• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Analisis Saluran Tataniaga Sawi Di Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka Sawi

Sawi (Brassica juncea) sudah lama dikenal diberbagai negara. Tanaman ini diperkirakan berasal dari daratan Asia Tengah dan menyebar ke dunia Eropa melalui Yunani. Bagaimana sawi masuk ke Indonesia untuk dikeahui dengan pasti, tetapi saaat ini sawi sudah merupakan sayuran yang sangat dikenal di berbagai golongan masyarakat Indonesia (Novary, 1999).

Sawi (Brassica juncea) berbeda dengan Petsai (Brassica chinensis). Petsai adalah tanaman dataran tinggi sementara sawi bisa juga ditanam di dataran rendah. Batang sawi ramping dan lebih hijau sedangkan batang petsai gemuk dan berkelompok dengan daun putih kehijauan. Ciri sawi yang khas ialah berdaun lonjong, halus, tidak berbulu, dan tidak berkrop. Sawi yang banyak ditanam di Indonesia sebenarnya dikenal juga dengan nama caisim (Nazaruddin, 2002).

(2)

memgandung humus, dan drainase baik dengan derajat keasaman (pH) 6-7 (Tim Penulis PS, 1993).

Tanaman sawi , seperti halnya produk pertanian pada umunya merupakan komoditi yang mempunyai masa kesegaran yang relatif pendek. Untuk itu, masalah pengangkutan, pengemasan, penyimpanan dan pemasaran perlu mendapat perhatian dalam pengelolaan pemasaran komoditi ini. Hal-hal tersebut perlu dilakukan secepatnya. Jika terlambat atau tidak ditangani dengan baik, sawi akan gampang rusak dan tidak laku dijual atau harganya rendah sehingga dapat menyebabkan kerugian.

Sayuran dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis berdasarkan bagian yang dikomsumsi. Kelompokkan yang pertama adalah sayuran buah, yaitu jenis tanaman yang dimamfaatkan jenis buahnya seperti tomat. Kelompok yang lain adalah sayuran daun, yaitu tanaman yang dimamfaatnkan daunnya untuk dikomsumsi. Selain daunnya, pada umumnya konsumen juga mengkonsumsi batang bagian atas dan pucuk daun seperti selada, bayam, dan kangkung. Selanjutnya adalah sayuran umbi, yaitu kelompok sayuran sayuran yanng bagian umbinya dikonsumsi oleh konsumen. Yang termasuk dalam sayuran umbi adalah wortel, lobak, bawang, dan lain-lain (Yati Supriati,2010).

Menurut Novary (1999), adapun varietas atau jenis-jenis sawi yaitu : 1. Sawi putih atau sawi jabung

(3)

varietas rugosa dan varietas prain. Varietas yang terakhir merupakan varietas pendatang dari luar negeri.

2. Sawi hijau

Sawi hijau mempunyai rasa agak pahit sehingga jarang dikomsumsi segar. Untuk menghilangkan rasa pahit tersebut sawi ini sering diasinkan. Sawi asin dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan. Ukuran sawi hijau lebih kecil daripada sawi putih. Daunnya lebar mirip sawi putih, tapi warna hijaunya lebih tua. Batangnya sangat pendek dan tangkai daunnya pipih serta sedikit berliku, tetapi kuat.

3. Sawi huma

Disebut sawi huma karna jenis sawi ini menyukai tempat-tempat kering seperti tegalan atau huma. Jenis sawi ini memiliki daun yang sempit dengan warna hijau keputih putihan. Batangnnya kecil dan panjang dengan tangkai yang bersayap. jenis sawi ini cukup digemari konsumennya.

4. Sawi bakso atau caisim

Sawi ini dikenal juga dengan nama sawi cina tapi umumnya digunakan untuk masakan-masakan cina. Daunnya lebar memanjag, tipis, dan berwarna hijau. Sawi ini bertangkai panjang, langsing, dan berawarna hijau keputihan. Rasanya pun ckup enak, renyah,segar, dan tidak terlalu pahit.

