• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PEMBAHASAN A. Kompensasi 1. Pengertian Kompensasi - Hubungan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Badan Pertanahan Nasional Kota Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III PEMBAHASAN A. Kompensasi 1. Pengertian Kompensasi - Hubungan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Badan Pertanahan Nasional Kota Medan"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

A. Kompensasi

1. Pengertian Kompensasi

Salah satu tugas manajemen sumber daya manusia atau manajemen

personalia adalah menetapkan kompensasi yang memenuhi persyaratan, adil

dan layak. Kompensasi merupakan dorongan utama bagi seseorang dalam

bekerja karena dapat berpengaruh terhadap kualitas kerja mereka. Perusahaan

dapat menetapkan kompensasi yang layak bagi karyawan agar dapat

meningkatkan kualitas kerja dan pada akhirnya tujuan atau sasaran perusahaan

dapat tercapai.

Menurut Arep dan Tanjung (2003:197), menyatakan bahwa

“Kompensasi adalah segala sesuatu yang diterima oleh karyawan sebagai

balas jasa atas upaya-upaya yang telah diberikan kepada perusahan’’. Balas

Jasa berarti upaya membalas terhadap suatu jasa. Bisa saja balasan terhadap

suatu jasa diberikan setimpal, atau bisa saja balasan terhadap suatu jasa tidak

setimpal atau sebanding. Idealnya balasan terhadap suatu jasa diberikan secara

setimpal, bukan lebih sedikit dari jasa yang telah diberikan.

Menurut Sofyandi (2008:159), kompensasi merupakan suatu bentuk

biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan bahwa

perusahaan akan memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja dari

(2)

Menurut Panggabean (2002:84), kompensasi adalah semua jenis

penghargaan yang berupa uang atau bukan uang yang diberikan kepada

pegawai secara layak dan adil atas jasa mereka dalam mencapai tujuan

perusahaan.

2. Jenis-jenis Kompensasi

Pada dasarnya kompensasi dapat dikelompokkan ke dalam dua

kelompok, yaitu kompensasi finansial dan kompensasi bukan finansial.

Selanjutnya kompensasi finansial ada yang langsung dan ada yang tidak

langsung. Sedangkan kompensasi nonfinansial dapat berupa pekerjaan dan

lingkungan pekerjaan.

Menurut Mondy dan Noe dalam Panggabean (2002:77) bahwa

kompensasi keuangan langsung terdiri atas gaji, upah dan insentif (komisi dan

bonus). Sedangkan kompensasi keuangan tidak langsung dapat berupa

berbagai macam fasilitas dan tunjungan.

a. Gaji

Gaji adalah imbalan finansial yang dibayarkan kepada karyawan

secara teratur, seperti tahunan, caturwulan, bulanan atau mingguan.

Gaji merupakan jenis penghargaan yang paling penting dalam

organisasi.

b. Upah

Upah merupakan imbalan finansial langsung dibayarkan kepada

para pekerja berdasarkan jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan

(3)

jumlahnya relative tetap, besarnya upah dapat berubah-ubah. Pada

dasarnya, gaji atau upah diberikan untuk menarik calon pegawai agar

mau masuk menjadi karyawan.

c. Insentif

Insentif merupakan imbalan langsung yang dibayarkan kepada

karyawan karena kinerjanya melebihi standar yang ditentukan. Dengan

mengasumsikan bahwa uang dapat digunakan untuk mendorong

karyawan bekerja lebih giat lagi, maka mereka yang produktif lebih

menyukai gajinya dibayarkan berdasarkan hasil kerjanya. Untuk itu

diperlukan kemampuan untuk menentukan standar yang tepat.

d. Kompensasi tidak langsung (fringe benefit)

Fringe benefit merupakan kompensasi tambahan yang diberikan berdasarkan kebijaksanaan perusahaan terhadap semua karyawan

dalam usaha meningkatkan kesejahteraan para karyawan.

3. Tujuan-tujuan Kompensasi

Menurut Sofyandi (2008:162) Tujuan diadakannya pemberian

kompensasi adalah :

a. Untuk menjalin ikatan kerja sama antara pemimpin dengan

karyawan. Artinya bahwa dengan terjalinnya kerja sama secara

formal akan terbentuk komitmen yang jelas mengenai hak dan

(4)

b. Memberikan kepuasan kepada karyawan. Artinya bahwa melalui

kepuasan yang dirasakan para karyawan, maka karyawan akan

memberikan prestasinya yang terbaik.

c. Untuk memotivasi karyawan dalam bekerja. Artinya agar

karyawan bersemangat dalam bekerja dalam rangka memenuhi

kebutuhannya.

d. Untuk mencipkatan disiplin kerja bagi karyawan.

