• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi (KB) 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi (KB) - Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi (KB) 2.1.1 Pengertian Kontrasepsi (KB) - Hubungan Karakteristik, Pengetahuan dan Dukungan Suami Terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang pada Wanita Pasangan Usia Subur di Wilayah Kerja Puskesmas Sunggal"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kontrasepsi (KB)

2.1.1 Pengertian Kontrasepsi (KB) Kontrasepsi berasal dari kata : Kontra : mencegah atau melawan

Konsepsi : pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma (sel pria) yang mengakibatkan kehamilan.

Kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel sperma (Atikah, 2010).

Keluarga berencana menurut UU No. 52 tahun 20 09 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup dalam lingkungan yang sehat; dan keluarga berencana adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga berkualitas.

2.1.2 Sejarah Program Keluarga Berencana

(2)

Celebes (Sulawesi), Sumatera dan ataupun Borneo. Menurut Raffles, pulau tersebut bisa dijadikan lahan masa depan bagi sebagian penduduk Jawa-Madura melalui kolonisasi (transmigrasi). Pada tahun 1905 pemerintah Hindia Belanda memindahkan 155 kepala keluarga (KK) penduduk Purworejo, Jawa Tengah ke Gedong Tataan di Lampung. Apakah kolonisasi ini untuk mengatasi laju petumbuhan penduduk atau hanya karena penyediaan buruh murah dalam menggarap lahan baru, sering menjadi diskusi para pengamat kependudukan. Namun hasilnya tidak banyak berpengaruh terhadap tingginya pertumbuhan penduduk di Jawa. Sementra itu, pertumbuhan penduduk di luar Jawa juga tinggi karena penduduk yang dipindahkan berusia produktif (BKKBN, 2009).

(3)

untuk para dokter dan perawat serta mengimpor alat-alat kontrasepsi (BKKBN, 2009).

(4)

Tahun 2010 lalu, agenda rapat tahunan yang digelar BKKBN ini masih berbicara sekitar program Keluarga Berencana (KB) meskipun UU No. 52/2009 telah lahir. Tetapi mulai tahun 2011 ini (dan seterusnya) sudah dipadukan dengan program kependudukan sehingga otomatis program ini berubah menjadi program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB). Perjalanan dari program KB menuju program KKB tentunya melalui proses tersendiri. Dari segi prosesnya perpindahan ini sebenarnya dapat dikatakan sebagai peristiwa besar, karena bukan hanya berubah dengan bertambahnya satu huruf “K”, tetapi juga diiringi dengan

perubahan organisasi BKKBN yang dulu merupakan singkatan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional kini berubah menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang juga disingkat BKKBN, yang kemudian ditindaklanjuti dengan lahirnya Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 26 tahun 2010. Dalam perpres ini BKKBN merupakan Lembaga Pemerintah Non Kementrian yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Presiden melalui Menteri yang bertanggungjawab di bidang kesehatan (Mustakim, 2012).

2.1.3 Tujuan Program Keluarga Berencana

(5)

kesehatan reproduksinya, untuk mempersiapkan kehidupan dalam mendukung upaya meningkatkan kualitas generasi mendatang(Sujiyatini, 2009).

2.1.4 Visi dan Misi Keluarga Berencana

Visi KB berdasarkan dengan seiring dimasuknya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014, BKKBN sebagai institusi yang selama ini mengemban tugas menyukseskan Program KB di Indonesia telah merevitalisasi visi dan misinya. Visi BKKBN sekarang ini adalah “Penduduk Seimbang 2015” dan misi “Mewujudkan Pembangunan yang Berwawasan

Kependudukan dan Mewujudkan keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” menggantikan visi sebelumnya “Seluruh Keluarga Ikut KB” dan misi “Mewujudkan Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera” (BKKBN, 2010)

2.1.5 Syarat-syarat Kontrasepsi

Adapun syarat-syarat kontrasepsi yaitu sebagai berikut : a. Aman pemakaiannya dan dipercaya

b. Tidak ada efek samping yang merugikan c. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan d. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

e. Tidak memerlukan bantuan medis atau kontrol yang ketat selama pemakaiannya

f. Harga murah dan dapat dijangkau oleh masyarakat

(6)

2.2 Metode kontrasepsi Jangka panjang

Metode kontrasepsi jangka panjang adalah cara kontrasepsi berjangka panjang yang dalam penggunaanya mempunyai efektivitas dan tingkat kelangsungan pemakaiaannya yang tinggi dengan angka kegagalan yang rendah (BKKBN, 2009).