5. Sawi keriting

(4)

6. Sawi monumen

Sawi monumen tumbuh tegak dan berdaun kompak sehingga menyerupai tugu atau monumen. Daunnya berwarba hijau segar dengan tangkai lebar dan tulang daun berwarna putih. Dari sekian jenis sawi, sawi inilah yang paling besar dan paling berat.

Pendukung dalam tataniaga sawi mempunyai peranan penting dalam sistem distribusinya adalah petani, pedagang perantara dan konsumen. Ketiganya mempunyai fungsi dan peranan masing-masing dalam rentetan jalur tataniaga komoditi ini.

Petani sebagai produsen sawi merupakan orang yang langsung berhubungan dengan proses produksi. Mutu sawi yang secara langsung juga menentukan tinggi rendahnya harga, merupakan tanggung jawab yang di pegangnya. Pemilihan jalur tataniaga selanjutnya juga sangat menentukan lancar tidaknya pemasaran komoditi ini.

2.2 Tataniaga

(5)

Pemasaran sebagai kegiatan produksi mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini memerlukan biaya pemasaran.Pemasaran produk agraris, cenderung merupakan proses yang kompleks, sehingga saluran distribusi lebih panjang dan mencakup lebih banyak perantara. Ada beberapa ciri produksi pertanian yang mempengaruhi hasil-hasil pertanian: pertama, produksi dilalukan secara kecil-kecilan. Kedua, produksi terpencar. Ketiga, produksi musiman, menyebabkan kesulitan dalam tataniaganya, dimana harus ada fasilitas-fasilitas penyimpanan yang sudah pasti menyebabkan bertambahnya biaya tataniaga. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran dari produsen kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran (Soekartawi,2002).

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada produsen dengan menekan tingkat harga dan menaikkan harga dikonsumen, sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting,2006).

(6)

kepasar ; 3) Proses diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar sampai kepada konsumen (Ginting,2006).

Dalam rantai tataniaga posisi petani tergolong lemah karna penawarannya sedikit, kebanyakan produknya merupakan produk massa yang homogen, produknya sering kurang tahan lama, pengangkutannya sering sukar, petani sering kurang sekali dalam mendapatkan informasi tentang harga, dan pengaruh kebutuhan kredit terhadap posisi tataniaga, dalam hal ini kebutuhan petani akan uang tunai merupakan faktor yang penting dalam kebijaksanaan tataniaga petani (Kartasapoetra, 1992).

Sejalan dengan batasan tataniaga yang menghubungkan sektor produksi dengan sektor konsumen, maka diantara produsen dengan konsumen ada “jarak” yang ditempuh oleh komuditi sebelum sampai kekonsumen. Disepanjang perjalanan komuditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari pedagang dll. Jumlahnya tidak selalu sama, ada yang dua saja, ada yang tiga bahkan lebih. Mereka ini biasanya disebut sebagai lembaga tataniaga. Lembaga tataniaga merupakan pihak-pihak yang secara langsung menangani perjalanan suatu komuditi. Lembaga tataniaga dalam penyempurnaan dan perbaikan tataniaga ditujukan terutama pada kelancaran tataniaga, seperti dapat mengadakan tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan sebagainya yang ddiminta konsumen dalam keadaan sempurna (Gultom,1996).

(7)

tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya (Gultom,1996)

Lembaga pemasaran adalah badan atau usaha atau individu yang menyelenggarakan pemasaran, menyalurkan jasa dan komuditi dari produsen kepada konsumen akhir serta mempunyai hubungan dengan badan usaha atau individu lainnya. Lembaga pemasaran ini timbul karena adanya keinginan konsumen untuk memperoleh komuditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. Konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran (Sudiyono,2004).

2.3 Landasan Teori

Tataniaga secara umum adalah suatu proses sosial dan managerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan melalui penawaran dan pertukaran produk yang bernilai dengan individu dan kelompok lain. Dalam penyampaian barang kepada individu dan kelompok maka diperlukan suatu sistem managerial yang baik sehingga tidak saling merugikan antara masing-masing midleman (Kotler, 1993).

