SOFT SKILL DAN HARD SKILL APA ITU SOFT SKILL :
karakter yang melekat pada diri seseorang dan sudah dibangun sejak kecil (didikan lingkungan dan keluarga).
- kemampuan yang tidak terlihat
- kemampuan interpersonal diri pribadi seseorang diluar kemampuan
akademiknya (kecerdasan emosi, semangat, ambisi, empati, dll). Interpersonal skill ini meliputi : manajemen waktu, punya goal setting dan tujuan hidup yang jelas, kemampuan komunikasi, kemampuan sosialisasi (berhubungan dengan orang lain), kepeminpinan, kemampuan berbicara di depan publik/khalayak ramai, dlsb.
Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Tetapi, soft skills bukan sesuatu yang stagnan. Soft skill hanya bisa ditularkan, bukan diajarkan.
Cara meningkatkan soft skills adalah sebagai berikut :
- learning by doing. Soft skill bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan pengalaman dalam dunia kerja/berorganisasi.
- Berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain. - Mengikuti pelatihan-pelatihan / seminar tentang manajemen.
APA PERBEDAAN SOFT SKILL DAN HARD SKILL :
Soft skill adalah istilah sosiologis yang mengacu pada sekelompok karakter kepribadian, rahmat sosial, fasilitas dengan bahasa, kebiasaan pribadi,
keramahan, dan optimisme bahwa orang tanda untuk berbagai tingkat. Soft skill melengkapi hard skill, yang merupakan persyaratan teknis pekerjaan.
Sementara untuk pengertian hard skill atau sebagai orang menyebutnya hard competence sebagai berikut :
Kompetensi keras merujuk pada pekerjaan spesifik kemampuan, dan relevansi akan tentang pengetahuan khusus yang berhubungan dengan "up to date" sistem.
orang lain, Kemampuan memotivasi diri, Kemampuan mengendalikan diri/ mengelola emosi pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain (Daniel Goleman). Ada lima kecedasan emosial yang dibutuhkan didunia kerja sekarang ini, yaitu :
1. Kesadaran Emosional , yang meliputi kedewasaan emosi dalam pengambilan keputusan yang win-win solution.
2. Pengelolaan Emosional (pengedalian diri) yang meliputi kemampuan kepekaan, sabar dan tabah dalam menjalankan tugas.
3. Motiovasi Diri, yang meliputi kemampuan berpikir positif, ulet dan pantang menyerah
4. Empati pada Sesama ; yang meliputi kemampuan memahami, merasakan, peduli, hangat, akrab dan kekeluargaan
5. Ketrampilan Sosial , yang meliputi kemampuan bermusyawarah, bekerjasama, kepentingan umum/tim)
Di sisi lain secara teori, di dalam dunia kerja, ada 3 (tiga) unsur utama yang harus dipenuhi agar seseorang dikatakan memiliki kompetensi yang meliputi kompetensi knowledge atau cognitive domain, skill atau psychomotor domain, serta attitude atau affective domain.(Jayagopan Ramasamy, Malaysia 2006). Dalam teori tersebut dikatakan bahwa kompetensi tersebut harus bisa diukur (measurable), dinilai, ditunjukkan (demonstrable) dan diamati (observable) melalui perilaku pada saat melaksanakan tugas. Sasaran akhir dari kompetensi adalah perilaku yang diharapkan (desired behaviour) dan perlu ditunjukkan dalam melaksanakan tugas.
Sumber : http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/edisi-122-februari-2011/366-kebutuhan-soft-skill-di-dunia-kerja
Soft skill adalah Ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain (INTERPERSONAL SKILLS) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri (INTRA-PERSONAL SKILLS) yang mampu mengembangkan unjuk kerja secara maksimal.
Beda Soft Skill dan Hard Skill
Hard skill adalah kemampuan yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate . Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar
Contoh soft skill antara lain: kemampuan beradaptasi, komunikasi, macam-macam softskill :
hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.
1. sebagai atribut kualitas jasa 2. dapat bersifat mandiri
3. softskill dapat membangun karakter 4. membangun kepribadian yang berkualitas 5. menumbuhkan rasa percaya diri
6. dapat bersosialisai dalam team
7. menumbuhkan kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian kita 8. juga dapat membentuk jiwa yang kritis di dalam diri kita
DEFINISI SOFTSKILL Latar belakang
Softskill adalah istilah dalam EQ seseorang yang dapat di kategorikan kedalam kekhidupan sosial komunikasi, dan kebiasaan, softskill merupakan keterampilan seseorang yang berhubungan dengan bidang ilmunya, yang melatari adanya softskill adalah karena setiap orang memiliki bakat yang dimana bakat tersebut nantinya akan mempengarusi segi psikologi dari orang tersebut dalam
kehidupannya.
Softskills adalah sebuah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional
Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi.
Softskill menurut beberapa ahli
Menurut : http://hiddengrazz.blogspot.com/2010/09/pengertian-softskill-penjelasannya.html
Yang dimaksud softskill personal adalah kemampuan yang di manfaatkan untuk
mendefinisikan soft skill sebagai “personal and interpersonal behaviour that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative).” merupakan tingkah laku personal dan
interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan
keputusan lainnya. Keterampilan lunak ini merupakan modal dasar peserta didik untuk berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing.
Menurut Kamus wikipedia (2009) mendifinisikan soft skill sebagai : “sociological term relating to person’s emotional quotient, the cluster of personality traits, social graces, communication, language, personal habits, friendliness, and optimism that characterized reletionships with other people.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah perilaku individu yang tidak terlihat wujudnya dan bersifat personal maupun interpersonal yang dapat berkembang dan meningkatkan kualitas diri seseorang.
Menurut : http://panduzone.blogspot.com/2012/03/arti-pentingnya-soft-skill-dalam_04.html
pengendalian diri, manajemen sumber daya, pro aktif). Sedangkan keterampilan inter personal mencakup kesadaran sosial (kesadaran politik, memanfaatkan keragaman, berorientasi pelayanan) dan keterampilan sosial (kepemimpinan, pengaruh, komunikasi, kooperatif, kerja sama tim, dan sinergi). Soft skill
mumpuni mutlak harus dimiliki oleh manusia sebagai modal untuk mengarungi antara hard skill dan soft skill untuk semua posisi karyawan. Pendekatan hard skill dianggap sudah tidak efektif, percuma saja jika hard skill baik tapi soft skill nya buruk. Perusahaan akan lebih memilih calon karyawan yang memiliki kepribadian dan karakter lebih baik walaupun tidak ditunjang hard skill yang mumpuni. Alasannya jelas, karena melatih keterampilan teknis jauh lebih mudah daripada pembentukan karakter seseorang. Dengan kata lain, hard skill merupakan faktor penting bagi manusia dalam bekerja, tetapi keberhasilan seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skill yang lebih baik.
Perlu untuk diketahui bahwa soft skill bukanlah sesuatu yang stagnan.
Keterampilan ini dapat diasah dan ditingkatkan seiring dengan bertambahnya pengalaman seseorang. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk
meningkatkan soft skill, yang paling terkenal adalah learning by doing.
Mengikuti berbagai pelatihan dan seminar juga dapat meningkatkan soft skill. Namun, diluar itu semua, ada satu cara yang paling ampuh untuk meningkatkan soft skill yaitu dengan lebih sering berinteraksi dan beraktifitas dengan orang lain. Mengingat pentingnya soft skill dalam kehidupan kita, maka marilah kita tingkatkan soft skill demi kehidupan yang lebih baik.
