• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Klasifikasi Tujuan dan interelas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Klasifikasi Tujuan dan interelas"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Dosen Pengampu:

H. Faisol Rizal, M. Hi

Oleh:

Ali Zaelani

Ahmad Fauzan Nizar

Miftakhul Jinan

INSTITUT AGAMA ISLAM BANI FATTAH (IAIBAFA) TAMBAKBERAS JOMBANG

(2)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di era modern sekarang ini kita dihadapkan pada sebuah tantangan yang tidak ringan berupa “perubahan” dalam semua lini dan aspek kehidupan. Pada era teknologi informasi saat ini, angka-angka perubahan tidak lagi dapat dihitung secara geometrik. Sebaliknya, untuk bisa mendeteksi laju perubahan, kita membutuhkan perangkat aritmatika1 supercanggih.

Sebagai dampaknya, laju informasi dan sistem komunikasi tidak saja sulit disaring, apalagi dibendung, tetapi juga mengaburkan nilai-nilai kemanusiaan dalam pranata kehidupan umat beragama sehari-hari. Dalam kondisi seperti ini, posisi agama sering menjadi ajang perdebatan. Apakah ajaran agama mesti tunduk mengikui irama perubahan yang niscaya, atau sebaliknya, setiap perubahan mesti memiliki acuan berupa nilai agama?2

Dalam studi keagamaan sering dibedakan antara kata religion dengan kata religiosity. Kata yang pertama, religion, yang biasa dialihbahasakan menjadi “agama”, pada mulanya lebih berkonotasi sebagai kata kerja yang mencerminkan sikap keberagamaan atau keshalehan hidup berdasarkan nilai-nilai ketuhanan. Tetapi dalam perkembangan selanjutnya, religion bergeser menjadi semacam “kata benda”; ia menjadi himpunan doktrin, ajaran serta hukum-hukum yang telah baku yang diyakini sebagai kodifikasi perintah Tuhan untuk manusia. Proses pembakuan ini berlangsung, antara lain melalui proses sistematisasi nilai dan semangat agama, sehingga agama hadir sebagai himpunan sabda Tuhan yang terhimpun dalam kitab suci dan literatur keagamaan karya ulama.

Sedangkan religiositas3 lebih mengarah pada kualitas penghayatan dan sikap hidup seseorang berdasarkan nilai-nilai keagamaan yang diyakininya. Istilah

1 arit·me·ti·ka /aritmétika/ n pengkajian bilangan bulat positif melalui penjumlahan, pengurangan, perkalian, dan pembagian, serta pemakaian hasilnya dl kehidupan sehari-hari. KBBI

2 Dr. H. Abu Yasid, LL.M., Islam Akomodatif (Yogyakarta: LKiS Yogyakarta, 2004), cet. 1, hal 1

(3)

yang tepat bukan religiositas, tatapi spiritualitas. Spiritualitas lebih menekankan substansi nilai-nilai luhur keagamaan dan cenderung memalingkan diri dari formalisme keagamaan. Oleh karena itu, kita perlu mengetahui agama bukan hanya pada dataran eksoterik4, melainkan juga pada dataran esoteris5.

Kebenaran dapat diperoleh dari dua sisi, yaitu kebenaran flosofis dan kebenaran sosiologis. Secara filosofis, kebenaran yang sebenarnya adalah satu, tunggal dan tidak majemuk, yakni sesuai dengan relitas. Tetapi, pencapaian kebenaran pada setiap orang berbeda. Dalam konteks agama, semua agama ingin mencapai realitas tertinggi (the ultimate reality).

Sisi kedua adalah sisi sosiologis. Ditinjau dari segi sosiologis, proses dan pencapaian dan penerjemahan realitas tertinggi membuat klaim tentang kebenaran menjadi berbeda. Padahal, perbedaan yang terjadi secara hakiki bukan terletak pada realita tertinggi. Disinilah mulai timbul konflik kebenaran, baik ekstra-agama maupun intra-ekstra-agama.6

B. Rumusan Masalah

1. Sebutkan klasifikasi7 agama secara universal !

2. Apa tujuan dan interelasi8 agama-agama? C. Tujuan Pembahasan

1. Mengetahui klasifikasi agama-agama secara umum;

2. Mengetahui tujuan dan interelasi agama-agama.

4 ek·so·te·rik /éksotérik/ n pengetahuan yg boleh diketahui atau dimengerti oleh siapa saja. KBBI

