• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perkembangan Bisnis Online dan Perkemban

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perkembangan Bisnis Online dan Perkemban"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Perkembangan Bisnis Online dan

Perkembangan Hukumnya

TUGAS MATA KULIAH HUKUM E-COMMERCE

Disusun Oleh :

ACHMAD DWI SAPUTRA

NIM. E0015002

FAKULTAS HUKUM

(2)

Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan nikmat-Nya saya dapat menyelesaikan makalah “Perkembangan Bisnis Online dan Perkembangan Hukum”. Makalah ini saya buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum E-Commerce.

Rasa terima kasih saya sampaikan kepada beberapa pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Tidak lupa pula rasa terima kasih saya sampaikan kepada Bapak Munawar Kholil selaku dosen mata kuliah Hukum E-Commerce.

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca. Kritik dan saran saya terima dengan lapang dada agar ke depannya saya dapat membuat makalah dengan lebih

baik.

(3)

DAFTAR ISI

Cover

Perkembangan Bisnis Online dan Perkembangan Hukumnya...1

Kata Pengantar...2

DAFTAR ISI...3

BAB I PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang Masalah...4

1.2 Rumusan masalah...5

1.3 Tujuan Penulisan...5

BAB II PEMBAHASAN...7

2.1 Perkembangan Bisnis Online di Indonesia...7

2.1.1 Pengaruh perkembangan TI terhadap perkembangan bisnis online...8

2.1.2 E-Commerce dalam bisnis online...9

2.2 Perkembangan Hukum...12

2.2.1 Aspek Hukum dalam Transaksi E-Commerce...13

2.2.2 Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online Shop...17

2.2.3 Perlindungan Konsumen dalam Bisnis Online...19

BAB III PENUTUP...25

3.1 Kesimpulan...25

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan kehidupan manusia pada saat ini begitu banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, semuanya berujung pada peningkatan taraf hidup, kondisi zaman mengalami perkembangan yang luar biasa di segala kehidupan masyarakat terutama teknologi dan ilmu pengetahuan, sehingga mengimplikasikan berbagai perubahan dalam kinerja manusia. Salah satu produk inovasi teknologi komunikasi (interconnection net working) yaitu suatu koneksi antar jaringan komputer. Aplikasi Internet saat ini, telah memasuki berbagai segmen aktivasi manusia baik dalam sektor politik, sosial, budaya, maupun ekonomi dan bisnis.1

Dalam dunia usaha pemanfaatan waktu secara efektif dan sumberdaya manusia merupakan salah satu kunci sukses bagi keberhasilan peningkatan usaha. Teknologi informasi dengan produk andalannya internet perkembangannya paling pesat dibandingkan dengan teknologi-teknologi lainnya. Perkembangan tersebut sangat menggembirakan karena kemampuannya yang semakin meningkat secara drastis serta diikuti dengan semakin murah mendekati kemampuan daya beli masyarakat. Dengan demikian pemanfaatannya menjadi semakin layak dan semakin jauh mempengaruhi kegiatan manusia dan organisasi, mengubah pola khidupan dan pola kerja, serta memberikan kontribusi yang sangat signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, dan mempengaruhi tatanan sosial.

Lahirnya model transaksi yang tidak perlu bertemu secara langsung. Transaksi cukup dilakukan dengan menggunakan media elektronik yaitu media internet. Transaksi ini dikenal dengan nama elektronik commerce (e-commerce). Dalam bidang perdagangan, internet mulai banyak dimanfaatkan sebagai media aktivitas bisnis terutama karena kontribusinya terhadap efisiensi. Di tengah globalisasi komunikasi yang semakin terpadu

(global communication network). Dengan semakin populernya internet seakan telah

1 Ester Dwi Magfirah, Perlindungan Konsumen Dalam E-commerce. http//www.solusihukum.com/artikel/artikel

(5)

membuat dunia semakin menciut (shrinking the world) dan semakin memudarkan batas-batas negara berikut kedaulatan dan tatananan masyarakatnya. Komputer sebagai alat bantu manusia dengan didukung perkembangan teknologi informasi telah membantu akses ke dalam jaringan jaringan publik (public network) dalam melakukan pemindahan data dan informasi.2

Dewasa ini bisnis online di Indonesia sangat berkembang pesat dibandingkan dengan beberapa tahun sebelumnya. Mungkin hal ini terjadi karena berkembangnya juga teknologi internet di Indonesia dan ditambah dengan pengguna internet yang mengakses dari gadgetnya masing-masing. Karena perkembangan inilah yang membuat bisnis online ramai dilakukan di Indonesia. Dari yang menjual barang hingga jasa, mereka tawarkan di internet. Bisnis online memiliki prospek yang cukup besar pada saat ini dan dimasa mendatang. Dimana hampir semua orang menginginkan kepraktisan dan kemudahan dalam hal memenuhi kebutuhan, praktis adalah salah satu ciri khas dari bisnis online dimana transaksi suatu bisnis dapat dilakukan tanpa bertatap muka atau bahkan saling mengenal sebelumnya.

Namun demikian berbisnis melalui internet tidak serta merta terbebas dari masalah. Berbagai permasalahan hukum ditemui dalam kasus bisnis online ini, termasuk mengenai hubungan hukum antara para pelakunya. Disini harus ada regulasi yang dapat menegaskan secara pasti hubungan-hubungan hukum dari para pihak yang melakukan transaksi bisnis online itu dan mendukung perkembangan bisnis online di Indonesia.