Berdasarkan lama efektivitasnya, kontrasepsi dapat dibagi menjadi : a. MKJP (metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam

kategori ini adalah jenis susuk/implant, IUD, MOW dan MOP

b. Non MKJP ( non metode kontrasepsi jangka panjang), yang termasuk dalam kategori ini adalah kondom, pil, suntik, dan metode-metode lain selain metode yang termasuk dalam MKJP

2.3 Jenis-jenis Kontrasepsi KB

2.3.1 Metode Amenorrhea Laktasi (MAL)

Metode amenorrhea laktasi (MAL) adalah metode kontrasepsi sementara yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI saja tanpa tambahan makanan dan minuman lainnya (Atikah, 2010).

a. Cara Kerja

Menunda atau menekan terjadinya ovulasi b. Keuntungan Kontrasepsi

1) Efektifitas tinggi (98%) apabila digunakan selama enam bulan pertama setelah melahirkan, belum mendapat haid dan menyusui eksklusif.

2) Dapat segera di mulai setelah melahirkan.

(7)

4) Tidak memeerlukan pengawasan medis. 5) Tidak mengganggu senggama.

6) Mudah digunakan. 7) Tidak perlu biaya.

8) Tidak menimbulkan efek samping sistematik. 9) Tidak bertentangan dengan budaya maupun agama. c. Keuntungan Non Kontrasepsi

1. Untuk Bayi

a) Mendapat kekebalan pasif. b) Peningkatan gizi.

c) Mengurangi resiko penyakit menular.

d) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi air, susu formula atau alat minum yang dipakai

2. Untuk Ibu

a) Mengurangi perdarahan post partum/ setelah melahirkan. b) Membantu proses involusi uteri (uterus kembali normal). c) Mengurangi resiko anemia.

d) Meningkatkan hubungan psikologi antara ibu dan bayi. d. Indikasi

1) Wanita yang menyusui secara eksklusif.

(8)

e. Kontra Indikasi

1) Wanita pasca melahirkan yang sudah mendapat haid. 2) Wanita yang tidak menyusui secara eksklusif.

3) Wanita yang bekerja dan terpisah dari bayinya lebih dari 6 jam. 4) Wanita yang harus menggunakan metode kontrasepsi tambahan 5) Wanita yang menggunakan obat yang mengubah suasana hati. 6) Bayi sudah berumur lebih dari 6 bulan.

7) .Bayi yang mempunyai gangguan metabolisme (Atikah, 2010). 2.3.2 Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

2.3.2.1 Senggama Terputus (Coitus Interruptus)

Senggama terputus merupakan metode keluarga berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria mencapai ejakulasi (Sujiyatini, 2009).

a. Cara Kerja :

Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga sperma tidak masuk kedalam vagina dan kehamilan dapat dicegah.

b. Manfaat

1. Manfaat Kontrasepsi a) Alamiah.

b) Efektif bila dilakukan dengan benar. c) Tidak mengganggu produksi ASI d) Tidak ad efek samping.

e) Tidak membutuhkan biaya.

(9)

g) Dapat digunakan setiap waktu. 2. Manfaat nonkontrasepsi

a) Adanya peran serta suami dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi.

b) Menanamkan sifat saling pengertian. c) Tanggung jawab bersama dalam ber-KB. c. Indikasi

1) Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam keluarga berencana.

2) Pasangan yang taat beragama atau punya alasan filosofi untuk tidak memakai metode lain.

3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.

4) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode yang lain.

5) Pasangan yang membutuhkan metode pendukung.

6) Pasangan yang melakukan hubungan seksual tidak teratur. d. Kontra Indikasi

1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini

2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus. 3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis. 4) Ibu yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama. 5) Pasangan yang kurang dapat saling berkomunikasi.

(10)

2.3.2.2Pantang Berkala/Cara Kalender (Ogino Knaus)

Pantang berkala merupakan salah satu cara kontrasepsi sederhana yang dapat dikerjakan sendiri oleh pasangan suami istri, dengan tidak melakukan senggama pada masa subur (Atikah, 2010).

1) Dasar

Menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.

2) Kelebihan

a) Mudah, tanpa biaya dan pemeriksaan medis. b) Tidak ada efek samping.

c) Pada saat menyusui, tidak mempengaruhi produksi ASI. d) Melibatkan peran serta suami dalam pengambilan keputusan.

e) Dapat diterima oleh pasangan suami istri yang keberatan menggunakan alat kontrasepsi lain.

