• Tidak ada hasil yang ditemukan

SOFT SKILL DAN HARD SKILL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "SOFT SKILL DAN HARD SKILL"

Copied!
198
0
0

Teks penuh

(1)

SOFT SKILL DAN HARD SKILL  APA ITU SOFT SKILL :

 karakter yang melekat pada diri seseorang dan sudah dibangun sejak kecil  (didikan lingkungan dan keluarga).

- kemampuan yang tidak terlihat

- kemampuan interpersonal diri pribadi seseorang diluar  kemampuan 

akademiknya (kecerdasan emosi, semangat, ambisi, empati, dll). Interpersonal  skill ini meliputi : manajemen waktu, punya goal setting dan tujuan hidup yang  jelas, kemampuan komunikasi, kemampuan sosialisasi (berhubungan dengan  orang lain), kepeminpinan, kemampuan berbicara di depan publik/khalayak  ramai, dlsb.

Butuh usaha keras untuk mengubahnya. Tetapi, soft skills bukan sesuatu yang  stagnan. Soft skill hanya bisa ditularkan, bukan diajarkan.

Cara meningkatkan soft skills adalah sebagai berikut :

- learning by doing. Soft skill bisa diasah dan ditingkatkan seiring dengan  pengalaman dalam dunia kerja/berorganisasi.

- Berinteraksi dan melakukan aktivitas dengan orang lain. - Mengikuti pelatihan-pelatihan / seminar tentang manajemen.

APA PERBEDAAN SOFT SKILL DAN HARD SKILL : 

Soft skill adalah istilah sosiologis yang mengacu pada sekelompok karakter  kepribadian, rahmat sosial, fasilitas dengan bahasa, kebiasaan pribadi, 

keramahan, dan optimisme bahwa orang tanda untuk berbagai tingkat. Soft skill melengkapi hard skill, yang merupakan persyaratan teknis pekerjaan.

Sementara untuk pengertian hard skill atau sebagai orang menyebutnya hard  competence sebagai berikut : 

Kompetensi keras merujuk pada pekerjaan spesifik kemampuan, dan relevansi  akan tentang pengetahuan khusus yang berhubungan dengan "up to date"  sistem.

(2)
(3)

orang lain, Kemampuan memotivasi diri, Kemampuan mengendalikan diri/  mengelola emosi pada diri sendiri dalam hubungan dengan orang lain (Daniel  Goleman). Ada lima kecedasan emosial yang dibutuhkan didunia kerja sekarang ini, yaitu :

1. Kesadaran Emosional , yang meliputi kedewasaan emosi dalam   pengambilan keputusan yang win-win solution.

2. Pengelolaan Emosional (pengedalian diri) yang meliputi kemampuan  kepekaan, sabar dan  tabah dalam menjalankan tugas.

3. Motiovasi Diri, yang meliputi  kemampuan berpikir positif, ulet dan  pantang menyerah

4. Empati pada Sesama  ; yang meliputi kemampuan memahami,  merasakan, peduli, hangat, akrab dan kekeluargaan

5. Ketrampilan Sosial , yang meliputi kemampuan bermusyawarah,  bekerjasama, kepentingan umum/tim)

Di sisi lain secara teori, di dalam dunia kerja, ada 3 (tiga) unsur utama yang  harus dipenuhi agar seseorang dikatakan memiliki kompetensi  yang meliputi  kompetensi knowledge atau cognitive domain, skill atau psychomotor domain,  serta attitude atau affective domain.(Jayagopan Ramasamy, Malaysia 2006).  Dalam teori tersebut dikatakan bahwa kompetensi tersebut harus bisa diukur  (measurable), dinilai, ditunjukkan (demonstrable) dan diamati (observable)  melalui perilaku pada saat melaksanakan tugas. Sasaran akhir dari kompetensi  adalah perilaku yang diharapkan (desired behaviour) dan perlu ditunjukkan  dalam melaksanakan tugas.

Sumber : http://disnakertransduk.jatimprov.go.id/edisi-122-februari-2011/366-kebutuhan-soft-skill-di-dunia-kerja

Soft skill adalah Ketrampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang lain  (INTERPERSONAL SKILLS) dan ketrampilan dalam mengatur dirinya sendiri  (INTRA-PERSONAL SKILLS) yang mampu mengembangkan unjuk kerja  secara maksimal.

Beda Soft Skill dan Hard Skill

Hard skill adalah kemampuan  yang dapat menghasilkan sesuatu sifatnya visible dan immediate . Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar 

(4)

Contoh soft skill antara lain: kemampuan beradaptasi, komunikasi,  macam-macam softskill :

(5)

hubungan baru antara gagasan dan konsep yang sudah ada.

(6)

1.  sebagai atribut kualitas jasa 2. dapat bersifat mandiri

3. softskill dapat membangun karakter 4. membangun kepribadian yang berkualitas 5. menumbuhkan rasa percaya diri

6. dapat bersosialisai dalam team

7. menumbuhkan kepekaan wawasan pemikiran dan kepribadian kita 8. juga dapat membentuk jiwa yang kritis di dalam diri kita

DEFINISI   SOFTSKILL Latar belakang

Softskill adalah istilah dalam EQ seseorang yang dapat di kategorikan kedalam  kekhidupan sosial komunikasi, dan kebiasaan, softskill merupakan keterampilan seseorang yang berhubungan dengan bidang ilmunya, yang melatari adanya  softskill adalah karena setiap orang memiliki bakat yang dimana bakat tersebut  nantinya akan mempengarusi segi psikologi dari orang tersebut dalam 

kehidupannya.

Softskills adalah sebuah istilah dalam sosiologi tentang EQ (Emotional 

Intelligence Quotient) seseorang, yang dapat dikatagorikan /klusterkan menjadi  kehidupan sosial, komunikasi, bertutur bahasa, kebiasan, keramahan, optimasi.

 Softskill menurut beberapa ahli

Menurut :  http://hiddengrazz.blogspot.com/2010/09/pengertian-softskill-penjelasannya.html

(7)

Yang dimaksud softskill personal adalah kemampuan yang di manfaatkan untuk

mendefinisikan soft skill sebagai “personal and interpersonal behaviour that develop and maximize human performance (e.g. coaching, team building, decision making, initiative).” merupakan tingkah laku personal dan 

interpersonal yang dapat mengembangkan dan memaksimalkan kinerja manusia (melalui pelatihan, pengembangan kerja sama tim, inisiatif, pengambilan 

keputusan lainnya. Keterampilan lunak ini merupakan modal dasar peserta didik untuk berkembang secara maksimal sesuai pribadi masing-masing.

Menurut Kamus wikipedia (2009) mendifinisikan soft skill sebagai : “sociological term relating to person’s emotional quotient, the cluster of personality traits, social graces, communication, language, personal habits, friendliness, and optimism that characterized reletionships with other people.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa soft skill adalah perilaku individu yang tidak  terlihat wujudnya dan bersifat personal maupun interpersonal yang dapat  berkembang dan meningkatkan kualitas diri seseorang.

Menurut : http://panduzone.blogspot.com/2012/03/arti-pentingnya-soft-skill-dalam_04.html

(8)

pengendalian diri, manajemen sumber daya, pro aktif). Sedangkan keterampilan inter personal mencakup kesadaran sosial (kesadaran politik, memanfaatkan  keragaman, berorientasi pelayanan) dan keterampilan sosial (kepemimpinan,  pengaruh, komunikasi, kooperatif, kerja sama tim, dan sinergi). Soft skill

mumpuni mutlak harus dimiliki oleh manusia sebagai modal untuk mengarungi  antara hard skill dan soft skill untuk semua posisi karyawan. Pendekatan hard skill dianggap sudah tidak efektif, percuma saja jika hard skill baik tapi soft skill nya buruk. Perusahaan akan lebih memilih calon karyawan yang memiliki  kepribadian dan karakter lebih baik walaupun tidak ditunjang hard skill yang  mumpuni. Alasannya jelas, karena melatih keterampilan teknis jauh lebih  mudah daripada pembentukan karakter seseorang. Dengan kata lain, hard skill merupakan faktor penting bagi manusia dalam bekerja, tetapi keberhasilan  seseorang dalam bekerja biasanya lebih ditentukan oleh soft skill yang lebih  baik.

Perlu untuk diketahui bahwa soft skill bukanlah sesuatu yang stagnan. 

Keterampilan ini dapat diasah dan ditingkatkan seiring dengan bertambahnya  pengalaman seseorang. Ada banyak cara yang dapat dilakukan untuk 

meningkatkan soft skill, yang paling terkenal adalah learning by doing. 