(8)

konsumen. Biaya tata niaga terbentuk sebagai konsekwensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tata niaga. Komponen biaya tata niaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap middleman dan lembaga tata niaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang. Keuntungan yang diambil oleh middleman atau lembaga tata niaga atas jasa modalnya dan jasa tenaganyandalam menjalankan aktivitas pemasaran tersebut. setelah dikelompokkan menurut harga beli dan harga jual, biaya-biaya pemasaran menurut fungsi tata niaga dan margin keuntungan dari setiap lembaga maka disebut juga sebaran harga (price spread). Bila angka-angka sebaran harga

(price spread) dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh

persentase margin (share margin). Biaya tata niaga yang tinggi akan membuat sisitem kurang atau yidak efesien (Sudiyono, 2004).

Tata niaga adalah proses yang merupakan serangkaian kegiatan berturut-turut yang terjadi selama perjalanan suatau barang atau komoditi mulai dari produsen primier sampai ketengan konsumen. Produsen primier adalah mata rantai pertama dalam saluran produksi. Dalam menyalurkan komoditi dari produsen kepada konsumen ahir,akan dilihat adanya rangkaian mata rantai tata niaga dari suatau mata rantai tata niaga, apabila komoditi tertentu memerlukan proses terlebih dahulu, maka mata rantai tata niaga tersebut akan lebuh panjang. Pada setiap mata rantai tata niaga tersebut akan lebih panjang. Pada setiap mata rantai tata niaga, umumnya komoditinya tersebut akan mengalami penambahan nialai karena waktu, tempat dan bentuk (Gultom, 1996).

(9)

terutama berkembangnya teknologi imformasi yang memungkinkan transaksi dapat dilakukan tampa melalu kontak langsung antara pennjual dan pembeli. Dengan demikian pasar dapat didefinisikan sebagai tempat ataupun terjadinya pemenuhan kebetuhan dan keinginan dengan menggunakan alat pemuas berupa barang ataupun jasa dimana terjadi pemindahan hakmilik antara penjual dengan pembeli (Suyidono, 2004)

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang terjadi dala pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna untuk, melalui proses pengolahan, guna tempat melalu proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Peran agribisnis dalam suatu negara agraris seperti indonesia adalah besar sekali. Hal ini disebabkan oleh karena cakupan aspek agribisnis adalah meliputi mulai dari proses produksi, pengolahan sampai pemasaran termasuk didalamnya (Soekartawi, 1999)

(10)

fungsi-fungsi tata niaga oleh lembaga – lembaga tata niaga yang terlihat dalam proses tata niaga dari produsen sampai pada konsumen akhir. Pengukuran kinerja tata niagaini memerlukan ukuran efisiensi tata niaga.

Sistem pemasaran yang kurang efisien ini akan mengakibatkan biaya pemasaran yang relatif besar. Dengan demikian akan mengakibatkan harga jual produk hasil pertanian menjadi tinggi. Tingginya biaya pemasaran ini akan dibebankan kepada produsen menekan tingkat harga dan menaikkan tingkat harga dan menaikkan harga konsumen, sehingga produsen dan konsumen akan dirugikan (Ginting, 2006)

Dalam tata niaga hasil-hasil pertanian umumnya ada tiga tahap proses penyampaian komoditas atau barang mulai dari produsen sampai kepada konsumen. Tahap-tahap tersebut adalah 1) proses konsentrasi dimana pedagang perantara mengumpulkan barang-barang dari produsen dan pedagang perantara pengumpulan barang-barang dari produsen dan pedagang besar mengumpulkan barang-barang dari pedagang pengumpul; 2) proses equalisasi dimana pedagang besar menahan barangnya untuk sementara sebelum dijual kepasar; 3) Proses diversi yaitu proses penjualan barang dari pedagang besar sampai kepada konsumen (Ginting, 2006).

(11)

petani akan uang tunai merupakan faktor yag penting dalam kebijaksanaan tata niaga petani.