5 eso·te·ris /ésotéris/ a bersifat khusus (rahasia, terbatas). KBBI

6 Drs. Atang Abd. Hakim, Metodologi Studi Islam (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), cet. 11, hal 3-4

7 kla·si·fi·ka·si n penyusunan bersistem dl kelompok atau golongan menurut kaidah atau standar yg ditetapkan. KBBI

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

1. Klasifikasi Agama-agama secara universal

Para Ahli Ilmu perbandingan agama (The comparative study of religion) biasa membagi agama secara garis besar menjadi dua bagian. Pertama, kelompok agama yang diturunkan oleh Tuhan melalui wahyunya. Sebagaimana termaktub dalam kitab suci al-qur’an. Agama yang demikian ini biasa disebut agama samawi (agama langit) karena berasal dari atas. Yang termasuk kelompok pertama ini antara lain; Yahudi, Nasrani dan Islam. 9

Ajaran dasar agama, karena merupakan wahyu dari Tuhan, bersifat absolut, mutlak benar, kekal, tidak berubah dan tidak bisa berubah. Sedangkan penjelassan ahli agama terhadap penjelasan dasar agama, karena hanya penjelasan dan hasil pemikiran, tidak absolut, tidak mutlak benar dan tidak kekal. Bentuk ajaran agama yang kedua ini bersifat relatif, nisbi10, berubah dan dapat diubah sesuai dengan perkembangan zaman.11

Kedua, kelompok agama yag didasarkan hasil renungan mendalam dari tokoh yang membawanya sebagaimana terdokumentasikan dalam kitab suci yang disusunnya. Agama yang demikian ini biasa disebut agama Ardhi (Agama Bumi) karena berasal dari bumi. Yang termasuk dalam agama ini antara lain; Hindu, Buddha, konghucu dan lain sebagainya.12

2. Tujuan dan Interelasi Agama-Agama

Agama merupakan sarana menuju the ultimate reality yang dimana setiap agama mempunya the ultimate reality berbeda-beda. dalam konteks Yahudi,

9 Abudi Nata., Metodologi Studi Islam (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014), 119

10 nis·bi a hanya terlihat (pasti; terukur) kalau dibandingkan dengan yang lain; bergantung kepada orang yang memandang; tidak mutlak; relatif. KBBI

11 Harun Nasution, dalam Pengetahuan Budaya, Ilmu-Ilmu Sosial dan pengkajian Masalah-Masalah Agama,

ed. Parsudi Suparlan, et al (Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Lektur Agama Badan litbang Agama, 1982), 18

(5)

menerjemahkan Realitas tertinggi sebagai Yehova. Kristen dan Islam menerjemahkan hal demikian sebagai Allah (dengan pelafalan yang sedikit berbeda), juga dengan keyakinan yang lain. Ini berarti bahwa yang dikejar Realitas tertinggi sebenarnya adalah satu. Itulah yang menyebabkan Frithjof Schoun mengatakan bahwa semua agama itu sama pada alam transendental. Pada alam itu, semua agama mengejar realitas tertinggi.13

Dalam al-Qur’an terdapat tuntunan yang banyak membicarakan Realitas Tertinggi yang menunjukkan bahwa ia, secara filosofis, tidak menerima kebenaran selainnya. Namun di sisi lain (sosiologis), ia juga dengan sangat toleran menerima kehadiran keyakinan lain (lakum diinukum wa liy al-diin). Disamping itu, para pemikir Muslim cenderung moderat dan sangat toleran.

Atas dasar dua kebenaran tersebut, sebaiknya Realitas Tertinggi dijadikan patokan. jika Realitas Tertinggi pada hakikatnya adalah satu, maka secara

otomatis prinsip-prinsip filosofis yang digunakan semua agama adalah juga satu. Yang sebaiknya dipertahankan bukan simbol agama, melainkan kebenaran yang sebenarnya dikejar oleh setiap agama.14

Mengenai posisi islam terhadap agama-agama yang datang sebelumnya dapat dikemukakan sebagai berikut.