Mengikuti berbagai pelatihan dan seminar juga dapat meningkatkan soft skill.  Namun, diluar itu semua, ada satu cara yang paling ampuh untuk meningkatkan  soft skill yaitu dengan lebih sering berinteraksi dan beraktifitas dengan orang  lain. Mengingat pentingnya soft skill dalam kehidupan kita, maka marilah kita  tingkatkan soft skill demi kehidupan yang lebih baik.

 SOFTSKILL MENURUT SAYA…..

(9)

:  http://hiddengrazz.blogspot.com/2010/09/pengertian-softskill-penjelasannya.html

: http://panduzone.blogspot.com/2012/03/arti-pentingnya-soft-skill-dalam_04.html

Kompetensi Soft Skill   Guru

Posted on Mei 12, 2012 by Ka Robby

Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini  dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill  sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan akademis  (Hard Skill), yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan interpersonal. Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori: 

intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self control, trust, worthiness,

time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill

(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy)

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No. 14  tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar  Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik profesional.  Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi akademik  minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai kompetensi, 

(10)

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lahirnya UU dan PP tersebut, pada 

(11)

nilai-nilai positif ke dan di dalam diri siswa tidak bisa digantikan oleh media  dua, yaitu hard competence dan soft competence. Yang termasuk hard

competence adalah kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik.  bertugas mentransfer pengetahuan (transfer of knowledge), sedangkan dalam  mendidik guru bertanggung jawab mentransfer nilai (transfer of value).

(12)

Apabila menghendaki siswa memiliki karakter positif harus dimulai dari guru  yang juga memiliki karakter positif. Soft skills guru bukan mitos.[]

[1] Dr. Abdul Abdul Munip, M.Ag, Reinveting Nilai-Nilai Islam Mengenai Peranan Guru Dalam Pendidikan Karakter, Available at: 

http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru-Dalam-Pendidikan-Karakter.  Diakses 4 November 2011.

[2] Ali Mudlofir (2011), Modul Pengembangan Soft Skills Guru PAI, Materi Peningkatan Guru Pendidikan Agama Islam, Direktorat Pendidikan Agama  Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, hlm. 8.

TINGKAT KOMPENTENSI SOFT SKILLS GURU

TINGKAT KOMPENTENSI SOFT SKILLS GURU (Studi pada SMK TI YPPN KEDIRI )

Endang Solichin

ABSTRAK

Keberhasilan seseorang lebih banyak ditentukan oleh soft skills selain hard skills yang dimilikinya. Transformasi soft skills

bersifat penularan bukan

diajarkan, karenanya guru yang akan mentransformasikan harus memiliki terdelebih dahulu sebelum menularkannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kompetensi soft

skills

guru-guru dan untuk mengetahui faktor soft skills yang kuat serta yang lemah yang dimiliki para guru . Kuesioner dibagikan kepada guru-guru, kuesioner dirancang

dalam bentuk

skala Likert dengan lima pilihan, kemudian dianalisis dengan metode diskriptif, menggunakan piranti lunak SPSS 13. Hasil penelitian menunjukkan bahwa skor soft skill guru-guru

adalah sebesar

(13)

yang paling rendah adalah anggapan bahwa struktur organisasi sebagai satu halangan untuk mencapai sasaran yang diinginkan, kemudian kesiapan untuk kehilangan semua

kekayaan bila usaha gagal.

.

Kata Kunci : kompetensi, soft skills

THE COMPETENCE LEVEL OF TEACHER SOFT SKILL (Study at SMK TI YPPN KEDIRI)

Endang Solichin

abstract

Somebody success more many determined by soft skills besides hard skills . Transformation soft skills has infection is not taught, hence teacher that transformator must has formerly

before infection student .

The reserach aims to study competence level soft skills teachers and to detect factor soft skills strong and weak that

has teachers .

Quesioner distributed to teachers , quesioner designed in the form of scale Likert with five choices, then analyzed with descriptive method use soft ware SPSS 13. The research result shows that score soft skill s teachers is 80,21. element soft skills highest are courage admits mistake and get advice from another person, next will always look for manner better to do a job. while element soft skills lowest are the opinion that organization chart as one hindrance to achieve desirable target, then immediacy to lose all when does effort fail.

.

(14)

I. PENDHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MAS ALAH

Pada waktu yang lalu penguasaan faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, alam dan modal yang sering disebut keunggulan komparatif (Comparative advantage ) merupakan tameng dan sekaligus senjata untuk memenangkan persaingan. Namun sekarang ini Comparative advantage bukan lagi basis yang cukup kuat untuk memenangkan persaingan. Globalisasi telah mengubah segala sesuatu yang membatasi sehingga akan dengan mudah memperoleh sumberdaya yang diinginkan kapan dan dimanapun sumberdaya itu tersedia. Dalam perkembangan kini dan selanjutnya untuk memenangkan persaingan pada kompetisi global harus memiliki keungguan bersaing ( Competetive advantage )

dibanding pesaingnya.

Keunggulan bersaing adalah suatu posis i unik yang dikembangkan suatu organisasi sebagai upaya untuk mengalahkan pesaing. Suatu organisasi perusahaan dikatakan memiliki keunggulan bersaing bila memiliki ciri kompetensi khusus. Sejalan dengan perkembangan tersebut maka ada perubahan paradigma peran sumberdaya manusia yang memiliki peran strategis, artinya sumberdaya manusia memiliki kontribusi dalam menentukan masa depan organisasi melalui orientasi fungsional pada pengembangan kreativitas, fleksibilitas, manajemen proaktif dan daya inovasi. Sementara itu dibidang pendidikanpun telah terjadi perubahan paradigma dari old industrial education menjadi new entrepreneurial education yang lebih menekankan pada kemampuan untuk berkreativitas dan berinovasi, kreativitas berkenaan dengan kemampua n untuk berpikir sesuatu yang baru (thinking something new ) sedangkan inovasi berkenaan dengan kemampuan untuk berbuat sesuatu yang baru ( doing

something new ).

(15)

menekankan kepada kemampuan hard skills yang diajarkan

kepada anak didik secara terstruktur

sesuai dengan kurikulum yang telah ditetapkan, sementara

kemampuan yang

bersifat soft skills tidak begitu nampak dalam kurikulum dan lebih bersifat hidden curriculum, seperti dikatakan Illah Sailah (2007), ba hwa pendidikan di Indonesia muatan soft skillsnya hanya 10 % sedangkan Hard skillsnya 90 % . Padahal menurut peneliatian di Harvard University Amerika Serikat ternyata kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata -mata oleh pengetahuan dan kemampuan tekn is (hard skills) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain( soft skills), Penelitian ini mengungkapka n, kesusksesan hanya ditentukan sekitar 20 % oleh hard skills dan

sisanya 80 % oleh soft skills

Hampir semua perusahaan dewasa ini me nsyaratkan adanya kombinasi yang sesuai antara hard skills dan soft skills, apapun posisi karyawannya, bahkan dikalangan para praktisi sumberdaya manusia pendekatan hard skills saja kini sudah ditinggalkan, hal tersebut bisa dilihat pada iklan -iklan lowongan kerja berbagai perusahaan yang juga mensyaratkan kemampuan so ft skills, seperti team work, kemampuan komunikasi dan interpersonal relationship , hal tersebut menunjukkan bahwa hard skills merupakan faktor penting dalam bekerja, namun keberhasilan seseor ang dalam bekerja biasanya ditentukan oleh soft skillsnya yang baik, bahkan psikolog kawakan David McClelland berani mengatakan bahwa faktor utama keberhasilan para eksekutif muda dunia adalah kepercayaan diri, daya adaptasi, kepemimpinan dan

kemampuan mem pengaruhi orang lain

(16)

guru sebagai subyek harus memiliki dulu, artinya dirinya terlebih dahulu harus memiliki kompetensi dibidang soft skills

secara melekat dengan perilakunya.

Guru sebagai pembina adalah orang yang harus memiliki

terlebih dahulu

kemampuan soft skills tersebut, yang kemudian ditularkan kepada anak didiknya melalui interaksi perilaku dengan anak didik.