1.2 Rumusan masalah

1. Bagaimana perkembangan bisnis online di Indonesia?

2. Bagaimana perkembangan hukum tentang pengaturan bisnis online di Indonesia?

1.3 Tujuan Penulisan

 Untuk mengetahui perkembangan bisnis online di Indonesia

 Untuk mengetahui perkembangan mengenai regulasi bisnis online di

Indonesia

 Untuk memperluas dan menambah wawasan pengetahuan bagi penulis

mengenai perkembangan bisnis online serta regulasinya

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan Bisnis Online di Indonesia

Pertumbuhan dan perkembangan teknologi sulit terbendung. Seiring dengan hal itu, imbasnya pun dirasakan bidang ekonomi. Faktanya, saat ini, banyak kalangan yang memanfaatkan dunia maya untuk melakukan aksi jual beli. Caranya yaitu, melalui sistem online. Peluang bisnis online sangat terbuka. Ini memudahkan banyak kalangan untuk melakukan jual beli.

Dari tahun ke tahun banyak sekali Instansi, Perusahaan, Pemerintahan, Hotel maupun Usaha Personal yang mulai melirik promosi lewat internet. Tak heran hal itu terjadi karena website merupakan salah satu Kekuatan Brand Bagi dunia usaha. Website Dapat Meningkatkan Nilai Penjualan dan Promosi tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Jika dilihat dari tren perkembangan dunia usaha online di Indonesia juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, tren Online Marketing mengalami tren naik sangat tajam di Indonesia. Dari sekitar 1 Juta Blogger di tahun 2004 menjadi sekitar 50 juta Blogger di tahun 2010 dan akan terus naik di tahun tahun selanjutanya karena semakin mudahnya akses internet di Indonesia.

Internet marketing sebenarnya sudah populer di berbagai negara maju sejak tahun 1999, dimulai dengan lahirnya mesin pencari dan email web based www.yahoo.com

kemudian disusul oleh kelahiran mesin pencari lain yang sekarang sangat familiar yaitu

www.google.com sekitar tahun 1998-1999 yang didirikan oleh dua anak muda Lawrence dan Sergrey Brin. Pendiri Google dalam waktu singkat berhasil masuk dalam 30 besar orang terkaya di dunia. Kemudian di tahun tahun selanjutnya berdiri juga website

berbasis social bookmarking anatara lain : www.friendster.com yang didirikan oleh Jonathan abram, www.facebook.com Oleh Mark Zukenberg.

Internet pada masa sekarang ini sudah merupakan kebutuhan pokok, kita dapat memperoleh berbagai macam informasi, berbelanja online, online banking, online marketing, online affiliate, sosialisasi online, kuliah online, online advertising dll. Sebagai contoh situs online banking yang sedang naik daun adalah www.paypal.com

(7)

www.amazon.com yang menjual barang dari mulai barang pecah belah sampai mobil mewah. Tentu saja kemajuan yang begitu pesat yang semakin mewujudkan dunia tanpa batas ini sudah tercium oleh masyarakat Indonesia, banyak perusahaan berskala besar, menengah dan kecil yang ikut membangun kekuatan brand di dunia online. Promosi produk secara online memang menjadi pilihan tepat saat ini disamping biaya yang relatif murah juga karena pentingnya sosilaisasi produk untuk skala global.

Bisa dikatakan dalam dekade terakhir perkembangan bisnis online di Indonesia sangat pesat, perkembangannya meliputi berbagai macam bidang usaha, tidak hanya yang disebutkan diatas tetapi juga bidang usaha lainnya. Di Indonesia sendiri banyak sekali situs yang sudah mulai go Internasional dan mempunyai jutaan member dan ribuan

visitor setiap harinya. berbagai situs tersebut ada yang murni bisnis online ada yang semi online atau bisnis offline hanya saja menggunakan pemasaran online. Dengan kata lain Bisnis online di Indonesia sudah dikenal dan diperhitungkan di dunia Internasional. selain itu juga jumlah pemakai internet Indonesia yang besar menjadikan Indonesia Sebagai Pasar yang potensial untuk Bisnis online dari berbagai negara di seluruh dunia. bukti dominasi Indonesia juga ditunjukkan dengan banyaknya pengguna Indonesia dalam berbagai situs jejaring sosial seperti www.facebook.com , www.friensdster.com dan

www.twitter.com. Hal inilah yang menjadikan nilai tambah Negara Indonesia dipandang dari segi Bisnis Online terutama perkembangan pesat yang terjadi 10 tahun terakhir 2000 s/d 2010.3

2.1.1 Pengaruh perkembangan TI terhadap perkembangan bisnis online

Pengaruh perkembangan TI terhadap perkembangan bisnis online di Indonesia adalah:4

1. Media yang dapat menghemat biaya

Maksudnya disini adalah seperti penjelasan pada artikel-artikel sebelumnya. Melalui bisnis online, kita bisa menghemat tenanga, waktu, pikiran dan pemampatan biaya

3 http://perkembanganbisnisonlinediindonesia.blogspot.co.id/2010/06/perkembangan-bisnis-online-di-indonesia.html (diakses 30 April 2017)

(8)

menjadi seminimal mungkin karena kita tidak memerlukan karyawan lagi, tidak perlu sewa tempat untuk dijadikan toko, tidak perlu membayar jasa kurir antar lagi.