4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Kompensasi

Menurut Sofyandi (2008:162) dalam menentukan besarnya

kompensasi, organisasi dipengaruhi oleh beberapa hal seperti :

a. Adanya permintaan dan penawaran tenaga kerja

Permintaan tenaga kerja artinya pihak perusahaan sangat

membutuhkan tenaga kerja, maka secara otmatis kompensasi relatif

tinggi. Penawaaran tenaga kerja artinya pihak individu yang

membutuhkan pekerjaan, maka tingkat kompensasi relatif lebih

rendah.

b. Kemampuan dan kesediaan perusahaan membayar

Besar-kecilnya kompensasi yang diberikan kepada karyawan akan

sangat bergantung kepada kemampuan finansial organisasi tersebut

dan seberapa besar kesediaan dan kesanggupan organisasi tersebut

(5)

c. Produktivitas kerja/ prestasi kerja karyawan

Kemampuan karyawan dalam menghasilkan prestasi kerja akan

sangat mempengaruhi besarnya kompensasi yang akan diterima

karyawan.

d. Biaya hidup/ cost of liiving

Tingkat biaya hidup di suatu daerah akan menentukan besarnya

kompensasi, sebagai contoh tingkat upah di daerah terpencil tidak

lebih kecil dibandingkan dengan upah di kota-kota besar.

e. Posisi atau jabatan karyawan

Tingkat jabatan yang dipegang karyawan akan menentukan

besar-kecilnya kompensasi yang akan diterimanya, juga berat ringannya

beban dan tanggung jawab suatu pekerjaan.

f. Tingkat pendidikan dan pengalaman kerja

Pendidikan dan pengalaman berperan dalam menentukan besarnya

kompensasi bagi karyawan. Semakin tinggi pendidikan karyawan

dan semakin banyak pengalaman kerja, maka semkin tinggi pula

kompensasinya.

g. Sektor Pemerintah

Pemerintah sebagai pelindung masyarakat berkewajiban untuk

menerbitkan sistem kompensasi yang ditetapkan organisasi, serta

instansi lainnya agar karyawan mendapatkan kompensasi yang adil

dan layak, seperti dengan mengeluarkan kebijakan pemerintah

(6)

5. Asas Kompensasi

Panggabean (2002:78), berpendapat bahwa supaya efektif kompensasi

seharusnya dapat :

a. Memenuhi kebutuhan dasar,

b. Mempertimbangkan adanya keadilan eksternal,

c. Mempertimbangkan adanya keadilan internal,

d. Pemberiannya disesuaikan dengan kebutuhan individu.

Hasibuan (2000:121) juga berpendapat bahwa program kompensasi

harus ditetapkan atas asas adil dan layak serta dengan memperhatikan

Undang-undang perburuhan yang berlaku. Menurutnya, prinsip adil dan layak

harus mendapat perhatian dengan sebaik-baiknya supaya balas jasa yang

diberikan dapat merangsang gairah dan kepuasan kerja karyawan.

B. Kinerja

1. Pengertian Kinerja

Menurut Rivai dan Basri (2005) kinerja adalah kesediaan seseorang

atau kelompok orang untuk melakukan suatu kegiatan dan

menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawab dengan hasil seperti yang

diharapkan.

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:223) kinerja merupakan

kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari

(7)

Hasibuan (2006 :94) kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai

seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang

didasarkan atas kecakapan, pengalaman, kesungguhan serta waktu.

2. Indikator Kinerja

Ukuran secara kualitatif dan kuantitatif yang menunjukkan tingkatan

pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan adalah merupakan

sesuatu yang dapat dihitung serta digunakan sebagai dasar untuk menilai atau

melihat bahwa kinerja setiap hari dalam perusahaan dan perseorangan terus

mengalami peningkatan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.

Menurut Mathis dan Lackson (2002:78) kinerja karyawan adalah yang

mempengaruhi seberapa banyak mereka memberikan kontribusi kepada

organisasi antara lain termasuk:

1. Kuantitas kerja

Standar ini dilakukan dengan cara membandingkan antara besarnya volume

kerja yang seharusnya (standar kerja normal) dengan kemampuan sebenarnya.

2. Kualitas kerja

Standar ini lebih menekankan pada mutu kerja yang dihasilkan dibanding

volume kerja.