Sekolah kejuruan lebih diarahkan kedunia kerja, baik menjadi pekerja

maupun bekerja disektor informal atau wirausaha sehingga bagi mereka ketrampilan soft skils merupakan hal mutlak untuk dimiliki dan karena itulah maka dipandang sangat perlu dan mendesak untuk memahami tingkat kompetensi soft skills dari para guru di Sekolah Menengh Kejuruan Teknologi Informasi (SMK TI) Yayasan Penidikan Pelita Nus antara Kediri

1.2. PERUMUSAN MASALAH

Permasalahan utama yang hendak diteliti adalah bagaimana tingkat kompetensi soft skills guru-guru SMK TI Yayasan Penidikan Pelita Nusantara Kediri serta faktor kompetensi soft skills yang kuat dan yang lemah yang dimilki oleh para guru yang mengajar di SMK TI Yayasan Penidikan Pelita Nusantara Kediri

1.3. TUJUAN PENELITIAN

1. Untuk mengetahui tingkat kompetensi soft skills guru-guru SMK TI Yayasan Pendidikan Pelita Nusantara Kediri 2. Untuk mengetahui unsur soft skills yang kuat serta yang

lemah yang

(17)

II. LANDASAN TEORI

Paradigma pendidikan yang berubah dari old industrial Education menjadi New Entrepreneurial Education terutama pada Sekolah Kejuruan yang lebih mengarahkan anak didiknya untuk disiapkan menjadi lulusan yang siap memasuki dunia usaha atau melakukan usaha mandiri disektor informal dan sektor formal, maka lulusan tersebut untuk bisa bersaing harus

memiliki kompetensi.

Kompetensi menurut Spencer (1993) dalam Taliziduhu Ndraha(1999)

sebagai karakteristik yang mendasari seseorang dan berkaitan dengan

efektivitas kinerja individu dalam pekerjaannya, ada lima karakeristik

kompetensi, yaitu :

1. Motives adalah sesuatu dimana seseorang secara konsisten

berfikir sehingga ia melakukan tindakan

2. Traits adalah watak yang membuat orang untuk berperilaku atau bagaimana seseorang merespon sesuatu dengan cara tertentu misalnya rasa percaya diri, kontrol diri, stress

resistance atau ketabahan

3. Self concept adalah sikap dan nil ai-nilai yang dimiliki seseorang

4. Knowlwdge adalah informasi yang dimilki seseorang untuk

bidang tertentu

(18)

tertentu baik secara fisik maupun mental Kompetensi Knowlwdge dan skill cenderung lebih nyata

( visible) yang relatif

berada dipermukaan sebagai salah satu karakteristik yang dimiliki manusia, sedangkan self concept (konsep diri), traits (watak/sifat) dan motif lebih tersembunyi (hidden), dalam (deeper) dan berada pada titik sentral kepribadian seseor ang (Spencer, 1993 dalam Taliziduhu Ndraha1999) Model pendidikan kejuruan harus bisa memadukan kompetensi hard skills dan kompetensi soft skills untuk bisa mencetak

lulusan yang memiliki entrepreneurial skills,

Untuk mencetak lulusan yang memiliki kompete nsi entrepreneurial skills yang memiliki daya imajinasi, kreativitas dan perilaku yang inovatif, ada dua komponen penting yaitu kompetensi hard skills yang merupakan kompetensi technical skills dan English skills yang dibentuk melalui proses belajar mengajar berdasarkan kurikulum yang telah ditentukan. Sedangkan kompetensi soft skills dibangun melalui hidden curriculum atau melalui proses penularan perilaku dari fasilitator/guru kepada anak didiknya. Kompetensi soft skills atau people skills itu meliputi intrapersonal skills dan interpersonal skills . Menurut Illah Sailah (2008) intrapersonal skills merupakan ketrampilan seseorang dalam mengatur diri sendiri dengan indikatornya antara lain : transforming character, transforming beliefs, change managemen t, stress

management, time management, creative thinking processes,

goal setting &

life purpose dan accelerated learning techniquies.

Menuruit Illah Sailah (2007), intrapersonal skills sebaiknya dibenahi terlebih dahulu sebelum seseorang mulai

(19)

Interpersonal skills menurut Ilah Sailah (2007) adalah ketrampilan seseorang yang diperlukan dalam berhubungan dengan orang lain, dengan indikatornya antara lain : communication skills, relationship building, motivation skills, leadership skills, self-marketing skills, presentatation skills,

public speaking skills

Pengembangan soft skills di sekolah dapat dikembangkan oleh para guru melalui proses pembelajaran dan juga kegiatan kesiswaan dalam kegiatan extra kurikuler. Hal yang terpenti ng dari soft skills bukanlah hafalan melainkan dipraktekkkan oleh individu yang belajar atau yang ingin mengembangkannya.

Pada saat siswa ingin mengembangkan minat dan bakatnya didalam bidang olah raga umpamanya, seringkalai pembimbing kegiatan olah raga senantiasa berpusat pada teknik bagaimana memenangkan pertandingan yang akan dilakukan oleh siswa, tidak sedikit yang tidak mengindahkan bahwa pada saat menjadi pembina olah raga, maka soft skills yang perlu dikembangkan adalah sportifitas, keberanian untu k kalah, keberanian untuk menang dan semangat juang yang membara. Seringkali hard skillsnya dalam teknik shooting basket ball atau menendang dan bertahan dalam sepak bola yang selalu menjadi pusat perhatian guru/pembina, namun ketika menerima kekalahan, bu kan introspeksi diri yang pertama dilakukan, tetapi mungkin malah menyalahkan cara kerja wasit

atau kecurangan yang dilakukan lawan.

Pengembangan soft skills dalam proses pembelajaran dapat dilakukan melalui kegiatan belajar tatap muka di dalam kelas

maup un praktek

dilaboratorium atau lapangan dan hal ini memerlukan

kreativitas dan inovasi

(20)

III. METODE PENELITIAN 1. Penelitian ini merupakan j enis penelitian eksploratif yang bertujuan untuk mengumpulkan informas i sebanyak-banyaknya guna mendeskripsikan fenomena yang ada 2. Obyek Penlitian adalah g uru-guru SMK TI Yayasan Penidikan Pelita

Nusantara Kediri sebanyak 30 orang

3. Prosedur pengumpulan dan pengolahan data :

Proses pengumpulan data menggunakan beberapa cara, ya itu;

a. Kuesioner yaitu daftar pertanyaan / pernyataan yang

diberikan kepada responden untuk diisi

b. Observasi yaitu melakukan pengamatan terhadap perilaku guru sebagai responden dalam menularkan soft skills kepada

anak didiknya

c. Wawancara yaitu melakukan Tany a jawab dengan para responden untuk mendapatkan informasi yang m endukung

kuesioner dan pengamatan

4. Analisa data dalam penelitian ini dilkukan secara kuantitatif

dan kualitatif.

Analisa kuantitatif terarah pada pemaparan gejala secara deskriptif terhadap hal-hal yang menjadi tujuan penelitian (statistik deskriptif). Sedangkan analisa kualitatif diarahkan terhadap informasi -informasi responden yang tidak dapat diungkap sec ara kuantitatif namun sangat mendukung upaya pencarian kejelasan data yang bersifat ku antitatif pada satu pihak dan pada sisi lain dinilai mendukung upaya pencarian jawaban terhadap apa yang menjadi tujuan penelitian

(21)

1. HASIL PENELITIAN

Hasil olah data menunjukkan bahwa skor tingkat kompetensi soft skill guru- guru adalah sebesar 80,2. Unsur soft skills skor tertinggi adalah keberanian mengakui bila melakukan kekeliruan dan menerima nasihat dari orang lain skor 94,12 berikutnya selalu mencari cara yang lebih baik untuk

melakukan suatu pekerjaan skor 91,76

Sedangkan unsur soft skills terendah adalah anggapan struktur organisasi sebagai salah satu halangan untuk mencapai sasaran yang diinginkan dengan skor 54 kemudian Jika usaha saya gagal saya siap untuk kehilangan semua kekayaan saya

skor 60,00

2. PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa secara umum tingkat kompetensi soft skills guru-guru masuk dalam kategori baik, persoalannya adalah bagaimana para guru tersebut mentranformasikan soft skills tersebut kepada anak didiknya kare na soft skills bukan harus diajarkan melainkan ditularkan. P enularan tersebut melalui proses interaksi antara guru dan murid, jadi lebih bersifat pola perilaku dan sikap psychologis yang terkristalisasi dalam diri anak didik

dari figur guru.

(22)

inovatif seperti dikatakan oleh Schumpeter ( 1934 ) bahwa

salah satu bentuk

inovasi adalah mencari cara atau metode baru.