2. Internet sebagai media komunikasi

Dengan adanya pemanfaatan TI dalam dunia bisnis online seperti pada E-Commerce, maka antara penjual dan pembeli bisa saling berinteraksi tanpa harus bertatap muka langsung dan datang ke took. Mereka cukup menuliskan apa yang mereka ingin katakan pada kotak comment. Alhasil, pembeli bisa langsung bertemu dan ngobrol dengan penjual sehingga penjual bisa menanyakan tentang kondisi produk yang ingin dibeli dan penjual pun bisa langsung promosi kepada pembeli.

3. Media untuk mencari informasi atau data

Melalui internet, pembeli bisa langsung mencari informasi yang ia butuhkan dengan search saja. Jadi pembeli tidak akan merasa dirugikan jika ia ingin membeli produk yang ada di toko online.

4. Media pendidikan/belajar

Dengan bisnis secara online ini, penjual pasti akan membuat tampilan web-nya menjadi seindah mungkin, dan informasi yang akurat mengenai produk-produk yang dijual agar para pembeli tertarik dan terkesan. Membuat indah tampilan web dan menampilkan informasi yang bagus juga tidak sembarangan. Oleh karena itu penjual bisa langsung belajar dengan adanya kondisi seperti ini.

5. Media untuk berdagang

Sudah pasti dengan adanya bisnis online kita bisa berdagang dengan memanfaatkan T.I, media ini dapat menjadi sarana dalam melakukan perdagangan.

2.1.2 E-Commerce dalam bisnis online

(9)

A. Garner menyatakan bahwa “E-Commerce the practice of buying and selling goods and services trough online consumer services on the internet. The e, ashortened from electronic, has become a popular prefix for other terms associated with electronic transaction”. Dapat dikatakan bahwa pengertian E-Commerce yang dimaksud adalah pembelian dan penjualan barang dan jasa dengan menggunakan jasa komputer online di internet.5

Salah seorang pakar internet Indonesia, Budi Raharjo menilai bahwa, Indonesia memiliki potensi dan prospek yang cukup menjanjikan untuk pengembangan E-Commerce. Berbagai kendala yang dihadapi dalam pengembangan E-Commerce ini seperti keterbatasan infrastruktur, jaminan keamanan transaksi dan terutama sumber daya manusia bisa diupayakan sekaligus dengan upaya pengembangan pranata E-Commerce

itu.6

Menurut Efraim Turban, secara faktual model transaksi di E-Commerce mempunyai banyak ragam. Dari segi sifatnya, transaksi E-Commerce dapat diklasifikasikan sebagai berikut: 7

1. Bussiness to business (B2B), Transaksi B2B merupakan transaksi dimana kedua belah pihak yang melakukan transaksi adalah suatu perusahaan;

Busines to Busines (B2B) juga dapat diartikan sebagai sistem komunikasi bisnis online antar pelaku bisnis (Onno W. Purbo, 2000:2), terdiri atas:

 Transaksi Inter-Organizational System (IOS), misalnya transaksi extranest,

electronic funds transfer, electronic forms, intrgrated messaging, share data based, supply chain management, dan lain-lain.

 Transaksi pasar elektronik (electronic market transfer) (Munir Fuady, 2005 :

408).

2. Business to consumer (B2C), transaksi B2C merupakan transaksi antara perusahaan dengan konsumen/individu. Transaksi B2C meliputi pembelian produk secara langsung oleh konsumen melalui Internet;

5Abdul Halim Barakatullah, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia. 2005 : 12.

6 Info Komputer edisi Oktober 1999:7

(10)

3. Consumer to consumer (C2C), transaksi C2C merupakan transaksi dimana individu saling menjual barang satu sama lain;

4. Consumer to business (C2B), transaksi C2B merupakan transaksi yang memungkinkan individu menjual barang pada perusahaan;

5. Nonebusiness E-Commerce, meningkatkan sejumlah lembaga non-bussines, seperti lembaga akademi, organisasi non-profit, organisasi keagamaan, organisasi sosial, dan lembaga pemerintahan menggunakan bentuk E-Commerce akan mengurangi pembiayaan mereka atau memperbaiki operasional mereka dan pelayanannya;

6. Intrabusiness Organizational E-Commerce, dalam kategori ini meliputi semua kegiatan organisasi internal, biasanya berupa Internet.

Dari keenam model transaksi E-Commerce ini, dalam prakteknya yang banyak dipakai oleh konsumen adalah model pertama dan kedua yaitu: 8

1. Business to business;

2. Business to consumer customer.

Segmen business to business (B2B) memang lebih mendominasi pasar karena nilai transaksinya yang tinggi, namun level business to consumer (B2C) juga memiliki pangsa pasar tersendiri yang potensial. Dalam B2C, konsumen memiliki bargaining position yang lebih baik dibanding dengan perdagangan konvensional karena konsumen memperoleh informasi yang beragam dan mendetail. Kebanyakan sistem E-Commerce

B2B dan B2C yang terlibat di dalam web pelanggan, bergantung pada proses pembayaran kartu kredit. Akan tetapi, banyak sistem E-Commerce B2B yang bergantung pada proses pembayaran yang lebih rumit berdasarkan pada penggunaan pesanan pembelian. Dalam penulisan ini, penulis hanya akan membahas mengenai jenis transaksi B2C yaitu mulai dari proses penawaran, penerimaan, pembayaran atau juga sampai pada pelayanan dan dukungan kepada konsumen. Alat yang digunakan dalam cycle ini adalah bussiness to consumer website.