SOFTSKILL MENURUT SAYA…..
: http://hiddengrazz.blogspot.com/2010/09/pengertian-softskill-penjelasannya.html
: http://panduzone.blogspot.com/2012/03/arti-pentingnya-soft-skill-dalam_04.html
Kompetensi Soft Skill Guru
Posted on Mei 12, 2012 by Ka Robby
Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis (Hard Skill), yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal. Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori:
intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self control, trust, worthiness,
time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill
(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi,
mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lahirnya UU dan PP tersebut, pada
nilai-nilai positif ke dan di dalam diri siswa tidak bisa digantikan oleh media dua, yaitu hard competence dan soft competence. Yang termasuk hard
competence adalah kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. bertugas mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), sedangkan dalam mendidik guru bertanggung jawab mentransfer nilai (transfer of value).
Apabila menghendaki siswa memiliki karakter positif harus dimulai dari guru yang juga memiliki karakter positif. Soft skills guru bukan mitos.[]
[1] Dr. Abdul Abdul Munip, M.Ag, Reinveting Nilai-Nilai Islam Mengenai Peranan Guru Dalam Pendidikan Karakter, Available at:
http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru-Dalam-Pendidikan-Karakter. Diakses 4 November 2011.
[2] Ali Mudlofir (2011), Modul Pengembangan Soft Skills Guru PAI, Materi Peningkatan Guru Pendidikan Agama Islam, Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, hlm. 8.
TINGKAT KOMPENTENSI SOFT SKILLS GURU
TINGKAT KOMPENTENSI SOFT SKILLS GURU (Studi pada SMK TI YPPN KEDIRI )
Endang Solichin
ABSTRAK
Keberhasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh soft skills selain hard skills yang dimilikinya. Transformasi soft skills
bersifat penularan bukan
diajarkan, karenanya guru yang akan mentransformasikan harus memiliki terdelebih dahulu sebelum menularkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kompetensi soft
skills
guru-guru dan untuk mengetahui faktor soft skills yang kuat serta yang lemah yang dimiliki para guru . Kuesioner dibagikan kepada guru-guru, kuesioner dirancang
dalam bentuk
skala Likert dengan lima pilihan, kemudian dianalisis dengan metode diskriptif, menggunakan piranti lunak SPSS 13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor soft skill guru-guru
adalah sebesar
yang paling rendah adalah anggapan bahwa struktur organisasi sebagai satu halangan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, kemudian kesiapan untuk kehilangan semua
kekayaan bila usaha gagal.
.
Kata Kunci : kompetensi, soft skills
THE COMPETENCE LEVEL OF TEACHER SOFT SKILL (Study at SMK TI YPPN KEDIRI)
Endang Solichin
abstract
Somebody success more many determined by soft skills besides hard skills . Transformation soft skills has infection is not taught, hence teacher that transformator must has formerly
before infection student .
The reserach aims to study competence level soft skills teachers and to detect factor soft skills strong and weak that
has teachers .
Quesioner distributed to teachers , quesioner designed in the form of scale Likert with five choices, then analyzed with descriptive method use soft ware SPSS 13. The research result shows that score soft skill s teachers is 80,21. element soft skills highest are courage admits mistake and get advice from another person, next will always look for manner better to do a job. while element soft skills lowest are the opinion that organization chart as one hindrance to achieve desirable target, then immediacy to lose all when does effort fail.
.
I. PENDHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH
Pada waktu yang lalu penguasaan faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, alam dan modal yang sering disebut keunggulan komparatif (Comparative advantage ) merupakan tameng dan sekaligus senjata untuk memenangkan persaingan. Namun sekarang ini Comparative advantage bukan lagi basis yang cukup kuat untuk memenangkan persaingan. Globalisasi telah mengubah segala sesuatu yang membatasi sehingga akan dengan mudah memperoleh sumberdaya yang diinginkan kapan dan dimanapun sumberdaya itu tersedia. Dalam perkembangan kini dan selanjutnya untuk memenangkan persaingan pada kompetisi global harus memiliki keungguan bersaing ( Competetive advantage )
dibanding pesaingnya.
Keunggulan bersaing adalah suatu posis i unik yang dikembangkan suatu organisasi sebagai upaya untuk mengalahkan pesaing. Suatu organisasi perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing bila memiliki ciri kompetensi khusus. Sejalan dengan perkembangan tersebut maka ada perubahan paradigma peran sumberdaya manusia yang memiliki peran strategis, artinya sumberdaya manusia memiliki kontribusi dalam menentukan masa depan organisasi melalui orientasi fungsional pada pengembangan kreativitas, fleksibilitas, manajemen proaktif dan daya inovasi. Sementara itu dibidang pendidikanpun telah terjadi perubahan paradigma dari old industrial education menjadi new entrepreneurial education yang lebih menekankan pada kemampuan untuk berkreativitas dan berinovasi, kreativitas berkenaan dengan kemampua n untuk berpikir sesuatu yang baru (thinking something new ) sedangkan inovasi berkenaan dengan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang baru ( doing
something new ).
menekankan kepada kemampuan hard skills yang diajarkan
kepada anak didik secara terstruktur
sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, sementara
kemampuan yang
bersifat soft skills tidak begitu nampak dalam kurikulum dan lebih bersifat hidden curriculum, seperti dikatakan Illah Sailah (2007), ba hwa pendidikan di Indonesia muatan soft skillsnya hanya 10 % sedangkan Hard skillsnya 90 % . Padahal menurut peneliatian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata -mata oleh pengetahuan dan kemampuan tekn is (hard skills) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain( soft skills), Penelitian ini mengungkapka n, kesusksesan hanya ditentukan sekitar 20 % oleh hard skills dan
sisanya 80 % oleh soft skills
Hampir semua perusahaan dewasa ini me nsyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skills dan soft skills, apapun posisi karyawannya, bahkan dikalangan para praktisi sumberdaya manusia pendekatan hard skills saja kini sudah ditinggalkan, hal tersebut bisa dilihat pada iklan -iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan so ft skills, seperti team work, kemampuan komunikasi dan interpersonal relationship , hal tersebut menunjukkan bahwa hard skills merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseor ang dalam bekerja biasanya ditentukan oleh soft skillsnya yang baik, bahkan psikolog kawakan David McClelland berani mengatakan bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan
kemampuan mem pengaruhi orang lain
guru sebagai subyek harus memiliki dulu, artinya dirinya terlebih dahulu harus memiliki kompetensi dibidang soft skills
secara melekat dengan perilakunya.
Guru sebagai pembina adalah orang yang harus memiliki
terlebih dahulu
kemampuan soft skills tersebut, yang kemudian ditularkan kepada anak didiknya melalui interaksi perilaku dengan anak didik.