3. Pemanfaatan waktu

Yaitu penggunaan masa kerja yang disesuaikan dengan kebijaksanaan

perusahaan.

Berdasarkan keseluruhan definisi diatas dapat dilihat bahwa kinerja

(8)

yakni kemampuan dan minat, penerimaan seorang pekerja atas penjelasan

delegasi tugas dan peran serta tingkat seorang pekerja atas penjelasan delegasi

tugas. Semakin tinggi faktor-faktor diatas, maka semakin besarlah kinerja

karyawan yang bersangkutan.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pencapaian Kinerja

Kemampuan dan motivasi adalah faktor yang mempengaruhi kinerja.

Pendapat yang diutarakan oleh Davis dalam Mangkunegara (2011:67-68) ,

faktor yang mempengaruhi kinerja dirumuskan sebagai berikut:

Human Performance = Ability vs Motivation Motivation = Attitude x Situation Ability = Knowledge x skill

Mangkunegara (2011:67-68) faktor yang mempengaruhi pencapaian

kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor (motivasi) yang

mengemukakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai dalam

menghadapi situasi kerja. Sikap mental yang mendorong diri pegawai untuk

berusaha mencapai prestasi kerja secara maksimal yang siap secara psikofik

(siap secara mental, fisik, tujuan, dan situasi).

Setelah apa yang dirumuskan diatas, bisa dapat diperjelas bahwa:

a. Faktor Kemampuan (Ability)

(9)

mengerjakan pekerjaan sehari-hari, maka akan lebih mudah mencapai kinerja

maksimal.

b. Faktor Motivasi (Motivation)

Motivasi diartikan sebagai suatu sikap yang yang dimiliki pemimpin dan

pegawai terhadap situasi kerja dilingkungan organisasinya. Mereka akan

menunjukan nilai positif atau negatif terhadap situasi kerjanya, dan semua itu

bisa memperlihatkan bagaimana tinggi rendahnya motivasi yang dimiliki

pimpinan dan pegawai.

4. Tujuan dan Sasaran Kinerja

Tujuan Evaluasi kinerja adalah untuk memperbaikidan meningkatkan

kinerja organisasi melalui peningkatankinerja SDM organisasi, dalam

penilaian kinerja tidakhanya semata-mata menilai hasil fisik tetapi

pelaksanaanpekerjan secara keseluruhan yang menyangkut berbagaibidang

seperti kemampuan, kerajinan, disiplin, hubungan kerja atau hal – hal khusus

sesuai dengan bidang dan tugasnya semua layak untuk dinilai. Tujuan

penilaian kinerja karyawan menurut Rivai (2011:552), pada dasarnya

meliputi:

1. Meningkatkan etos kerja.

2. Meningkatkan motivasi kerja.

3. Untuk mengetahui tingkat kinerja karyawan selama ini.

4. Untuk mendorong pertanggungjawaban dari karyawan.

5. Pemberian imbalan yang serasi, misalnya untuk pemberian kenaikan gaji

(10)

6. Untuk pembeda antar karyawan yang satu dengan yang lainnya.

7. Pengembangan SDM yang masih dapat dibedakan lagi ke dalam penugasan

kembali, seperti diadakannya mutasi atau transfer, rotasi perusahaan,

kenaikan jabatan, pelatihan.

9. Sebagai alat untuk membantu dan mendorong karyawan untuk mengambil

inisiatif dalam rangka memperbaiki kinerja.

10. Mengidentifikasi dan menghilangkan hambatan-hambatan agar kinerja

menjadi baik.

11. Untuk mendorong pertanggung jawaban dari karyawan.

12. Sebagai alat untuk memperoleh umpan balik dari karyawan untuk

memperbaiki desain pekerjaan, lingkungan kerja, dan rencana karier

selanjutnya.

13. Pemutusan hubungan kerja, pemberian sanksi ataupun hadiah.

14. Memperkuat hubungan antara karyawan dengan supervisor melalui diskusi

tentang kemajuan kerja mereka.

15. Sebagai penyaluran keluhan yang berkaitan dengan masalah pekerjaan.

5. Penilaian Kinerja

Menurut Dessler (2003:322) penilaian kinerja ialah mengevaluasi

kinerja karyawan saat ini dan/atau di masa lalu relatif terhadap standar

prestasinya.

Menurut Sulistiyani dan Rosidah (2003:224) penilaian kinerja

merupakan salah satu faktor kunci guna mengembangkan suatu organisasi

(11)

prestasi kerja, berarti organisasi telah memanfaatkan secara baik atas SDM

yang ada dalam organisasi.

