• Tidak ada hasil yang ditemukan

Appendix Keberadaan Fungi Selulolitik pada Tanah Bekas Kebakaran di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Appendix Keberadaan Fungi Selulolitik pada Tanah Bekas Kebakaran di Kabupaten Samosir, Sumatera Utara"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Lampiran 1. Prosedur Penelitian

1. Sifat Kimia Tanah

a. C-Organik

• Ditimbang 0,5 g tanah kering udara telah diayak dengan ayakan 10

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml

• Ditambahkan 10 ml K2Cr2O7 (menggunakan pipet), goncang dengan

tangan

• Ditambahkan 20 ml H2SO4 pekat, kemudian digoncang 2 – 3 menit,

selanjutnya diamkan selama 30 menit

• Ditambahkan 200 ml air 10 ml H3PO4 85%, ditambahkan 20 tetes

difenilamin, goncang (larutan berwarna biru tua)

• Dititrasi dengan FeSO4 0,5 N dari burret hingga warna berubah

menjadi hijau

• Dibuat juga blanko dan titrasi

(2)

b. Kapasitas Tukar Kation (KTK)

1. Ditimbang 5 gr contoh tanah kering udara dan di masukkan ke dalam

tabung sentrifuse 100 ml

2. Ditambahkan 20 ml larutan NH4OAC pH 7.0. Diaduk dengan pengaduk

gelas sampai merata dan dibiarkan selama 24 jam

3. Diaduk kembali lalu disentrifuse selama 10 menit samapi 15 menit

dengan kecepatan 2.500 rpm

4. Ekstrak NH4OAC N pH 7.0 diulangi lewat saringan dan filtrat ditampung

dalam labu akar 100 ml

5. Penambahan NH4OAC pH 7.0 diulangi sampai 4 kali. Setiap kali

penambahan diaduk mereta, disentrifuse dan ekstraknya didekantasi ke

dalam labu ukur 100 ml samppai tanda tera. Ekstrak ini digunakan dalam

penetapan kadar K, Na, Ca, Mg yang dapat dipertukarkan

6. Untuk pencucian NH4+ ditambahkan 20 ml alkohol 80% ke dalam tabung

sentrifuse yang berisi endapan tanah tersebut. Diaduk sampai merata,

sentrifuse, dekantasi dan filtratnya dibuang. Pencucian NH4 dengan

alkohol ini dilakukan beberapa kali sampai bebas NH4. Hal ini dapat

diketahui dengan menambahakan beberapa tetes pereaksi Nessler pada

filtrat tersebut. Apabila terdapat endapan kuning berarti masih terdapat ion

NH4.

7. Setelah bebas dari NH4+, tanah dipindahkan secara kuantitatif dari tabung

sentrifuse ke dalam labu didih. Ditambahkan air kira-kira berisi 450 ml.

(3)

9. Destilat ditampung dalam Erlenmeyer 250 ml yang berisi 25 ml H2SO4 0.1

N dan 5-6 tetes indikator Conwai. Destilasi dihentikan jika destilat yang

ditampung mencapai kira-kira 150 ml.

10.Kelebihan asam dititrasi dengan NaOH 0.1 N. Titik air titrasi dicapai

bilamana warna berubah menjadi hijau

11.Dilakukan destilasi tanpa tanah sebagai blanko

12.Besarnya KTK dihitung menurut rumus :

KTK (me/100gr)n= (ml Blanko-ml Contoh) x N NaOH x100

Bobot Sampel *)

*)

(4)

2. Sifat Biologi Tanah

Total Organisme Tanah

1. Dibuat 1 seri pengenceran dengan memasukkan 10 gr tanah ke dalam 90 ml

larutan fisiologis pada erlenmeyer 250 ml, campuran ini sebagai pengenceran 10-1.

