KENYAMANAN TERMAL RUANG KELAS SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) BANJARMASIN UTARA
(Oleh Rizqi Ayu Aghni Oktavia, Pembimbing Dr. Deasy Arisanty, M.Sc., Drs. H. Sidharta Adyatma, M.Si)
Pendidikan Geografi , Universitas Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Indonesia
ABSTRACT
The title of this research is the thermal comfort classroom in SMA North Banjarmasin. The purpose of this research is to identify the index of thermal comfort classroom in SMA North Banjarmasin method Predicated Mean Vote and Predicted Percentage of Discomfort, identifying the students' response to the condition of thermal comfort based on psychological aspects and analyze the relationship between the index of thermal comfort with student responses based on the psychological aspect during the process teaching and learning takes place during school hours to 1-8.The method in this research using descriptive quantitative method. The population in this study using 13 classrooms. The sample in this research using a Slovin sample. The variables in this study consists of the physical and human environment as user space. Analysis of the data in this research is using Software Center For The Built Environment ASHRAE 55.
The results in this study as follows Predicated Mean Vote value in each classroom in SMA North Banjarmasin ranged from 0.5 to 2.57 and the value of Predicted Percentage of Discomfort in every high school classroom in North Banjarmasin ranged from 6% to 95%. Under this method, it can be concluded that the thermal sensation is felt the classroom (students) are neutral (comfortable), a little warm, warm and hot. Based on the frequency distribution of a trend towards neutral or comfortable conditions occur during school hours to 1, the tendency of the frequency occurs slightly warm conditions occur during school hours to 1, the tendency of the frequency occurs warmer conditions occur during school hours to 7 and tendencies occur frequency heat conditions occur during school hours to 8.
The response of students to the thermal comfort conditions based on the psychological aspects 1 to 5 hour lesson temperature sensation that is felt comfortable and during school hours to 6 to 8 ranged from slightly warm to hot and while the contacts between the index of thermal comfort with student responses based on the psychological aspects of existing level of contacts among high thermal comfort index with student responses based on the psychological aspect because of the influence of the physical environment around the school environment such as air temperature, humidity and wind speed corresponding correlation table of SPSS 15 applications.
Keywords: Thermal Comfort, Predicated Mean Vote, Predicted Percentage of
Discomfort , Classroom, Factors psychology of students, contacts
A. Latar Belakang
yaitu: (1) Kecamatan Banjarmasin Barat, (2) Kecamatan Banjarmasin Selatan, (3) Kecamatan Banjarmasin timur, (4) Kecamatan Banjarmasin tengah, dan (5) Kecamatan Banjarmasin Utara.
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 5 Kecamatan yang ada di Kota Banjarmasin jumlah Sekolah Menengah Atas lebih banyak terdapat di Kecamatan Banjarmasin Utara. Penelitian yang akan di lakukan mengambil beberapa ruang kelas SMA yang berada di Kecamatan Banjarmasin Utara, alasan mengapa mengambil penelitin di SMA karena jam pelajaran Siswa/siswi SMA cenderung lebih lama dari pada Sekolah Tingkat TK, SD dan SMP.
Tabel 1. Jumlah Sekolah, Kelas dan Murid pada SMA dan SMK Negeri dan Sumber: Dinas pendidikan Kota Banjarmasin, 2014/2015
Wawancara awal dengan beberapa siswa di sekolah SMA 11 dan SMA 12, pada umumnya siswa merasakan kondisi kelas mulai terasa gerah pada jam pelajaran ke 3 dan panas pada jam pelajaran ke 4 sampai jam pelajaran ke 10, sehingga mengganggu konsentrasi belajar, sehingga judul penelitian ini adalah “Indeks Kenyamanan Termal Ruang Kelas Sekolah Menengah Atas (SMA) di Banjarmasin Utara”
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Indeks kenyamanan termal dalam Ruang Kelas SMA di Banjarmasin Utara selama proses belajar mengajar berlangsung, yaitu selama jam pelajaran 1-8 dengan menggunakan metode Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD), dengan variabel kenyamanan termal menurut ASHER.
2. Tanggapan siswa terhadap kenyamanan termal berdasarkan aspek psikologis selama jam pelajaran 1-8. Pengukuran di lakukan setiap satu jam sekali atau setiap pergantian jam.
3. Hubungan antara indeks kenyamanan termal dengan tanggapan siswa. II.TINJAUAN PUSTAKA
1. Pemanasan Global
Pemanasan global (Global Warming) adalah kejadian meningkatnya temperatur rata-rata atmosfer, laut dan daratan bumi. Temperatur rata-rata global pada permukaan bumi telah meningkat 0.18 °C selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan
bahwa, “sebagian besar peningkatan temperatur rata-rata global sejak
pertengahan abad ke- 20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Peningkatan temperatur global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain seperti naiknya muka air laut, meningkatnya intensitas kejadian cuaca yang ekstrim, serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser dan punahnya berbagai jenis hewan (Smart Click, 2011). Pemanasan global pada dasarnya merupakan fenomena peningkatan temperatur global dari tahun ke tahun karena terjadinya efek rumah kaca (greenhouseeffect) yang disebabkan oleh meningkatnya emisi gas-gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4), dinitrooksida (N2O) dan CFC,
sehingga energi matahari terperangkap dalam atmosfer bumi (Muhi, A. H. 2011).
