11 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Strategi Peningkatan Mutu Pendidikan
Dalam mempertahankan dan meningkatkan
kualitas suatu lembaga pendidikan perlu
merencanakan strategi. Rangkuti, 2009; Sagala, 2011, menjelaskan bahwa strategi merupakan
sebuah rencana yang komprehensif
mengintegrasikan segala resources dan capabilities
yang mempunyai tujuan jangka panjang untuk
memenangkan kompetisi. Strategi sekolah
menjelaskan metode dan pendekatan yang
digunakan untuk mencapai tujuan strategisnya. Strategi merupakan respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi.
12
lembaga pendidikan pada keberhasilan mencapai tujuannya dan tetap memiliki keunggulan yang kompetitif.
Secara umum, mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh dari barang atau jasa
yang menunjukkan kemampuannya dalam
13
tingkat kesiapan input makin tinggi pula mutu tersebut.
Menurut Hanik (2011; 37) menyebutkan bahwa konsep mutu harus diperluas. Mutu tidak hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi–spesifikasi tertentu, melainkan mutu tersebut ditentukan oleh pelanggan.
Proses pendidikan merupakan berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Dalam pendidikan berskala mikro (sekolah), proses yang dimaksud adalah proses pengambilan keputusan, proses pengelolaan program, proses pembelajaran dan proses monitoring dan evaluasi. Proses dikatakan bermutu tinggi apabila pengkoordinasian dan penyerasian input dilakukan secara harmonis
sehingga menciptakan pembelajaran yang
14
menunjukkan pencapaian yang tinggi dalam prestasi akademik dan prestasi non akademik.
Program peningkatan mutu pendidikan
seyogyanya berorientasi pada kebutuhan dan harapan pelanggan, sehingga layanan pendidikan
haruslah memperhatikan masing–masing
pelanggan. Kepuasan dan kebanggaan pelanggan harus menjadi acuan bagi program peningkatan
mutu layanan pendidikan. Sebagai contoh
implementasi prinsip–prinsip pencapaian mutu Edward Deming yang dapat diaplikasikan pada lembaga pendidikan. Uraian tentang prinsip–prinsip tersebut adalah sebagai berikut: (Sallis; 2002)
(1) Untuk menjadi sekolah bermutu perlu kesadaran, niat dan usaha yang sungguh– sungguh dari segenap unsur di dalamnya. Pengakuan orang lain (siswa, sejawat, masyarakat) bahwa sekolah kita adalah bermutu harus diraih.
(2) Sekolah yang bermutu secara keseluruhan memberikan kepuasan kepada pelanggannya, artinya harapan dan kebutuhan pelanggan terpenuhi dengan jasa yang diberikan sekolah.
Kebutuhan pelanggan meliputi
15
teratur dan lancar, guru – gurunya produktif, berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dan lulusannya berprestasi cemerlang.
(3) Dalam lingkungan sekolah tumbuh dan berkembang kerjasama yang baik antar sesama unsur didalamnya untuk mencapai mutu yang ditetapkan.
(4) Pimpinan yang mampu memotivasi, mengarahkan, mempermudah serta mempercepat proses perbaikan mutu. Tugas pemimpin adalah memberdayakan orang– orang yang dipimpinnya, sehingga dapat melaksanakan pekerjaannya lebih baik.
(5) Karya sekolah dalam pengajaran, penelitian, pengabdian, administrasi selalu berorientasi pada mutu. Setiap unsur yang ada didalamnya berkomitmen pada mutu sehingga karya yang tidak bermutu dihindari.
(6) Upaya perbaikan mutu sekolah adalah secara berkelanjutan. Standar mutu sebelumnya selalu dievaluasi dan terus diperbaiki sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
(7) Pekerjaan di sekolah jangan dianggap sebagai pekerjaan yang rutin yang sama dari waktu ke waktu. Setiap kegiatan harus direncanakan, dilaksanakan, dievaluasi dan dibandingkan dengan standar yang ditetapkan. Ciptakan kondisi belajar sambil bekerja dan terprogram belajar materi, metode, prosedur.
(8) Prosedur kerja sekolah perlu ditinjau apakah hasilnya sesuai target atau tidak.
16
Pendidik dan tenaga kependidikan sama pentingnya.