A. Dapat dilihat dari ciri khas agama islam yang paling mononjol, yaitu bahwa islam menyuruh para pemeluknya agar beriman dann memrcayai bahwa sekalian agama besar di dunia yang datang sebelumnya diturunkan dan di wahyukan oleh Allah SWT. Dalam al-Qur’an, dijumpai ayat-ayat yang menyuruh umat Islam mengakui agama-agama yang diturunkan sebelumnya sebagai bagian dari rukun iman. Misalnya ayat yang berbunyi:

ننوننققوين ممهن ةقرنخقلابقون كنلقبمقن نممق لنزقنمأن امنون كنيملنإق لنزقنمأن امنبق ننوننمقؤمين ننيذقللناون

13 Husein Shabab, dalam Atas Nama Agama: Wacana agama dalam dialog “Bebas” Konflik, ed. Andito, et al. (Bandung: Pustaka Hidayah, 1998), 21

(6)

dan mereka yang beriman kepada Kitab (Al Quran) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu15, serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat16. (QS. Al-Baqarah, 2:4)

berdasarkan ayat tersebut terlihat jelas bahwa posisi Islam diantara agama-agama lainnya dari sudut keyakinan adalah agama-agama yang meyakini dan

memercayai agama yang dibawa oleh para rasul sebelum Nabi Muhammad.17

B. Posisi Islam diantara agama besar di dunia dapat pula dilihat dari ciri khas agama islam yang memberinya kedudukan istimewa diantara sekian agama. Selain menjadi agama yang terakhir, dan yang meliputi sebelumnya, Islam adalah pernyataan kehendak Ilahi yang sempurna. Dalam al-Qur’an menyatakan :

ت

ت ِيض

ض ررور ِيتضمرععنض معك

ت ِيعلرعر ت

ت معمرتعأ

ر ور معكتنرِيدض معكتلر تتلعمركعأر مروعِيرلعا

ًاننِيدض مرْلس

ع لا م

ت ك

ت لر

Pada hari ini18 orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (QS. Al-Maaidah, 5:3)19

C. Posisi Islam diantara agama-agama lainnya dapat dilihat dari peran yang dimainkannya. Dalam hubungan ini, agama Islam memiliki tugas besar yaitu 1) Mendatangkan perdamaian dunia dengan membentuk persaudaraan

diantara sekalian agama di dunia;

2) Menghimpun segala kebenaran yang termuat dalam agama yang telah ada sebelumnya;

3) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang diperbuat oleh penganut agama sebelumnya yang kemudia dimasukkan pada agama itu;

4) Mengajarkan kebenaran abadi yang sebelumnya tidak pernah diajarkan.20

15 Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelum Muhammad s.a.w. ialah kitab-kitab yang diturunkan sebelum Al Quran seperti: Taurat, Zabur, Injil dan Shuhuf-Shuhuf yang tersebut dalam Al Quran yang diturunkan kepada para Rasul. Allah menurunkan Kitab kepada Rasul ialah dengan memberikan wahyu kepada Jibril a.s., lalu Jibril menyampaikannya kepada Rasul.

16 Yakin ialah kepercayaan yang kuat dengan tidak dicampuri keraguan sedikitpun. Akhirat lawan dunia. Kehidupan akhirat ialah kehidupan sesudah dunia berakhir. Yakin akan adanya kehidupan akhirat ialah benar-benar percaya akan adanya kehidupan sesudah dunia berakhir.

17 Abudi Nata, Ibid. 120

18 Yang dimaksud dengan hari ialah: masa, yaitu: masa haji wada', haji terakhir yang dilakukan oleh Nabi Muhammad s.a.w.

19 Abudi Nata, Ibid. 122

(7)

D. Posisi Islam diantara agama-agama lain dapat pula dilihat dari unsur

pembaharuan didalamnya. Dengan datangnya Islam, agama memperoleh arti yang baru. Dalam hal ini, paling kurang ada dua hal:

1) Agama tidak boleh dianggap sebagai digma yangg orang harus

menerimanya, jiak ia ingin selamat dari siksaan yang kekal. Dalam Islam, agama harus diperlakukan sebagai ilmu yang didasarkan atas pengalaan universal umat Manusia;

2) Ruang lingkup agama itu tidak terbatas oleh kehidupan akhirat saja, melainkan mencakup kehidupan dunia juga. Dengan kehidupan dunia yang baik, umat manusia dapat mencapai kesadaran akan adanya kehidupan yang lebih baik.21