Sekolah kejuruan lebih diarahkan kedunia kerja, baik menjadi pekerja
maupun bekerja disektor informal atau wirausaha sehingga bagi mereka ketrampilan soft skils merupakan hal mutlak untuk dimiliki dan karena itulah maka dipandang sangat perlu dan mendesak untuk memahami tingkat kompetensi soft skills dari para guru di Sekolah Menengh Kejuruan Teknologi Informasi (SMK TI) Yayasan Penidikan Pelita Nus antara Kediri
1.2. PERUMUSAN MASALAH
Permasalahan utama yang hendak diteliti adalah bagaimana tingkat kompetensi soft skills guru-guru SMK TI Yayasan Penidikan Pelita Nusantara Kediri serta faktor kompetensi soft skills yang kuat dan yang lemah yang dimilki oleh para guru yang mengajar di SMK TI Yayasan Penidikan Pelita Nusantara Kediri
1.3. TUJUAN PENELITIAN
1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi soft skills guru-guru SMK TI Yayasan Pendidikan Pelita Nusantara Kediri 2. Untuk mengetahui unsur soft skills yang kuat serta yang
lemah yang
II. LANDASAN TEORI
Paradigma pendidikan yang berubah dari old industrial Education menjadi New Entrepreneurial Education terutama pada Sekolah Kejuruan yang lebih mengarahkan anak didiknya untuk disiapkan menjadi lulusan yang siap memasuki dunia usaha atau melakukan usaha mandiri disektor informal dan sektor formal, maka lulusan tersebut untuk bisa bersaing harus
memiliki kompetensi.
Kompetensi menurut Spencer (1993) dalam Taliziduhu Ndraha(1999)
sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan
efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya, ada lima karakeristik
kompetensi, yaitu :
1. Motives adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten
berfikir sehingga ia melakukan tindakan
2. Traits adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu misalnya rasa percaya diri, kontrol diri, stress
resistance atau ketabahan
3. Self concept adalah sikap dan nil ai-nilai yang dimiliki seseorang
4. Knowlwdge adalah informasi yang dimilki seseorang untuk
bidang tertentu
tertentu baik secara fisik maupun mental Kompetensi Knowlwdge dan skill cenderung lebih nyata
( visible) yang relatif
berada dipermukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki manusia, sedangkan self concept (konsep diri), traits (watak/sifat) dan motif lebih tersembunyi (hidden), dalam (deeper) dan berada pada titik sentral kepribadian seseor ang (Spencer, 1993 dalam Taliziduhu Ndraha1999) Model pendidikan kejuruan harus bisa memadukan kompetensi hard skills dan kompetensi soft skills untuk bisa mencetak
lulusan yang memiliki entrepreneurial skills,
Untuk mencetak lulusan yang memiliki kompete nsi entrepreneurial skills yang memiliki daya imajinasi, kreativitas dan perilaku yang inovatif, ada dua komponen penting yaitu kompetensi hard skills yang merupakan kompetensi technical skills dan English skills yang dibentuk melalui proses belajar mengajar berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan. Sedangkan kompetensi soft skills dibangun melalui hidden curriculum atau melalui proses penularan perilaku dari fasilitator/guru kepada anak didiknya. Kompetensi soft skills atau people skills itu meliputi intrapersonal skills dan interpersonal skills . Menurut Illah Sailah (2008) intrapersonal skills merupakan ketrampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri dengan indikatornya antara lain : transforming character, transforming beliefs, change managemen t, stress
management, time management, creative thinking processes,
goal setting &
life purpose dan accelerated learning techniquies.
Menuruit Illah Sailah (2007), intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai
Interpersonal skills menurut Ilah Sailah (2007) adalah ketrampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain, dengan indikatornya antara lain : communication skills, relationship building, motivation skills, leadership skills, self-marketing skills, presentatation skills,
public speaking skills
Pengembangan soft skills di sekolah dapat dikembangkan oleh para guru melalui proses pembelajaran dan juga kegiatan kesiswaan dalam kegiatan extra kurikuler. Hal yang terpenti ng dari soft skills bukanlah hafalan melainkan dipraktekkkan oleh individu yang belajar atau yang ingin mengembangkannya.
Pada saat siswa ingin mengembangkan minat dan bakatnya didalam bidang olah raga umpamanya, seringkalai pembimbing kegiatan olah raga senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan dilakukan oleh siswa, tidak sedikit yang tidak mengindahkan bahwa pada saat menjadi pembina olah raga, maka soft skills yang perlu dikembangkan adalah sportifitas, keberanian untu k kalah, keberanian untuk menang dan semangat juang yang membara. Seringkali hard skillsnya dalam teknik shooting basket ball atau menendang dan bertahan dalam sepak bola yang selalu menjadi pusat perhatian guru/pembina, namun ketika menerima kekalahan, bu kan introspeksi diri yang pertama dilakukan, tetapi mungkin malah menyalahkan cara kerja wasit
atau kecurangan yang dilakukan lawan.
Pengembangan soft skills dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan belajar tatap muka di dalam kelas
maup un praktek
dilaboratorium atau lapangan dan hal ini memerlukan
kreativitas dan inovasi
III. METODE PENELITIAN 1. Penelitian ini merupakan j enis penelitian eksploratif yang bertujuan untuk mengumpulkan informas i sebanyak-banyaknya guna mendeskripsikan fenomena yang ada 2. Obyek Penlitian adalah g uru-guru SMK TI Yayasan Penidikan Pelita
Nusantara Kediri sebanyak 30 orang
3. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data :
Proses pengumpulan data menggunakan beberapa cara, ya itu;
a. Kuesioner yaitu daftar pertanyaan / pernyataan yang
diberikan kepada responden untuk diisi
b. Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap perilaku guru sebagai responden dalam menularkan soft skills kepada
anak didiknya
c. Wawancara yaitu melakukan Tany a jawab dengan para responden untuk mendapatkan informasi yang m endukung
kuesioner dan pengamatan
4. Analisa data dalam penelitian ini dilkukan secara kuantitatif
dan kualitatif.
Analisa kuantitatif terarah pada pemaparan gejala secara deskriptif terhadap hal-hal yang menjadi tujuan penelitian (statistik deskriptif). Sedangkan analisa kualitatif diarahkan terhadap informasi -informasi responden yang tidak dapat diungkap sec ara kuantitatif namun sangat mendukung upaya pencarian kejelasan data yang bersifat ku antitatif pada satu pihak dan pada sisi lain dinilai mendukung upaya pencarian jawaban terhadap apa yang menjadi tujuan penelitian
1. HASIL PENELITIAN
Hasil olah data menunjukkan bahwa skor tingkat kompetensi soft skill guru- guru adalah sebesar 80,2. Unsur soft skills skor tertinggi adalah keberanian mengakui bila melakukan kekeliruan dan menerima nasihat dari orang lain skor 94,12 berikutnya selalu mencari cara yang lebih baik untuk
melakukan suatu pekerjaan skor 91,76
Sedangkan unsur soft skills terendah adalah anggapan struktur organisasi sebagai salah satu halangan untuk mencapai sasaran yang diinginkan dengan skor 54 kemudian Jika usaha saya gagal saya siap untuk kehilangan semua kekayaan saya
skor 60,00
2. PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum tingkat kompetensi soft skills guru-guru masuk dalam kategori baik, persoalannya adalah bagaimana para guru tersebut mentranformasikan soft skills tersebut kepada anak didiknya kare na soft skills bukan harus diajarkan melainkan ditularkan. P enularan tersebut melalui proses interaksi antara guru dan murid, jadi lebih bersifat pola perilaku dan sikap psychologis yang terkristalisasi dalam diri anak didik
dari figur guru.
inovatif seperti dikatakan oleh Schumpeter ( 1934 ) bahwa
salah satu bentuk
inovasi adalah mencari cara atau metode baru.