(11)

2.2 Perkembangan Hukum

E-commerce telah banyak digunakan seiring dengan meningkatnya pengguna internet di Indonesia. Menurut data Departemen Telekomunikasi, jumlah pengguna internet pada bulan februari 2008 mencapai 25 juta pengguna dan diprediksi akan mencapai 40 juta pengguna pada akhir tahun 2008. Sebelum keluarnya Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE), kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan E-Commerce diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang nomor 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek, Undangundang Telekomunikasi nomor 36 tahun 1999, Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan lain-lain.

Kekosongan hukum yang mengatur tentang E-commerce menimbulkan masalah-masalah seperti :9

1. Otentikasi subyek hukum yang membuat transaksi melalui internet; 2. Saat perjanjian berlaku dan memiliki kekuatan mengikat secara hukum ; 3. Obyek transaksi yang diperjualbelikan;

4. Mekanisme peralihan hak;

5. Hubungan hukum dan pertanggungjawaban para pihak yang terlibat dalam transaksi baik penjual, pembeli, maupun para pendukung seperti perbankan,

internet service provider (ISP),dan lain-lain;

6. Legalitas dokumen catatan elektronik serta tanda tangan digital sebagai alat bukti;

7. Mekanisme penyelesaian sengketa;

8. Pilihan hukum dan forum peradilan yang berwenang dalam penyelesaian sengketa;

9. Masalah perlindungan konsumen, HAKI dan lain-lain.

Dengan munculnya undang-undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE) memberikan dua hal penting yakni, pertama pengakuan transaksi elektronik dan dokumen elektronik dalam kerangka hukum perikatan dan hukum pembuktian, sehingga kepastian hukum transaksi elektronik dapat terjamin dan yang kedua diklasifikasikannya tindakan-tindakan yang termasuk kualifikasi pelanggaran hukum terkait penyalahgunaan TI (Teknologi Informasi) disertai dengan sanksi

(12)

pidananya. Dengan adanya pengakuan terhadap transaksi elektronik dan dokumen elektronik maka setidaknya kegiatan E-Commerce mempunyai basis legalnya.

2.2.1 Aspek Hukum dalam Transaksi E-Commerce

Perjanjian yang dinyatakan sah adalah suatu perjanjian yang memenuhi empat syarat yang terdapat dalam pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, yaitu:

1. Sepakat Mereka Yang Mengikatkan Dirinya

Suatu kesepakatan selalui diawali dengan adanya suatu penawaran oleh suatu pihak dan dilanjutkan dengan adanya tanggapan berupa penerimaan oleh pihak lain. Jika penawaran tersebut tidak ditanggapi atau direspon oleh pihak lain maka dengan demikian tidak akan ada kesepakatan. Karena itu diperlukan dua pihak untuk melahirkan suatu kesepakatan.

Pada perjanjian jual beli secara langsung, kesepakatan dapat dengan mudah diketahui. Sebab kesepakatan dapat langsung diberikan secara lisan maupun tulisan. Tetapi dalam perjanjian tersebut tidak diberikan secara langsung melainkan melalui media elektronik dalam hal ini adalah internet. Dalam transaski E-Commerce, pihak yang memberikan penwaran adalah pihak penjual yang dalam hal ini menawarkan barang-barang daganganya melalui website yang dirancang agar menarik untuk disinggahi. Semua pihak pengguna internet (netter) dapat dengan bebas masuk untuk melihat toko virtual tersebut atau untuk membeli barang yang mereka butuhkan atau minati.

Jika memang pembali tertarik untuk membeli suatu barang maka ia hanya perlu mengklik barang yang sesuai dengan keinginanya. Biasanya setelah pesanan tersebut sampai di tempat penjual maka penjual akan mengirim e-mail atau melalui telepon untuk mengkonfirmasi pesanan tersebut kepada konsumen.

2. Kecapakan Untuk Membuat Suatu Perikatan

(13)

rawan penipuan. Jika ternyata yang melakukan transaksi adalah orang yang tidak cakap maka pihak yang dirugikan dapat menuntut agar perjanjian dibatalkan.

Beberapa situs mempersyaratkan customer untuk melakukan transaksi haruslah telah berumur minimal 18 tahun. Syarat ini dapat ditemukan pada saat customer mengisi form pendaftaran yang berisi mengenai data diri dari customer, dimana terdapat suatu kolom yang berisi mengenai tanggal lahir, serta adanya suatu box yang harus di check (√) yang menyatakan bahwa si customer telah berusia 18 tahun. Sehingga kecakapan customer dapat terlihat pada saat ia melakukan pengisian form.

Hal tsb tertuang dalam salah satu bagian “Your User Aggrement eBay” http://www.ebay.com dimana dituliskan: “use the Sites if you are not able to form legally binding contracts, are under the age of 18, or are temporarily or indefinitely suspended from our Sites” (seseorang tidak berhak menggunakan web eBay tersebut jika tidak mampu atau cakap untuk membuat kontrak menurut hukum, berusia dibawah 18 tahun, atau pihak eBay untuk sementara waktu atau dengan waktu tak terbatas melarang seseorang tersebut untuk mengakses atau menggunakan situs tersebut).

3. Sesuatu hal tertentu

Hal tertentu menurut undang-undang adalah prestasi yang menjadi pokok perjanjian yang bersangkutan. Barang yang dimaksudkan dalam perjanjian paling sedikit harus ditentukan jenisnya, undang-undang tidak mengharuskan barang tersebut sudah ada atau belum di tangan debitur pada saat perjanian dibuat dan jumlahnya juga tidak perlu disebutkan asal saja kemudian dapat dihitung atau ditetapkan.