2. Faktor Penyebab Pemanasan Global a. Efek Rumah Kaca
Efek rumah kaca (greenhouse effect) pada dasarnya disebabkan oleh meningkatnya emisi gas seperti karbondioksida (CO2), metana (CH4),
dinitrooksida (N2O) dan CFC sehingga energi matahari terperangkap dalam
oleh meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia. Efek rumah kaca disebabkan oleh gas-gas karbon dioksida, metana, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan khloro fuoro karbon yang dilepaskan secara berlebihan dari cerobong pabrik-pabrik industri, sisa pembakaran yang berasal dari knalpot mobil dan motor, AC, kulkas, dan lain-lain. Pemicu atau penyumbang gas efek rumah kaca yang dominan adalah kegiatan industri (Muhi, A. H. 2011). Dampak yang ditimbulkan cenderung mengancam eksistensi bumi, dan kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lainnya. b. Efek Umpan Balik
Efek umpan balik karena pengaruh awan saat ini sedang menjadi objek penelitian. Awan dari sisi bawah akan memantulkan kembali radiasi infra merah ke permukaan bumi, sehingga akan meningkatkan efek pemanasan, sedang jika awan ditinjau dari sisi atas berfungsi memantulkan sinar Matahari dan radiasi infra merah ke angkasa, sehingga meningkatkan efek pendinginan (Soden, B. J. et al., 2005; IPCC. 2007).
c. Variasi Matahari
Variasi matahari adalah pengaruh penyinaran matahari yang berbeda pada suatu tempat dengan tempat yang lain. Matahari telah berkontribusi sekitar 45-50% terhadap rata rata suhu bumi dalam rentang periode tahun 1900
– 2000 dan 25 – 35% rentang tahun 1980 – 2000 (Nugroho, W. 2008).
3. Dampak Pemanasan Global Terhadap Kenyamanan Termal Ruang Manusia membuat bangunan karena kondisi iklim alam tempat manusia berada tidak selalu baik menunjang aktivitas yang dilakukannya, sehingga diharapkan iklim luar yang tidak menunjang aktivitas manusia dapat dimodifikasi menjadi iklim dalam (bangunan) yang lebih sesuai. Ketika berada di dalam bangunan, pengguna bangunan justru seringkali merasakan udara ruang yang panas, sehingga kerap mereka lebih memilih berada di luar bangunan (Kurnia et al., 2010).
4. Kenyamanan Termal
Tiga pemaknaan kenyamanan termal pertama, pendekatan thermophysiological kedua pendekatan heat balance (keseimbangan panas) dan ke tiga adalah pendekatan psikologis. Kenyamanan thermal sebagai proses thermophisiological menganggap bahwa nyaman dan tidaknya lingkungan termal akan tergantung pada menyala dan matinya signal syarat reseptor termal yang terdapat di kulit dan otak. Pada pendekatan heat balance (keseimbangan panas) nyaman termal dicapai bila aliran panas ke dan dari badan manusia seimbang dan temperatur kulit serta tingkat berkeringat badan ada dalam range nyaman. Pada pendekatan psikologis kenyamanan termal adalah kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasaan seseorang terhadap lingkungan thermalnya (Hoppe P., 2002).