(10) Tradisikan pertemuan antar guru dan siswa untuk mereview PBM dalam rangka memperbaiki mutu pembelajaran. Pertemuan dengan orang tua siswa, masyarakat, alumni, Pemda oleh sekolah. Singkatnya, semua unsur yang berkepentingan dengan sekolah dapat berpartisipasi mengembangkan sekolah.
Mutu pendidikan merupakan akumulasi dari semua mutu jasa pelayanan yang ada di lembaga pendidikan yang diterima oleh para pelanggannya. Layanan pendidikan adalah suatu proses yang panjang, kegiatan yang satu dipengaruhi oleh kegiatan yang lainnya. Bila semua kegiatan dilakukan dengan baik, maka hasil akhir layanan pendidikan akan mencapai hasil yang baik.
2.2 Pendidikan Tinggi
17
Perguruan tinggi merupakan lembaga penyedia jasa layanan masyarakat di bidang pendidikan. Jasa layanan tersebut sering dinyatakan kepada
masyarakat untuk diterima dan didukung.
Kelangsungan hidup perguruan tinggi tidak bisa
lepas dari masyarakat pendukung maupun
masyarakat yang berkepentingan dengannya. Masyarakatlah yang memberi masukan sumber
daya dan dana yang diperlukan bagi
penyelenggaraannya, dan masyarakat pula yang nantinya akan menerima dan memanfaatkan hasil pelayanan yang diberikan oleh perguruan tinggi. Oleh karena itu diperlukan penjaminan mutu perguruan tinggi agar tuntutan masyarakat dan kebutuhannya dapat terpenuhi.
18
mutu Pendidikan Tinggi untuk mendapatkan pendidikan bermutu. Adapun penyelenggaraan sistem penjaminan mutu Pendidikan Tinggi menurut UU RI No. 12 tahun 2012 adalah sebagai berikut:
2.2.1 Sistem Penjaminan Mutu
Penjaminan mutu Pendidikan Tinggi
merupakan kegiatan sistemik untuk
meningkatkan mutu Pendidikan Tinggi secara berencana dan berkelanjutan. Penjaminan mutu dilaksanakan melalui penetapan, pelaksanaan, evaluasi, pengendalian, dan peningkatan standar Pendidikan Tinggi.
Undang–undang Republik Indonesia No. 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi pada
pasal 53 menyebutkan bahwa sistem
penjaminan mutu Pendidikan Tinggi terdiri atas
sistem penjaminan mutu internal yang
19 2.2.2 Pelaksanaan Tridharma
Perguruan Tinggi memiliki 3 kewajiban untuk menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, yang selanjutnya disebut sebagai Tridharma Perguruan Tinggi.
Ruang lingkup, kedalaman, dan kombinasi pelaksanaan Tridharma dilakukan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan setiap jenis dan program Pendidikan Tinggi.
2.3 Analisis Balanced Scorecard (BSC) 2.3.1 Konsep Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan pendekatan terhadap strategi manajemen yang konsepnya pertama kali dikembangkan oleh Kaplan dan Norton pada awal tahun 1990. Balanced Scorecard
berasal dari dua kata yaitu yang pertama balanced
(berimbang) yang berarti keseimbangan antara
performance keuangan dan non–keuangan,
20
digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang di masa depan.
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen strategik. Menurut Kaplan dan Norton (1996), BSC memiliki empat perspektif, yaitu :
a. Perspektif Financial. BSC dibangun dari studi pengukuran kinerja sektor bisnis, sehingga yang dimaksud dengan perspektif financial adalah terkait dengan financial sustainability. Perspektif ini digunakan dalam melakukan penilaian kinerja organisasi.
b. Perspektif Customer adalah perspektif yang berorientasi pada pelanggan karena merekalah pemakai produk dan jasa yang dihasilkan oleh organisasi.
c. Perspektif Internal Business Process adalah serangkaian aktifitas yang ada dalam organisasi untuk menciptakan produk dan jasa dalam rangka memenuhi harapan pelanggan.
d. Perspektif Learning and Growth menggambarkan
kemampuan organisasi untuk melakukan
perbaikan dan perubahan dengan
21
Keempat perspektif tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 2.1
Kerangka kerja Balanced Skorecard
2.3 Keunggulan Balanced Scorecard
Keunggulan Balanced Scorecard menurut Luis dan Biromo (2007) adalah sebagai berikut :
1. BSC dapat berfungsi sebagai alat untuk mengkomunikasikan strategi diantara para
stakeholders dari suatu perusahaan. Dengan menggunakan BSC, para stakeholders dapat melakukan review terhadap strategi dan pencapaiannya dengan bahasa yang sama.