Lalu dipipet 1,0 ml suspensi larutan 10-1 dan dimasukkan ke dalam 9 ml larutan

fisiologis pada tabung reaksi, campuran ini sebagai pengenceran 10-2 dan

seterusnya sampai pengenceran 10-5

2. Setelah seri pengenceran dibuat, dipipet 1,0 ml dari suspensi dengan

pengenceran 10-3, 10-4, dan 10-5, dipindahkan ke cawan petri steril. Pada setiap

cawan petri dicantumkan informasi berupa nomor contoh/perlakuan, seri

pengenceran, tanggal inkubasi, dan jenis media yang digunakan

3. Sediakan media (Nutrien Agar) tempat mikroorganisme yang diinkubasi.

Cairkan media dengan cara memanaskan dengan autoclaf. Media yang yang telah

disiapkan didinginkan sampai temperaturnya sekitar 40 – 45 0C. Jumlah media

yang dituangkan ke cawan kira-kira 10 ml. Supaya suspensi tersebar merata maka

setelah media dituangkan secara pelan-pelan cawan yang telah berisi media

diputar kekanan tiga kali dan kekiri tiga kali

4. Setelah media benar-benar padat, diinkubasi pada temperatur ± 27 0C

5. Dilakukan pengamatan setelah tiga hari inkubasi.

6. Dari hasil yang diperoleh, rata-rata jumlah koloni per cawan dikalikan dengan

(5)

3. Fungi Selulolitik

1. Diambil tanah sebanyak 50 gr untuk setiap contoh tanah. Kemudian

dimasukkan ke dalam media Selulosa Agar cair dengan bubuk Alang-alang

sebagai pengganti bahan selulosa untuk memancing perkembangbiakan mikroba

2. Diinkubasi selama 2 minggu

3. Diambil sebanyak 1 ml bahan dari masing-masing media Selulosa Agar Cair,

lalu dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi air steril dan disentrifugasi

4. Diambil ose dari masing-masing media untuk digoreskan pada media

Asparagine, lalu diinkubasi selama 2 minggu

5. Koloni yang terbentuk pada goresan tadi menandakan adanya aktifitas mikroba

(6)

Lampiran 2. Bahan-bahan dari media yang digunakan

1. Media Selulosa Agar (g/l)

Nama Bahan Jumlah

Tepung Selulosa Sumber: Aaronson, 1970

2. Media Asparagine (g/l)

Nama Bahan Jumlah

(7)

Lampiran 3. Kriteria Penilaian Sifat Kimia Tanah Menurut Pusat Penelitian Tanah Bogor (1983) dan BPTP-Medan (2011)

(8)

Lampiran 4. Dokumentasi Penelitian

A. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Bekas Kebakaran Tahun 2010

(9)

C. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Bekas Kebakaran Tahun 2013

(10)

E. Lokasi Pengambilan Sampel Tanah Yang Tidak Terbakar (Kontrol)

(11)

Lampiran 4. Lanjutan

G. Pengambilan Sampel Tanah

H. Pengambilan Sampel Tanah

(12)

Lampiran 4. Lanjutan

Isolasi dengan Media Selulosa Cair

Isolasi dengan Media Selulosa Agar

Referensi

Dokumen terkait

We noted with appreciation the ongoing efforts in promoting complementarities between the ASEAN Community Vision 2025 and the United Nations 2030 Agenda for Sustainable

Berdasarkan data puskesmas kecamatan tersebut, maka dilakukan analisis untuk mengetahui variasi data dari variabel jumlah penderita diare di Kecamatan Cakung,

Talvez essa seja a grande magia e o atrativo que o teatro, não só como obra, mas como exercício de criação, exerce sobre as pessoas: a oportunidade de experimentar, como jogo, o

De hecho, en todos los niveles de su desarrollo, en el concepto de persona se encuentra comprendida una polaridad —en la filosofía, entre cuerpo y alma; en el derecho, entre

Die 1890er Jahre waren für die australische Gesellschaft eine Periode vielfältiger sozialer und politi- scher Umbrüche, die mit dem Zusammenschluss der Kolonien

The International Archives of the Photogrammetry, Remote Sensing and Spatial Information Sciences, Volume XL-1/W4, 2015 International Conference on Unmanned Aerial Vehicles

Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587) sebagaimala telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2015 tentang

The proposed hybrid FIS-EKF model is exploited to develop a low-cost and low-processing power GPS/INS integrated navigation system for modern land vehicular navigation