Adapun beberapa tujuan dan manfaat penilaian kinerja ialah :

a. Untuk mengetahui tujuan dan sasaran manajemen dan pegawai

b. Memotivasi pegawai untuk memperbaiki kinerjanya.

c. Mendistribusikan reward dari organisasi/ instansi yang dapat berupa

pertambahan gaji/ upah dan promosinya yang adil

d. Untuk pengambilan keputusan dalam hal penempatan promosi, mutasi,

pemecatan, pemberhentian, dan perencanaan tenaga kerja

e. Untuk penyesuaian-penyesuaian kompensasi

f. Untuk membantu diagnosis terhadap kesalahan disain pegawai

C. Hubungan Kompensasi dengan Kinerja

Salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi

dan meningkatkan kepuasan kerja para karyawan adalah melalui kompensasi

(Mathis dan Jackson, 2000). Secara sederhana kompensasi merupakan sesuatu

yang diiterima karyawan untuk balas jasa mereka.

Simamora (2004) mengatakan bahwa kompensasi dalam bentuk finansial

adalah penting bagi karyawan, sebab dengan kompensasi ini mereka dapat

memenuhi kebutuhannya secara langsung, terutama kebutuhan fisiologinya.

Namun demikian, pegawai juga berharap agar kompensasi yang diterimanya

sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan dalam bentuk non finansial

(12)

D. Hubungan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan Pada Badan Pertanahan Nasional Kota Medan

1. Metode Penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif

kuantitatif dan jennies penelitian adalah studi kasus yang didukung oleh survei

dengan mengumpulkan pemberian pernyataan kuesioner kepada responden

(Sugiono, 2010:14).

2. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian adalah seluruh pegawai Badan Pertanahan

Nasional Kota Medan. Total pegawai berjumlah kurang lebih 150 orang.

Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak (random sampling), digunakan oleh peneliti apabila populasi diasumsikan homogen atau mengandung satu cirri sehingga sampel dapat diambil secara acak (Idrus,

2009:97). Sampel yang diambil dari penelitian ini sebanyak 30 orang dari

jumlah pegawai yang ada.

3. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, pengumpulan data primer dilakukan dengan

menggunakan kuesioner. Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan dengan cara member seperangkat pertanyaan atau pernyataan

tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner merupakan teknik

pengumpulan data yang efesien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang

akan diukur. Kuesioner ini mencantumkan identitas responden yang terdiri

(13)

Skala yang digunakan dalam kuesioner penelitian adalah summated

(Likert) scale. Rentang skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah dari angka 1 sampai dengan 5. Angka 1 menunjukkan bahwa responden tidak

mendukung terhadap pernyataan yang diberikan. Angka 5 menunukkan bahwa

responden mendukung pernyataan yang diberikan. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada Tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1 Skor Pernyataan

No. Pernyataan Skor

1. Sangat Setuju 5

2. Setuju 4

3. Kurang Setuju 3

4. Tidak Setuju 2

5. Sangat Tidak Setuju 1

Sumber : Sugiyono (2010)

4. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian ini pengolahan data menggunakan program SPPS

versi 22.0 (Statical Product and Service Solutions), untuk melihat hubungan antar variabel digunakan prosedur crosstabs, yaitu sebuah tabel silang yang

terdiri dari atas satu baris atau lebih dan satu kolom atau lebih (Nisfiannoor,

2009:80).

(14)

observasi dibandingkan dengan frekuensi hasil observasi dibandingkan

dengan frekuensi teoritis yang diharapkan (Faisal, 2007:240).

5. Karakteristik Responden

a. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada

Tabel 3.2 berikut :

Tabel 3.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Perempuan 16 53,3 %

2. Laki-laki 14 46,7 %

Total 30 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (Data Diolah)

Dari Tabel 3.2 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin

perempuan berjumlah 16 orang (53,3 %) dan yang berjenis kelamin laki-laki

(15)

b. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat

pada Tabel 3.3 berikut :

Tabel 3.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

No. Usia Jumlah (orang) Persentase (%)

1 21-30 Tahun 16 53,3 %

2 31-40 Tahun 9 30 %

3 > 40 Tahun 5 16,7 %

Total 30 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (Data Diolah)

Dari Tabel 3.3 menunjukkan bahwa responden yang berusia 21-30

tahun sejumlah 16 orang (53,3%), yang berusia 31-40 tahun sejumlah 9 orang

(30%), yang berusia > 40 tahun sejumlah 5 orang (16,7%).

c. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

Karakteristik responden berdasarkan lama bekerja dapat dilihat

pada Tabel 3.4 berikut :

Tabel 3.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja

No. Lama Bekerja Jumlah (orang) Persentase (%)

1 1-5 Tahun 14 46,7 %

2 5-10 Tahun 12 40 %

3 10-15 Tahun 4 13,3 %

Total 30 100 %

(16)

Dari Tabel 3.4 menunjukkan bahwa responden yang lama bekerja 1-5

tahun sejumlah 14 orang (46,7%), yang 5-10 tahun sejumlah 12 orang (40%),

yang 10-15 tahun sejumlah 4 orang (13,3%).

d. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

Karakteristik responden berdasarkan pendidikan terakhir dapat dilihat

pada Tabel 3.5 berikut :

Tabel 3.5

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir

No. Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

1. SLTA 5 16,7 %

2. Ahli Madya (D3) 13 43,3 %

3. Sarjana (S1) 9 30 %

4. Pasca Sarjana (S2) 3 10 %

Total 30 100 %

Sumber: Hasil Penelitian 2015 (Data Diolah)

Dari Tabel 3.5 menunjukkan bahwa responden yang berpendidikan

SLTA sejumlah 5 orang (16,7%), yang berpendidikan Ahli Madya (D3)

sejumlah 13 orang (43,3%), yang berpendidikan Sarjana (S1) sejumlah 9

orang (30%) dan yang berpendidikan Pasca Sarjana (S2) sejumlah 3 orang

(17)

6. Analisis Deskritif Variabel Penelitian 1. Kompensasi

Jawaban responden terhadap ke-5 daftar pertanyaan tentang

kompensasi yang diberikan perusahaan dapat disajikan dalam bentuk

distribusi frekuensi berikut :

Tabel 3.6

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kompensasi

No. Pertanyaan Jawaban

SS % S % KS % TS % STS %

1 Gaji yang diterima sesuai

dengan harapan 2 6.7

14

46.7 9 30.3 4 13.3 1 3.3

2 Tunjangan jabatan yang

diterima sesuai harapan sesuai dengan usaha yang dilakukan

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 2 orang

(6.7%) sangat setuju bahwa gaji yang diterima sesuai dengan harapan, 14

orang (46.7%) setuju, 9 orang(30.0%) kurang setuju, 4 orang (13.3%) tidak

setuju dan 1 orang (3.3%) sangat tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas

responden setuju bahwa gaji yang diterima sesuai dengan harapan (46.7%).

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 4

orang (13.3%) sangat setuju bahwa tunjangan jabatan yang diterima sesuai

(18)

5 orang (16.6%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju

bahwa tunjangan yang diterima sesuai dengan harapan (36.7%).

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 5 orang

(16.7%) sangat setuju bahwa gaji secara keseluruhan sesuai dengan usaha

yang dilakukan, 5 orang (16.7%) setuju, 15 orang (50.0%) kurang setuju dan

5 orang (16.7%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden kurang

setuju bahwa tunjangan yang diterima sesuai dengan harapan (50.0%).

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 5 orang

(16.7%) sangat puas dengan jaminan kesehatan (BPJS) yang diterima, 13

orang (43.3%) setuju, 8 orang (10.0%) kurang setuju dan 1 orang (3.3%) tidak

setuju. Dengan demikian, mayoritas responden puas dengan jaminan

kesehatan (BPJS) yang diterima (26.7%).

Tabel 3.6 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 4 orang

(13.3%) sangat setuju bahwa perusahaan memperhatikan pemenuhan

kebutuhan dan fasilitas pegawai, 8 orang (26.7%) setuju, 13 orang (43.3%)

kurang setuju dan 5 orang (16.7%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas

responden kurang setuju terhadap pernyataan bahwa perusahaan

memperhatikan pemenuhan kebutuhan dan fasilitas pegawai (43.3%).

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi terhadap total jawaban

tentang kompensasi tersebut di atas, baik buruknya kompensasi yang

(19)

Tabel 3.7

Kategori Kompensasi Yang Diberikan Perusahaan

No Kategori Kompensasi Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 13 43.3

2 Cukup 5 16.7

3 Kurang 12 40.0

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 3.7 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 13

orang (43.3%) mendapat kompensasi yang baik, 5 orang (16.7%) mendapat

kompensasi cukup baik dan 12 orang (40.0%) mendapat kompensasi kurang

baik. Dengan demikian, mayoritas responden mendapat kompensasi yang baik

(43.3%).

