perusahaan menggunakan lebih banyak utang daripada saham yang digunakan

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS DAN PERANCANGAN DATA WAREHOUSE PENJUALAN