Sejalan dengan batasan tata niaga yang menghubungkan sektor produksi dengan sektor konsmen, maka diantara produsen dengan konsumen ada ’’jarak’’ yang ditempuh oleh komoditi sebelum sampai ke konsumen. Disepanjang perjalanan komoditi tersebut terdapat pihak-pihak sebagai perantara yang terdiri dari pedagang dan lain-lain. Jumlahya tidak selalu sama, ada yang dua saja. Ada yang tiga bahkan lebih. Middleman atau pedagang perantara biasanya disebut sebagai lembaga tata niaga. Lembaga tata niaga merupaka piha-pihak yang secara langsung menangani perjalanan suatu komoditi. Lembaga tata niaga dalam penyempurnaan dan perbaikan tata niaga ditujukan terutama pada kelancaran tata niaga, seperti dapat mengadakan tempat, jumlah barang, keadaan barang, dan sebagainya yang diminta konsumen dalam keadaan sempurna (Gultom, 1996). Biaya tata niaga terjadi sebagai konsekwensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tata niaga. Biaya tata niaga menjadi bagaian tambahan harga pada barang yang harus ditanggung oleh konsumen. Komponen biaya tata niaga petani terdiri dari semua jenis pengeluaran yang dikorbankan oleh setiap perantara dan lembaga tata niaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang dan keuntungan yang diambil oleh perantara atas jasa modalnya (Gultom, 1996)

(12)

komoditi yang sesuai dengan waktu, tempat dan bentuk keinginan konsumen. Tugas lembaga pemasaran ini adalah menjalankan fungsi-fungsi pemasaran serta memenuhi keinginan konsumen semaksimal mungkin. konsumen memberikan balas jasa kepada lembaga pemasaran ini berupa margin pemasaran (Sudiyono, 2004)

Menurut kertasapoetra (2002) proses tata niaga mengandung beberapa fungsi yang harus ditanggung oleh pihak produsen dan lembaga-lembaga tata niaga ataumata rantai penyaluran produk-produknya. Seringkali fungsi-fungsi menimbulkan masalah – masalah yang harus dipecahkan baik dari pihak produsen yang bersangkutan maupun lembaga – lembaga yang merupakan mata rantai saluran produk – produk itu.

(13)

lembaga-lembaga yang merupakan mata rantai saluran produk-produknya itu (Kartasapoetra,1992).

Menurut Kohls and Joseph (1980), ada tiga tipe fungsi pemasaran, yaitu: A.Fungsi Pertukaran (Exchange Functions).

1. Pembelian (Buying) adalah memilih barang-barang yang dibeli untuk dijual dengan harga dan kualitas produk tertentu.

2. Penjualan (Selling) adalah sumber pendapatan yang diperlukan untuk menutup ongkos-ongkos dengan harapan mendapatkan laba.

B.Fungsi Fisis (Physical Functions)

1. Penyimpanan (Storage) adalah fungsi menyimpan baran-barang pada saat barang selesai diproduksi sampai pada saat barang dikonsumsi.

2. Pengangkutan (Transportation) adalah fungsi pemindahan barang dari tempat barang dihasilkan sampai ketempat barang dikonsumsi.

C.Fungsi Pelancar / Penyedia Sarana (Facilitating Functions)

1. Standarisasi (Standardization) adalah penentuan batas-batas dasar dalam bentuk spesifikasi barang-barang hasil manufuktur, disebut juga normalisasi. 2. Permodalan / Pembiayaan (Financing) adalah fungsi mendapatkan modal dari

sumber ekstren guna menyelenggarakan kegiatan pemasaran.

3. Penanggung Resiko (Risk-bearing) adalah fungsi menghindari dan mengurangi resiko yang berkaitan dengan pemasaran.

(14)

Biaya tataniaga terjadi sebagai konsekwensi logis dari pelaksanaan fungsi-fungsi tataniaga. Biaya tata niaga ini menjadi bagian tambahan harga pada barang-barang yang harus di tanggung oleh konsumen. Komponen biaya tata niaga terdiri dari semua jenis pengeluaran yag dikorbankan oelh setiap middleman dan lembaga tataniaga yang berperan secara langsung dan tidak langsung dalam proses perpindahan barang, dan keuntungan (profit margin) yang diambil oleh

middleman atas jasa modalnya (Gultom, 1996).