2. Kinerja Karyawan

Jawaban responden terhadap ke-5 daftar pertanyaan tentang kinerja

karyawan dapat disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi berikut :

Tabel 3.8

Distribusi Jawaban Responden Tentang Kinerja Karyawan

No. Pertanyaan Jawaban

SS % S % KS % TS % STS %

2 Selalu menyelesaikan tugas

tepat waktu 5 16.7 19 63.3 4 13.3 2 6.7 - -

3

Selalu datang tepat waktu sehingga dapat mengikuti baik dengan pegawai yang lain

(20)

Tabel 3.8 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 6 orang

(20.0%) sangat setuju bahwa karyawan memiliki semangat kerja yang tinggi

dalam melaksanakan pekerjaan, 19 orang (63.3%) setuju, 4 orang (13.3%)

kurang setuju dan 1 orang (3.3%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas

responden setuju bahwa karyawan memiliki semangat tinggi untuk

melaksanakan pekerjaan (63.3%).

Tabel 3.8 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 5 orang

(16.7%) sangat setuju bahwa karyawan selalu menyelesaikan tugas tepat

waktu, 19 orang (63.3%) setuju, 4 orang (13.3%) kurang setuju dan 2 orang

(6.7%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju bahwa

karyawan selalu menyelesaikan tugas tepat waktu.

Tabel 3.8 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 10

orang (33.3%) sangat setuju bahwa karyawan selalu datang tepat waktu

sehingga dapat mengikuti apel pagi, 14 orang (36.7%) setuju, 3 orang

(10.0%) kurang setuju dan 3 orang (10.0%) tidak setuju. Dengan demikian,

mayoritas responden setuju bahwa karyawan selalu datang tepat waktu

sehingga dapat mengikuti apel pagi.

Tabel 3.8 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 10

orang (33.3%) sangat setuju bahwa pegawai memiliki hubungan baik dengan

pegawai lain, 15 orang (50.0%) setuju, 3 orang (10.0%) kurang setuju dan 2

orang (6.7%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas responden setuju

(21)

Tabel 3.8 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 6 orang

(20.0%) sangat setuju bahwa pegawai teliti dalam melaksanakan pekerjaan

sesuai dengan tugas dan fungsinya, 18 orang (60.0%) setuju, 5 orang (16.7%)

kurang setuju dan 1 orang (3.3%) tidak setuju. Dengan demikian, mayoritas

responden setuju bahwa pegawai teliti dalam melaksanakan pekerjaan sesuai

dengan tugas dan fungsinya (60.0%).

Selanjutnya, berdasarkan hasil rekapitulasi terhadap total jawaban

tentang kompensasi tersebut di atas,baik buruknya kompensasi yang

diberikan perusahaan dapat dikategorikan sebagai berikut :

Tabel 3.9

Kategori Kinerja Karyawan

No Kategori Kinerja Karyawan Frekuensi (n) Persentase (%)

1 Baik 13 43.3

2 Cukup 7 23.3

3 Kurang 10 33.3

Total 30 100.0

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Tabel 3.9 memperlihatkan bahwa dari 30 responden penelitian, 13

orang (43.3%) menyatakan bahwa kompensasi yang diberikan perusahaan

adalah baik, 7 orang (23.7%) menyatakan cukup baik dan 10 orang (33.3%)

menyatakan kurang baik. Dengan demikian, mayoritas responden menyatakan

(22)

7. Analisis Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Karyawan

Untuk mengetahui hubungan antara kompensasi dengan kinerja

karyawan digunakan uji chi-square dengan crosstab (tabulasi silang) dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 3.10

Hasil Analisis Hubungan Kompensasi dengan Kinerja Karyawan

No

Kompensasi

Kategori Kinerja Total

P-value

Sumber : Hasil penelitian 2015 (data diolah)

Hasil analisis crosstab pada Tabel 3.10 di atas memperlihatkan bahwa dari 13 orang yang mendapat kompensasi yang baik, 9 orang (69.2%)

memiliki kinerja yang baik, 3 orang (23.1%) memiliki kinerja cukup baik dan

hanya 1 orang (7.7%) yang memiliki kinerja kurang baik. Selanjutnya, dari 5

orang yang mendapat kompensasi cukup baik, 2 orang (40.0%) memiliki

kinerja baik, dan 3 orang (60.0%) memiliki kinerja kurang. Dari 12 orang

yang mendapat kompensasi kurang baik, hanya 2 orang (16.7%) yang

memiliki kinerja baik, 4 orang (3.3%) memiliki kinerja cukup dan 6 orang

(50.0%) memiliki kinerja kurang.