mengurangi pelepasan panas tubuh. Karena itu, pakaian diklasifikasikan berdasarkan pada nilai insulasinya. Satuan yang biasa digunakan untuk pengukuran insulasi pakaian adalah Clo. Batas nyaman untuk pakaian adalah n
≤0,5 Clo [4]. Total nilai Clo bisa dihitung dengan menjumlahkan nilai Clo
untuk setiap jenis pakaian. Nilai insulasi pakaian dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Nilai Insulasi Pakaian
Garment desecription clo Garment Description clo
Underwear Trousers and Coveralls
Men’s briefs 0,04 Short shorts 0,06
Panties 0,03 Walking shorts 0,08
Bra 0,01 Straight trousers (thin) 0,15 T-shirt 0,08 Straight trousers (thick) 0,24
Full slip 0,16 Sweat pants 0,28
Half slip 0,14 Overalls 0,3
Long Underwear top 0,2 Coveralls 0,49
Long Underwear bottom 0,15 Dresses and skirts
Footwear Skirt (thin) 0,14
Ankle-Leagth athletic socks 0,02 Skirt (thick) 0,23 Calf- Leagth socks 0,03 Long -sleeve shirt dress (thin) 0,33 Knee socks (thick) 0,06 Long- sleeve shirt dress (thick) 0,47 Panty hose stocking 0,02 Short -sleeve shirt dress (thin) 0.29 Sandals 0,02 Sleeveless scoop neck (thin) 0,23 Slippers 0,03 Sleeveless scoop neck (thick) 0,27
Boot 0,1 Sweaters
Shirt and Blouses Sleeveless scoop vest (thin) 0,13 Sleveless 0,12 Sleeveless scoop vest (thick) 0,22 Short sleeve, dresses 0,19 Long -sleeve(thin) 0,25 Long sleeve, dresses 0,25 Long -sleeve(thick) 0,36 Long sleeve, flannel shirt 0,34 Sleepwear and Robes
Short sleeve, knit sport shirt 0,17 Sleeveless, short gown (thin) 0,18 Long sleeve, sweat shirt 0,34 Sleeveless, long gown (thin) 0,2
Long –sleeve pajamas 0,57 Long –sleeve pajamas 0,42 (Sumber: ASHRAE, 1989)
5. Predicted Mean Vote (PMV) dan Predicted Percentage of Dissatisfied
(PPD)
Predicted mean vote (PMV) merupakan index yang diperkenalkan oleh Fanger (1982) untuk mengindikasikan rasa dingin dan hangat yang dirasakan oleh manusia. PMV merupakan index yang memperkirakan respon sekelompok besar manusia pada skala sensasi termal ASHRAE berikut:
Tabel 11. Nilai MET Berbagai Aktivitas
Jenis aktivitas W/m2 Met
Resting
Sleeping 40 0,7
Reclinting 45 0,8
Seated 60 1
Sranding 70 1,2
Walking (on the level)
0, 89 m/s 115 2
1, 34 m/s 150 2,6
1,79 m/s 220 3,8
Office Activities
Reading, seated 55 1
(Sumber: ASHRAE, 1989)
Parameter lingkungan: (1) Temperatur udara
(2) Rata- rata Temperatur radiasi (3) Aliran udara atau angin (4) Kelembaban relativ
Predicted Percentage of Dissatisfied (PPD) merupakan banyaknya orang (dalam presentase) yang tidak puas terhadap lingkungan. Semakin besar presentase PPD makin banyak yang tidak puas.
Gambar 5. Hubungan antara PMV dan PPD
6. Pengaruh Kenyamanan Termal Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa
Faktor-faktor yang mempegaruhi kenyamanan didalam ruangan tertutup seperti kelas adalah: temperatur udara: kelembaban udara: temperatur radiasi rata-rata dari dinding dan atap: kecepatan pergerakan udara: serta tingkat pencahayaan dan distribusi cahaya pada dinding pandangan (Lippsmaier, 1997). Pencahayaan tidak hanya mempengaruhi keadaan fisik, namun juga memiliki pengaruh terhadap psikologis dan keindahan ruangan. Suhu udara ruang kelas sangat berpengaruh terhadap konsentrasi anak-anak. Jika anak merasa kurang nyaman dengan suhu ruangan, konsentrasi dan perhatian mereka akan beralih sita oleh ketidak nyamanan fisik mereka. Lingkungan belajar yang tenang adalah kebutuhan dasar dalam pendidikan.
III. METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Lebih luas lagi penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang di
kuantitatifkan, yang dimaksud „kualitatif‟ dalam penelitian ini adalah
datanya. Data kualitatif adalah data yang diwujudkan dalam kata keadaan atau sifat. Pada penelitian ini kata keadaan tersebut adalah zona nyaman
optimal, zona hangat nyaman, dan zona tidak nyaman yang merupakan
Typing 65 1,1
Filing, seated 70 1,2
Filing, standing 80 1,4
Walking About 199 1,7
kelanjutan kualitasnya. Sebelum hasil tersebut didapat dari hasil pengukuran dan perhitungan di lapangan, sehingga disebut data yang dikuantitatifkan. Karena hasil akhir berupa angka dan dimasukan ke dalam kategori kata keadaan tersebut, maka perlu pendekatan kualitatif yang dikuantitatifkan 1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subyek penelitian. Apabila seseorang ingin meneneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitian, maka penelitiaanya merupakan penelitian populasi (Arikunto, 2013).
Populasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Tingkat SMA Banjarmasin Utara. Perincian sekolah, jumlah kelas, total siswa dan fasilitas kipas angin, seperti disajikan pada Tabel 14.
Tabel 14. Perincian Sekolah, Jumlah Kelas, Total Siswa dan Fasilitas Kipas Angin
Sumber: hasil observasi, 2015
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 2013). Teknik sampling daerah yang digunakan untuk menentukan sampel objek yang akan diteliti sumber datanya sangat luas karena setiap sekolah jumlah siswa dan jumlah kelas itu berstrata (tidak sama) maka pengambilan sampelnya perlu menggunakan teknik probability sampling yaitu proportionate stratified random sampling dengan menggunakan rumus slovin (Sugioyono, 2014).
Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 2014). Besarnya sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan rumus Slovin sebagai berikut:
dimana:
NO NAMA SEKOLAH JUMLAH KELAS TOTAL SISWA TOTAL KIPAS ANGIN
1 SMAN 11 19 618 23
2 SMAN 8 20 655 40
3 SMAN 12 14 406 14
4 SMAKOPRI 12 375 24
Jadi, jumlah keseluruhan responden dalam penelitian ini adalah 400 orang. Teknik pengambilan sampel adalah probability sampling dengan menggunakan proportionate stratified random sampling. Proportionate stratified random sampling adalah teknik yang digunakan bila populasi mempunyai anggota/unsur yang tidak homogen dan berstrata secara proporsional. Menentukan besarnya sampel pada setiap kelas dilakukan dengan alokasi proporsional agar sampel yang diambil lebih proporsional dengan cara:
Tabel 15. Jumlah Sampel Tiap Kelas SMA di Banjarmasin Utara
NO Nama Sekolah Perhitungan Jumlah Kelas Sempel
Ruang Kelas
Jumlah Sampel Siswa
Jumlah Kipas Angin
1. SMA N 8
4
X-1 36 2
X-2 33 4
XI IPS 2 26 2
XI IPS 3 27 4
2. SMA N 11
4
X-A 33 2
X-G 35 2
XI IPS 2 36 1
XI IPS 3 32 3
3. SMA N 12
3
X-3 26 2
X-4 26 2
XI IPA 3 29 2
4. SMA KOPRI
2
X-3 30 1
X-4 31 1
Total 13 13 400 28
Sumber: Hasil Perhitungan dari data Sekolah, 2015
IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Identifikasi dan Analisis
1. Hasil Identifikasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas Di SMA Banjarmasin Utara
Tabel 47. Sensasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMA Banjarmasin Utara
No Jam pelajaran
Sensasi Kenyamanan Termal Ruang Kelas SMA Di Banjarmasin Utara
SMA N 8 Banjarmasin SMA N 11 Banjarmasin SMA N 12 Banjarmasin
SMA KORPRI Banjarmasin
X-1 X-2 XI IPS 2
XI IPS
3 X-A X-G
XI IPS 2
XI IPS
3 X-3 X-4 XI
IPA 3 X-3 X-4
1 07.30-08.15 N N N N SH SH SH SH SH SH SH SH SH
2 08.15-09.00 N SH SH N SH H H SH SH SH SH SH SH
3 09.00-09.45 N H SH SH H H H H SH SH SH SH SH
4 10.00-10.45 SH H SH SH H H H H SH H SH SH SH
5 10.45-11.30 SH H SH SH H H H H H H SH SH SH
6 11.30-12.15 SH H H H H H H H H H H SH SH
7 12.30-12.15 SH H H H H H H H H H H H H
8 13.15-14.00 H H H H H H P H H H P H H
Keterangan:
N Netral atau Nyaman
SH Sedikit Hangat
H Hangat
P Panas
Tabel 48. Distribusi Frekuensi Sensasi Kenyamanan Termal di SMA Banjarmasin Utara
No Jam Pelajaran Tabel Distribusi Frekuensi Total % Total %
N SH H P N SH H P
1 07.30-08.15 4 9 0 0 13 30,77 69,23 0 0 100,00
2 08.15-09.00 2 9 2 0 13 15,38 69,24 15,38 0 100,00
3 09.00-09.45 1 7 5 0 13 7,69 53,85 38,46 0 100,00
4 10.00-10.45 0 7 6 0 13 0 53,85 46,15 0 100,00
5 10.45-11.30 0 6 7 0 13 0 46,15 53,85 0 100,00
6 11.30-12.15 0 3 10 0 13 0 23,08 76,92 0 100,00
7 12.30-12.15 0 1 12 0 13 0 7,69 92,31 0 100,00
8 13.15-14.00 0 0 11 2 13 0 0 84,62 15,38 100,00
Keterangan:
N Netral atau Nyaman SH Sedikit Hangat
H Hangat
2. Hasil Identifikasi Tanggapan siswa terhadap kondisi Kenyamanan Termal berdasarkan aspek psikologis Tiap Ruang Kelas di (1) SMA Negeri 8 Banjarmasin, (2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12 Banjarmasin dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin
1) Sensasi suhu yang dirasakan pada jam pelajaran 1 sampai 8 Berdasarkan jawaban dari responden tentang sensasi suhu yang dirasakan saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 50.