Anggapan bahwa s egala tindakan harus terstruktur sesuai yang telah ditetapkan oleh organisasi, merupakanm perilaku yang birokratis. Persoalan yang muncul dalam berperilaku birokratis adalah apabila berpegang kepada aturan dan melepaskan tujuan. Sehingga pola perilaku yang terstruktur seringkali dirasakan mengalami kekeringan dalam inovasi ak ibatnya bisa menimbukan kurang adanya terobosan dalam

mencapai tujuan

Resiko berkaitan erat dengan keuntungan, semakin tinggi harga resiko semakin besar kemungkinan mendapatkan untung yang besar. Sikap terhadap resiko bermac am-macam, ada yang menghindari resiko, menerimanya sebaga i hal yang biasa bahkan ada yang menyukai resiko . Ketidaksiapan kehilangan kekayaan jika usahanya gagal merupakan sikap yang kurang berani terhadap resiko, atau bisa dikatakan menghindari resiko, maka sikap demikian akan mengurangi kemungkinan untuk membuka peluang yang besar. Secara logika yang harus diraih adalah keuntungan, bukan resiko, namun tidak ada keuntungan yang dapat diraih tanpa resiko sehingga logikanya perlu ada keberanian untuk melakuka n pengejaran terhadap keungtungan dengan mempertimbangkan resiko yang akan dihadapi, oleh karena itulah resiko itu harus teridentifikasi sehingga bisa diperhitungkan atau resiko itu dapat dialihkan secara rasional. Jadi bukan tidak mengenal resiko karena itu berarti membabi buta, atau hanya sekedar trial and error saja.

(23)

Secara umum tingkat kompetensi soft skills guru-guru adalah baik, keberanian untuk mengakui jika melakukan kekeliruan dan kesediaan untuk mendapat nasihat, serta mencari cara ya ng lebih baik untuk melakukan suatu pekerjaan merupakan indikator soft skills yang paling kuat sedangkan yang paling lemah adalah anggapan struktur organisasi sebagai salah satu

halangan untuk

mencapai sasaran yang diinginkan dan keberanian untuk

kehilang an semua

kekayaan jika usaha gagal

DAFTAR PUSTAKA

Galphin, Timothy J, 1999. The Human Side of change, USA Jassey Boss Inc Illah Sailah, 2007. Pengembangan Soft sSkills di Perguruan Tinggi, Sosialisasi penegmebangan soft skills di Kopertis VII Surabaya . Kumalaningsih, Sri, 2002. Peran IPTEK

dalam Pemberdayaan Perempuan

Pada Era Globalisasi. Lokakarya Nasional, Malang

Lutham, Fred, 1995. Organizational Behavior, Seventh edition,

Mc Graw - Hill Inc

Mc Clelland, DC., 1997. Human Motivation, New York Cam

bridge University

(24)

Nursya’bani Purnama, 2000. Membangun keunggulan bersaing melalui integrasi perencanaan stratejik dan perencanaan SDM,

Usahawan No

07 TH XXIX Juli 2000

Taliziduhu Ndraha, 1999. Teori Pengembangan Sumberdaya

Manusia, Penerbit Rineka Cipta, Jakarta

Tilaar, H. A.R., 1997. Pengembangan Sumberdaya manusia Dalam Era Globalisasi. Visi, Misi dan Program Aksi Pendidikan dan Pelatihan Menuju 2020 PT Gramedia Widiasarana

Indonesia, Jakarta.

Schumpeter JA, 1934, The Theory of economic Developmen t, Cambridge, MA : Harvard University Press

URGENSI PENERAPAN SOFTSKILL DAN HARDSKILL OLEH GURU PADA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)

Submitted by anisa on Wed, 05/15/2013 - 09:30

 

URGENSI PENERAPAN SOFTSKILL DAN HARDSKILL OLEH GURU PADA KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR (KBM)

Oleh :

Asep Zuhara Argawinata  

Keberhasilan suatu pembelajaran di sekolah tidak terlepas dari 

kompetensi guru dalam dimensi kompetensi guru yang meliputi kompetensi  Profesional, kompetensi Pedagogi, kompetensi kepribadian dan kompetensi  sosial namun demikian hal yang tidak kalah pentingnya adalah aspek 

kecerdasan emosional (emotional intelligence), dan kecerdasan emosional ini  merupakan pengembangan konsep Softskill.

 

(25)

siswanya seperti memukul, berkata-kata kasar dan mencederai siswanya  sehingga berdampak kepada pola sikap yang akan terbentuk pada siswa.  Kemampuan guru dalam menerapkan softskill ini diperlukan awarness dari setiap guru dalam kegiatan belajar mengajar khususnya.

 

Soft skill sebenarnya merupakan pengembangan dari konsep yang selama ini dikenal dengan istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). Soft skill sendiri diartikan sebagai kemampuan diluar kemampuan teknis dan  akademis (Hard Skill), yang lebih mengutamakan kemampuan intra dan  interpersonal.

 

Secara garis besar soft skill bisa digolongkan ke dalam dua kategori:  intrapersonal dan interpersonal skill. Intrapersonal skill mencakup : self awareness (self confident, self assessment, trait & preference, emotional awareness) dan self skill (improvement, self control, trust, worthiness,

time/source management, proactivity, conscience). Sedangkan interpersonal skill mencakup social awareness (political awareness, developing others, leveraging diversity, service orientation, empathy dan social skill

(leadership,influence, communication, conflict management, cooperation, team work, synergy).

 

UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, UU No.  14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dan PP No. 19 tahun 2005 tentang  Standar Nasional Pendidikan mengamanatkan bahwa guru adalah pendidik  profesional. Seorang guru atau pendidik profesional harus memiliki kualifikasi  akademik minimum sarjana (S1) atau diploma empat (D4), menguasai 

(26)

memuat usaha pemerintah untuk menata dan memperbaiki mutu guru di  Indonesia. Merujuk dari salah satu kompetensi yang termaktum dalam 

Penjelasan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2005 tentang Standar Nasional  Pendidikan, point kedua tentang kompetensi kepribadian seorang guru yang  mantap, stabil, dewasa, arif dan bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia,  menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat, mengevaluasi kinerja  sendiri, dan mengembangkan diri secara berkelanjutan.

 

Pendidikan soft skill, yakni pendidikan yang bertumpuan pada pembinaan mentalitas (stabil mentalnya, dewasa, bijaksana, berwibawa, berakhlak mulia,  menjadi teladan bagi peserta didik, dan peka terhadap realitas lingkungannya).

 

Pendidikan soft skill tentu menjadi kebutuhan penting dalam dunia  pendidikan, dalam hal ini guru. Karena guru akan menjadi teladan bagi para  siswa, yang meliputi bagaimana guru terampil dalam menerapkan manajemen  diri (berkomunikasi, memimpin, membina hubungan dengan orang lain, dan  mengembangkan diri). Tertulisnya kata-kata berakhlak mulia dalam tujuan  pendidikan nasional mengisyaratkan bangsa Indonesia mencita-citakan akhlak  mulia sebagai karakter dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

 

Faktanya ada distorsi antara yang dicita-citakan dengan realitas praktek  pendidikan. Pendidikan di Indonesia cenderung berorientasi pada pendidikan  berbasis hard skill (keterampilan teknis) yang lebih banyak bertumpu pada  intelligence quotient (IQ), namun kurang mengembangkan kemampuan soft  skill yang mengembangkan kemampuan emotional intelligence (EQ) dan  spiritual intelligence (SQ).

 

(27)

penanaman karakter siswa. Disamping upaya mengoptimalkan kecerdasan  intelektual siswa, guru juga dituntut untuk menanamkan nilai-nilai budi pekerti,  moral, dan akhlak karimah. Peranan guru dalam membantu proses internalisasi  nilai-nilai positif ke dan di dalam diri siswa tidak bisa digantikan oleh media  pendidikan secanggih apapun. Hal ini karena pendidikan karakter membutuhkan teladan hidup (living model) yang hanya bisa ditemukan dalam pribadi para  guru. Tanpa peranan guru, pendidikan karakter tidak akan pernah berhasil  dengan baik.

 

Demi tercapainya internalisasi karakter ke dalam diri siswa, kesadaran  bahwa guru sebagai pribadi yang menjadi teladan hidup tidak bisa diabaikan.  Inilah kompetensi kepribadian yang harus dimiliki guru, selain tiga kompetensi  lainnya, yakni kompetensi profesional, kompetensi pedagogik, dan kompetensi  sosial. Keempat kompetensi tersebut saling terkait dan harus dimiliki guru.

 

Dalam modul Materi Peningkatan Kompetensi Guru Pendidikan Agama  Islam dijelaskan bahwa keempat kompetensi tersebut dapat dikelompokkan  menjadi dua, yaitu hard competence dan soft competence. Yang termasuk hard competence adalah kompetensi profesional dan kompetensi pedagogik. 

Sementara yang termasuk soft competence adalah kompetensi kepribadian dan  kompetensi sosial.

 

(28)

karena itu, soft skills guru memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam  membentuk kepribadian siswa yang menjadikan karakter dan budi pekerti  sebagai rujukan nilai dalam berperilaku. Degradasi moral siswa dapat diatasi  salah satunya dengan meningkatkan kualitas soft skill guru.