Anggapan bahwa s egala tindakan harus terstruktur sesuai yang telah ditetapkan oleh organisasi, merupakanm perilaku yang birokratis. Persoalan yang muncul dalam berperilaku birokratis adalah apabila berpegang kepada aturan dan melepaskan tujuan. Sehingga pola perilaku yang terstruktur seringkali dirasakan mengalami kekeringan dalam inovasi ak ibatnya bisa menimbukan kurang adanya terobosan dalam
mencapai tujuan
Resiko berkaitan erat dengan keuntungan, semakin tinggi harga resiko semakin besar kemungkinan mendapatkan untung yang besar. Sikap terhadap resiko bermac am-macam, ada yang menghindari resiko, menerimanya sebaga i hal yang biasa bahkan ada yang menyukai resiko . Ketidaksiapan kehilangan kekayaan jika usahanya gagal merupakan sikap yang kurang berani terhadap resiko, atau bisa dikatakan menghindari resiko, maka sikap demikian akan mengurangi kemungkinan untuk membuka peluang yang besar. Secara logika yang harus diraih adalah keuntungan, bukan resiko, namun tidak ada keuntungan yang dapat diraih tanpa resiko sehingga logikanya perlu ada keberanian untuk melakuka n pengejaran terhadap keungtungan dengan mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi, oleh karena itulah resiko itu harus teridentifikasi sehingga bisa diperhitungkan atau resiko itu dapat dialihkan secara rasional. Jadi bukan tidak mengenal resiko karena itu berarti membabi buta, atau hanya sekedar trial and error saja.
Secara umum tingkat kompetensi soft skills guru-guru adalah baik, keberanian untuk mengakui jika melakukan kekeliruan dan kesediaan untuk mendapat nasihat, serta mencari cara ya ng lebih baik untuk melakukan suatu pekerjaan merupakan indikator soft skills yang paling kuat sedangkan yang paling lemah adalah anggapan struktur organisasi sebagai salah satu
halangan untuk
mencapai sasaran yang diinginkan dan keberanian untuk
kehilang an semua
kekayaan jika usaha gagal
DAFTAR PUSTAKA
Galphin, Timothy J, 1999. The Human Side of change, USA Jassey Boss Inc Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft sSkills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi penegmebangan soft skills di Kopertis VII Surabaya . Kumalaningsih, Sri, 2002. Peran IPTEK
dalam Pemberdayaan Perempuan
Pada Era Globalisasi. Lokakarya Nasional, Malang
Lutham, Fred, 1995. Organizational Behavior, Seventh edition,
Mc Graw - Hill Inc
Mc Clelland, DC., 1997. Human Motivation, New York Cam
bridge University
Nursya’bani Purnama, 2000. Membangun keunggulan bersaing melalui integrasi perencanaan stratejik dan perencanaan SDM,
Usahawan No
07 TH XXIX Juli 2000
Taliziduhu Ndraha, 1999. Teori Pengembangan Sumberdaya
Manusia, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta
Tilaar, H. A.R., 1997. Pengembangan Sumberdaya manusia Dalam Era Globalisasi. Visi, Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020 PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, Jakarta.
Schumpeter JA, 1934, The Theory of economic Developmen t, Cambridge, MA : Harvard University Press
URGENSI PENERAPAN SOFTSKILL DAN HARDSKILL OLEH GURU PADA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)
Submitted by anisa on Wed, 05/15/2013 - 09:30
URGENSI PENERAPAN SOFTSKILL DAN HARDSKILL OLEH GURU PADA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)
Oleh :
Asep Zuhara Argawinata
Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari
kompetensi guru dalam dimensi kompetensi guru yang meliputi kompetensi Profesional, kompetensi Pedagogi, kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial namun demikian hal yang tidak kalah pentingnya adalah aspek
kecerdasan emosional (emotional intelligence), dan kecerdasan emosional ini merupakan pengembangan konsep Softskill.
siswanya seperti memukul, berkata-kata kasar dan mencederai siswanya sehingga berdampak kepada pola sikap yang akan terbentuk pada siswa. Kemampuan guru dalam menerapkan softskill ini diperlukan awarness dari setiap guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya.
Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis (Hard Skill), yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal.
Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori: intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self control, trust, worthiness,
time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill
(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy).
UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai
memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di Indonesia. Merujuk dari salah satu kompetensi yang termaktum dalam
Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, point kedua tentang kompetensi kepribadian seorang guru yang mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.
Pendidikan soft skill, yakni pendidikan yang bertumpuan pada pembinaan mentalitas (stabil mentalnya, dewasa, bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia, menjadi teladan bagi peserta didik, dan peka terhadap realitas lingkungannya).
Pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan penting dalam dunia pendidikan, dalam hal ini guru. Karena guru akan menjadi teladan bagi para siswa, yang meliputi bagaimana guru terampil dalam menerapkan manajemen diri (berkomunikasi, memimpin, membina hubungan dengan orang lain, dan mengembangkan diri). Tertulisnya kata-kata berakhlak mulia dalam tujuan pendidikan nasional mengisyaratkan bangsa Indonesia mencita-citakan akhlak mulia sebagai karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Faktanya ada distorsi antara yang dicita-citakan dengan realitas praktek pendidikan. Pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada pendidikan berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih banyak bertumpu pada intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft skill yang mengembangkan kemampuan emotional intelligence (EQ) dan spiritual intelligence (SQ).
penanaman karakter siswa. Disamping upaya mengoptimalkan kecerdasan intelektual siswa, guru juga dituntut untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti, moral, dan akhlak karimah. Peranan guru dalam membantu proses internalisasi nilai-nilai positif ke dan di dalam diri siswa tidak bisa digantikan oleh media pendidikan secanggih apapun. Hal ini karena pendidikan karakter membutuhkan teladan hidup (living model) yang hanya bisa ditemukan dalam pribadi para guru. Tanpa peranan guru, pendidikan karakter tidak akan pernah berhasil dengan baik.
Demi tercapainya internalisasi karakter ke dalam diri siswa, kesadaran bahwa guru sebagai pribadi yang menjadi teladan hidup tidak bisa diabaikan. Inilah kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru, selain tiga kompetensi lainnya, yakni kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, dan kompetensi sosial. Keempat kompetensi tersebut saling terkait dan harus dimiliki guru.
Dalam modul Materi Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama Islam dijelaskan bahwa keempat kompetensi tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu hard competence dan soft competence. Yang termasuk hard competence adalah kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.
Sementara yang termasuk soft competence adalah kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial.
karena itu, soft skills guru memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam membentuk kepribadian siswa yang menjadikan karakter dan budi pekerti sebagai rujukan nilai dalam berperilaku. Degradasi moral siswa dapat diatasi salah satunya dengan meningkatkan kualitas soft skill guru.
Sebagai profesi yang diakui guru juga dituntut memiliki keterampilan hard skill dan soft skill. Dua keterampilan ini harus dikembangkan secara seimbang. Guru dituntut bukan hanya terampil membuat lesson plan, menyusun materi ajar, memilih media pembelajaran, mengevaluasi hasil kerja siswa, yang semua itu termasuk kategori keterampilan teknis (hard skills), tetapi lebih dari itu: guru juga harus memiliki keunggulan kualitas diri yang bersifat ke dalam dan keluar.