Selanjutnya, hasil uji chi-square memperlihatkan bahwa p-value adalah

sebesar 0.036, lebih kecil dari nilai sig-α (0.05), sehingga dapat dikatakan

(23)

8. Pembahasan

Hasil analisis deskriptif memperlihatkan bahwa mayoritas responden

mendapat kompensasi yang baik (43.3%). Hal ini terbukti dari jawaban

responden dimana mayoritas (46.7%) setuju bahwa gaji yang mereka terima

adalah adalah sesuai dengan harapan. Disamping itu, mayoritas responden

(26.7%) puas dengan jaminan kesehatan (BPJS) yang diterima dan mayoritas

responden (36.7%) setuju bahwa tunjangan jabatan yang diterima sesuai

dengan harapan. Demikian juga halnya dengan kinerja karyawan dimana hasil

analisis deskriptif membuktikan bahwa mayoritas responden menyatakan

bahwa kinerja karyawan adalah baik (43.3%).

Hal yang sama juga diperlihatkan oleh hasil analisis tabulasi silang

dimana dari 13 orang yang mendapat kompensasi yang baik, ada 9 orang

(69.2%) memiliki kinerja yang baik, dan hanya 1 orang (7.7%) yang memiliki

kinerja kurang baik. Sebaliknya, dari 12 orang yang mendapat kompensasi

kurang baik, hanya 2 orang (16.7%) yang memiliki kinerja baik, dan 6 orang

(50.0%) memiliki kinerja kurang. Dengan demikian terlihat bahwa ada

hubungan linier antara kompensasi dengan kinerja. Dengan kata lain,

semakin baik kompensasi yang diterima karyawan, semakin besar peluang

mencapai kinerja yang baik. Hal ini juga dikonfirmasi oleh hasil analisis

chi-square dimana p-value (0.036) < 0.05.

Hal ini sesuai dengan pendapat Mathis dan Jackson (2000:49) bahwa

salah satu cara manajemen untuk meningkatkan prestasi kerja, memotivasi dan

(24)

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan

(ability) dan faktor (motivasi) yang mengemukakan bahwa motivasi terbentuk dari sikap seseorang pegawai dalam menghadapi situasi kerja. Sikap mental

yang mendorong diri pegawai untuk berusaha mencapai prestasi kerja secara

maksimal yang siap secara psikofik (siap secara mental, fisik, tujuan, dan

situasi).

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Prawirosentono (2001:2)

bahwa kinerja adalah hasil kerja yang dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung

jawab masing masing dalam upaya mencapai tujuan organisasi yang

bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral

dan etika. Kinerja suatu perusahaan merupakan bagian dari kinerja

karyawannya, jika kinerja dari salah seorang karyawan dikatakan buruk

atau tidak sesuai dengan yang diharapkan maka hal tersebut dapat

mempengaruhi kinerja dari keseluruhan organisasi yang dapat berakibat

pencapaian tujuan dari organisasi akan terhambat.

Suatu perusahaan harus memililki cara untuk dapat meningkatkan

kinerja agar kinerja tetap terjaga dan bisa meningkat. Cara-cara yang dimiliki

suatu perusahaan tersebut harus bisa merangsang pelaku perusahaannya,

dalam hal ini karyawannya.

Menurut Mahmudi (2005:179) kinerja tidak dapat dilepaskan dari

kompensasi. Kompensasi merupakan salah satu elemen penting dalam kinerja

(25)

Menurut Hasibuan (2003:18) kompensasi adalah semua pendapatan

yang berbentuk uang baik langsung maupun tidak langsung sebagai imbalan

balas jasa yang diberikan pada perusahaan. Kompensasi sangat penting bagi

karyawan itu sendiri sebagai individu, karena besarnya kompensasi

merupakan pencerminan atau ukuran nilai pekerjaan yang telah dilakukan oleh

karyawan yang bersangkutan. Besar kecilnya kompensasi sangat

mempengaruhi prestasi kerja, motivasi, produktivitas kerja dan kepuasan

kerja karyawan yang pada akhirnya akan berdampak pada tingkat disiplin

kerja karyawan. Jika karyawan termotivasi untuk berdisiplin, maka kinerja

karyawan akan meningkat, sehingga tujuan perusahaan pun dapat terwujud.