3) Keterbatasan

a) Tidak tepat dilakukan untuk ibu-ibu yang mempunyai siklus haid yang tidak teratur.

b) Masa puasa senggama relatif lama, sehingga bisa menimbulkan rasa kecewa.

c) Sering tidak disiplin.

d) Tidak melindungi penyakit menular seksual (PMS). 4) Cara Kerja

(11)

a) Jumlah hari dalam satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus haid). Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari kesatu.

b) Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18, hitungan ini menentukan hari masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 kali siklus haid dikurangi 11, hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur (Atikah, 2010).

2.3.2.3Metode Suhu Basal Tubuh

Suhu basal tubuh adalah badan asli, yaitu suhu terendah yang dicapai oleh tubuh selama istirahat atau dalam keadaan istirahat (tidur). Mengenali masa subur dengan mengukur suhu badan secara teliti dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu sampai 0,1 ºC untuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil, suhu tubuh wanita (Sujiyatini, 2009).

2.3.2.4Metode Lendir/ Mukosa Serviks

Metode lendir/ mukosa serviks adalah metode keluarga berencana alamiah (KBA) dengan cara mengenali masa subur dari siklus menstruasi dengan mengamati lendir serviks dan perubahan rasa pada vulva menjelang hari-hari ovulasi.

(12)

2.3.2.5Metode Simtomtermal

Metode Simtomtermal merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang mengidentifikasi masa subur dari siklus mentruasi wanita (Atikah, 2010).

a. Manfaat

1) Manfaat Kontrasepsi

a) Dapat digunakan untuk menghindari atau mencapai kehamilan. b) Tidak ada resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi. c) Tidak ada efek samping sistemik.

d) Murah atau tanpa biaya. 2) Manfaat Nonkontrasepsi

a) Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana.

b) Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi oleh suami dan istri. c) Memungkinkan mengeratkan relasi/hubungan melalui peningkatan

komunikasi antara suami istri/pasangan. b. Indikasi

a) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun premenopause.

b) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara. c) Perempuan kurus ataupun gemuk.

d) Perempuan yang merokok.

(13)

endometritis, kista ovarii, anemia defisiensi besi, hepatitis virus, malaria, trombosis vena dalam, atau emboli paru.

f) Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuk tidak menggunakan metode lain.

g) Pasangan yang ingin pantang senggama lebih dari seminggu pada setiap siklus haid.

h) Pasangan yang termotivasi untuk mengobservasi, mencatat, dan menilai tanda dan gejala kesuburan (Atikah, 2010).

2.3.3 Metode Kontrasepsi Barier 2.3.3.1Kondom

Kondom adalah selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual (Sujiyatini, 2009). b. Cara Kerja

1) Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet yang dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran reproduksi perempuan.

2) Mencegah penularan mikroorganisme (IMS termauk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang terbuat dari lateks dan vinil).

b. Manfaat Kontrasepsi

(14)

4) Tidak mempunyai pengaruh sistemik 5) Murah dan dapat dibeli secara umum

6) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus

7) Metode kontrasepsi sementara bila metode kontrasepsi lainnya harus ditunda.

c. Manfaat Nonkontrasepsi

1) Memberi dorongan kepada suami untuk ikut ber-KB 2) Dapat mencegah penularan IMS

3) Mencegah ejakulasi dini

4) Membantu mencegah terjadinya kanker servik (mengurangi iriitasi bahan karsinogenik eksogen pada servik)

5) Saling berinteraksi sesama pasangan 6) Mencegah imuno infertilitas

2.3.3.2Diafragma/Cap

Diafragma/Cap adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinersikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan menutup serviks (Sujiyatini, 2009).

a. Cara Kerja

Menahan sperma agar tidak mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.

b. Manfaat Kontrasepsi

(15)

2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah terpasang sampai 6 jam sebelumnya

4) Tidak mengganggu kesehatan klien 5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik c. Manfaat Nonkontrasepsi

1. Salah satu perlindungan terhadap IMS/HIV/AIDS, khususnya apabila digunakan dengan spermisida

2. Bila digunakan pada saat haid, menampung darah menstruasi. 2.3.3.3Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oksinol-9) digunakan untuk menonaktifkan atau membunuh sperma, dikemas dalam bentuk Aerosol (busa), tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film dan krim (Atikah, 2010).