Kesuksesan seorang guru yang ditopang oleh keterampilan soft skills yang tinggi bukan hanya berpengaruh pada karir pribadi semata, bahkan akan sangat berpengaruh pada kesuksesan siswanya. Kejujuran, tanggung jawab, adil, empati, dan beberapa sifat positif lainnya yang dimiliki oleh seorang guru
diharapkan akan berpengaruh dan menjadi tauladan yang baik bagi siswa.
Apabila menghendaki siswa memiliki karakter positif harus dimulai dari guru yang juga memiliki karakter positif. Soft skills guru bukan mitos.
Referensi
Abdul Abdul Munip, Dr.,M.Ag, Reinveting Nilai-Nilai Islam Mengenai Peranan Guru Dalam Pendidikan Karakter, Available at: http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru-Dalam-Pendidikan-Karakter. Diakses 4 November 2011. Ali Mudlofir (2011), Modul Pengembangan Soft Skills Guru
Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, hlm. 8.
http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/kompetensi-soft-skill-guru
http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/19/omong- kosong-pendidikan-karakter-tanpa-soft-skills-guru-538442.html
Artikel
PENERAPAN SOFT SKILL DI SEKOLAH DASAR
BAB I
PENDAHULUAN
1. Rasional
Seorang siswa ketika berada di sekolah nilai rapotnya sangat memuaskan bahkan menjadi rangking pertama. Akan tetapi siswa ini tidak dapat mengembangkan dirinya di lingkungan rumahnya dirinya tidak memiliki teman, pemalu, dan kesehariannya hanya di rumah saja. Sangat kontras dengan apa yang ditunjukkan oleh salah satu siswa lainnya di sekolah yang nilai rapotnya biasa-biasa saja bahkan menjadi rangking terendah, namun di masyarakatnya menunjukkan prestasi yang luar biasa. Contoh lain lagi ialah seorang pemimpin yang dianggap berhasil, setelah ditelusuri ternyata prestasi akademiknya biasa-biasa saja, sedangkan seorang pemimpin yang diangkat karena prestasi akademiknya baik (pintar) ternyata tidak menunjukkan keberhasilan yang luar biasa.
menjadikan si pemangku berhasil dalam menjalankan tugas profesinya. Lalu apa yang menyebabkan bisa meraih kesusksesan yang lebih besar?. Penyebab kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan banyak survei mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% dengan hard skill dan sisanya 80% dengan soft skill.
SD (Sekolah Dasar) sebagai institusi pendidikan yang menyiapkan lulusannya sebagai input untuk siswa jenjang pendidikan selanjutnya maka tidak hanya menyiapkan kemampuan keilmuan (hard skill) yang memadai saja, tetapi juga diharuskan mempunyai kemampuan kepribadian (soft skills) yang mumpuni.
2. Tujuan Penerapan Soft Skills
Penerapan dan pengembangan soft skill di SD memiliki tujuan utama untuk pembinaan mentalitas (personal skill dan interpersonal skill) agar lulusan SD benar-benar dapat menjadi dasar yang terbaik guna input jenjang-jenjang pendidikan selanjutnya.
BAB II
PENERAPAN SOFT SKILLS
1. Konseptual Soft Skills di SD
Sebelum menerapkan Soft Skill di SD kita perlu memahami terlebih dahulu aspek-aspek Soft Skill yang perlu dikembangkan pada siswa SD. Sebagai ilustrasi berikut ini gambar perbedaan dan kaitan antara hard skill dan soft skill pada permainan sepak bola.
Dimensi Hard Skills dan Soft Skills Pemain Sepak Bola
2. Atribut Soft Skills
Soft Skills terdiri dari Personal Skills dan Interpersonals Skills. Personal Skil merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri menjadi lebih baik. Ini lebih ke arah self development yang meliputi:
personal time management, problem solving skills, research skills,
kreativitas,
learning capability (learn to learn … effectively),
Team Thinks (kemampuan untuk berpikir sebagai bagian dari tim) Cooperation
Discipline Good attitude Goodwill Optimism Sociability Stability
Participation in a team
Ability to teach Service
Leading a team
Negotiation
Unite a team amidst cultural differences
Motivation
Decision-making skills
Problem-solving skills
Etiquette
Atribut soft skill yang lebih sederhana dikemukakan oleh Patrick O’Brien dalam bukunya “ Making College Count” berbagai soft skills penting dapat dikategorikan kedalam 7 area yang disebut winning characteristics, yang dalam akronim COLLEGE, yakni:
1. Communication skills 2. Organizations skills 3. leadership
4. logic 5. Effort
6. Group skills 7. Ethis
3. Penerapan Soft Skill di SD
a. Mengidentifikasi Atribut Soft Skill
(1) berkomunikasi tertulis dan lisan (2) bekerja mandiri
(3) bekerja dalam tim (4) berpikir logis (5) Berpikir analitis
Atau 10 atribut soft skills yaitu: (1) Inisiatif
(2) Integritas
(3) Berpikir analitis
(4) Kemauan untuk belajar (5) Komitmen
(6) Motivasi untuk meraih prestasi (7) Antusias
(8) Kemampuan berkomunikasi (9) Handal (reliable)
(10) Berkreasi
b. Mengembangkan Topik Materi
Materi-materi soft skill yang patut dipertimbangkan sesuai dengan kompetensi lulusan SD, yaitu:
1. Pengenalan skills (Introduction to Soft-skills): Memahami peran soft-skills dalam keberhasilan diri di masyarakat baik di dalam kampus maupun di dunia kerja
2. Membangun visi dan komitmen
4. Membangun Hubungan (Building Rapport): Membangun hubungan berdasarkan empati dengan teman kerja dan atasan untuk membangun kredibilitas
5. Mengenali Pemegang Otoritas (Recognizing Authority): Memilih langkah yang tepat saat bergaul dengan pemegang otoritas & menggunakan otoritas dengan tepat
6. Mengakui kontribusi individu (Recognizing Individual): Mengakui kontribusi dan prestasi teman, & menerima masukan dan kritik
7. Menyelesaikan Masalah (Problems Solving) : Memecahkan masalah secara sistematis, jangka pendek dan pencegahan masalah di masa datang
8. Menyelesaikan Konflik (Resolving Conflict): Menyelesaikan konflik dengan benar dan pencegahan konflik di masa datang
9. Mengambil Inisitiaf (Taking Inititiave): Mengambil tindakan yang tepat sesuai dengan tanggung jawab serta mengembangkan tingkah laku proaktif 10. Membuat Prioritas Tugas (Prioritizing): Membuat prioritas tugas dan tindakan
secara efektif dan benar
11. Bekerja dengan dan di dalam tim (Working in a Team): Mengembangkan tingkah laku yang efektif saat dalam kelompok
12. Pengelolaan emosi diri dan stress 13. Komunikasi lisan dan tulisan 14. Manajemen waktu
c. Strategi Penerapan Soft Skill di SD
sehingga pembinaan lebih diarahkan pada berpikir kritis, peningkatan kreaktivitas, kemampuan berargumentasi. Dan pada Kelas 5 dan 6, mereka memerlukan suasana yang menentukan keberhasilan studi, sehingga mereka memerlukan suasana yang dapat memberikan kemampuan untuk tetap belajar, menangani stres, kemampuan mengelola diri, mampu menyelesaikan persoalan, bekerja sama dalam tim dengan baik dan memiliki kemampuan adversity (tantangan yang semakin berat).