Ada barang tertentu yang tidak boleh diperjualbelikan dalam transaksi E-Commerce, seperti misalnya memperjualbelikan hewan. Kemudain ada kendala juga dalam melakukan jual beli melalui E-Commerce. Ada barang-brang yang tidak dapat dijual beli melalui kesepakatan on-line , seperti jual beli tanah yang mensyaratkan jual beli tanah harus dituangkan dalam akta yaitu akta Pejabat Pembuat Akta Tanah.

4. Sesuatu Sebab yang Halal

(14)

Kontrak E-Commerce yang dibuat haruslah memenuhi norma-norma yang hidup dalam masyarakat, bahwa di dalam persyaratan mengadakan pendaftaran anggota sebagai syarat untuk melakukan transaksi pihak merchant (contoh lihat situs eBay) menegaskan dan mengharuskan customer untuk membaca dan memperhatikan bagian Prohibited and Restricted Items yang mana bagian tersebut berisi mengenai apa saja produk yang tidak boleh diperdagangkan.

Adanya aturan yang jelas mengenai hal-hal apa saja yang boleh dan tidak boleh dilakukan beserta sanksinya yang disebutkan oleh penjual (merchant) memberikan pengertian bahwa kontrak yang terjadi dalam E-Commerce secara tidak langsung telah memenuhi syarat suatu sebab yang halal, bahwa kontrak atau perjanjian yang dilakukan antar para pihaknya mempunyai sebab yang halal sebagai dasar perjanjian.

Dalam hal tidak dipenuhinya unsur pertama dan unsur kedua maka kontrak tersebut dapat dibatalkan. Adapun apabila tidak terpenuhinya unsur ketiga dan unsur keempat, maka kontrak tersebut batal demi hukum. Mengenai barang-barang yang dapat dijakina objek dari suatu persetujuan, maka Pasal 1332 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan keharusan, bahwa barang tersebut harus diperdagangkan dan Pasal 1333 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata yang menyatakan bahwa barang tersebut dapat ditentukan jenisnya ataupun dihitung.

Saat Terjadinya Perjanjian Jual Beli

Jual beli dianggap sudah terjadi antara kedua belah pihak seketika setelah mereka mencapai sepakat tentang barang dan harga, meskipun barang itu belum diserahkan maupun harganya belum dibayar. Dalam transaksi E-Commerce, tidak ada proses tawar menawar seperti pada transaksi jual beli di pasar secara langsung. Barang dan harga yang ditawarkan terbatas dan telah ditentukan oleh penjual. Jika pembeli tidak setuju atau tidak sepakat maka pembeli bebas untuk tidak meneruskan transaksi. Selanjutnya, pembeli dapat mencari website atau toko lainnya yang lebih sesuai dengan keinginannya. Kesepakatan dihasilkan dalam transaksi E-Commerce jika pembeli menyepakati barang dan harga yang ditawarkan oleh penjual (merchant).10

Teori Pilihan Hukum

(15)

Dalam hal tidak dicantumkannya pilihan hukum dalam perjanjian E-Commerce nya, ada beberapa teori yang berkembang untuk menentukan hukum mana yang digunakan/berlaku, diantaranya:

1. Mail box theory (Teori Kotak Pos)

Dalam hal transaksi E-Commerce, maka hukum yang berlaku adalah hukum dimana pembeli mengirimkan pesanan melalui komputernya yang dapat berarti hukum si customer. Untuk ini diperlukan konfirmasi dari merchant. Jadi perjanjian atau kontrak terjadi pada saat jawaban yang berisikan penerimaan tawaran tersebut dimasukkan ke dalam kotak pos (mail box).

2. Acceptance theory (Teori Penerimaan)

Hukum yang berlaku adalah hukum dimana pesan dari pihak yang menerima tawaran tersebut disampaikan. Jadi hukumnya si merchant.

3. Proper Law of Contract

Hukum yang berlaku adalah hukum yang paling sering dipergunakan pada saat pembuatan perjanjian. Misalnya, bahasa yang dipakai adalah bahasa Indonesia, kemudian mata uang yang dipakai dalam transaksinya Rupiah, dan arbitrase yang dipakai menggunakan BANI, maka yang menjadi pilihan hukumnya adalah hukum Indonesia.

4. The most characteristic connection

Hukum yang dipakai adalah hukum pihak yang paling banyak melakukan prestasi.

2.2.2 Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online Shop11

Pada tahun 2008, pemerintah Indonesia telah menerbitkan Undang-Undang No 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). Dalam UU ITE ini diatur mengenai transaksi elektronik dimana salah satunya adalah kegiatan mengenai online shop ini.

(16)

UU ITE juga mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang lengkap dan benar. Kewajiban tersebut terdapat dalam Pasal 9 UU ITE yang berbunyi : “Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan”.

Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “informasi yang lengkap dan benar” adalah meliputi :

 Informasi yang memuat identitas serta status subjek hukum dan kompetensinya,

baik sebagai produsen, pemasok, penyelenggara maupun perantara;

 Informasi lain yang menjelaskan hal tertentu yang menjadi syarat sahnya

perjanjian serta menjelaskan barang dan/atau jasa yang ditawarkan seperti nama, alamat, dan deskripsi barang/jasa.

Saat ini banyak pelaku usaha di Indonesia yang tidak mengetahui mengenai kewajibannya sebagai pelaku usaha. Masih banyak pelaku usaha yang tidak mencantumkan alamatnya sebagai bentuk informasi yang disediakan, ataupun deskripsi mengenai barang/jasa yang ditawarkan tidak lengkap sehingga dapat merugikan konsumen.