E. Posisi Islam menurut agama lain dapat dilihat dari dua sifat yang dimiliki ajaran Islam, yaitu:

1) Akomodatif22. Sebelum Islam datang misalnya, dijumpai adanya kebiasaan

melakukan perbuatan persembelihan pada para Dewa dan Arwah leluhur untuk memeroleh keberkahan. Kebiasaan berkonrban ini diteruskan oleh Islam dengan mengganti benda yang di Korbankan, bukan lagi manusia melalui hewan ternak. Tujuan Qurban diarahkan sebagai bentuk

pengabdian dan rasa syukur kepada Tuhan atas segala karunia yang diberikan kepadanya, sedangkan daging Qurban yang diberikan kepada Fakir Miskin dan Orang-orang yang kirang mampu. Dengan Qurban tersebut, maka akan tercipta tujuan agama yaitu, menjalin hubungan manusia dengan Tuhan dan Manusia dengan Manusia.

م

م ًاِييأ

ر ِيفض هضليلا مرسعا اورتكتذعِيرور معهتلر عرفضًانرمر اودتهرشعِيرلض

ًاهرنعمض اولتكتفر م

ض ًاعرنعلا ةضمرِيهضبر ن

ع مض م

ع هتقرزررر ًامر َىلرع

ر ت

م ًامرولتععمر

ررِيقضفرلعا س

ر

ئضًابرلعا اومتعضط

ع أرور

supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari yang telah ditentukan23 atas rezki yang Allah telah berikan kepada mereka berupa binatang ternak24. Maka

21 Ibid. 124

22 ako·mo·da·tif a bersifat dapat menyesuaikan diri

23 Hari yang ditentukan ialah hari raya haji dan hari tasyriq, yaitu tanggal 10, 11, 12 dan 13 Dzulhijjah.

(8)

makanlah sebahagian daripadanya dan (sebahagian lagi) berikanlah untuk dimakan orang-orang yang sengsara dan fakir. (QS. Al-Hajj, 22:28) 2) Persuasif25. Dari satu segi Islam, melihat adanya hal-hal yang tidak

disetujui dan harus dihilangkan, namun dari segi yang lain, Islam

mengupayakan agar proses menghilangkan tradisi yang demikian itu tidak menimbulakn gejala sosial yang merugikan. Upaya tersebut dilakukan dengan cara persuasif. Proses tersebut dilakukan secara bertahap (Tadrij) sampai menjelaskan makna larangan tersebut yang disesuaikan dengan tingkat intelektual mereka, hingga akhirnya perbuatan tersebut benar-benar ditinggalkan oleh masyarakat. Hal yang demikian misalnya terlihat pada larangna Islam terhadap praktek riba, judi dan minuman keras serta memuja berhala.26

F. Hubungan Islam dengan agama lain dapat dilihat pada ajaran moral atau akhlaq yang mulia yang ada didalamnya. Misalnya menjumpai ajaran moral dalam agama-agama sebagai berikut:

1) Dalam agama Hindu, terdapat ajaran pengendalian tentang kesenangan. Ajaran ini menganggap bahwa keinginan terhadap kesenangan merupakan hal yang bersifat alamiat sesuai dengan kodrat manusia. Namun menurut Islam, tidak setiap hasrat dapat dituruti tanpa resiko.

2) Agama Buddha, terdapat ajaran tentang pengendalian diri dari memperturunkan hawa nafsu yang berakibat pada terjadnya tindakan kejahatan dan juga terdapat sejumlah ajaran etis tentang larangan

membunuh, mencuri, berdusta, memperturutkan hawa nafsu dan minum-minuman yang memabukkan. Ajaran ini juga bisa dijumpai pada ajaran yahudi yang dibawa oleh Nabi Musa AS.

3) Di dalam agama Yahudi terdapat 10 perintah Tuhan yang meliputi: a) Pengakuan terhadap Tuhan Yang Maha Esa;

b) Larangan menyekutukan Tuhan dengan suatu apapun;

c) Larangan menyebut nama Tuhan dan kata-kata yang dapat menyia-nyiakannya;

d) Memuliakan hari pemberhentian Tuhan dan menciptakan yaitu hari Sabbath;

e) Menghormati ayah dan ibu;

25 per·su·a·sif /pérsuasif/ a bersifat membujuk secara halus (supaya menjadi yakin)

(9)

f) Larangan membunuh sesama manusia; g) Larangan berbuat zina;

h) Larangan mencuri;

i) Larangan menjadi saksi palsu; dan

j) Menahan dorongan hawa nafsu untuk memiliki sesuatu yang bukan menjadi miliknya.