2. BSC memungkinkan organisasi untuk
memetakan semua faktor utama yang ada dalam organisasi tersebut, baik berbentuk
22
3. BSC dapat mengkaitkan strategi dengan kinerja organisasi. Hal ini dapat dipantau
dengan menggunakan Key Performance
Indicators. Tegasnya adalah BSC tidak hanya
mampu membantu organisasi dalam
menyusun strategi, tetapi juga memonitor pencapaian strategi tersebut.
4. BSC memiliki konsep sebab akibat. Dengan demikian para pelaku strategi mendapat gambaran dan menjadi jelas bahwa bila strategi yang berada dalam tanggung jawab mereka dapat tercapai dengan sukses, hal tersebut membuahkan hasil tertentu dan akan terkait dengan strategi lainnya. Sebaliknya bila tidak tercapai, hal itu pada gilirannya akan mempengaruhi pencapaian strategi lainnya.
5. BSC dapat membantu proses penyusunan anggaran. Pada saat penyusunan anggaran
tahunan, suatu organisasi dapat
menggunakan BSC sebagai titik tolak. Dari BSC kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan oleh organisasi guna mencapai target–targetnya, yang meliputi berbagai aktivitas sehari–hari sampai dengan proyek–proyek khusus. Kemudian bagi kegiatan–kegiatan itu dapat dihitung keperluan dananya dan dimasukkan ke dalam anggaran.
2.4 Penelitian Yang Relevan
23
diantaranya adalah Lestari dengan penelitian berjudul “Analisis Penilaian Kinerja Lembaga
Pendidikan Tinggi Dengan Metode Balanced
Scorecard : Penerapannya Dalam Sistem Manajemen Strategi (Studi Kasus Pada Universitas Brawijaya Malang)”. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa penerjemahan strategi Universitas Brawijaya menghasilkan sasaran strategis pada keempat perspektif Balanced Scorecard. Hasil perancangan dan pengukuran diperoleh berbagai rumusan
Balanced Scorecard Universitas Brawijaya yang mencakup tujuan, ukuran, sasaran dan inisiatif strategis yang dapat dipergunakan sebagai ukuran peningkatan kinerja.
Penelitian yang sejenis juga dilakukan oleh Wijaya,dengan judul “Model Balanced Scorecard
24
dilaksanakannya dapat memberikan hasil–hasil pendidikannya sesuai dengan yang diharapkannya. Dipandang dari perspektif pembelajaran dan
pertumbuhan, sekolah dapat terus menerus
meningkatkan dan menciptakan nilai untuk
masyarakat serta pihak–pihak lain yang
berkepentingan.
2.5 Kerangka Berpikir
Peningkatan mutu pendidikan sangatlah penting dan dibutuhkan setiap sekolah, tak terkecuali Sekolah Tinggi Teologia Abdiel yang bertempat di Jalan Diponegoro 233 Ungaran. Salah satu alat ukur mutu pendidikan adalah dengan diadakannya penilaian melalui akreditasi. Pada pelaksanaan Akreditasi tahun 2012 STT Abdiel memperoleh peringkat C. Oleh karena itu diperlukan strategi peningkatan mutu agar pada akreditasi mendatang STT Abdiel memperoleh peringkat B.
25
alat penelitian. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan fokus penelitian pada strategi peningkatan mutu STT Abdiel. Observasi, wawancara, studi dokumentasi dan FGD merupakan metode yang digunakan penulis dalam mengumpulkan data yang diperlukan.
26
Perolehan peringkat C pada akreditasi 2012
Strategi peningkatan mutu Perspektif keuangan
Perspektif Pelanggan
Analisis Balanced Score Card
Proses Bisnis Internal Hasil Analisis Inovasi dan Perbaikan
Gambar 2.2