Menurut Daniel (2002) Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan oleh lembaga pemasaran (pedagang) dalam menyalurkan hasil pertanian dari produsen kepada konsumen. Lembaga pemasaran yan terlibat dalam proses bisa lebih dari satu. Bila produsen tersebut bertindak sebagai penjual produknya, maka biaya pemasaran bisa dieliminasi. Besarnya biaya pemasaran berbeda satu sama lainnnya,tergantung pada hal berikut.

a. Macam Komoditas yang dipasarkan

Adanya komoditas yang bobotnya besar, tetapi nilainya kecil sehingga membbutuhkan biaya tata niaga yang besar.

b. Lokasi atau daerah produsen

Bila lokasi produsen jauh dari pasar atau lokasi konsumen maka biaya transportasi menjadi besar pula.

c. Macam dan peranan lembaga tata niaga

Semakin banyak lembaga tataniaga yang terlihat semakin panjang pula rantai tataniaga dan semakin besar biaya tata niaganya.

(15)

a. Pasar yang tidak bekerja secara sempurna b. Lemahnya informasi pasar

c. Lemahnya posisi produsen untuk melakukan penawaran untuk medapatkan harga yang baik

d. Petani / produsen melakukan usahatani melakukan usaha taninya tidak didasarkan pada permintaan pasar.

Marketing margin memberikan ukuran secara terpisah menurut komponen biaya dari efesiensi penyelenggaraan fungsi-fungsi tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga. Pada umumnya suatu sistem tata niaga untuk sebagian sistem tata niaga untuk sebagian produk pertanian dapat dikatakan sudah efisien bila persentase margin (share margin) peani diatas 50% (Gultom, 1996)

Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima oleh produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses pemasaran tersebut. makin panjang pemasaran (semakin banyak lembaga tata niaga yang terlibat) maka semakin besar margin pemsarannya (Daniel, 2002).

Margin pemasaran adalah perbedaaan antar harga yang dibayarkan konsumen denganharga yang diterima petani. Margin pemasaran terdiri dari biaya-biaya untuk melakukam fungsi-fungsi pemasaran yang berbeda sehingga share margin yang diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda pula (sudiyono, 2004)

(16)

efisien akan terjadi jika biaya pemasaran semakin besar. Sedangkan tingkat efisiensi pemasaran akan berbeda pula jika :

a. Apabila harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran dapat lebih tinggi

b. Persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

c. Adanya kompetisi pasar yang sehat

Menurut Kotler dalam Daniel (2002) ada lima faktor yang menyebabkan mengapa pemasaran atau tata niaga itu penting.

a. Jumlah produk yang dijual menurun b. Pertumbuhan perusahaan juga menurun c. Terjadi perubahan yang diinginkan konsumen d. Kompetisi yang semakin tajam

e. Terlalu besarnya pengeluaran untuk penjualan

Menurut Hadikoesworo (1986) Beberapa masalah pemasaran atau tata niaga komoditi pertanian yang banyak ditemukan di negara-negara sedang berkembangan pada umumnya dan indonesia pada khususnya, anatar lain sebagai berikut:

a. Tidak tersedianya komoditi pertanian dalam jumlah kontiniu

(17)

c. Tidak efisiensinya para pelaku pasar dalam melakukan kegiatan pemasaran

d. Tidak memadai fasilitas misalnya sistem transfortasi, gudang, tempat komoditi pertanian dipasaran dan lain-lain

e. Lokasi produsen dan konsumen yang terpencar juga merupakan masalah karena menyulitkan dalam penyampaian barang dari produsen kepada konsumen

f. Kurang lengkapnya informasi pasar

g. Kurangnya pengetahuan terhadap pemasaran h. Kurangnya modal

i. Tidak memadai peraturan –peraturan yang ada.