 

 

Sebagai profesi yang diakui guru juga dituntut memiliki keterampilan  hard skill dan soft skill. Dua keterampilan ini harus dikembangkan secara  seimbang. Guru dituntut bukan hanya terampil membuat lesson plan, menyusun materi ajar, memilih media pembelajaran, mengevaluasi hasil kerja siswa, yang  semua itu termasuk kategori keterampilan teknis (hard skills), tetapi lebih dari  itu: guru juga harus memiliki keunggulan kualitas diri yang bersifat ke dalam  dan keluar.

 

Kesuksesan seorang guru yang ditopang oleh keterampilan soft skills  yang tinggi bukan hanya berpengaruh pada karir pribadi semata, bahkan akan  sangat berpengaruh pada kesuksesan siswanya. Kejujuran, tanggung jawab, adil, empati, dan beberapa sifat positif lainnya yang dimiliki oleh seorang guru 

diharapkan akan berpengaruh dan menjadi tauladan yang baik bagi siswa.  

Apabila menghendaki siswa memiliki karakter positif harus dimulai dari  guru yang juga memiliki karakter positif. Soft skills guru bukan mitos.

 

Referensi

 Abdul Abdul Munip, Dr.,M.Ag, Reinveting Nilai-Nilai Islam Mengenai Peranan Guru Dalam Pendidikan Karakter, Available at: http://www.scribd.com/doc/12991475/Guru-Dalam-Pendidikan-Karakter. Diakses 4 November 2011.  Ali Mudlofir (2011), Modul Pengembangan Soft Skills Guru

(29)

Direktorat Pendidikan Agama Islam, Kementerian Agama Republik Indonesia, hlm. 8.

 http://karobby.wordpress.com/2012/05/12/kompetensi-soft-skill-guru

 http://edukasi.kompasiana.com/2013/03/19/omong- kosong-pendidikan-karakter-tanpa-soft-skills-guru-538442.html

 Artikel

PENERAPAN SOFT SKILL DI SEKOLAH DASAR

BAB I

PENDAHULUAN

1.      Rasional

Seorang siswa ketika berada  di sekolah nilai rapotnya sangat memuaskan bahkan   menjadi  rangking   pertama.   Akan   tetapi   siswa   ini  tidak   dapat mengembangkan dirinya di lingkungan rumahnya dirinya tidak memiliki teman, pemalu, dan kesehariannya hanya di rumah saja. Sangat kontras dengan apa yang ditunjukkan oleh salah satu siswa lainnya di sekolah  yang nilai rapotnya biasa-biasa saja bahkan menjadi rangking terendah, namun di masyarakatnya  menunjukkan prestasi yang luar biasa. Contoh lain lagi ialah seorang pemimpin yang dianggap berhasil, setelah ditelusuri ternyata prestasi akademiknya  biasa-biasa   saja,    sedangkan   seorang   pemimpin   yang   diangkat   karena   prestasi akademiknya baik (pintar) ternyata tidak menunjukkan keberhasilan yang luar biasa. 

(30)

menjadikan si pemangku berhasil dalam menjalankan tugas profesinya.  Lalu apa yang menyebabkan bisa meraih kesusksesan yang lebih besar?.  Penyebab kesuksesan   seseorang   tidak   ditentukan   semata-mata   oleh   pengetahuan   dan keterampilan teknis (hard skill), tetapi oleh keterampilan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Bahkan banyak survei mengungkapkan bahwa kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% dengan  hard skill  dan sisanya 80% dengan  soft skill.

SD   (Sekolah   Dasar)   sebagai   institusi   pendidikan   yang   menyiapkan lulusannya   sebagai   input   untuk   siswa   jenjang   pendidikan   selanjutnya   maka tidak hanya menyiapkan kemampuan keilmuan (hard skill) yang memadai saja, tetapi juga diharuskan mempunyai kemampuan kepribadian (soft skills) yang mumpuni.  

2.      Tujuan Penerapan Soft Skills

Penerapan dan pengembangan soft skill di  SD  memiliki tujuan utama untuk pembinaan mentalitas (personal skill dan interpersonal skill) agar lulusan SD benar-benar  dapat  menjadi dasar yang terbaik guna input jenjang-jenjang pendidikan selanjutnya.

BAB II

PENERAPAN SOFT SKILLS

1.      Konseptual Soft Skills di SD

Sebelum   menerapkan  Soft  Skill di   SD   kita   perlu   memahami   terlebih dahulu aspek-aspek Soft Skill yang perlu dikembangkan pada siswa SD. Sebagai ilustrasi berikut ini gambar perbedaan dan kaitan antara hard skill dan soft skill  pada permainan sepak bola.

(31)

Dimensi Hard Skills dan Soft Skills Pemain Sepak Bola

  

2.      Atribut Soft Skills

Soft Skills terdiri dari Personal Skills dan Interpersonals Skills. Personal Skil merupakan kemampuan seseorang untuk mengembangkan dirinya sendiri menjadi lebih baik. Ini lebih ke arah self development  yang meliputi:

         personal time management,          problem solving skills,          research skills,

         kreativitas,

         learning capability (learn to learn … effectively),

         Team Thinks (kemampuan untuk berpikir sebagai bagian dari tim)          Cooperation

         Discipline          Good attitude          Goodwill          Optimism          Sociability          Stability

(32)

         Participation in a team

Ability to teach Service

Leading a team

Negotiation

Unite a team amidst cultural differences

Motivation

Decision-making skills

Problem-solving skills

Etiquette

Atribut soft skill yang lebih sederhana  dikemukakan oleh Patrick O’Brien dalam bukunya “ Making College Count” berbagai soft skills  penting dapat dikategorikan kedalam 7 area yang disebut winning characteristics, yang dalam akronim COLLEGE, yakni:

1.      Communication skills 2.      Organizations skills 3.      leadership

4.      logic 5.      Effort

6.      Group skills 7.      Ethis

3.      Penerapan Soft Skill di SD

a.       Mengidentifikasi Atribut Soft Skill

(33)

(1)   berkomunikasi tertulis dan lisan (2)   bekerja mandiri

(3)   bekerja dalam tim (4)   berpikir logis (5)   Berpikir analitis

Atau  10 atribut soft skills yaitu: (1)    Inisiatif

(2)    Integritas

(3)    Berpikir analitis

(4)    Kemauan untuk belajar (5)    Komitmen

(6)    Motivasi untuk meraih prestasi (7)    Antusias

(8)    Kemampuan berkomunikasi (9)    Handal  (reliable)

(10)     Berkreasi

b.      Mengembangkan Topik Materi

Materi-materi  soft skill yang patut dipertimbangkan sesuai dengan kompetensi lulusan SD, yaitu:

1.       Pengenalan skills   (Introduction to Soft-skills): Memahami peran  soft-skills dalam keberhasilan diri di masyarakat baik di dalam kampus maupun di dunia kerja

2.      Membangun visi dan komitmen

(34)

4.       Membangun   Hubungan   (Building Rapport):   Membangun   hubungan berdasarkan   empati    dengan   teman   kerja   dan   atasan   untuk   membangun kredibilitas 

5.       Mengenali   Pemegang  Otoritas   (Recognizing Authority):   Memilih   langkah yang tepat saat bergaul  dengan pemegang otoritas & menggunakan otoritas  dengan tepat

6.      Mengakui kontribusi individu (Recognizing Individual): Mengakui kontribusi dan prestasi teman, & menerima masukan dan kritik

7.       Menyelesaikan Masalah (Problems Solving)  : Memecahkan masalah secara sistematis, jangka pendek dan pencegahan masalah di masa datang

8.      Menyelesaikan Konflik (Resolving Conflict): Menyelesaikan konflik dengan benar dan pencegahan konflik di masa datang

9.      Mengambil Inisitiaf (Taking Inititiave): Mengambil tindakan yang tepat  sesuai dengan tanggung jawab serta mengembangkan tingkah laku proaktif 10.  Membuat Prioritas Tugas (Prioritizing): Membuat prioritas tugas dan tindakan

secara efektif dan benar

11.   Bekerja  dengan   dan  di  dalam  tim  (Working in a Team):  Mengembangkan tingkah laku yang efektif saat dalam kelompok

12.  Pengelolaan emosi diri dan stress 13.  Komunikasi lisan dan tulisan 14.  Manajemen waktu

c.       Strategi Penerapan Soft Skill di SD

(35)

sehingga   pembinaan   lebih   diarahkan   pada   berpikir   kritis,   peningkatan kreaktivitas,   kemampuan   berargumentasi.   Dan   pada  Kelas   5  dan  6,  mereka memerlukan   suasana   yang   menentukan   keberhasilan   studi,   sehingga   mereka memerlukan suasana yang dapat memberikan kemampuan untuk tetap belajar, menangani stres, kemampuan mengelola diri, mampu menyelesaikan persoalan, bekerja   sama   dalam   tim   dengan   baik   dan   memiliki   kemampuan  adversity (tantangan yang semakin berat).