Masalah lain yang dapat terjadi dalam suatu transaksi jual beli secara online ini adalah masalah mengenai kapan saat terjadinya transaksi jual-beli? Banyak penjual yang merasa sudah terjadi kesepakatan sehingga sudah memesan barang yang akan dijual, namun pada saat barang tiba, pembeli membatalkan untuk membeli barang tersebut dan berpendapat bahwa belum terjadi kesepakatan sehingga terjadi kerugian bagi pihak penjual.

(17)

untuk menyatakan bahwa telah terjadi kesepakatan apabila dikemudian hari terjadi suatu perselisihan mengenai hal tersebut.

2.2.2.1 Penipuan Secara Online12

Satu hal yang menjadi permasalahan utama dalam perdagangan melalui online shop ini adalah baik penjual dan pembeli kekurangan informasi antara satu dengan lainnya. Informasi menjadi penting dalam sistem perdagangan melalui online shop ini dikarenakan penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung pada saat transaksi jual beli terjadi. Masing-masing pihak baik itu penjual maupun pembeli merasa khawatir bahwa salah satu pihak tidak akan melaksanakan kewajibannya dan menyebabkan kerugian bagi pihak lainnya. Salah satu contoh kasus yang sering terjadi pada sistem perdagangan online adalah bahwa penjual tidak mengirimkan barangnya meskipun pembayaran telah dilakukan. Apakah perbuatan tersebut dapat dikategorikan sebagai “penipuan”? Lalu bagaimana perlindungan terhadap konsumen yang telah dirugikan tersebut?

Pada dasarnya penipuan secara online tidak jauh berbeda dengan penipuan secara konvensional. Yang membedakan hanyalah sarana perbuatannya, dalam penipuan secara online, penipuan tersebut menggunakan sarana elektronik. Karena itu, penipuan secara online dapat dikenakan pasal 378 KUHP yang berbunyi : “Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat ataupun dengan rangkaian kebohongan menggerakkan orang lain untuk menyerahkan sesuatu benda kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama 4 tahun.”

UU ITE juga telah mengatur bentuk penipuan secara online ini. Dalam pasal 28 ayat (1) UU ITE disebutkan bahwa : “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.”

(18)

Dalam pasal 45 ayat 2 UU ITE menyebutkan bahwa ancaman pidana dari penipuan secara online ini adalah penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 Milyar.

Meskipun UU ITE ini sudah memberikan pengaturan mengenai permasalahan yang mungkin terjadi dalam perdagangan melalui sistem online ini, namun pada kenyataannya permasalahan ini tidak dapat diselesaikan hanya melalui pengaturan UU ITE ini saja. Saat ini, belum ada mekanisme pengaduan yang mudah bagi pihak yang menderita kerugian. Mekanisme yang ada saat ini hanyalah sistem pengaduan sesuai dengan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Nilai transaksi yang tidak terlalu besar menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak yang menderita kerugian untuk tidak melaporkan kerugian itu kepada aparat penegak hukum. Terlebih lagi, terdapat paradigma bahwa biaya untuk pelaporan tersebut lebih besar daripada kerugiannya itu sendiri.

Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem pengaduan yang cepat, mudah dan terutama harus secara online juga. Ada baiknya aparat penegak hukum juga mengeluarkan daftar hitam/blacklist bagi pengguna perdagangan secara online ini yang telah terbukti merugikan pihak lain.

2.2.3 Perlindungan Konsumen dalam Bisnis Online13

Dasar hukum:

1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elekronik

4. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Sistem dan Transaksi Elektronik

1. Perlindungan Hukum Terhadap penipuan online

Undang-undang di Indonesia saat ini yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal penipuan dalam online shop ini adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) karena bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan

(19)

informasi serta akses untuk mendapatkan informasi, meskipun di dalamnya tidak secara khusus mengatur mengenai transaksi online. Adapun pasal dalam UUPK yang dapat digunakan sebagai pedoman terkait kasus penipuan yang dialami oleh konsumen dalam transaksi online adalah sebagai berikut :

 Pasal 8 ayat (1) huruf d, e, dan f yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barang dan/atau jasa yang tidak sesuai dengan mutu, kondisi maupun janji sebagaimana dinyatakan dalam label, keterangan, iklan maupun promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.  Pasal 16 huruf a dan b yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dalam

menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati pesanan dan/atau kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan serta dilarang untuk tidak menepati janji atas suatu pelayanan dan/atau prestasi.

Dalam UU ITE, pasal yang mengatur terkait dengan tindak pidana penipuan khususnya di internet, di atur juga dalam Pasal 28 ayat (1), yang berbunyi sebagai berikut: (1) “Setiap Orang dengan sengaja dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik”

Ancaman pidana yang dapat dikenakan terhadap pelaku adalah pidana penjaran paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp. 1 miliar sebagai mana disebutkan dalam Pasal 45 ayat (2) UU ITE, perihal ketentuan pidana dari pasal 28 ayat (1) UU ITE

Kontrak Elektronik dan Perlindungan Konsumen berdasarkan UU ITE dan PP PSTE Transaksi jual beli Anda, meskipun dilakukan secara online, berdasarkan UU ITE dan Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2012 tetap diakui sebagai transaksi elektronik yang dapat dipertanggungjawabkan. Persetujuan untuk membeli barang secara online dengan cara melakukan klik persetujuan atas transaksi merupakan bentuk tindakan penerimaan yang menyatakan persetujuan dalam kesepakatan pada transaksi elektronik. Tindakan penerimaan tersebut biasanya didahului pernyataan persetujuan atas syarat dan ketentuan jual beli secara online yang dapat kami katakan juga sebagai salah satu bentuk Kontrak Elektronik. Kontrak Elektronik menurut Pasal 47 ayat (2) PP PSTE dianggap sah apabila:

a) terdapat kesepakatan para pihak;

b) dilakukan oleh subjek hukum yang cakap atau yang berwenang mewakili sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;

c) terdapat hal tertentu; dan

d) objek transaksi tidak boleh bertentangan dengan peraturan perundang-undangan, kesusilaan, dan ketertiban umum.

