BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Proses industrialisasi dan modernisasi kehidupan disertai dengan semakin
meluasnya aplikasi teknologi maju yang antara lain jelas nampak dari kian
bertambahnya dengan cepat penggunaan beraneka ragam mesin dan
peralatan kerja mekanis yang dijalankan oleh motor penggerak. Mesin dan
peralatan kerja mekanis tersebut menimbulkan getaran yaitu gerakan yang
teratur dari benda atau media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangannya. Getaran ini menyebar ke lingkungan dan merupakan
bagian dari tenaga yang sumbernya adalah mesin atau peralatan mekanis.
Sebagian dari kekuatan mekanis mesin atau peralatan kerja disalurkan
kepada tubuh tenaga kerja atau benda yang terdapat di tempat kerja dan
lingkungan kerja dalam bentuk getaran mekanis (Suma’mur, 2009) .
Pada umumnya getaran mekanis yang berasal dari suatu mesin atau
benda bergerak merupakan sesuatu hal yang tidak disukai,tidak
dikehendaki.Ketika mesin atau benda yang bergerak dirancang dan
dibuat,biasanya telah dijadikan pertimbangan sejauh mana mesin atau benda
bergerak tersebut menimbulkan getaran mekanis. Pada dasarnya getaran
mekanis yang terjadi oleh karena beroperasinya mesin atau peralatan yang
bergerak bukan bagian dari lingkungan kerja yang sengaja direncanakan atau
diciptakan. Selain tidak disukai atau adanya getaran getaran mekanis di luar
kepada kesehatan dan mengganggu pelaksanaanpekerjaan.Untuk melindungi
kesehatan dan keselamatan tenaga kerja, perlu ditentukan batas paparan
getaran mekanis sehingga aman bagi tenaga kerja (Suma’mur,2009).
Transportasi darat merupakan salah satu sektor yang terus mengalami
perkembangan. Hal ini dapat dilihat dari jumlah dan jenis kendaraan yang
semakin banyak dan arus lalu lintas yang semakin padat. Inovasi dalam
bidang ini berjalan terus menerus sesuai kebutuhan manusia akan daya
jangkau dan jelajah yang semakin besar. Namun, disisi lain apabila tidak
ditangani dengan baik teknologi ini dapat berubah menjadi mesin
pembunuh yang sangat berbahaya (Wibowo, 2011).
Ada beberapa faktor dalam lingkungan kerja, salah satunya adalah
faktor fisik yang dapat mengakibatkan penyakit akibat kerja pada sarana
transportasi darat berupa bus adalah paparan getaran yang berasal dari
mesin bus. Getaran ini memapari tubuh pekerja. Keputusan Menteri Tenaga
Kerja No. 51/Menaker/1999 Menyatakan tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisik di Tempat Kerja, getaran mekanis adalah gerakan yang teratur dari
benda atu sebuah media dengan arah bolak balik dari kedudukan
keseimbangan. Getaran dibedakan menjadi dua macam, yaitu: (1) Hand Arm
Vibration atau getaran tangan dan lengan pada umumnya dihubungkan
dengan penggunaan pekakas yang bergetar, dan (2) Whole Body Vibration
atau getaran seluruh tubuh, pada umumnya dialami oleh supir atau operator
yangdigunakan di pertanian, transportasi, pertambangan, dan kehutanan
(Joubert, 2001).
Angkutan umummerupakan salah satu alat transportasidarat yang
menggunakan mesin. Mesin pada angkutan umum letaknya tepat dibawah
tempat duduk supir yang merupakan sumber getaran. Angkutan umum yang
beroperasi pada trayek tetap di kota Medan terdiri atas mobil penumpang
umum (angkutan kota) ,bus kecil , bus sedang dan bus besar. Untuk
angkutan umum yang tidak bertrayek dilayani oleh taksi danbecak
mesin.Angkutan kota tertua di kota Medan disebut sudako. Sudako awalnya
adalah jenis minibus daihatsu S38, lalu muncul daihatsu hijet 55 wide dan
diikuti daihatsu hijet 1.000. Karena faktor usia perlahan jenis daihatsu S38
menghilang dan digantikan dengan minibus keluaran lebih baru (Asal usul
angkot medan yang disebut sudako, https://greentravelers.wordpress.com) .