Gambar 49, diketahui bahwa sensasi suhu tertinggi yang dirasakan saat jam pelajaran 1-2 adalah sejuk dengan nilai 152-117 atau sebesar 38 %-29,25%, sensasi suhu tertinggi yang dirasakan saat jam pelajaran 3-5 adalah netral dengan 2) Kondisi perasaan yang dirasakan pada jam pelajaran 1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang kondisi yang dirasakan saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 51
Gambar 50. Grafik sensasi suhu yang dirasakan
Sensasi Suhu Yang Dirasakan
0
Sedikit tidak nyaman 76 19 118 30 158 40 194 49 202 51 171 43 147 37 127 32
Tidak nyaman 6 1,5 9 2,3 28 7 50 13 63 16 95 24 118 30 109 27
Gambar 51. Grafik kondisi perasaan yang dirasakan
3) Tingkat berkeringat pada jam pelajaran 1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang tingkat berkeringat saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 52.
4) Aktifitas yang dilakukan saat berkeringat pada jam pelajaran 1 sampai 8 Berdasarkan jawaban dari responden tentang aktifitas yang dilakukan saat berkeringat saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 53.
5) Pengaruh kenyaman termal terhadap konsentrasi belajar pada jam pelajaran 1 sampai 8
Berdasarkan jawaban dari responden tentang Pengaruh kenyaman termal terhadap konsentrasi belajar saat jam pelajaran 1-8 disajikan pada gambar 54.
0
Gambar 52. Grafik tingkat berkeringat yang dirasakan
Tingkat Berkeringat Yang Dirasakan
0
Gambar 53. Grafik aktifitas yang dilakukan saat berkeringat
3. Hasil Analisis Hubungan antara indeks Kenyamanan Termal dengan tanggapan siswa berdasarkan aspek psikologis di SMA Banjarmasin Utara
Uji korelasi MPM
Jika data telah terdistribusi normal maka selanjutnyadapat dilakukan uji korelasi Metode Product Moment (MPM). Selain itu untuk mengetahui tingkat hubungannya maka nilai r koefisien korelasi MPM yang diperoleh dari analisis menggunakan SPSS 21 kemudian diinterpretasikan sesuai dengan interpretasi koefisien korelasi yang diadaptasikan dari Karl Pearson (Tika, M.P.,2005:78)
0 100 200 300 400
f % f % f % f % f % f % f % f %
1 2 3 4 5 6 7 8
Jam pelajaran
Tidak 28 71 27 68 24 61 22 56 18 47 15 39 13 33 99 25 Ya 11 29 12 32 15 39 17 45 21 53 24 62 27 68 30 75
K
ri
te
ri
a
jaw
ab
an
Gambar 54. Grafik pengaruh terhadap konsentrasi belajar
Correlations
X y1 y2 y3 y4 y5 y6 y7 y8
x Pearson Correlation 1 .(a) .(a) -1,000(**) -1,000(**) -1,000(**) -1,000(**) -1,000(**) 1,000(**)
Sig. (2-tailed) . . . .
N 2 2 2 2 2 2 2 2 2
y1 Pearson Correlation .(a) 1 ,521(**) ,397(**) ,244(**) ,154(**) ,095 ,065 ,037
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,000 ,002 ,059 ,198 ,462
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y2 Pearson Correlation .(a) ,521(**) 1 ,564(**) ,408(**) ,301(**) ,177(**) ,144(**) ,136(**)
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,004 ,007
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y3 Pearson Correlation -1,000(**) ,397(**) ,564(**) 1 ,609(**) ,478(**) ,371(**) ,291(**) ,222(**)
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y4 Pearson Correlation -1,000(**) ,244(**) ,408(**) ,609(**) 1 ,629(**) ,516(**) ,431(**) ,330(**)
Sig. (2-tailed) . ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y5 Pearson Correlation -1,000(**) ,154(**) ,301(**) ,478(**) ,629(**) 1 ,721(**) ,558(**) ,397(**)
Sig. (2-tailed) . ,002 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y6 Pearson Correlation -1,000(**) ,095 ,177(**) ,371(**) ,516(**) ,721(**) 1 ,702(**) ,526(**)
Sig. (2-tailed) . ,059 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y7 Pearson Correlation -1,000(**) ,065 ,144(**) ,291(**) ,431(**) ,558(**) ,702(**) 1 ,762(**)
Sig. (2-tailed) . ,198 ,004 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
y8 Pearson Correlation 1,000(**) ,037 ,136(**) ,222(**) ,330(**) ,397(**) ,526(**) ,762(**) 1
Sig. (2-tailed) . ,462 ,007 ,000 ,000 ,000 ,000 ,000
N 2 400 400 400 400 400 400 400 400
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
a Cannot be computed because at least one of the variables is constant.