Pelaksanaan soft skill dapat dilakukan secara terintegrasi dengan proses pembelajaran  (intrakurikuler)   dan juga dalam bentuk kegiatan ko dan ekstra kurikuler. Pengembangan melalui proses  pembelajaran dapat dilakukan dengan melalui   kurikulum   terintegrasi   dan  hidden kurikulum.   Selain   kedua   strategi tersebut, soft skill dapat pula dikembangkan melalui pembiasaan, pelatihan, dan out bond.

1.    Penerapan Soft Skill Melalui Proses Pembelajaran (Intrakurikuler)

Terlepas   dari   berbagai   ramuan   mujarab   yang   ditawarkan, pengembangan soft skills di SD memang harus dilakukan secara integratif dan menyeluruh.   Pengembangan  soft skills  tidak   hanya   sekedar   memberikan pelatihan   atau   kursus   softskills,   misalnya   kursus   kepribadian   atau   teknik komunikasi saja. Sebuah SD idealnya mengembangkan soft skill siswanya (juga guru tentunya) melalui kegiatan di dalam kelas dan di luar kelas. Di dalam kelas selayaknya  guru  berusaha   mengembangkan   kemampuan   softskill   siswanya melalui metode mengajar yang bisa mengasah softskills siswa. Salah satu yang bisa dikembangkan adalah metode diskusi dan presentasi kelompok, walaupun ada beberapa siswa dan guru  agak enggan melaksanakannya, dengan berbagai alasannya masing-masing.

(36)

pelaksanaan,   dan   evaluasi   pembelajaran   mata  pelajaran  yang   bersangkutan. Artinya,  guru  menetapkan atribut-atribut  soft skills  yang akan dikembangkan, kemudian dituangkan tersebut dalam perencanaan pembelajaran, berdasarkan perencanaan  pembelajaran tersebut  guru  mengimplementasikan  dalam proses pembelajaran.   Sedangkan   Pengembangan   soft   skills   siswa   melalui   hidden curiculum dapat dilakukan sebagai selingan (pengisi waktu jeda) atau sisipkan di   awal   (pembukaan)   pelajaran  ditengah-tengah  pelajaran,   atau   pada   akhir (penutup)   pelajaran.   Dalam  Hidden  Curiculum,   pemberian   materi  soft skills tidak   dijadikan   tujuan   instuksional   dari   mata  pelajaran  bersangkutan,   tetapi sebagai upaya lebih yang dilakukan oleh  guru  untuk memberikan kompetensi tambahan kepada siswanya.

Gambar2

Pola strategi Penerapan soft skill melalui Kegiatan intrakurikulum

2.    Penerapan Soft Skill Melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

(37)

civitas academica, penyedian media atau display sebagai wadah kreatifitas dan inovasi siswa, dll. 

    Pengembangan   soft   skills   melalui   kegiatan   ekstakurikule)   dapat dilakukan melalui meliputi 4 bidang, yaitu penalaran dan keilmuan, minat dan kegemaran,   peningkatan   kesejahteraan,  dan  bakti   sosial   siswa.   Kegiatan ekstrakurikuler   memberikan   peluang   paling   besar   bagi   siswa   untuk mengembangkan   soft   skills-nya.   Selain   itu,   kegiatannya   sangat   banyak   dan bervariatif bisa  dalam bentuk pelatihan, pendampingan, dan out bond.

Gambar 3

Pola strategi Penerapan soft skill melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

3.    Penerapan soft skill melalui Pembiasaan

(38)

atau poster) untuk menyemangati civitas  SD  mengembangkan soft skills-nya, dan pesan soft skills ini dapat  di pasang di tempat-tempat strategis dengan  isi pesan disesuaikan dengan tempat atau komunitas yang menjadi sasaran.

4.    Langkah Operasional Penerapan Soft Skill 1) Guru

   Guru menjadi role model siswa dalam mengimplementasikan soft skills.

   Guru dapat mengembangkan soft skills melalui membaca buku-buku tentang

perilaku,   personaliti,   leadership,   komunikasi,   intra   dan   interpersonal   skills lainnya.

    Guru  mengimplementasikan   intra   dan   interpersonal  skills  dalam

kesehariannya,  baik yang berhubungan dengan teman sejawat maupun dengan siswa dan pegawai administrasi

   Guru menyisipkan pengembangan soft skills melalui proses pembelajaran di

masing-masing mata pelajaran yang diampu.

   Guru terlibat dalam kegiatan kesiswaan sebagai fasilitator dan motivator.     Guru  memberikan contoh dalam mengembangkan kebiasaan (pembiasaan),

seperti smiling and greeting, suka menolong, suka memberikan maaf dan selalu mengucapkan terima kasih, baik dengan sesama guru maupun dengan siswa dan pegawai.

2) Siswa

    Siswa   senantiasa   memahami   bahwa   pengembangan   soft   skills   sangat

diperlukan   dalam   membangun   karakter   lulusan   dan   berdampak   pada   kinerja dunia kerja.

   Siswa ikut aktif dalam program-program pengembangan soft skills.

    Siswa   senantiasa   mengintegrasikan   program   soft   skills   dalam   kegiatan

(39)

   Siswa melakukan partisipasi aktif di dalam proses pembelajaran, menerapkan

bertanya, berdiskusi, berargumentasi adalah suatu keharusan dan menunjukan eksistensi diri.

   Siswa menerapkan kebiasaan (pembiasaan), yaitu selalu smiling and greeting,

duduk   di   depan   dalam   pembelajaran,   tidak   malu   bertanya,   tertib,   perilaku bersih, suka mengucapkan terima kasih, suka menolong, baik dengan sesama siswa maupun dengan guru dan pegawai.

    Siswa   dapat   mengembangkan   diri   dengan   cara   membaca   buku-buku   yang

dapat   membangun   semangat,   dan   menimbulkan   motivasi   dalam   kehidupan nyata.

3) Pegawai

    Pegawai   mengimplementasikan   atribut   soft   skills,   seperti   memberikan

pelayanan prima, disiplin dan fokus pada pekerjaan, etika, dan sopan santun dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.

    Pegawai   menerapkan   kebiasaan   (pembiasaan),   yaitu   selalu  smiling  dan

greeting,  tertib,  perilaku   bersih,   suka   mengucapakan   terima   kasih,   dan   suka menolong, baik dengan sesama pegawai maupun dengan guru dan siswa

    Pegawai dapat mengembangkan diri dengan cara membaca buku-buku yang

membangun semagat, dan menimbulkan motivasi dalam kehidupan nyata.

PENUTUP

(40)

pemikiran yang tertuang dalam papaer ini. Sehingga satuan pendidikan SD akan menghasilkan lulusan (alumni) yang lebih berkualitas baik hard skills maupun juga soft skills.  

Daftar Pustaka

1.      http://www.marketplus.co.id/section/articles

2.      http://www.smpn1-pusakanagara.com/pengembangan-soft-skill-dalam-pembelajaran-ips-di-smp-melalui-model-cooperative-learning/

Meningkatkan Softskill Siswa Setelah Kegiatan Olimpiade 2012

February 23, 2012 by Adm Hikmatul Fadhillah   - dibaca 504 kali  Filed under Uncategorized

 0 3 47  

 

1 Comment 

Siswa sekolah kita saat ini tengah menyelenggarakan Kegiatan Olimpiade SDIT Hikmatul Fadhillah 2012 sejak tanggal 23 sampai 25 Februari 2012. Salah satu  tujuan kegiatan ini diselenggarakan adalah untuk mengukur sejauh mana tingkat kesiapan dan kemampuan siswa dalam penguasaan materi dari proses belajar  mengajar yang selama ini telah berjalan. Tentunya, hasil dari Program 

Olimpiade ini sebaiknya dianalisis dan dijadikan sebagai bahan dalam  merancang program sukses SDIT Hikmatul Fadhillah ke depan. Setiap 

mu’allim/mu’allimah diharapkan mempersiapkan diri dengan membuat program kegiatan bimbingan dan pemantapan kepada siswa.