a. Cara Kerja

Menyebabkan sel membran sperma terpecah, memperlambat pergerakan sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

b. Manfaat Kontrasepsi

1) Efektif seketika (busa dan krim) 2) Tidak mengganggu produksi ASI

3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain 4) Tidak mengganggu kesehatan klien

(16)

7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual

8) Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus c. Manfaat Nonkontrasepsi

Merupakan suatu perlindungan terhadap IMS termasuk HBV dan HIV/AIDS. 2.3.4 Kontrasepsi Oral

2.3.4.1 Kontrasepsi Pil Oral Kombinasi a. Profil Kontrasepsi Pil Oral Komninasi

Menurut Pinem (2009), pil kombinasi mengandung estrogen dan progesteron dengan profil sebagai berikut :

1) Efektif dan reversible 2) Harus diminum setiap hari

3) Sangat jarang terjadi efek yang serius

4) Pada bulan-bulan pertama efek samping mual dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera akan hilang

5) Dapat digunakan oleh semua ibu usia reproduksi, baik yang sudah memiliki anak maupun belum

6) Dapat mulai diminum setiao saat jika yakin sedang tidak hamil 7) Tidak dianjurkan diminum oleh ibu yang menyusui

8) Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. b. Jenis Pil Oral Kombinasi (Sulistyawati, 2011).

(17)

2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

3) Trifasik : pil yag tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif estrogen/ progestin (E/P) dalam tiga dosis yang berbeda, dengan tablet tanpa hormon aktif.

c. Cara kerja kontrasepsi pil oral kombinasi. 1) Menahan ovulasi

2) Mencegah implantasi

3) lender serveiks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma

4) Pergerakkan tuba terganggu sehingga transportasi dengan sendirinya akan terganggu pula

d. Manfaat kontrasepsi pil oral kombinasi (Arum, 2011). 1) Memiliki efektifitas yang tinggi

2) Risiko terhadap kesehatan sangat kecil 3) Tidak menggangu hubungan seksual 4) Siklus haid menjadi teratur

5) Dapat digunakan jangka panjang

6) Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause 7) Mudah dihentikan setiap saat

(18)

10) Metode ini dapat membantu mencegah : kehamilan ektopik, kanker ovarium, kanker endometrium, penyakit radang panggul,kelainan jinak pada payudara, dismenore, dan jerawat

e. Keterbatasan.

1) Mahal dan membosankan karena harus menggunakannya setiap hari. 2) Mual terutama pada 3 bulan pertama.

3) Perdarahan bercak atau perdarahan sela terutama 3 bulan pertama. 4) Pusing.

5) Nyeri payudara.

6) Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan tertentu kenaikan berat badan justru memiliki dampak positif.

7) Berhenti haid (amenorea) jarang pada pil.

8) Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui (mengurangi ASI). 9) Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan depresi dan perubahan

suasana hati, sehingga keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.

10) Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi cairan, sehingga resiko stroke dan gangguan pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.

11) Tidak mencegah IMS (Infeksi Menular Seksual), HBV, HIV/AIDS. f. Indikasi/ yang boleh menggunakan pil oral kombinasi (Handayani, 2010).

1) Usia reproduksi

(19)

3) Gemuk atau kurus

4) Setelah melahirkan dan tidak menyusui 5) Pasca keguguran

6) Anemia karena haid berlebihan 7) Riwayat kehamilan ektopik 8) Siklus haid tidak teratur 9) Kelainan payudara jinak

10) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata dan syaraf

g. Kontra Indikasi / yang tidak boleh menggunakan pil oral kombinasi (Pinem, 2009).

1) Hamil atau dicurigai hamil 2) Menyusui eksklusif

3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahui penyebabnya 4) Penyakit hati akut (hepatitis)

5) Perokok dengan usia >35 tahun

6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg 7) Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau kencing manis >20 tahun 8) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara

(20)

2.3.4.2 Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil) a. Profil (Arum, 2011).

1) Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin memakai pil KB 2) Sangat efektif pada masa laktasi

3) Dosis rendah

4) Tidak menurunkan produksi ASI

5) Tidak memberikan efek samping estrogen

6) Efek samping utama adalah gangguan perdarahan; perdarahan bercak, atau perdarahan tidak teratur

7) Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat b. Jenis Minipil

1) Kemasan dengan isi 35 pil: 30 μg levonorgestrel atau 350 μg noretindron 2) Kemasan dengan isi 28 pil:75μg desogestrel

c. Cara Kerja Minipil.

1) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium

2) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi lebih sulit

3) Mengentalkan lender serviks sehingga menghambat penetrasi sperma 4) Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma terganggu d. Keuntungan Minipil (Pinem, 2009).

(21)

4) Kesuburan cepat kembali 5) Nyaman dan mudah digunakan 6) Sedikit efek samping

7) Dapat dihentikan setiap saat 8) Tidak mengandung estrogen e. Kerugian Minipil

1) Hampir 30-60 % mengalami gangguan haid 2) Peningkatan atau penurunan berat badan

3) Harus digunakan setiap hari dan pada waktu yang sama 4) Bila lupa satu pil saja, kegagalan menjadi lebih besar

5) Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau jerawat 6) Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau HIV/AIDS f. Indikasi Kontrasepsi Minipil (Handayani, 2010).

1) Tekanan darah tinggi < 180/110, masalah pembekuan darah atau penyakit sel sikel

2) Dengan nyeri haid tingkat sedang sampai berat 3) Perokok

4) Yang lebih menyukai atau tidak boleh menggunakan estrogen

5) Yang menginginkan kontrasepsi progestin-only, tetapi tidak mau injeksi atau susuk

g. Kontraindikasi Kontrasepsi Minipil (Pinem, 2009).

1) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(22)

3) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara 4) Sering lupa minum pil

5) Mioma uterus, progestin memicu pertumbuhan miam

6) Riwayat stroke, karena progestin menyebabkan spasme pembuluh darah. 2.3.5 Kontrasepsi Suntikan

2.3.5.1 Kontrasepsi Suntikan progestin

Kontrasepsi suntik progestin terdapat dua jenis yaitu, Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 15 mg DMPA, yang

diberikan 3 bulan dengan cara disuntik intramuskular (di daerah bokong). Depo Noretesteron Etanat ( Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretdron

Etanat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular (Arum,

2011).

a. Cara Kerja Kontrasepsi Suntik Progestin (Handayani, 2010). 1) Menekan ovulasi.

2) Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier terhadap spermatozoa.

3) Membuat endometrium menjadi kurang baik/layak untuk implantasi dari ovum yang sudah dibuahi.

4) Mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopii. b. Keuntungan Kontrasepsi Suntik Progestin

1) Sangat efektif, dan mempunyai efek pencegahan kehamilan jangka panjang.

(23)

4) Tidak mempengaruhi ASI.

5) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.

6) Dapat digunaka oleh perempuan yang berusia diatas 35 tahun sampai perimenopause.

7) Mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik. 8) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.

9) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul. 10) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). c. Kerugian Kontrasepsi Suntik Progestin (Arum, 2011).

1) Sering ditemukan gangguan haid (siklus haid yang memendek/memanjang, perdarahan yang banyak atau sedikit, perdarahan tidak teratur/bercak, tidak haid sama sekali).

2) Akseptor sangat tergantung pada sarana kesehatan (harus kembali untuk suntikkan).

3) Tidak dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya. 4) Permasalahan berat badan merupakan permasalahan paling sering. 5) Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian.

6) Pada ppenggunaan jarak panjang dapat sedikit menurunkan kepadatan tulang.

d. Efek samping Kontrasepsi Suntik Progestin (Sujiyatini, 2009). 1) Amenore.

(24)

e. Indikasi Kontrasepsi Suntik Progestin (Arum, 2011). 1) Usia reproduksi.

2) Telah memiliki anak/belum memiliki anak.

3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan efektifitasnya tinggi. 4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

5) Setelah abortus atau keguguran.

6) Tekanan darah >180/110 mmHg, dengan masalah pembekuan darah dan anemia.

7) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

8) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi yang mengandung estrogen.

9) Menggunakan obat epilepsy (fenitoin dan barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).

f. Kontraindikasi Kontrasepsi Suntik Progestin. 1) Hamil atau dicurigai hamil.

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. 3) Amenorea.

4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. 5) Diabetes melitus disertai komplikasi.

2.3.5.2 Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

(25)

a. Cara Kerja (Sujiyatini, 2009). 1) Menekan Ovulasi.

2) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu.

3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu. 4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

b. Keuntungan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi

1) Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari.

2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga.

3) Akseptor harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan suntikan. 4) Penambahan berat badan.

5) Tidak menjamin terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, HIV/AIDS.

6) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan stelah penghentian pemakaian.

c. Efek Samping Kontrasepsi Suntik Kombinasi. 1) Amenorea

2) Mual/pusing/muntah

3) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)

(26)

2) Menyusui ASI pasca persalinan > 6 bulan. 3) Pasca persalinan dan tidak menyusui. 4) Anemia.

5) Nyeri haid.

e. Kontra Indikasi Kontrasepsi Suntik Kombinasi 1) Hamil atau diduga hamil.

2) Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan. 3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

4) Riwayat penyakit jantung, stroke atau dengan tekanan darah tinggi (> 180/110 mmHg).

2.3.6 Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK)

Alat kontrasepsi bawah kulit (AKBK) atau implant adalah alat kontrasepsi yang disusupkan dibawah kulit (Sujiyatini, 2009).

Implant terbagi menjadi tiga jenis yaitu, pertama Norplant terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan panjang 3,4 cm, dengan diameter 2,4 mm, yang di isi dengan 36 mg Levonorgestrel dan alat kerjanya 5 tahun. Kedua Implanon terdiri dari satu batang putih lentur dengan panjang kira-kira 40 mm, dan diameter 2 mm, yang di isi dengan 68 mg 3 Keto-desogestrel dan lama kerjanya 3 tahun. Dan ketiga, jedena dan implano yang terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg Levanorgestrel dengan lama kerja 3 tahun (Arum, 2011). 1. Cara Kerja Kontrasepsi AKBK (Meilani, 2010).

a. Menekan ovulasi.

(27)

c. Membantu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi.

d. Mengentalkan lendir serviks sehingga mengganggu transportasi sperma. 2. Keuntungan Kontrasepsi AKBK (Arum, 2011).

a. Efektifitasnya tinggi.

b. Perlindungan jangka panjang (sampai 5 tahun).

c. Pengembalian tingkat kesuburan yang cepat setelah pencabutan. d. Tidak memerlukan pemeriksaan dalam.

e. Bebas dari pengaruh estrogen. f. Tidak mengganggu ASI.

g. Dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan. 3. Indikasi Kontrasepsi AKBK (Arum, 2011).

a. Usia reproduksi.

b. Telah memiliki anak atau belum.

c. Menghendaki kontrasepsi yang efektifitasnya tinggi dan menghendaki pencegahan kehamilan jangka panjang.

d. Sedang menyusui.

4. Kontraindikasi Kontrasepsi AKBK (Sujiyatini, 2009). a. Hamil atau diduga hamil.

b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas.

(28)

5. Efek Samping Kontrasepsi AKBK a. Perdarahan bercak (Spooting) ringan. b. Ekspulsi.

c. Infeksi pada daerah insersi. d. Berat badan naik/turun.

2.3.7 Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

AKDR adalah kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rongga rahim wanita (Sujiyatini, 2009).

Ada pun jenis-jenis AKDR adalah : a. AKDR Cu T-380A

Kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).

b. AKDR lain adalah Nova T (Schering) (Sujiyatini, 2009). 1) Cara Kerja

a) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii b) Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri c) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu d) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus 2) Keuntungan

a) Efektifitas tinggi dan efektif segera setelah pemasangan

b) Metode jangka panjang (10 tahun proteksi dari CuT-380A dan tidak perlu diganti)

(29)

d) Nyaman, dan tidak perlu takut hamil

e) Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR (CuT-380A) f) Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI

g) Dapat dipasang setelah melahirkan atau sesudah abortus dan dapat digunakan sampai menopause, dan tidak ada interaksi dengan obat-obat. h) Membantu mencegah KET

3) Indikasi

a) Usia reproduksi b) Keadaan nulipara

c) Menginginkan kontrasepsi jangka panjang dan menghendaki metode hormonal

d) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi e) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

f) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi g) Resiko rendah dari IMS

h) Tidak menghendaki kehamilan setelah 1-5 hari senggama 4) Kontra Indikasi

a) Sedang hamil

b) Perdarahan vagina yang tidak diketahui

c) Sedang menderita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis) d) Sering menderita penyakit radang panggul atau abortus septik

(30)

f) Penyakit trofoblas yang ganas, kanker alat genital

g) Diketahui menderita TBC pelvik dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm 2.3.8 Metode Kontrasepsi Kontap

2.3.8.1 Tubektomi

Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan fertilitas (kesuburan) seorang perempuan secara permanen (Sujiyatini, 2009). a. Mekanisme Kerja

Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat, memotong, dan memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.