B. Pembahasan
1. Temperatur, Kelembaban, dan Kecepatan angin Ruang Kelas di SMA Banjarmasin Utara.
a. Temperatur
Kondisi temperatur ruang kelas daari jam pelajaran 1 sampai 8 mengalami peningkatan karena letak posisi kelas berada dekat lahan terbuka seperti lapangan basket dan voly, dan keberadaan vegatasi seperti pepohonan yang sedikit atau bahkan tidak ada tidak dapat menghalangi pantulan dari sinar matahari yang semakin terik, sehingga menyebabkan pantulan sinar matahari dan sirkulasa udara panas langsung masuk kedalam kelas.
b. Kelembaban
Keadaan sekitar lingkungan ruang kelas baik depan maupun belakang kelas yang terdapat vegetasi akan terjadi penguapan pada tumbuhan (transfirasi) akan memberikan pengaruh pada ruang di sekitarnya, sehingga ruang kelas memiliki kelembaban yang tinggi dengan temperatur ruang yang rendah sebagaimana yang terjadi saat pengukuran lapangan. Sedangkan kelembaban yang rendah diakibatkan oleh posisi letak kelas menghadap arah sinar matahari terutama apabila tepat menghadap lapangan terbuka dan tidak memiliki vegetasi yang dapat menghalangi sinar matahari sehingga mempengaruhi kelembaban relafit pada ruang kelas.
c. Kecepatan Angin
Ruang kelas yang disekitarnya terdapat vegetasi akan memberikan pengaruh terhadap udara di sekitar maupun didalam ruang tersebut, sehingga menjadikan udara sejuk dan nyaman. Sedangkan ruang kelas yang berhadapan dengan lahan terbuka seperti lapangan basket dan voly akan mengakibatkan angin dengan kecepatan tinggi memasuki ruang kelas melalui ventilasi seperti pintu dan jendela yang terbuka, adapun bila pendingin mekanik berupa kipas angin di nonaktifkan maka berakibat pada penurunan kecepatan angin pada ruang kelas.
2. Indeks kenyaman termal tiap ruang kelas di (1) SMA Negeri 8 Banjarmasin, (2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12 Banjarmasin dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin berdasarkan metode PMV dan PPD
Ruang kelas yang dinyatakan nyaman pada jam pelajaran 1-3 disebabkan oleh kecepatan angin yang sedang sampai tinggi sedangkan temperatur rendah karena udara pagi masih sejuk, terutama pada ruang kelas yang terdapat vegetasi di sekitarnya dan juga keadaan ventilasi udara yang terbuka memudahkan siklus udara keluar masuk dengan mudah, sehingga nilai PMV dan PPD pada jam pelajaran ke 1-3 memiliki nilai yang rendah. Sedang kan pada jam pelajaran 4-8 sensasi suhu berkisar antara sedikit hangat sampai panas, hal ini karena semakin siang keadaan temperatun mulai terus meningkat sedangkan kelembaban udaran semakin menurun, sehingga nilai PMV dan PPD meningkat pada jam pelajaran ke 5-8.
(2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12 Banjarmasin dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin
Kenyaman termal aspek psikologis merupakan kondisi pikiran yang mengekspresikan tingkat kepuasan seseorang terhadap lingkungan termalnya (Hoppen P., 2002). Mengetahui tingkat kepuasaan siswa dalam proses belajar dari jam pelajaran 1-8 terhadap tingkat kepuasan dari aspek psikologis menggunakan kuisioner tertutup.
4. Hubungan antara indeks Kenyamanan Termal dengan tanggapan siswa berdasarkan aspek psikologis di SMA Banjarmasin Utara
Berdasarkan Nilai signifikan dari output dietahui antara index kenyamanan termal (X) dengan jam pelajaran (Y) berdasarkan tabel 50 nilai signifian 0,000<0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan, sedangkan berdasarkan tanda bintang (*) SPSS dari output tabel 50 diketahui bahwa person correlation yang dihubungkan masing-masing variabel mempunyai tanda bintang (*), berarti terdapat korelasi yang signifikan antara index kenyamanan termal hasil kuisioner V. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan dan saran penelitian didasarkan pada tujuan dan hasil analisis dan pembahasan dalam penelitian yang akan diuraikan sebagai berikut:
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Kondisi termal ruang kelas di SMA Banjarmasin Utara dapat ditentukan dengan cara mengukur variabel lingkungan fisiknya yang menjadi faktor kenyamanan termal, yaitu: temperatur udara, kelembaban relatif, kecepatan angin dan variabel pengguna ruangan (siswa) yaitu: nilai tingkat aktifitas dan nilai insulasi pakaian. Berdasarkan hasil pengukuran variabel tersebut, diperoleh bahwa:
a. Sensasi kenyamanan termal dalam kondisi netral hanya di rasakan pada ruang kelas SMA Negeri 8 Banjarmasin, antara jam pelajaran 1-3.
b. Sensasi kenyamanan termal dalam kondisi sedikit hangat dapat di rasakan pada semua ruang kelas SMA Banjarmasin Utara, yaitu: (1) SMA Negeri 8 Banjarmasin, (2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12 Banjarmasin, dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin.