4) Dalam agama Kristen dijumpai pula tentang berbuat baik yang bertolak pada pengendalian diri. Dalam Kitab perjanjian lama, terdapat kata-kata yang sering diulang-ulang oleh Yesus yang berbunyi: “Cintailah sesama manusia seperti anda mencintai diri anda sendiri. lakukanlah terhadap orang lain apa yang anda ingin lakukan terhadap diri anda sendiri. Datanglah kepadaku, kamu semua yang letih dan berbeban berat dan aku akan menyegarkan kamu.”27

(10)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian-uraian yang telah tersebut diatas, kita ketahui bahwa Islam merupakan agama yang tampak bersifat adil, objektif dan proporsional. Dengan sifatnya yang adil, ajaran islam mengakui eksistensi dan peran yang telah dilakukan oleh agama-agama yang pernah ada di Dunia. Sebagai yang bersifat objektif, ajaran islam memberikan penilaian apa adanya terhadap agama-agama lain. Terhadap agama lain yang benar, dibenarkan oleh Islam, dan terhadap agama yang tersesat disalahkan dan diperbaiki oleh agama Islam. Dan terhadap ajaran agama yang tidak seimbang dalam

memberikan perhatian, diberikan perhatian yang proporsional. Dengan pandangan yang demikian itu Islam bukanlah agama yang eksklusif melainkan agama yang terbuka, rasional, objektif dan demokratis. Islam adalah agama untuk orang-orang yang menggunakan fikirannya. Dengan demikian itu, maka Islam tampil sebagai penyempurna, korektor, pembenar dan sekaligus pembaharu.

Posisi Islam demikian itu membawa penganut Islam sebagai umat yang ideal, menjadi pemersatu dan perekat diantara agama-agama yang ada di Dunia.

Namun demikian, diketahui bahwa diantara agama-agama tersebut terdapat segi-segi perbedaan yang secara sepesifik dimiliki oleh masing-masing. Segi-segi perbedaan yang spesifik tersebut terdapat pada ajaran yang bersifat teologis-normatif. Yaitu ajaran yang diyakini sebagai yang benar, tanpa memerlukan dalil-dalil yang harus memperkuatnya. Ajaran tersebut dianggap sebagai yang ideal dan harus dilaksanakan. Ajaran-ajaran yang demikian itu berkaitan dengan keyakinan (teologis) dan ritualistik, yakni perbadatan. Terhadap ajaran-ajaran yang demikian itu, masing-masing agama dianjurkan harus menghargai dan menghormatinya.28

Referensi

Dokumen terkait

PRAJNYA PARAMITA. Program Studi : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Pemberian mikoriza berbeda nyata pada peubah jumlah cabang 5 MST dan derajat infeksi sedangkan pemberian mikoriza tidak berbeda nyata pada peubah tinggi tanaman 2, 3, 4, dan

Dengan menggunakan langkah – langkah ilmiah yang dijelaskan secara detail pada metode penelitian, penulis akan mengkaji data-data yang diambil dari Novel Emma

Hasil yang diperoleh ini dikarenakan pada waktu kontak 3 jam selulosa daun mahkota nanas sebagai adsorben sudah mendekati titik jenuh sehingga logam yang sudah

Semakin tinggi konsentrasi Na-CMC yang ditambahkan maka semakin tinggi pula overrun es krim sari biji nangka yang dihasilkan namun overrun es krim sari biji

keberlangungan pariwisata di TMII dengan mengusung tema budaya dalam wisata buatan. c) Hospitality (penerimaan), yaitu berkaitan dengan tata cara hidup tradisional

Namun masih menurut skema dari LEI, terdapat beberapa sistem sertifikasi ekolabel hutan yang berkembang secara internasional maupun yang ada di Indonesia, namun secara

Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) adalah penyuluhan kesehatan yang khusus.. dikembangkan untuk membantu pasien dan keluarganya untuk bisa menangani