Pelaksanaan soft skill dapat dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran (intrakurikuler) dan juga dalam bentuk kegiatan ko dan ekstra kurikuler. Pengembangan melalui proses pembelajaran dapat dilakukan dengan melalui kurikulum terintegrasi dan hidden kurikulum. Selain kedua strategi tersebut, soft skill dapat pula dikembangkan melalui pembiasaan, pelatihan, dan out bond.
1. Penerapan Soft Skill Melalui Proses Pembelajaran (Intrakurikuler)
Terlepas dari berbagai ramuan mujarab yang ditawarkan, pengembangan soft skills di SD memang harus dilakukan secara integratif dan menyeluruh. Pengembangan soft skills tidak hanya sekedar memberikan pelatihan atau kursus softskills, misalnya kursus kepribadian atau teknik komunikasi saja. Sebuah SD idealnya mengembangkan soft skill siswanya (juga guru tentunya) melalui kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas selayaknya guru berusaha mengembangkan kemampuan softskill siswanya melalui metode mengajar yang bisa mengasah softskills siswa. Salah satu yang bisa dikembangkan adalah metode diskusi dan presentasi kelompok, walaupun ada beberapa siswa dan guru agak enggan melaksanakannya, dengan berbagai alasannya masing-masing.
pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran mata pelajaran yang bersangkutan. Artinya, guru menetapkan atribut-atribut soft skills yang akan dikembangkan, kemudian dituangkan tersebut dalam perencanaan pembelajaran, berdasarkan perencanaan pembelajaran tersebut guru mengimplementasikan dalam proses pembelajaran. Sedangkan Pengembangan soft skills siswa melalui hidden curiculum dapat dilakukan sebagai selingan (pengisi waktu jeda) atau sisipkan di awal (pembukaan) pelajaran ditengah-tengah pelajaran, atau pada akhir (penutup) pelajaran. Dalam Hidden Curiculum, pemberian materi soft skills tidak dijadikan tujuan instuksional dari mata pelajaran bersangkutan, tetapi sebagai upaya lebih yang dilakukan oleh guru untuk memberikan kompetensi tambahan kepada siswanya.
Gambar2
Pola strategi Penerapan soft skill melalui Kegiatan intrakurikulum
2. Penerapan Soft Skill Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
civitas academica, penyedian media atau display sebagai wadah kreatifitas dan inovasi siswa, dll.
Pengembangan soft skills melalui kegiatan ekstakurikule) dapat dilakukan melalui meliputi 4 bidang, yaitu penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran, peningkatan kesejahteraan, dan bakti sosial siswa. Kegiatan ekstrakurikuler memberikan peluang paling besar bagi siswa untuk mengembangkan soft skills-nya. Selain itu, kegiatannya sangat banyak dan bervariatif bisa dalam bentuk pelatihan, pendampingan, dan out bond.
Gambar 3
Pola strategi Penerapan soft skill melalui Kegiatan Ekstrakurikuler
3. Penerapan soft skill melalui Pembiasaan
atau poster) untuk menyemangati civitas SD mengembangkan soft skills-nya, dan pesan soft skills ini dapat di pasang di tempat-tempat strategis dengan isi pesan disesuaikan dengan tempat atau komunitas yang menjadi sasaran.
4. Langkah Operasional Penerapan Soft Skill 1) Guru
Guru menjadi role model siswa dalam mengimplementasikan soft skills.
Guru dapat mengembangkan soft skills melalui membaca buku-buku tentang
perilaku, personaliti, leadership, komunikasi, intra dan interpersonal skills lainnya.
Guru mengimplementasikan intra dan interpersonal skills dalam
kesehariannya, baik yang berhubungan dengan teman sejawat maupun dengan siswa dan pegawai administrasi
Guru menyisipkan pengembangan soft skills melalui proses pembelajaran di
masing-masing mata pelajaran yang diampu.
Guru terlibat dalam kegiatan kesiswaan sebagai fasilitator dan motivator. Guru memberikan contoh dalam mengembangkan kebiasaan (pembiasaan),
seperti smiling and greeting, suka menolong, suka memberikan maaf dan selalu mengucapkan terima kasih, baik dengan sesama guru maupun dengan siswa dan pegawai.
2) Siswa
Siswa senantiasa memahami bahwa pengembangan soft skills sangat
diperlukan dalam membangun karakter lulusan dan berdampak pada kinerja dunia kerja.
Siswa ikut aktif dalam program-program pengembangan soft skills.
Siswa senantiasa mengintegrasikan program soft skills dalam kegiatan
Siswa melakukan partisipasi aktif di dalam proses pembelajaran, menerapkan
bertanya, berdiskusi, berargumentasi adalah suatu keharusan dan menunjukan eksistensi diri.
Siswa menerapkan kebiasaan (pembiasaan), yaitu selalu smiling and greeting,
duduk di depan dalam pembelajaran, tidak malu bertanya, tertib, perilaku bersih, suka mengucapkan terima kasih, suka menolong, baik dengan sesama siswa maupun dengan guru dan pegawai.
Siswa dapat mengembangkan diri dengan cara membaca buku-buku yang
dapat membangun semangat, dan menimbulkan motivasi dalam kehidupan nyata.
3) Pegawai
Pegawai mengimplementasikan atribut soft skills, seperti memberikan
pelayanan prima, disiplin dan fokus pada pekerjaan, etika, dan sopan santun dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.
Pegawai menerapkan kebiasaan (pembiasaan), yaitu selalu smiling dan
greeting, tertib, perilaku bersih, suka mengucapakan terima kasih, dan suka menolong, baik dengan sesama pegawai maupun dengan guru dan siswa
Pegawai dapat mengembangkan diri dengan cara membaca buku-buku yang
membangun semagat, dan menimbulkan motivasi dalam kehidupan nyata.
PENUTUP
pemikiran yang tertuang dalam papaer ini. Sehingga satuan pendidikan SD akan menghasilkan lulusan (alumni) yang lebih berkualitas baik hard skills maupun juga soft skills.
Daftar Pustaka
1. http://www.marketplus.co.id/section/articles
2. http://www.smpn1-pusakanagara.com/pengembangan-soft-skill-dalam-pembelajaran-ips-di-smp-melalui-model-cooperative-learning/
Meningkatkan Softskill Siswa Setelah Kegiatan Olimpiade 2012
February 23, 2012 by Adm Hikmatul Fadhillah - dibaca 504 kali Filed under Uncategorized
0 3 47
1 Comment
Siswa sekolah kita saat ini tengah menyelenggarakan Kegiatan Olimpiade SDIT Hikmatul Fadhillah 2012 sejak tanggal 23 sampai 25 Februari 2012. Salah satu tujuan kegiatan ini diselenggarakan adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat kesiapan dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi dari proses belajar mengajar yang selama ini telah berjalan. Tentunya, hasil dari Program
Olimpiade ini sebaiknya dianalisis dan dijadikan sebagai bahan dalam merancang program sukses SDIT Hikmatul Fadhillah ke depan. Setiap
mu’allim/mu’allimah diharapkan mempersiapkan diri dengan membuat program kegiatan bimbingan dan pemantapan kepada siswa.