b. Manfaat Kontrasepsi 1) Sangat efektif 2) Permanen

3) Tidak mempengaruhi pada proses laktasi (breastfeeding) 4) Tidak bergantung pada faktor senggama

5) Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi resiko kesehatan yang serius

6) Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan anastesi lokal

7) Tidak ada efek samping jangka panjang dan perubahan dalam fungsi seksual c. Manfaat Nonkontrasepsi

Berkurangnya resiko kanker ovarium. d. Indikasi

1) Usia > 26 tahun 2) Paritas > 2

(31)

4) Jika hamil akan menimbulkan resiko kesehatan yang serius 5) Pasca persalinan, pasca keguguran

6) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini e. Kontra Indikasi

1) Hamil (diduga hamil)

2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya 3) Infeksi sistemik atau pelvik yang akut

4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan

5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan 6) Belum memberikan persetujuan tertulis.

2.3.8.2 Vasektomi

Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklusi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi (Sujiyatini, 2009).

a. Dasar dari vasektomi

Oklusi vas deferens, sehingga menghambat perjalanan spermatozoa dan tidak didapatkan spermatozoa di dalam semen/ejakulat (tidak ada penghantaran spermatozoa dari testis ke penis (Hanafi, 2010).

b. Keuntungan 1) Efektif

(32)

4) Menyenangkan bagi akseptor karena memerlukan anastesi lokal saja dan biaya rendah

c. Indikasi

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas dimana fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga (Sujiyatini, 2009).

d. Kontra Indikasi (Hanafi, 2010). 1) Infeksi kulit pada daerah operasi

2) Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi kesehatan klien 3) Hidrokel dan varikokel yang besar

4) Hernia inguinalis 5) Filariasis (elefantiasis) 6) Undesensus testikularis 7) Massa intraskrotalis

8) Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau sedang menggunakan antikoagulansia

9) Riwayat perkawinan, psikologis atau seksual yang tidak stabil. 2.4 Pasangan Usia Subur

(33)

harus dapat menjaga dan memanfaatkan reproduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang (Suparyanto, 2012)

Pelayanan kesehatan pada PUS, yang dapat dilakukan adalah mengikuti program KB, dengan tujuan berikut:

1. Mengendalikan pertumbuhan penduduk melalui pengaturan kehamilan (PUS dan WUS).

2. Peningkatan kwalitas keluarga dan kemandirian keluarga. 3. Peningkatan kepedulian dan PSM.

4. Peningkatan serta pemantapan komitmen politis dan komitmen operasional. 5. Pendekatan wilayah yang paripurna (Mubarak, 2012).

2.5 Pengetahuan (Knowledge) tentang Pemakaian MKJP

Pengetahuan (knowledge) adalah hasil “tahu” dan ini terjadi setelah

(34)

jangka panjang dengan pernah tidaknya responden di kontrasepsi jangka panjang pada tingkatan kepercayaan 95% dengan nilai p = 0.0001 sedangkan pada penelitian ini peneliti hanya meneliti penggunaan kontrasepsi jangka panjang saja. 2.6 Dukungan Suami

Dukungan menurut Kamus Bahasa Indonesia tahun 2011 merupakan hal yang ikut serta dalam suatu kegiatan sedangkan keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang mempunyai kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dan saling ketergantungan satu sama lainnya (Notoatmojo, 2009).

Dukungan suami salah satu faktor penguat (reinforcing factor) yang dapat mempengaruhi seseorang dalam berprilaku. Sedangkan dukungan keluarga dalam KB Merupakan bentuk nyata dari kepedulian dan tanggung jawab keluarga. Dalam hal ini adalah suami dalam mendukung dan memberikan kebebasan pada istri untuk menggunakan kontrasepssi jangka panjang (Darmawan, 2009).

(35)

2.7 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Hubungan Karakteristik Wanita Pasangan Usia Subur terhadap Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

2.7.1 Umur

Umur merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang dalam pemakaian kontrasepsi, mereka yang berumur tua mempunyai peluang lebih kecil untuk menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan yang berumur muda (Notoadmojo, 2009)

Menurut BKKBN (1998) dalam Ekarini (2009) kesehatan pasangan usia subur sangat mempenagruhi kebahagian dan kesejahteraan keluarga waktu melahirkan, jumlah kelahiran atau banyaknya anak yang di miliki dan jarak anak tiap kelahiran. Maka dari itu umur merupakan salah satu faktor seseorang untuk menjadi akseptor kontap, sebab umur berhubungan dengan potensi reproduksi dan juga untuk menentukan perlu tidaknya seseorang menggunakan vasektomi dan tubektomi sebagai cara kontrasepsi.