Kontrak Elektronik itu sendiri menurut Pasal 48 ayat (3) PP PSTE setidaknya harus memuat hal-hal sebagai berikut:

a) data identitas para pihak; b) objek dan spesifikasi;

(20)

d) harga dan biaya;

e) prosedur dalam hal terdapat pembatalan oleh para pihak;

f) ketentuan yang memberikan hak kepada pihak yang dirugikan untuk dapat mengembalikan barang dan/atau meminta penggantian produk jika terdapat cacat tersembunyi; dan

g) pilihan hukum penyelesaian Transaksi Elektronik.

Terkait dengan perlindungan konsumen, Pasal 49 ayat (1) PP PSTE menegaskan bahwa Pelaku Usaha yang menawarkan produk melalui Sistem Elektronik wajib menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan. Pada ayat berikutnya lebih ditegaskan lagi bahwa Pelaku Usaha wajib memberikan kejelasan informasi tentang penawaran kontrak atau iklan.

2. Kewajiban Pelaku Usaha/Supplier

Dalam UU ITE juga mewajibkan pelaku usaha untuk memberikan informasi yang lengkap dan benar. Kewajiban tersebut terdapat dalam Pasal 9 UU ITE yang berbunyi: “Pelaku usaha yang menawarkan produk melalui sistem elektronik harus menyediakan informasi yang lengkap dan benar berkaitan dengan syarat kontrak, produsen, dan produk yang ditawarkan.” Dalam penjelasannya disebutkan bahwa yang dimaksud dengan “informasi yang lengkap dan benar” adalah meliputi :

1. Informasi yang memuat identitas serta status subjek hukum dan kompetensinya, baik sebagai produsen, pemasok, penyelenggara maupun perantara;

2. Informasi lain yang menjelaskan hal tertentu yang menjadi syarat sahnya perjanjian serta menjelaskan barang dan/atau jasa yang ditawarkan seperti nama, alamat, dan deskripsi barang/jasa.

Adapun Kewajiban bagi pelaku usaha (dalam hal ini adalah penjual online), sesuai Pasal 7 UU PK adalah:

a) beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya;

b) memberikan informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikan dan pemeliharaan;

c) memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak diskriminatif;

d) menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku;

e) memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji, dan/atau mencoba barang dan/atau jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat dan/atau yang diperdagangkan;

(21)

g) memberi kompensasi, ganti rugi dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian.

3. Hak Dan Kewajiban Konsumen

Berdasarkan UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan konsumen pasal 4, ada beberapa hak-hak konsumen sebagai berikut :

 Hak atas kenyamanan, keamanan, dan keselamatan dalam mengonsumsi barang/jasa.

 Hak untuk memilih dan mendapatkan barang/jasa sesuai dengan nilai tukar dan kondisi serta jaminan yang dijanjikan.

 Hak atas informasi yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang/jasa.

 Hak untuk didengar pendapat keluhannya atas barang/jasa yang digunakan.  Hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan, dan upaya penyelesaian

sengketa perlindungan konsumen secara patut.

 Hak untuk mendapatkan pembinaan dan pendidikan konsumen.

 Hak untuk diperlakukan atau dilayani secara benar dan jujur serta tidak diskrimainatif.

 Hak untuk mendapatkan kompensasi, ganti rugi, atau penggantian, jika barang/jasa yang diterima tidak sesuai dengan perjanjian atau tidak sebagaimana mestinya.

 Hak-hak yang diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya.

Disamping hak-hak dalam pasal 4 juga terdapat hak-hak konsumen yang dirumuskan dalam pasal 7, yang mengatur tentang kewajiban pelaku usaha. Kewajiban dan hak merupakan antinomi dalam hukum, sehingga kewajiban pelaku usaha merupakan hak konsumen.

Selain itu konsumen juga mempunyai kewajiban, yaitu di antaranya Kewajiban Konsumen Sesuai dengan Pasal 5 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentangPerlindungan Konsumen, Kewajiban Konsumen adalah :

 Membaca atau mengikuti petunjuk informasi dan prosedur pemakaian atau pemanfaatan barang dan/atau jasa, demi keamanan dan keselamatan;

 Beritikad baik dalam melakukan transaksi pembelian barang dan/atau jasa;  Membayar sesuai dengan nilai tukar yang disepakati;

 Mengikutiupayapenyelesaianhukumsengketaperlindungankonsumensecarapatut.

4. Sanksi dan tanggung jawab pelaku usaha/ supplier

1) Sanksi bagi pelaku usaha menurut pasal 19 UU No.8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen. Sanksi perdata ganti rugi dalam bentuk :

(22)

 Pemberian santunan ganti rugi diberikan dalam tenggang waktu 7 hari setelah tanggal transaksi

2) Sanksi Pidana Penipuan dalam Transaksi Jual Beli Secara online

Dalam hal pelaku usaha atau penjual ternyata menggunakan identitas palsu atau melakukan tipu muslihat dalam jual beli online tersebut, maka pelaku usaha dapat juga dipidana berdasarkan Pasal 378 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) tentang penipuan dan Pasal 28 ayat (1) UU ITE tentang menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.