Kepala Dinas Perhubungan Kota Medan,Armansyah lubis
menegaskan, operasional angkutan kota tua di Medan tidak ada izinnya,
karena Dishub Medan tidak pernah lagi mengeluarkan perpanjangan speksi,
bahkan angkutan kota ini tidak pernah melakukan pengujian kendaraan
berkala. Seharusnya pengujian angkutan kota dilakukan 6 bulan sekali secara
berkala dan diperiksa kelayakan angkutan tersebut mulai dari mesin, rem
hingga pengujian emisinya. Hal ini bertujuan untuk kenyamanan supir dan
penumpang serta menghindari kecelakaan lalu lintas akibat masih
menumpuknya angkutan tua yang sudah tidak layak untuk beroperasi(Angkot
Kenyamanan transportasi tidak lepas dari getaranyangditimbulkan oleh
kondisi kendaraan dan kondisi jalan yang dilalui.Getaran yang berasal dari
kendaraan di pindahkan ke tubuh manusia melalui kaki, pada saat berdiri
maupun duduk,bokong pada saat duduk atau tempat – tempat penyangga pada sandaran kursi. Keseluruhan media getaran diatas, dapat menyebabkan
getaran seluruh tubuh(Adhy, 2008).
Pemaparan pada vibrasi dapat menyebabkan akibat negatif yang
permanen bila dibiarkan tidak diperiksa dan tidak ditangani. Progress
pengaruh negatif dari getaran terhadap kesehatan bersifat lambat, pada
awalnya mulai terasa nyeri,saat pemaparan vibrasi berlangsung kontiniu, rasa
nyeri berkembang menjadi luka atau penyakit. Nyeri adalah kondisi awal
yang diamati dan harus diarahkan dalam rangka menghentikan akibat
negatif(Soedirman,2014).
Menurut Kvarnstrom (2003) nyeri yang tidak tertangani dengan baik
dapat menimbulkan efek yang negatif terhadap berbagai aspek dalam hidup,
termasuk diantaranya psikologis dan kapasitas fungsi kehidupan sehari-hari.
Nyeri dan derajat beratnya nyeri memiliki hubungan yang bermakna dengan
gangguan fisik, fungsi emosional, fungsi peran sosial, gangguan tidur dan
penurunan kualitas hidup (Jensen, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Adhy Dharma Adly pada
tahun 2007, didapatkan hasil pengukuran getaran yang memapari tubuh
helper rata-rata sebesar 7,24 m/det2 dan salesmen sebesar 6,12 m/det2.
menyebabkan reaksi yang sangat tidak nyaman bagi pekerja. Besarnya
keterpaparan helper disebabkan rambatan getaran mesin langsung diterima
melalui tempat duduk sebelum merambat menuju tempat duduk salesmen(
Adli, 2007).
Pada efek mekanis,sel - sel jaringan mungkin akan rusak atau
metabolismenya terganggu. Pada rangsangan reseptor, gangguan terjadi
mungkin melalui syaraf sentral atau langsung pada sistim autonom. Kedua
mekanisme ini terjadi secara bersama-sama. Getaran seperti ini dapat
mengganggu kenikmatan kerja, pekerjaan terganggu karena kelelahan dan
dapat berbahaya terhadap kesehatan seperti neuropati perifer pada nervus
medianus didalam terowongan karpal pada pergelangan tangan (Suma’mur,
1996).
Insiden neuropati perifer pada penduduk Amerika diperkirakan diatas
20 juta. Kerusakan saraf perifer ini terjadi pada semua umur, tetapi lebih
sering pada orang tua. Sebuah survey menemukan bahwa 8-9% penderita
yang berobat ke fasilitas kesehatan di Amerika memiliki neuropati perifer
baik sebagai diagnosis primer maupun sekunder. Biaya tahunan yang
dikeluarkan pemerintah Amerika dalam memberikan pelayanan kesehatan
terhadap kerusakan saraf ini mencapai 3,5 miliar dolar ( Wiryana, 2013 ).
Menurut Bennet (1978) dan Tolisson (1998), di Amerika serikat
terdapat kira-kira 75-80 juta penderita nyeri kronik, dengan 25 juta
diantaranya penderita artritis. Diperkirakan ada 600.000 penderita artritis
dari total penduduk diluar nyeri punggung bawah. Untuk nyeri punggung
bawah sendiri diperkirakan 15% dari jumlah penduduk (Fordyce, 1995).
Insidensi maupun prevalensi nyeri akut belum diketahui, tetapi diperkirakan
operasi dan trauma penyebab utama nyeri akut (Loeser, 1999).
Di Cina, Chen dkk (2012) melaporkan sebanyak 126 (45,8%) dari
275 pasien pernah mengalami nyeri neuropati dengan durasi bervariasi
antara antara 3 bulan sampai 30 tahun. Sebagian besar pasien mengeluhkan
intensitas nyeri berat (55,5%) dan intensitas sedang (38,9%), dengan
karakteristik nyeri seperti rasa kesemutan (54,8%), rasa seperti terbakar
(24,6%), rasa seperti tersetrum listrik (9,5%), rasa seperti ditekan (8,7%)
dan seperti tersayat (2,4%) (Patricia,2014).