Hasil Kegiatan Olimpiade ini hendaknya jangan menjadi kabar pertakut bagi  siswa. Hasil Olimpiade tidak boleh menjadikan siswa semakin tidak percaya  diri setelah mengetahui prestasinya pasca Kegiatan Olimpiade, atau sebaliknya  bagi siswa yang kebetulan memperoleh hasil yang memuaskan jangan 

(41)
(42)
(43)
(44)
(45)
(46)
(47)
(48)
(49)
(50)
(51)
(52)

dengan saksama sehingga menjadi jelas apa yang menjadi potensi positif  seseorang yang harus dikembangkan dan apa yang menjadi faktor negatif  seseorang yang perlu disikapi.

Kini, saatnya kita memulai membangun roh pendidikan dari diri sendiri,  menyelenggarakan praktik pendidikan yang memberi keteladanan dan penuh  kasih sayang kepada anak didik. Anak didik diperlakukan seperti anak sendiri  atau setidaknya seperti anak saudara kandung. Kita memberinya contoh dengan  penuh kasih sayang. Tidak dihina apalagi dicaci tatkala berbuat salah dan tidak  segan memberikan acungan jempol apabila berprestasi. 

Semoga dengan program pemerintah ditambah dorongan dari diri kita sendiri,  roh pendidikan di Indonesia dapat kita bangkitkan, sehingga, kedepan Indonesia bisa melahirkan individu-individu yang berkarakter dan memiliki jati diri yang  khas sebagai anak bangsa yang bisa berinteraksi positif dengan lingkungannya,  berbaur tapi tidak lebur dan mewarnai lingkungannya dengan nilai-nilai positif  yang membangun. Pendidikan bukanlah segala-galanya, namun segala-galanya  bisa kita diraih hanya dengan Pendidikan. (*)

Penulis adalah:

Staf Kasubbang Hukmas dan KUB Kanwil Kemenag Prov. Riau

Pekanbaru, 24 Mei 2011

Pendidikan Berbasis Soft Skill

DAFTAR ISI

              Halaman

HALAMAN

PENGESAHAN... ...

HALAMAN PENILAIAN

MUNAQASYAH... KATA

(53)

ABSTRAK... ...

SINGKATAN... ...

DAFTAR

ISI ... ... 1

DAFTAR

TABEL... ...

DAFTAR

GAMBAR ... ...

DAFTAR

LAMPIRAN... ...

BAB I        PENDAHULUAN A.      Latar Belakang

Masalah ... 2 B.     Rumusan

Masalah ... 7 C.     Tujuan

Penelitian... . 7

D.    Manfaat

Penelitian... 8

E.     Definisi

(54)

F.      Tinjauan

Kepustakaan... G.    Sistematika

Penulisan ... H.    Metode

Penulisan...

BAB II      KAJIAN TEORITIS SOFT SKILL A.      Makna Soft Skill dan Budaya

Sekolah...

B.       Urgensi-urgensi Soft Skill dalam Pendidikan Islam...

C.       Asas-asas Budaya Sekolah

Islami... D.      Metode Pembiasaan dalam Pendidikan

Islam...

BAB III    HASIL PENELITIAN A.    Objek

Penelitian... .. ..

B.     Budaya guru dalam Menciptakan Budaya Soft Skill...

C.     Aplikasi  guru dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa...

D.    Bentuk kendala yang Dihadapi Guru Dalam Membangkitkan Soft Skill Siswa       

BAB IV    PENUTUP A.   

(55)

B.    

Saran-saran... ...

DAFTAR

PUSTAKA... ...

LAMPIRAN-LAMPIRAN... ..

BIOGRAFI

PENULIS... ...

BAB I

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

        Soft Skill adalah bagian keterampilan dari seseorang

yang lebih bersifat kepada “kehalusan” atau sensitifitas

perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Soft skill mengarah kepada keterampilan psikologis, dampak yang

(56)

dirasakan. Ada beberapa komponen yang termasuk kedalam

bagian soft skill. Kecerdasan emosional dan spiritual termasuk

bagian dari soft skill.

Dalam rangka pembina kecerdasan emosional terhadap

sikap empati dan sikap kejujuran untuk menjadi potensi positif,

maka perlu ada upaya atau langkah-langkah yang dilaksanakan sehingga mampu melahirkan sebuah kecerdasan emosional diri

seseorang. Menurut wacana Al-Qur’an hal ini lebih dikenal

dengan konsep akhlaq al-karimah.[1]

Keberadaan institusi formal seperti sekolah lebih

cenderung sebagai media yang paling kondusif untuk

mengasah keahlian soft skill seseorang. Hal ini dikarenakan

soft skill dipelajari melalui interaksi dengan orang lain dan

bagaimana seseorang menghadapi permasalahan dalam

kehidupannya.

Para ahli menjelaskan bahwa kesuksesan hidup seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh tingginya intelegensi question

(IQ). Sebaliknya justru faktor emosional question lebih

memegang peran lebih besar dengan perbandingan EQ dan IQ

(57)

        Soft skill lebih berada pada ranah afektif (olah rasa).

Soft skill dipelajari dalam kehidupan sosial melalui interaksi

sosial. Soft skill dipelajari melalui pengamatan atas perilaku

orang lain dan juga atas refleksi tindakan sebelumnya. Dengan

kata lain, soft skill bisa dipelajari melalui proses pengasahan

soft skill baik dari melihat maupun dari melakukan sesuatu.

Jika dikaitkan dengan hasil penelitian diberbagai

perusahaan besar tentang keberhasilan seorang profesional

sangat ditentukan oleh penguasaan soft skill ketimbang hard

skill. Menurut buku Lesson From The Top karya Neff dan Citrin

(1999) yang memuat sharing dan wawancara 50 orang

tersukses di Amerika: mereka sepakat bahwa yang paling

menentukan kesuksesan bukanlah keterampilan teknis

melainkan kualitas diri yang termasuk dalam keterampilan

lunak (soft skill) atau keterampilan berhubungan dengan orang

(58)

Riset tersebut diperkuat lagi oleh hasil survey Tempo

tentang karakter yang harus dimiliki oleh orang yang berhasil

mencapai puncak karir, yaitu: [1] mau bekerja keras, [2]

kepercayaan diri tinggi, [3] mempunyai visi ke depan, [4] bisa

bekerja dalam tim, [5] memiliki kepercayaan matang, [6]

mampu berpikir analitis, [7] mudah beradaptasi, [8] mampu

bekerja dalam tekanan, [9] cakap berbahasa Inggris, dan [10]

mampu mengorganisir pekerjaan. Kalau hasil riset ini

dijadikan sebagai acuan untuk melihat kondisi pendidikan,

terutama guru, maka bisa disimpulkan bahwa pengembangan

guru masih berkutat pada hard skills. Kurangnya perhatian

terhadap soft skills guru berakibat pada kualitas peserta didik

kita yang belum maksimal.[4]

Moralitas pendidikan yang baik dapat tampak dari

kehidupan dan proses yang terjadi di dalamnya. Tentu saja

pendidikan yang menjunjung tinggi nilai-nilai humanisme,

perdamaian, persatuan, nasionalisme, dan nilai-nilai moral

positif lainnya. Melalui pembangunan moralitas pendidikan

nantinya akan terwujud dunia pendidikan yang unggul dan

(59)

Pelaksanaan pendidikan dan pengajaran baik dalam

keluarga, lembaga dan masyarakat tidak akan terlepas dari

bagaimana cara untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah

dirumuskan atau bagaimana cara mengajar agar bisa berjalan

dengan baik berdasarkan metode yang akan digunakan.

Metode pendidikan adalah suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan

tertentu.

Pendidikan adalah merupakan salah satu faktor yang

paling penting dalam upaya membimbing, mengayomi dan

mendidik anak agar menjadi generasi penerus agama, bangsa

dan negara. Anak perlu dididik dan diberi pengetahuan yang

baik agar dia mampu menjadi seorang yang memiliki

intelektualitas, kecerdasan, moralitas, dan profesionalitas.[5]

Pendidikan sejatinya merupakan proses pembentukan

moral masyarakat yang beradab, masyarakat yang tampil dengan penuh rasa kemanusiaan. Dengan kata lain, pendidikan

adalah moralisasi masyarakat, terutama peserta didik. Menurut

Prof. Schoorl (1982) berpendapat bahwa praktik-praktik

pendidikan merupakan wahana terbaik dalam menyiapkan

(60)

Pada kenyataannya saat ini justru seringkali terjadi praktik

penyimpangan moral: seperti kekerasan oleh guru, korupsi

dana pendidikan, jual beli ijazah palsu, tawuran antar pelajar

dan sebagainya. Seharusnya pendidikan mampu menghasilkan

sumber daya manusia yang tidak hanya terampil dan cerdas,

namun juga bermoral. Akibat yang bisa dirasakan dari sumber daya manusia yang bermoral adalah perilaku sopan, disiplin,

keteguhan hati, kemampuan kerja sama, serta membantu

orang lain. Dikarenakan pengembangan soft skill yang dimiliki

oleh setiap orang tidak sama.