Menurut Gultom (1996) Upaya-upaya perbaikan dalam sistem tata niaga dilakukan oleh semua pihak yang terkait. Upaya-upaya itu antara lain:

1. Produsen harus dapat memenuhi dengan baik saluran tata niaga yang ditempuh, juga tentang informnasi pasar pada saat produsen mempunyai hasil untuk dijual. Produsen juga harus dapat merencanakan produksi dengan pedoman kemungkinan pasaran hansilnya.

2. Lembaga tata niaga dapat melakukan integarasi sehingga biaya total tata niaga barang dapat dikurangi dan keuntungan lembaga tata niaga yang meakukan integrasi yang lebi besar.

(18)

4. Pemerintah, hal-hal yang dapat dilakukan yakni pengadaan pengawasan seperti mengeluarkan peturan-peraturan, perbaikan fasilitas tata niaga, da perbaikan alat-alat komunikasi.

Menurut Mubyarto (1985), yang di maksud adil dalam hal ini adalah pemberian balas jasa fungsi-fungsi tataniaga sesuai dengan masing-masing. Panjangnya saluran tataniaga membuat terdapatnya perbedaan antara margin tataniaga, share

margni, dan price spread. Dimana margin tataniaga adalah selisih anatar harga

yang dibayarkan oleh konsumen dengan harga yang diterima produsen. Margin ini akan diterima oleh lembaga tataniaga yang terlibat dalam proses tataniaga.

Daniel (2002), menyatakan bahwa makin panjang tataniaga maka makin besar margin tataniaga. Secara teoritis, dapat dikatan maka semakin pendek ranta tataniaga hasil pertanian, maka :

1. Biaya tataniaga semakin rendah 2. Margin tataniaga semakin rendah

3. Harga yang harus dibayarkan konsumen semakin rendah 4. Harga yang diterima produsen semakin tinggi

Soerkartawi (2002), menyatakan bahwa share margin (Sm) adalah persentase price spread terhadap harga beli konsumen.

Sm =

𝑷𝑷𝑷𝑷

𝑷𝑷𝑷𝑷

×100

%

Menurut Mubyarto (1994), sistem taaniaga dianggap efisien apabila memenuhi dua syarat :

(19)

2. Mampu mengadakan dengan biaya semurah – muarahnya. Pembagian yang adil dari keseluruhan harga yang di bayar konsumen terakhir kepada konsumen terakhir kepada semua pihak yang ikut serta didalam kegiatan produksi dan tataniaga barang itu.

Menurut Sihombing (2010), penentuan efisiensi dapat juga dilihat dengan memperbandingkan antara besarnya keuntungan (Profit) petani produsen dan seluruh Middleman yang terlibat dengan seluruh ongkos tata niaga yang dikeluarkan oleh Middleman dan biaya produksi serta ongkos pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen. Metode ini di dekati dengan model :

E =

𝑱𝑱𝑱𝑱+𝑱𝑱𝑱𝑱

𝑶𝑶𝑶𝑶+𝑶𝑶𝑱𝑱

Keterangan: E = Efisiensi

Ji = Keuntungan lembaga tata niaga Jp = Keuntungan Produsen

Ot = Ongkos tata niaga

Op = Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh petani produsen Dimana jika:

E>1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien E<1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

(20)

tinggi, tersedianya fasilitas fisik pemasaran dan adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi,2002).

2.3 Kerangka Pemikiran

Tataniaga merupakan kegitan yang sangat penting dalam pembangunan pertanian, karena dalam tata niaga akan terjadi perpindahan barang atau komoditi dari produsen kepada konsumen, dimana konsumen akan membayarkan sejumlah harga atau uang sebagai balas jasa atas barang yang telah diperolehnya. Aliran barang atau komoditi ini terjadi karena adanya lembaga tata niaga atau saluran tata niaga yang akan melakukan fungsi tata niaga

Dalam mekanisasi tata niaga atau pemasaran ini melibatkan beberapa pihak yang meliputi produsen, agen, pedagang pengumpul, pedagang pengecer, konsumen. Dalam hal ini produsen adalah petani sawi dan konsumen adalah masyarakat yang mengkonsumsi sayur sawi.