Hal ini juga didukung oleh Mahmudi (2005: 180 181) yang

menyatakan bahwa keberhasilan perusahaan dalam mencapai tujuan yang

ditetapkan sangat dipengaruhi oleh motivasi, kemampuan dan semangat

personel dalam perusahaan. Kompensasi merupakan salah satu alat untuk

mempengaruhi motivasi personel dalam perusahaan. Kompensasi yang adil

dan mensejahterakan memacu semangat kerja dan memperbaiki moralitas

pegawai.

Kompensasi memang menjadi salah satu motivasi bagi karyawan itu

sendiri untuk meningkatkan kinerjanya. Sehingga para karyawan berlomba

untuk meningkatkan kreativitasnya untuk perusahaan tersebut. Bagi mereka

yang dapat terus meningkatkan kreatifitasnya, maka kompensasi pun akan

ditingkatkan seiring dengan meningkatnya kinerja dan kreativitas karyawan

(26)

kompensasi pun tidak akan diberi peningkatan sehingga terkadang

mengakibatkan frustasi bagi karyawan itu sendiri dan akhirnya kinerja

(27)

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis data yang telah dilakukan tentang hubungan

kompensasi dengan kinerja pegawai pada Badan Pertanahan Nasional Medan,

dapat disimpulkan bahwa :

1. Pada umumnya kompensasi yang diterima pegawai Badan Pertanahan

Nasional Medan sudah baik. Hal ini terbukti dari mayoritas responden

yang mendapat kompensasi yang baik (43.3%).

2. Kinerja yang dicapai pegawai Badan Pertanahan Nasional Medan

sudah baik. Hal ini terbukti dari mayoritas responden yang berhasil

mencapai kinerja yang baik (43.3%).

3. Kompensasi memiliki hubungan signifikan dengan kinerja. Hal ini

diindikasikan oleh hasil uji chi-square dimana p (0.036) < 0.05.

B. Saran

Mengingat hasil penelitian ini belum memperlihatkan hasil maksimal,

maka dengan ini penulis mengemukakan saran-saran sebagai berikut ;

1. Kepada Badan Pertanahan Nasional Medan disarankan untuk lebih

meningkatkan kompensasi bagi pegawai khususnya tentang

(28)

menunjukkan bahwa mayoritas responden (43.3%) kurang setuju

terhadap pernyataan bahwa perusahaan memperhatikan pemenuhan

kebutuhan dan fasilitas pegawai (43.3%). Dengan kata lain,

perusahaan masih belum maksimal dalam upaya pemenuhan

kebutuhan dan fasilitas pegawai.

2. Kepada pegawai pegawai Badan Pertanahan Nasional Medan,

disarankan untuk lebih meningkatkan kinerja bukan semata karena

besarnya kompensasi yang diterima tetapi juga harus memperbaiki

motivasi kerja.

3. Kepada peneliti selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian

sejenis dengan skala penelitian yang lebih luas misalnya menambah

jumlah item kuesioner dan jumlah sampel penelitian sehingga

diperoleh hasil penelitian yang lebih akurat.

Gambar

Tabel 3.1
Tabel 3.2
Tabel 3.4
Tabel 3.5
+5

Referensi

Dokumen terkait

Subtansi dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana perkembangan UED-SP Dharma Bakti dan lembaga tersebut dalam mendorong keberdayaan pada usaha

1) Penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan bahwa Periklanan, Promosi Penjualan, Public Relation, Personal Selling, Direct Seliing dan Gaya Hidup (life style) mempunyai

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh dan dianalisa penulis mendapatkan bahwa peranan aparatur Dinas Pariwisata dan Kebudayaan belum melaksanakan tugas dengan optimal

tenaga listrik tersebut terjadi pembagian beban-beban yang pada awalnya merata tetapi karena ketidakserempakan waktu pemakaian atau penyalaan beban-beban tersebut maka

a) Lingkungan perumahan merupakan bagian dari kawasan perkotaan sehingga dalam perencanaannya harus mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) setempat atau dokumen

Membuka pelajaran merupakan kegiatan awal yang dilakukan guru dalam kegiatan balajar mengajar untuk mengkondisikan siswa agar perhatian dan motivasinya tumbuh

Media dua dimensi juga memiliki ciri-ciri khusus yang mana ciri- cirinya ini hanya dimiliki oleh media dua dimensi saja. Secara umum media dua dimensi memiliki ciri-ciri

Kompilasi Hukum Islam kata murtad disebutkan dalam 2 pasal, terdapat dalam pasal 75 dan pasal 116, yang mana Pasal 75 menjelaskan perbuatan murtad menjadikan