Berdasarkan data Kementrian Pendidikan Nasional

(Kemdiknas), tahun 2011 peringkat pertama dalam sepuluh

besar kelulusan. Nilai UN murni terbaik tingkat SMA/ sederajat

diraih oleh salah satu sekolah di kota Banda Aceh dengan nilai

rata-ratanya adalah 9.53.[7]

Seperti halnya sebuah sekolah swasta yang berdiri pasca bencana tsunami dan didukung oleh lembaga pemerintah

Turki, meluluskan 100 persen siswanya yang ikut UN yaitu

sebanyak 67 orang.[8] Soft skill adalah harus dimiliki karena

berpengaruh pada keberhasilan siswa. Siswa yang mempuyai

(61)

Perekrutan siswa dari dua sekolah diatas berdasarkan SK

Kepala Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Banda

Aceh, Nomor: 422.1/ A.3/ 4232.a/ 2012 adalah dengan seleksi.

Caranya dengan menyerahkan berkas pendaftaran untuk

dilakukan verifikasi oleh panitia pendaftaran, selanjutnya

panitia melakukan proses entri data pendaftaran, pilihan sekolah calon peserta didik melalui komputer secara online.[9]

Hipotesa dari penulis mayoritas soft skill yang dimiliki oleh

siswa SMA Swasta adalah lemah hal ini karena permasalahan

penerimaan siswa di SMA Cut Meutia dengan cara pendaftaran

langsung ke sekolah bukan dengan jalur online, kemudian

siswa pindahan dari prestasi belajar lebih rendah dari sekolah

lain baik dari dalam kota maupun luar kota. Kemudian dari

observasi awal, dari input siswa bahwa soft skill yang dimiliki

rendah karena SMA Cut Meutia adalah sekolah pilihan kesekian

dari sekolah lain yang ada di Banda Aceh.

Dari uraian sebelumnya soft skill sangat mempengaruhi

hard skill siswa. Oleh karena soft skill sangat penting, pihak

sekolah harus memiliki upaya yang rapi untuk membentuk soft

(62)

di SMA Cut Meutia Banda Aceh, pembahasan lebih akan penulis

paparkan pada bab selanjutnya.

B.     Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan

diatas, bahwa yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah tentang Pendidikan Berbasis Soft Skill Pada SMA

Swasta di Banda Aceh. Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1.      Bagaimana guru menciptakan budaya sekolah yang mampu

meningkatkan soft skill siswa ?

2.      Bagaimana metode pembiasaan yang dilakukan guru di

sekolah supaya soft skill siswa meningkat ?

3.      Kendala apa saja yang dihadapi ketika guru menciptakan

budaya dalam metode pembiasaan ?

C.    Tujuan Penelitian

Pada sub ini penulis ingin menuliskan tujuan dari

(63)

1.      Untuk mengetahui bagaimana guru menciptakan budaya

sekolah yang mampu meningkatkan soft skill.

2.      Untuk mengetahui pembiasaan yang dilakukan guru supaya

soft skill anak dapat meningkat.

3.      Untuk mengetahui kendala yang dihadapi oleh guru dalam

menciptakan budaya sekolah untuk meningkatkan kemampuan soft skil anak.

D.    Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1.      Untuk menjadi bahan masukan bagi guru dan juga pihak

sekolah agar terus meningkatkan pengetahuan dalam proses

soft skill pendidikan di sekolah.

2.      Untuk mengetahui dampak soft skill pendidikan di sekolah

3.      Untuk menjadi bahan masukan bagi guru dan berbagai

pihak agar terus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam soft skill pendidikan

4.      Menjadi masukan bagi dinas terkait untuk membuat

(64)

5.      Pihak yang berkepentingan dalam rangka memperkaya

pembahasan yang telah dilakukan dibidang pendidikan dan

diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi praktisi

pendidikan dalam upaya pembentukan soft skill

E.     Definisi Operasional

Untuk mempertegas dan memperjelas maksud penulisan

penelitian sehingga terhindar dari terjadinya kesalahpahaman

dan kekeliruan bagi pembaca, maka penulis merasa perlu

memberikan penjelasan istilah-istilah yang terangkai dalam

judul tesis ini adalah:

Pendidikan adalah suatu usaha yang dijalankan oleh

seseorang kepada orang lain, atau usaha yang dijalankan oleh

generasi yang sudah matang kepada generasi yang sedang

bertumbuh kembang, dimana usaha itu memiliki tujuan.[10]

Dalam bahasa Arab, pendidikan sering diistilahkan dengan al-ta’lim, at-tarbiyyah dan al-ta’dib.[11] Pada ketiga istilah ini

memiliki makna khusus dan tersendiri pada konsep pendidikan.

At-ta’lim merupakan masdar dari kata ‘allama yang berarti

(65)

keterampilan. Al-ta’lim lebih sempit maknanya yaitu proses

pentransferan sejumlah nilai antar manusia. Kata tarbiyyah itu

masdar dari kata rabba yang berarti mengasuh, mendidik dan

memelihara. Al-ta’dib merupakan masdar dari addaba yang

berarti proses mendidik, lebih kepada pembinaan dan

penyempurnaan akhlak subjek didik.

Berthal mendifinisakan bahwa soft skills, yaitu perilaku

personal dan interpersonal yang mengembangkan dan

memaksimalkan kinerja manusia seperti membangun tim,

pembuatan keputusan, inisiatif, dan komunikasi. Soft skills

tidak termasuk keterampilan teknis seperti keterampilan

merakit komputer. Dengan kata lain, soft skills mencakup

pengertian keterampilan non-teknis, keterampilan yang dapat

melengkapi kemampuan akademik, dan kemampuan yang

harus dimiliki oleh setiap orang, apa pun profesi yang ditekuni.

Profesi seperti guru, polisi, dokter, akuntan, petani, pedagang, perawat, arsitek, dan nelayan harus mempunyai soft skills.[12]

Soft skill pada dasarnya merupakan keterampilan

seseorang dalam berhubungan dengan orang lain

(66)

sendiri (intrapersonal skill) yang mampu mengembangkan

unjuk kerja secara maksimal.

Berbasis berasal dari kata basis artinya dasar, pokok.[13]

Kemudian ditambahkan awal ber. Penulis lebih mengartikan

basis artinya berdasarkan.

Secara terminologi, pendidikan berarti proses perbaikan, penyempurnaan dan penguatan terhadap semua potensi yang

ada pada diri manusia. Pendidikan juga dapat diartikan sebagai

usaha manusia untuk membina kepribadiannya sesuai dengan

nilai-nilai dan kebudayaan yang hidup dalam masyarakat.

Dalam masyarakat yang kebudayaannya yang sederhana

sekalipun proses pendidikan sudah ada dan berkembang,

sering dikatakan bahwa pendidikan itu telah muncul sejak

adanya peradaban manusia.

Swasta adalah berdiri sendiri tanpa bantuan pemerintah.

[14] Banda Aceh adalah nama sebuah kota yang berada di

Provinsi Aceh. Banda Aceh merupakan Ibu kota provinsi Aceh.

F.     Tinjauan Perpustakaan

Dalam mengkaji permasalahan ini digunakan beberapa

Gambar

Gambar 3Pola strategi Penerapan soft skill melalui Kegiatan Ekstrakurikuler

Referensi

Dokumen terkait

kemampuan soft skills harus dikuasai oleh lulusan perguruan tinggi untuk mampu bersaing di dunia kerja...  Menurut Sofian

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dalam penyusunan proposal PKM ada beberapa unsur soft skill yang harus dimiliki mahasiswa, antara lain perlunya kreatifitas

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan, hard skill, dan soft skill merupakan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan

Penelitian ini dilakukan pada objek penelitian karyawan KSPPS BMT BAHTERA Kota Pekalongan untuk mengetahui pengaruh soft skill dan hard skill pada karyawan.Penelitian ini

H 2 : Terdapat pengaruh yang signifikan secara parsial antara hard skill , soft skill dan spiritual skill terhadap produktifitas kerja dosen. H 3 : Variabel spiritual

Model pendidikan hard skills dan soft skills untuk menyiapkan tenaga kerja terampil adalah ada 3 alternatif, yakni : (1) Pendidikan aspek soft skills,

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberdayaan, hard skill, dan soft skill merupakan faktor yang secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja karyawan sanggar seni di

Dari hasil analisis ditemukan dua kategori skills yang dibutuhkan perusahaan untuk menempati posisi HRD yaitu hard skills dan soft skills.Pemahaman tentang peraturan ketenagakerjaan