Tiap lembaga tata niaga melakukan fungsi-fungsi tata niaga. Fungsi-fungsi tata niaga yang dilakukan antara lain fungsi pertukaran yaitu fungsi penjualan dan pembelian, fungsi fisis yaitu penyimpanan dan pengangkutan, fungsi pelancar yaitu standarisasi, pembiayaan, penanggung resiko dan informasi pasar. Setiap pedagang (middleman) melakukan fungsi-fungsi tata niaga tersebut maka akan dikeluarkan biaya yang disebut dengan biaya pemasaran. Disamping itu pedagang juga memperoleh balas jasa yang disebut dengan keuntungan.

(21)

organik ini, maka lembaga tata niaga mengambil keuntungan (profil). Harga jual sawi berbeda-beda untuk setiap masing-masing lembaga tata niaga berbeda-beda. Dari harga penjualan dapat diketahui margin tata niaga yang merupakan selisih antara harga eceran dan harga tingkat produsen. Kemudian dapat diketahui sebaran harga (price spread) dengan mengelompokkan harga beli, harga jual, biaya pemasaran dankeuntungan yang diperoleh lembaga tata niaga. Datri sebaran harga (price spread) dapat dihitung persentase margin (share margin) yaitu harga barang diterima oleh setiap lembaga tata niaga terhadap harga beli konsumen dalam bentuk persen (%)

Biaya tata niaga akan menetukan harga yang diterima oleh setiap lembaga. Biaya tata niaga diukur dengan sebaran harga (price spread) dan persentase margi (share

margin ). Besarnya biaya tata niaga dibandingkan dengan nilai produk yang

dipasarkan akan menunjukkan tingkst efesiensi tata niaga sawi. Semakin panjang rantai tata niaga, biaya yang dikeluarkan jugaakan semakin lebih besar, mak sistem tata niaga akan semakin tidak efisien. Sebaliknya rantai tata niaga yang semakin pendek, tidak membutuhkan biaya tata niaga yang besar, dalam keadaan seperti ini sistem tata niaga aka lebih efisien

(22)
(23)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Ket : Menjual ke Ada Hubungan

Fungsi- Fungsi Tata Niaga : 1. Fungsi Pertukaran

a. Penjualan b. Pembelian

2. Fungsi Fisis a. Pengepakan b. Pengangkutan

Produsen Perantara Konsumen

Biaya Keuntungan

Harga

Efisiensi Price Spread

(24)

2.4 Hipotesis penelitian

Sesuai dengan landasan teori diatas dan untuk mengarahkan penelitian ini pada fokus yang ingin dicapai maka dirumuskan beberapa hipotesis sebagai berikut :

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana proses pembelajaran menulis Paragraf Narasi Bahasa Jerman dengan menggunakan Metode Experiental Learning siswa kelas XI SMAN

Kendala umum yang menyebabkan produksi kentang di Indonesia masih rendah adalah karena petani masih menggunakan teknik budidaya konvensional (sederhana) dan masih

Title Sub Title Author Publisher Publication year Jtitle Abstract Notes Genre URL.. Powered by

Seorang perawat tidak mengkomunikasikan kepada ahli gizi tentang obat- obatan yang digunakan pasien sehingga dapat terjadi pemilihan makanan oleh ahli gizi yang bisa

Setiap tanggal 22-30 setiap bulannya, Komisi Tugas Akhir akan menentukan usulan judul skripsi yang diterima beserta nama dosen pembimbing utama, kedua dan (dosen penguji menjelang

Mahasiswa tersebut di atas diwajibkan untuk melaksanakan penelitian dan penyusunan tesis dengan penuh tanggungjawab, dan memenuhi ketentuan Pedoman Bimbingan

Model penelitian pengembangan bahan ajar berbasis kontekstual materi komitmen dan kontijensi sebagai acuan dalam penelitian ini yaitu menurut Thiagarajan 4D terdiri empat

Tari tradisional sering digunakan sebagai acara pembuka pada suatu kegiatan ( event ). Hal tersebut termasuk salah satu upaya pelestarian budaya. Namun sangat disayangkan