Menurut Hartanto (2009) pola dasar penggunaan kontrasepsi yang rasional pada umur diantara 20-30 tahun adalah kontrasepsi yang mempunyai reversibilitas yang tinggi karena pada umur tersebut pasangan usia subur masih berkeinginan untuk mempunyai anak. Sedangkan pada umur > 30 tahun kontrasepsi yang dianjurkan adalah yang mempunyai efektivitas tinggi dan dapat dipakai jangka panjang.

(36)

kali untuk memakai metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dibandingkan wanita yang berusia 15-19 tahun.

2.7.2. Pendidikan

Tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya. Oleh karena itu orang yang berpendidikan kan lebih muda menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga (Manuaba, 2009).

Pendidikan menunjukan hubungan yang positif dengan pemakaian jenis kontrasepsi artinya semakin tinggi pendidikan cenderung memakai kontrasepsi efektif. Hal ini dikarenakan pendidikan dapat memperluas pengetahuan mengenai alat kontrasepsi, mengetahui keuntungan yang diperoleh dengan memakai kontrasepsi, meningkatkan kecermatan dalam memilih/memakai alat kontrasepsi yang dibutuhkan dan juga kemampuan untuk mengetahui efek samping dari masing-masing alat kontrasepsi (Rifai, 2009).

Yusuf (2009) menyatakan bahwa ada hubungan antara proporsi pemakaian MKJP oleh responden yang berpendidikan rendah dan berpendidikan tinggi. Ibu yang berpendidikan mempunyai tiga kali lebih besar untuk memakai kontrasepsi MKJP dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan rendah.

2.7.3. Pekerjaan

(37)

Jadi besar kemungkinan wanita yang bekerja akan lebih menyadarin kegunaan dan manfaat kontrasepsi dari wanita yang tidak bekerja.

Pranita (2009) menyatakan terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dengan pemakaian kontrasepsi mantap. Ibu yang tidak bekerja mempunyai peluang dua kali lebih tinggi untuk memilih/memakai non kontrasepsi mantap dibandingkan dengan ibu yang bekerja.

Amiranty (2009) menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara status pekerjaan dengan pemakaian MKJP. Ibu yang bekerja memiliki peluang sebesar dua kali untuk memakai MKJP dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

2.8 Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian 2.7 Hipotesis Penelitian

1. Ada hubungan umur dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur.

2. Ada hubungan pendidikan dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur.

Pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Karakteristik

1. Umur 2. Pendidikan 3. Pekerjaan

Pengetahuan

(38)

3. Ada hubungan status pekerjaan dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur.

4. Ada hubungan pengetahuan dengan pemakaian metode kontrasepsi jangka panjang pada wanita pasangan usia subur.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

Referensi

Dokumen terkait

A. Ijazah untuk MI, MTs, dan MA hanya diterbitkan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi. Ijazah dan hasil ujian/daftar nilai ujian dicetak bolak-balik, Ijazah di halaman depan

Berdasarkan aturan dalam Pelelangan sederhana dengan Pascakualifikasi, maka panitia pengadaan diharuskan melakukan pembuktian kualifikasi terhadap data-data kualifikasi

Adapun saran yang ingin dikemukakan penulis sehubung dengan sistem pakar identifikasi penyakit pada tanaman pisang, diharapkan dapat bermanfaat bagi masarakat

Sesuai dengan judul penelitian ini, yaitu “Pengaruh Kualitas Pelayanan dan Citra Perusahaan Terhadap Kepuasan Pelanggan ”, maka terdapat beberapa variabel

Di salah satu kawasan yang dekat densan hutan, sebagian besar anak-anak umur sekolah tidak sekolah.. Dari 30 anak berumur sekolah aasar nanya 15 anak pang masih

Densitas dari gas dipergunakan untuk menghitung berat molekul suatu gas, ialah dengan cara membendungkan suatu volume gas yang akan dihitung berat molekulnya

From table 1, it can be observed if the P2KM Program in Bandar Lampung City becomes a program that already has good implementation capacity, while the Home Care

2016.. Judul Penelitian : Pemanfaatan Sluri Gas Bio dengan Input Feses Kambing dan Biji Durian Terhadap Kualitas Nutrisi Pastura Campuran.. Nama : Mhd. Ma’ruf Tafsin, M.Si)