Hasil Kegiatan Olimpiade ini hendaknya jangan menjadi kabar pertakut bagi siswa. Hasil Olimpiade tidak boleh menjadikan siswa semakin tidak percaya diri setelah mengetahui prestasinya pasca Kegiatan Olimpiade, atau sebaliknya bagi siswa yang kebetulan memperoleh hasil yang memuaskan jangan
dengan saksama sehingga menjadi jelas apa yang menjadi potensi positif seseorang yang harus dikembangkan dan apa yang menjadi faktor negatif seseorang yang perlu disikapi.
Kini, saatnya kita memulai membangun roh pendidikan dari diri sendiri, menyelenggarakan praktik pendidikan yang memberi keteladanan dan penuh kasih sayang kepada anak didik. Anak didik diperlakukan seperti anak sendiri atau setidaknya seperti anak saudara kandung. Kita memberinya contoh dengan penuh kasih sayang. Tidak dihina apalagi dicaci tatkala berbuat salah dan tidak segan memberikan acungan jempol apabila berprestasi.
Semoga dengan program pemerintah ditambah dorongan dari diri kita sendiri, roh pendidikan di Indonesia dapat kita bangkitkan, sehingga, kedepan Indonesia bisa melahirkan individu-individu yang berkarakter dan memiliki jati diri yang khas sebagai anak bangsa yang bisa berinteraksi positif dengan lingkungannya, berbaur tapi tidak lebur dan mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai positif yang membangun. Pendidikan bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya bisa kita diraih hanya dengan Pendidikan. (*)
Penulis adalah:
Staf Kasubbang Hukmas dan KUB Kanwil Kemenag Prov. Riau
Pekanbaru, 24 Mei 2011
Pendidikan Berbasis Soft Skill
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN
PENGESAHAN... ...
HALAMAN PENILAIAN
MUNAQASYAH... KATA
ABSTRAK... ...
SINGKATAN... ...
DAFTAR
ISI ... ... 1
DAFTAR
TABEL... ...
DAFTAR
GAMBAR ... ...
DAFTAR
LAMPIRAN... ...
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Masalah ... 2 B. Rumusan
Masalah ... 7 C. Tujuan
Penelitian... . 7
D. Manfaat
Penelitian... 8
E. Definisi
F. Tinjauan
Kepustakaan... G. Sistematika
Penulisan ... H. Metode
Penulisan...
BAB II KAJIAN TEORITIS SOFT SKILL A. Makna Soft Skill dan Budaya
Sekolah...
B. Urgensi-urgensi Soft Skill dalam Pendidikan Islam...
C. Asas-asas Budaya Sekolah
Islami... D. Metode Pembiasaan dalam Pendidikan
Islam...
BAB III HASIL PENELITIAN A. Objek
Penelitian... .. ..
B. Budaya guru dalam Menciptakan Budaya Soft Skill...
C. Aplikasi guru dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa...
D. Bentuk kendala yang Dihadapi Guru Dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa
BAB IV PENUTUP A.
B.
Saran-saran... ...
DAFTAR
PUSTAKA... ...
LAMPIRAN-LAMPIRAN... ..
BIOGRAFI
PENULIS... ...
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Soft Skill adalah bagian keterampilan dari seseorang
yang lebih bersifat kepada “kehalusan” atau sensitifitas
perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Soft skill mengarah kepada keterampilan psikologis, dampak yang
dirasakan. Ada beberapa komponen yang termasuk kedalam
bagian soft skill. Kecerdasan emosional dan spiritual termasuk
bagian dari soft skill.
Dalam rangka pembina kecerdasan emosional terhadap
sikap empati dan sikap kejujuran untuk menjadi potensi positif,
maka perlu ada upaya atau langkah-langkah yang dilaksanakan sehingga mampu melahirkan sebuah kecerdasan emosional diri
seseorang. Menurut wacana Al-Qur’an hal ini lebih dikenal
dengan konsep akhlaq al-karimah.[1]
Keberadaan institusi formal seperti sekolah lebih
cenderung sebagai media yang paling kondusif untuk
mengasah keahlian soft skill seseorang. Hal ini dikarenakan
soft skill dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dan
bagaimana seseorang menghadapi permasalahan dalam
kehidupannya.
Para ahli menjelaskan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya intelegensi question
(IQ). Sebaliknya justru faktor emosional question lebih
memegang peran lebih besar dengan perbandingan EQ dan IQ
Soft skill lebih berada pada ranah afektif (olah rasa).
Soft skill dipelajari dalam kehidupan sosial melalui interaksi
sosial. Soft skill dipelajari melalui pengamatan atas perilaku
orang lain dan juga atas refleksi tindakan sebelumnya. Dengan
kata lain, soft skill bisa dipelajari melalui proses pengasahan
soft skill baik dari melihat maupun dari melakukan sesuatu.
Jika dikaitkan dengan hasil penelitian diberbagai
perusahaan besar tentang keberhasilan seorang profesional
sangat ditentukan oleh penguasaan soft skill ketimbang hard
skill. Menurut buku Lesson From The Top karya Neff dan Citrin
(1999) yang memuat sharing dan wawancara 50 orang
tersukses di Amerika: mereka sepakat bahwa yang paling
menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis
melainkan kualitas diri yang termasuk dalam keterampilan
lunak (soft skill) atau keterampilan berhubungan dengan orang
Riset tersebut diperkuat lagi oleh hasil survey Tempo
tentang karakter yang harus dimiliki oleh orang yang berhasil
mencapai puncak karir, yaitu: [1] mau bekerja keras, [2]
kepercayaan diri tinggi, [3] mempunyai visi ke depan, [4] bisa
bekerja dalam tim, [5] memiliki kepercayaan matang, [6]
mampu berpikir analitis, [7] mudah beradaptasi, [8] mampu
bekerja dalam tekanan, [9] cakap berbahasa Inggris, dan [10]
mampu mengorganisir pekerjaan. Kalau hasil riset ini
dijadikan sebagai acuan untuk melihat kondisi pendidikan,
terutama guru, maka bisa disimpulkan bahwa pengembangan
guru masih berkutat pada hard skills. Kurangnya perhatian
terhadap soft skills guru berakibat pada kualitas peserta didik
kita yang belum maksimal.[4]
Moralitas pendidikan yang baik dapat tampak dari
kehidupan dan proses yang terjadi di dalamnya. Tentu saja
pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme,
perdamaian, persatuan, nasionalisme, dan nilai-nilai moral
positif lainnya. Melalui pembangunan moralitas pendidikan
nantinya akan terwujud dunia pendidikan yang unggul dan
Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran baik dalam
keluarga, lembaga dan masyarakat tidak akan terlepas dari
bagaimana cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah
dirumuskan atau bagaimana cara mengajar agar bisa berjalan
dengan baik berdasarkan metode yang akan digunakan.
Metode pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan
tertentu.