c. Sensasi kenyamanan termal dalam kondisi hangat dapat di rasakan pada semua ruang kelas SMA Banjarmasin Utara, yaitu: (1) SMA Negeri 8 Banjarmasin, (2) SMA Negeri 11 Banjarmasin, (3) SMA Negeri 12 Banjarmasin, dan (4) SMA KORPRI Banjarmasin.
d. Sensasi kenyamanan termal dalam kondisi panas hanya di rasakan pada 2 ruang kelas di 2 sekolah SMA Banjarmasin Utara, yaitu: (1) SMA Negeri 11 Banjarmasin di ruang kelas XI IPS 2 pada jam pelajaran ke 8 dan (2) SMA Negeri 12 Banjarmasin di ruang kelas XI IPA 3.
metode ini, maka dapat disimpulkan bahwa sensasi termal yang dirasakan pengguna ruangan kelas (siswa) adalah netral (nyaman), sedikit hangat, hangat dan panas. Berdasarkan distribusi frekuensi terjadi kecenderungan kondisi netral atau nyaman terjadi pada jam pelajaran 1, kecenderungan frekuensi terjadi kondisi sedikit hangat terjadi pada jam pelajaran 1, kecenderungan frekuensi terjadi kondisi hangat terjadi pada jam pelajaran 7 dan kecenderungan frekuensi terjadi kondisi panas terjadi pada jam pelajaran 8.
3. Tanggapan siswa terhadap kondisi kenyamanan termal berdasarkan aspek psikologis pada jam pelajaran 1-5 sensasi suhu yang dirasakan nyaman dan pada jam pelajaran ke 6-8 berisar antara sedikit hangat sampai panas.
4. Ada tingkat hubungan tinggi antara indeks kenyamanan termal dengan tanggapan siswa berdasarkan aspek psikologis karena pengaruh ligkungan fisik di lingkungan sekitar sekolah seperti temperatur udara, kelembaban dan kecepatan angin sesuai tabel korelasi dari aplikasi SPSS 15.
B. Saran
Berdasarkan hasil yang telah diperoleh pada penelitian ini maka dapat disarankan beberapa hal antara lain:
1. SMA Negeri 8 banjarmasin, SMA Negeri 11 banjarmasin, SMA Negeri 12 banjarmasin, dan SMA KORPRI banjarmasin disarankan pengoptimalan ventilasi alami yang selama ini masih belum digunakan secara optimal, penggunaan gorden (tirai) untuk kaca agar sinar matahari yang masuk secara berlebihan dapat diminimalisir, penggantian warna dinding pada bangunanmenjadi warna putih agar jumlah kalor yang diserap permukaan dinding menjadi lebih kecil, perbaikan kipas angin yang rusak atau kotor agar angin yang dihasilkan optimal dan perlu ditambahkan vegetasi berupa pepohonan, agar kenyamanan termal di ruang kelas tersebut dapat dicapai secara optimal.
2. Peneliti, untuk penelitian selanjutnya disarankan melakukan penelitian dengan penambahan variabel berupa tanggapan ketidak nyamanan termal oleh pengguna ruangan dari aspek fisiologis.
3. Rekomendasi yang dapat diberikan agar kenyamanan termal di semua ruang kelas dapat tercapai secara optimal adalah dengan pengadaan AC di setiap ruang kelas, tetapi hal ini belum dapat dilakukan karena biaya pengadaan AC yang sangat besar. Selain itu, terdapat pertimbangan lain dalam penggunaaan AC, yaitu:
a. Besarnya konsumsi energi yang akan dikeluarkan karena penggunaan AC. b. Besarnya emisi gas buang berupa CO2 ke udara, yang akan menyebabkan
polusi udara bahkan pemanasan global.
c. Penggunaan AC juga akan berdampak pada kesehatan. DAFTAR PUSTAKA
ASHRAE, Handbook Fundamentals 1985, New York: American Society of Heating Referigerating and Air Conditionning Engineers.
ASHRAE, 1966. American society of heating, refrigerating and air-conditioning engineers,inc, handbook, Atlanta.
ASHRAE, 2009. American society of heating, refrigerating and air-conditioning engineers,inc, handbook, Atlanta.
Avia, Q. L., Kondisi Iklim Jakarta Pada Masa Lalu Dan Masa Kini: Prosiding Seminar Nasional Pemanasan Global dan Perubahan Global . Fakta, Mitigasi, dan Adaptasi, ISBN : 978-979-17490-0-8
Badan Meteorologi Dan Geofisika, Jakarta Juli 2012 Badan Meteorologi Dan Geofisika, 2013. Banjarbaru.
Bruce C. D,. 1997. Global sea rise: a redetermination surveys in geophysics 18: 279-292
Buesseler, K.O., et al 2007 "Revisiting carbon flux through the ocean's twilight zone." Science 316: 567-570
Devi, R,. 2011. Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Perkuliahan di Universitas Andalas.
Dyah, M. N., 2014. Pengaruh Suasana Kondusif Dalam Pembelajaran Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa Di MTS Negeri Wonosobo.
Departemen Pekerjaan Umum., 1993. Standar: Tata Cara Perencanaan Teknis Konservasi Energi Pada Bangunan Gedung, Bandung: Yayasan LPMB.
Dinas pendidikan Kota Banjarmasin, 2014/2015. Jumlah Sekolah, Kelas dan Murid pada SMA dan SMK Negeri da Swasta PerKecamatan, 2014/2015, Banjarmasin
Fanger, 1982, Thermal Comfort. (Original:Danish Technical Press,1970), Florida. Frick, H., 2008. Dasar-Dasar Eko - Arsitektur. Yogyakarta : Kanisius
Hoppe, P. 2002. Different Aspects of Assessing of Indoor & Outdoor Thermal Comfort, Journal: Energy and Buildings 34, Elsevier Science, Www.Elsevier.Com/Locate/Enbuild.
Indonesia, The First National Communication Under Unfccc, 1990. Indonesia second national communication under the united nations framework convention on climate change, Jakarta.
IPCC. 2007. Climate Change 2007: The Physical Science Basis. Contribution of Working Group I to the Fourth Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change. Intergovernmental Panel on Climate Change ISO 7730, 1984. Moderate Thermal Environments-Determination of The PMV
and PPD Indices and Spesification of The Condition For Thermal Comfort ISO 7730, 2005. Ergonomics of The Thermal Environment — Analytical
Determination and Interpretation of Thermal Comfort Using Calculation of The PMV and PPD Indices and Local Thermal Comfort Criteria, Switzerland.
Karyono T. H., Pidato Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam Ilmu Arsitektur Pada Fakultas Teknik Universitas Tarumanagara – Jakarta Disampaikan di Jakarta pada hari Sabtu 10 Nopember 2007 dari kenyamanan termis hingga pemanasan bumi: suatu tinjauan arsitektur dan energi.
Lippsmeier, G,. 1994. Tropenbau Building in the Tropics, Bangunan Tropis (terj.), Jakarta: Erlangga.
Rahmadani, D., 2011. Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Perkuliahan Di Universitas Andalas. Padang
Susanti, L., 2013. Evaluasi Kenyamanan Termal Ruang Sekolah SMA Negeri di Kota Padang. Padang: Laboratorium Sistem Kerja dan Ergonomi, Jurusan Teknik Industri, Universitas Andalas.
Muhaimin, M., 2013. Kenyamanan Termal Dalam Bangunan Ruang Di SMA Negeri 5 Banjarmasin.
Marsidi dan kusmindari, D. Pengaruh Tingkat Kelembaban Nisbi Dan Suhu Ruang Kelas Terhadap Proses Belajar. Palembang.
Merry, M., 2011. Pemanasan Global dalam “PRAKTEK LINGKUNGAN
HIDUP”
karya Dr.Ir.H. Ali Hanapiah Muhi, MP pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat,tahun 2011.
Mangunwijaya, 1997. Pengantar Fisika Bangunan. Djambatan: Jakarta. Muhi, A.H. 2011. Pemanasan Global (Global Warming), Jawa Barat.
Nugroho, W. 2008.Pemanasan Global: Masalah Lingkungan Paling Serius, Magelang.
Parsons, K. 2003. Human Thermal Environments, The effects of hot, moderate, and cold environments on human health, comfort and performance. Second edition, London.
Sugini, 2004. Pemaknaan Istilah-Istilah Kualitas Kenyamanan Thermal Ruang Dalam Kaitan Dengan Variabel Iklim Ruang.
Sugiyono, 2014. Tatistik untuk Penelitian. Bandung: Penerbit Alfabeta
Soden, Brian J.; Held, Isacc M. 2005. "An Assessment of Climate Feedbacks in Coupled Ocean-Atmosphere Models". Journal of Climate 19 (14): 3354-3360.
Smart, Click., 2011. Pemanasan Global dalam “PRAKTEK LINGKUNGAN
HIDUP”
karya Dr.Ir.H. Ali Hanapiah Muhi, MP pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), Jatinangor, Jawa Barat.
Stocker, Thomas F., et al. 2001. "7.5.2 Sea Ice". Climate Change 2001: The Scientific Basis. Contribution of Working Group I to the Third Assessment Report of the Intergovernmental Panel on Climate Change.
Sugiyono, A. 2006. Penanggulangan Pemanasan Global di Sektor Pengguna Energi. Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca, Vol. 7, No. 2, : 15-19. Wati U. A., 2013. Pelaksanaan Pembelajaran Yang Kondusif dan Efektif.
Tarwaka, Bakri, S.H.A, Sudiajeng L. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan Produktivitas. UNIBA Press. Surakarta.
Sardjono, A. B., 2011. Respon Rumah Tradisional Kudus Terhadap Iklim Tropis, Semarang.