Bunyi selengkapnya Pasal 378 KUHP adalah sebagai berikut: “Barangsiapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun”.

Bunyi selengkapnya Pasal 28 ayat (1) UU ITE adalah sebagai berikut: “Setiap orang dengan sengaja, dan tanpa hak menyebarkan berita bohong dan menyesatkan yang mengakibatkan kerugian konsumen dalam Transaksi Elektronik.”

Perbuatan sebagaimana dijelaskan di dalam Pasal 28 ayat (1) UU ITE diancam dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan/atau denda paling banyak Rp1 miliar (Pasal 45 ayat [2] UU ITE).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

 Peluang bisnis online sangat terbuka. Di Indonesia sendiri banyak sekali situs

yang sudah mulai go Internasional dan mempunyai jutaan member dan ribuan

(23)

 Sebelum keluarnya Undang-undang No.11 tahun 2008 tentang Informasi dan

Transaksi Elektronik (UU ITE), kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan E-Commerce diatur dalam berbagai peraturan perundang-undangan seperti Undang-undang nomor 12 tahun 2002 tentang Hak Cipta, Undang-Undang-undang nomor 14 tahun 2001 tentang Paten, Undang-undang nomor 15 tahun 2001 tentang Merek, Undangundang Telekomunikasi nomor 36 tahun 1999, Undang-undang nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan lain-lain.

 Saat ini, belum ada mekanisme pengaduan yang mudah bagi pihak yang

menderita kerugian. Mekanisme yang ada saat ini hanyalah sistem pengaduan sesuai dengan KUHAP (Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana). Mekanisme ini dinilai kurang cocok jika diterapkan pada sistem pengaduan dalam perdagangan online. Nilai transaksi yang tidak terlalu besar menjadi salah satu pertimbangan bagi pihak yang menderita kerugian untuk tidak melaporkan kerugian itu kepada aparat penegak hukum. Terlebih lagi, terdapat paradigma bahwa biaya untuk pelaporan tersebut lebih besar daripada kerugiannya itu sendiri.

 Untuk itu, dibutuhkan suatu sistem pengaduan yang cepat, mudah dan terutama

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Buku :

1. Ahmadi Miru, Hukum Kontrak, (Jakarta: Rajawali Pres, 2007);

2. Edmon Makarin, Kompilasi Hukum Telematika. (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2004);

3. Abdul Halim Barakatullah, Bisnis E-Commerce: Studi Sistem Keamanan dan Hukum di Indonesia. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005);

4. Endom Makarim, Komliasi Hukum Telematika , (Jakarta: PT. Raja Grafindo Perdasa).

Artikel dan Pustakamaya :

1. Info Komputer edisi Oktober 1999:7;

2. The President Post, Perlindungan Hukum dalam Sistem Perdagangan Online Shop (Oktober 2012 : Edisi ke-7)

http://thepresidentpostindonesia.com/2012/10/15/perlindungan-hukum-dalam-sistem-perdagangan-online-shop/ (diakses 02 Mei 2017);

3. Ester Dwi Magfirah, Perlindungan Konsumen Dalam E-commerce.

http//www.solusihukum.com/artikel/artikel31.php. (diakses 29 April 2017.); 4. Galih Prakoso, Perkembangan Bisnis Online di Indonesia.

http://perkembanganbisnisonlinediindonesia.blogspot.co.id/2010/06/perkembang an-bisnis-online-di-indonesia.html (diakses 30 April 2017);

5. Nindya Astuti, Pengaruh dan Peranan TI terhadap perkembangan bisnis online di Indonesia.

https://nindyastuti52.wordpress.com/2011/01/28/pengaruh-dan-peranan-ti-terhadap-perkembangan-bisnis-online-di-indonesia/ (diakses 30 April 2017). 6. Indri Kamaruddin, Aspek Hukum dalam Perlindungan Konsumen Online Shop,

Referensi

Dokumen terkait

1) Berdasarkan Laporan Keuangan PT XYZ terdapat komponen biaya yang perlu diidentifikasi guna melakukan penyesuaian agar biaya tersebut dapat dibebankan secara maksimal

merumuskan sanksi pidana harus memperhatikan batasan wewenang yang telah diberikan oleh peraturan di atasnya, dalam perumusan sanksi pidana tidak boleh melebihi

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2014 ini ialah papan partikel, dengan judul Kombinasi Perlakuan Oksidasi, Penambahan

Variabel jumlah kredit dan pelayanan kredit berpengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan petani padi memilih kredit di bank, sedangkan variabel tingkat

nıamıştım. Ah! o geceden ne kadar uzaklardayım!» diyordu, güya içinden bütün hayatı kemiklerini kıran bir ıstırap arasında mengenelerle, çekiliyormuş gibi

Keasaman, konsentrasi ekstraktan, perbandingan yulome rasa air terhadap rasa organik dan waktu ekstraksi adalah kondisi yang sangat menentukan optimasi sistem. Hal ini

apabila yang dilakukan seseorang itu sesuai dengan nilai rasa yang berlaku di masyarakat tersebut dan dapat diterima serta menyenangkan lingkungan masyarakatnya,

Sedangkan variabel independen lainnya yaitu rasio leverage, basis perusahaan, umur perusahaan, perubahan laba terhadap ekuitas (ROE), dan rasio nilai pasar terhadap