Pendidikan adalah merupakan salah satu faktor yang
paling penting dalam upaya membimbing, mengayomi dan
mendidik anak agar menjadi generasi penerus agama, bangsa
dan negara. Anak perlu dididik dan diberi pengetahuan yang
baik agar dia mampu menjadi seorang yang memiliki
intelektualitas, kecerdasan, moralitas, dan profesionalitas.[5]
Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan
moral masyarakat yang beradab, masyarakat yang tampil dengan penuh rasa kemanusiaan. Dengan kata lain, pendidikan
adalah moralisasi masyarakat, terutama peserta didik. Menurut
Prof. Schoorl (1982) berpendapat bahwa praktik-praktik
pendidikan merupakan wahana terbaik dalam menyiapkan
Pada kenyataannya saat ini justru seringkali terjadi praktik
penyimpangan moral: seperti kekerasan oleh guru, korupsi
dana pendidikan, jual beli ijazah palsu, tawuran antar pelajar
dan sebagainya. Seharusnya pendidikan mampu menghasilkan
sumber daya manusia yang tidak hanya terampil dan cerdas,
namun juga bermoral. Akibat yang bisa dirasakan dari sumber daya manusia yang bermoral adalah perilaku sopan, disiplin,
keteguhan hati, kemampuan kerja sama, serta membantu
orang lain. Dikarenakan pengembangan soft skill yang dimiliki
oleh setiap orang tidak sama.
Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional
(Kemdiknas), tahun 2011 peringkat pertama dalam sepuluh
besar kelulusan. Nilai UN murni terbaik tingkat SMA/ sederajat
diraih oleh salah satu sekolah di kota Banda Aceh dengan nilai
rata-ratanya adalah 9.53.[7]
Seperti halnya sebuah sekolah swasta yang berdiri pasca bencana tsunami dan didukung oleh lembaga pemerintah
Turki, meluluskan 100 persen siswanya yang ikut UN yaitu
sebanyak 67 orang.[8] Soft skill adalah harus dimiliki karena
berpengaruh pada keberhasilan siswa. Siswa yang mempuyai
Perekrutan siswa dari dua sekolah diatas berdasarkan SK
Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda
Aceh, Nomor: 422.1/ A.3/ 4232.a/ 2012 adalah dengan seleksi.
Caranya dengan menyerahkan berkas pendaftaran untuk
dilakukan verifikasi oleh panitia pendaftaran, selanjutnya
panitia melakukan proses entri data pendaftaran, pilihan sekolah calon peserta didik melalui komputer secara online.[9]
Hipotesa dari penulis mayoritas soft skill yang dimiliki oleh
siswa SMA Swasta adalah lemah hal ini karena permasalahan
penerimaan siswa di SMA Cut Meutia dengan cara pendaftaran
langsung ke sekolah bukan dengan jalur online, kemudian
siswa pindahan dari prestasi belajar lebih rendah dari sekolah
lain baik dari dalam kota maupun luar kota. Kemudian dari
observasi awal, dari input siswa bahwa soft skill yang dimiliki
rendah karena SMA Cut Meutia adalah sekolah pilihan kesekian
dari sekolah lain yang ada di Banda Aceh.
Dari uraian sebelumnya soft skill sangat mempengaruhi
hard skill siswa. Oleh karena soft skill sangat penting, pihak
sekolah harus memiliki upaya yang rapi untuk membentuk soft
di SMA Cut Meutia Banda Aceh, pembahasan lebih akan penulis
paparkan pada bab selanjutnya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
diatas, bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah tentang Pendidikan Berbasis Soft Skill Pada SMA
Swasta di Banda Aceh. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana guru menciptakan budaya sekolah yang mampu
meningkatkan soft skill siswa ?
2. Bagaimana metode pembiasaan yang dilakukan guru di
sekolah supaya soft skill siswa meningkat ?
3. Kendala apa saja yang dihadapi ketika guru menciptakan
budaya dalam metode pembiasaan ?
C. Tujuan Penelitian
Pada sub ini penulis ingin menuliskan tujuan dari
1. Untuk mengetahui bagaimana guru menciptakan budaya
sekolah yang mampu meningkatkan soft skill.
2. Untuk mengetahui pembiasaan yang dilakukan guru supaya
soft skill anak dapat meningkat.
3. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dalam
menciptakan budaya sekolah untuk meningkatkan kemampuan soft skil anak.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Untuk menjadi bahan masukan bagi guru dan juga pihak
sekolah agar terus meningkatkan pengetahuan dalam proses
soft skill pendidikan di sekolah.
2. Untuk mengetahui dampak soft skill pendidikan di sekolah
3. Untuk menjadi bahan masukan bagi guru dan berbagai
pihak agar terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam soft skill pendidikan
4. Menjadi masukan bagi dinas terkait untuk membuat
5. Pihak yang berkepentingan dalam rangka memperkaya
pembahasan yang telah dilakukan dibidang pendidikan dan
diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi praktisi
pendidikan dalam upaya pembentukan soft skill
E. Definisi Operasional
Untuk mempertegas dan memperjelas maksud penulisan
penelitian sehingga terhindar dari terjadinya kesalahpahaman
dan kekeliruan bagi pembaca, maka penulis merasa perlu
memberikan penjelasan istilah-istilah yang terangkai dalam
judul tesis ini adalah:
Pendidikan adalah suatu usaha yang dijalankan oleh
seseorang kepada orang lain, atau usaha yang dijalankan oleh
generasi yang sudah matang kepada generasi yang sedang
bertumbuh kembang, dimana usaha itu memiliki tujuan.[10]
Dalam bahasa Arab, pendidikan sering diistilahkan dengan al-ta’lim, at-tarbiyyah dan al-ta’dib.[11] Pada ketiga istilah ini
memiliki makna khusus dan tersendiri pada konsep pendidikan.
At-ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti
keterampilan. Al-ta’lim lebih sempit maknanya yaitu proses
pentransferan sejumlah nilai antar manusia. Kata tarbiyyah itu
masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik dan
memelihara. Al-ta’dib merupakan masdar dari addaba yang
berarti proses mendidik, lebih kepada pembinaan dan
penyempurnaan akhlak subjek didik.
Berthal mendifinisakan bahwa soft skills, yaitu perilaku
personal dan interpersonal yang mengembangkan dan
memaksimalkan kinerja manusia seperti membangun tim,
pembuatan keputusan, inisiatif, dan komunikasi. Soft skills
tidak termasuk keterampilan teknis seperti keterampilan
merakit komputer. Dengan kata lain, soft skills mencakup
pengertian keterampilan non-teknis, keterampilan yang dapat
melengkapi kemampuan akademik, dan kemampuan yang
harus dimiliki oleh setiap orang, apa pun profesi yang ditekuni.
Profesi seperti guru, polisi, dokter, akuntan, petani, pedagang, perawat, arsitek, dan nelayan harus mempunyai soft skills.[12]
Soft skill pada dasarnya merupakan keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain
sendiri (intrapersonal skill) yang mampu mengembangkan
unjuk kerja secara maksimal.
Berbasis berasal dari kata basis artinya dasar, pokok.[13]
Kemudian ditambahkan awal ber. Penulis lebih mengartikan
basis artinya berdasarkan.
Secara terminologi, pendidikan berarti proses perbaikan, penyempurnaan dan penguatan terhadap semua potensi yang
ada pada diri manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai
usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan
nilai-nilai dan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat.
Dalam masyarakat yang kebudayaannya yang sederhana
sekalipun proses pendidikan sudah ada dan berkembang,
sering dikatakan bahwa pendidikan itu telah muncul sejak
adanya peradaban manusia.
Swasta adalah berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah.
[14] Banda Aceh adalah nama sebuah kota yang berada di
Provinsi Aceh. Banda Aceh merupakan Ibu kota provinsi Aceh.
F. Tinjauan Perpustakaan
Dalam mengkaji permasalahan ini digunakan beberapa