Berdasarkan penelitian Ernesta Patricia Ginting pada tahun 2014, ada
hubungan yang bermakna antara nyeri neuropati dengan terganggunya
kualitas hidup penderita Morbus Hansen. Karakteristik nyeri neuropati pada
penderita Morbus Hansen didapatkan dengan tipe nyeri terbanyak adalah
rasa kesemutan (89,3%), intensitas nyeri terbanyak adalah intensitas ringan
(60,7%), lokasi nyeri terbanyak pada telapak tangan dan kaki (75%), dan
dengan rata-rata durasinya 5,5 bulan ( Patricia, 2014 ).
Saraf perifer memiliki fungsi yang sangat khusus pada bagian tertentu
tubuh, hal ini menyebabkan timbulnya beragam gejala apabila terjadi
kerusakan.Penderita akan mengalami rasa kaku, dingin, pedas, gatal,
kebas-kebas, nyeri seperti ditusuk jarum, rasa terbakar, rasa berjalan diatas kapas,
mungkin akan merasakan gejala yang lebih ekstrem seperti nyeri
terbakarterutama pada malam hari ( Wiryana, 2013).
Angkutan kota trayek 95 merupakan salah satu jenis angkutan umum
tertua yang ada di kota Medan, beradadibawah naungan PU. Gajah Mada
yang beralamat di jalan Veteran No.15 Pulo Brayan Bengkel Baru.
Angkutan kota trayek 95 adalah minibus jenis daihatsu hijet 1000.
Angkutan kota trayek 95 terdiri dari 30 unit dan mulai beroperasi pada
tahun 1984.Penumpang angkutan kota trayek 95 terdiri dari anak sekolah
dan ibu – ibu yang pergi berbelanja ke pajak.
Angkutan kota trayek 95 memiliki 40 pekerja(supir). Supir angkutan
kota trayek 95 mulai mengendarai angkutan kota pukul 05.00-18.00 WIB,
berarti supir terpapar dengan getaran selama 13 jam dalam sehari. Jumlah
ini berakumulasi setiap harinya. Padahal, lamanya seseorang bekerja dengan
baik dalam sehari pada umumnya 6-8 jam. Rute daripada angkutan kota
trayek 95 ini adalah:Pasar IV – Metal – Alumunium –Pasar bengkel – Brayan – Simpang BW(Cemara).Dari survey pendahuluan yang dilakukan, kondisi dari
angkutan kota trayek 95 sebenarnya sudah tidak layak beroperasi.Dilihat dari
kondisi bantalan tempat duduk supir yang tipis, setir yang sudah tidak
memiliki kulit pelapis, pijakan kaki dankondisi mesin yang tidak baik. Hal
ini tentu akan memperbesarpemaparan getaran terhadap tubuh supir
angkutan kota trayek 95. Disamping itu kondisi jalan yang tidak rata dan
Semakin lama waktukerja dan masa kerja seseorang dengan terpapar
getaran berarti jumlah paparan getaran yang dialami akan berakumulasi
setiap harinya, yang akan menimbulkan efek buruk terhadap kesehatan.
Dengan melihat permasalahan diatas peneliti ingin melihatapakahada
hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati perifer pada
supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan.
1.2 Rumusan Masalah
Masalah dianggap penting untuk diteliti, karena dampak getaran yang
mungkin tidak disadari oleh supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan,
yang mengakibatkan gangguan kesehatan, kemungkinan salah satunya adalah
neuropati perifer yang waktu ke waktu akan mempengaruhi derajat
kesehatan supir sesuai dengan lama dan masa kerjanya.
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Mengetahui hubungan antara lama kerja dan masa kerja dengan neuropati
perifer pada supir angkutan kota trayek 95 di kota Medan Tahun 2015.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat getaran pada tempat duduk supir dan setir pada
angkutan kota trayek 95.
2. Untuk mengetahui intensitas nyeri pada supir angkutan kota trayek 95.
3. Untuk mengetahui proporsi nyeri neuropati perifer pada supir angkutan
4. Untuk mengetahui tipe nyeri terbanyak yang dialami supir angkutan kota
trayek 95.
1.4 Hipotesis Penelitian
1. Ada hubungan antara lama kerja dengan neuropati perifer pada supir
angkutan kota trayek 95 di kota Medan.
2.Ada hubungan antara masa kerja dengan neuropati perifer pada supir
angkutan kota trayek 95 di kota Medan.
1.5Manfaat Penelitian
1. Untuk menginformasikan kepada supir dan memberi masukan upaya
pencegahan dampak negatif pemaparan getaran terhadap kesehatan.
2. Sebagai bahan referensi pada penelitian selanjutnya.
3. Sebagai penambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentangpenyakit