• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekstrofi Kandung Kemih (Bladder Exstrophy) dan Permasalahannya pada Anak Laki-Laki Umur 4 Bulan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekstrofi Kandung Kemih (Bladder Exstrophy) dan Permasalahannya pada Anak Laki-Laki Umur 4 Bulan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Ekstrofi Kandung Kemih (Bladder Exstrophy)

dan Permasalahannya pada Anak Laki-Laki Umur 4 Bulan

Bladder Exstrophy and It’s Problem Related In a 4 Month- Old Boy

Sri Priyantini M1* dan Asri P2

ABSTRACT

Bladder exstrophy is a congenital anomality in which part of the bladder is present outside the body. It is rare with a 2:1 male: female ratio. The defect of Bladder exstrophy resulted in various urinary dysfunctions prior or post operation including urinary tract infection, catheter intermittent, risk of reflux vesiko-ureter, abnormality both of external and internal genitalia for example micropenis and undescended testicle or Cryptorchidism. We reports a case of a 4 -month old male baby who underwent bladder exstrophy repair to cover up the hallow of the bladder, cut the glandula accessories penis and cover up the hollow of the scrotum. After the surgery, there were several problem including undescended testicle, unseen left testis, micropenis, risk factor of UTI (upper urinary tract infection) and urinary disorder (Sains Medika 2 (1): 88-97).

Key words: Bladder Exstrophy, undescended testicle, micropenis

ABSTRAK

Ekstrofi kandung kemih adalah salah satu tipe kelainan bawaan dari sistem genitourinaria, ditandai terbukanya kandung kemih pada dinding bawah abdomen Ratio kejadian antara anak laki-laki dan perempuan 2:1. Defek ekstrofi kandung kemih menyebabkan berbagai risiko gangguan berkemih saat preoperatif maupun paska operatif. Selain problem saluran kencing seperti infeksi, pemakaian kateter intermiten, risiko refluk vesiko-ureter, juga terdapat masalah abnormalitas penampilan genitalia external maupun internal yaitu mikropenis, dan masalah testis yang tidak turun dalam kantung skrotum atau Cryptorchidism. Kasus adalah bayi laki-laki umur 4 bulan yang dirawat untuk menjalani operasi korektif penutupan celah kandung kemih, pemotongan penis aksesoris, dan penutupan celah skrotum. Paska operasi masih menghadapi berbagai masalah yaitu testis tidak turun, testis kiri belum ditemukan, mikropenis, faktor risiko ISK dan risiko gangguan fungsi berkemih paska operasi (Sains Medika 2 (1): 88-97).

Kata kunci: ekstrofi kandung kemih, undescended testicle, mikropenis

PENDAHULUAN

Ekstrofi kandung kemih atau bladder exstrophy adalah salah satu tipe kelainan

bawaan dari sistem genitourinaria, ditandai terbukanya kandung kemih pada dinding bawah

abdomen. Kandung kemih terbuka, tidak beratap di daerah abdomen bawah (suprapubik)

dengan air kemih merembes melalui celah yang terbuka, mukosa kandung kemih terlihat

menonjol keluar, berlanjut ke kulit perut, dan tulang pubis terpisah (Alatas, 1999). Kelainan

ini biasanya disertai epispadia, sphingter dari pintu keluar kandung kemih sering gagal

berkembang dengan baik (Shah et al., 2006).

Kelainan yang sering menyertai ekstrofi kandung kemih antara lain penis pendek

(corporal anterior 50% lebih pendek dibanding kontrol normal) melengkung ke arah atas

(2)

waktu ereksi (adanya chordee), lebar penis (30% lebih lebar dibanding kontrol normal),

testis tidak turun (undescended testicle) disebabkan oleh kelainan perkembangan skrotum

yang mendatar, hernia inguinalis terjadi karena kanal inguinal tidak terbentuk dengan baik,

dan terpisahnya simpisis pubis berakibat rotasi external pelvis dan sendi sacroiliaca sehingga

anak mengalami waddling gait yang bisa berangsur berkurang dengan pertambahan usia

(Gearhart, 2005).

Kasus ekstrofi jarang terjadi, akan tetapi rasio kemungkinan menemui kasus sekitar

1:30.000 kelahiran. Oleh karena itu, dokter harus memahami kasus ini sebagai salah satu

bentuk kelainan kongenital saluran kemih bawah. Prognosis kelainan ini baik, apabila segera

ditangani dengan benar mulai dari diagnosis awal, alur rujukan yang benar meliputi

beberapa bidang disiplin ilmu antara lain bedah urologi, dokter anak sub bagian urologi

dan endokrin, dan psikolog. Keterlibatan berbagai disiplin ilmu untuk mencegah resiko

gangguan fungsi ginjal di usia muda, infertilitas, ganggaun fungsi sexual masa dewasa, dan

risiko keganasan testis yang tidak turun (cryptorchidism) yang sering mengikuti kasus

ekstrofi kandung kemih. Kelainan ini menyebabkan tekanan kejiwaan pada keluarga, karena

lamanya masa rawat, tidak sedikitnya biaya selama masa pantauan pengelolaan sampai

anak dewasa juga menjadi masalah tersendiri yang harus ditangani. Oleh karena itu, kasus

ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan singkat yang bermanfaat bagi

para dokter yang berminat di bidang ilmu urologi, organ reproduksi dan endokrin.

TINJAUAN PUSTAKA

Defek embriologi kelainan ini dikelompokkan sebagai exstrophy-epispadias complex,

yang termasuk defek embriologi yang serupa adalah epispadia, classic bladder exstrophy,

cloacal exstrophy, dan beberapa variasi kelainan lainnya. Defek terjadi pada trimester

pertama yaitu saat pemisahan primitive cloaca menjadi sinus urogenital dan hindgut yang

waktunya hampir bersamaan dengan maturasi dinding perut, apabila lapisan mesenchym

gagal bermigrasi di antara lapisan ektoderm dan endoderm membuat membran kloaka

tidak stabil (ruptur), lipatan mukosa bersatu dengan kulit. Ruptur prematur sebelum terjadi

translokasi kaudal mesoderm menimbulkan berbagai anomali infraumbilikal (Reda, 2005).

Kelainan disertai mal development dari tulang pelvis yaitu pemisahan cukup lebar symphysis

(3)

1 per 30.000 kelahiran, diagnosis ditegakkan langsung sejak kelahiran karena langsung

nampak di regio perut bawah. Lebih sering pada laki, ratio kejadian antara anak

laki-laki dan perempuan 2:1 (Retik, 2009). Kemungkinan kejadian untuk anak berikutnya adalah

1 per 100 atau 1 per 70 apabila orang tua dengan riwayat yang sama. Faktor risiko dan

etiologi belum jelas, dan tidak bersifat herediter (Reda, 2005).

Beberapa jenis kelainan yang serupa dan sangat bervariasi dikelompokkan sebagai

abnormalitas perkembangan cloacal membrane dan migrasi mesoderm antara lain:

a. Classic bladder exstrophy: kandung kemih terbuka di bagian perut bawah, mukosa

terbuka keluar, umbilikus rendah, jarak umbilikus-anus lebih pendek, otot rektus

menjauh karena melekat pada masing-masing tulang pubis, sering terjadi hernia

in-guinal indirek karena lebarnya cincin inin-guinal dan kegagalan kanal inin-guinal oblique.

Umumnya saluran kemih atas normal, demikian juga genitalia interna pada tipe klasik

umumnya tidak ditemukan.

b. Epispadia: phallus pendek, dan luas dengan kurvatura di atas (chordee), glans terbuka

dan datar seperti sekop, meatus uretra di dorsal penis, atau antara sudut penopubic

dan tepi proksimal glans penis. Simpisis pubis umumnya lebar, distal otot rektus

divergen.

c. Cloacal exstrophy: hampir semua berhubungan dengan omphalocele, kandung kemih

terbuka terpisah menjadi 2 bagian, mengapit bagian dalam cecum yang terbuka, sisa

hindgut yang terbuka dan satu atau lebih appendix jelas nampak dalam lempengan

cecal, illeum terminal dapat prolap dalam cecal plate. Kelainan ini berkaitan dengan

anomali jantung, gastrointestinal, dan ginjal. Risiko ditemukan ectopic pelvic kidney,

renal agenesis, dan hidronefrosis. Problem lain yang dapat ditemukan adalah defek

neurologi seperti myelomeningocele, dan hidrosefalus.

d. Exstrophy variant: simpisis pubis terpisah lebar, otot rektus distal divergen, kelainan

dapat berupa umbilikal rendah atau elongasi, sebagian kecil kandung kemih atas

terbuka, kandung kemih intak dengan selaput membran eksternal tipis, atau nampak

superior vesical fissure. Paten urachus adalah diagnosis banding kelainan

exstrophy-epispadias, karena paten urachus merupakan abnormalitas muskuloskeletal yang

terbuka ke arah umbilikus, sedangkan superior vesical fissure adalah infraumbilikal.

(4)

Gambar 1 dan 2 menunjukkan perjalanan dan variasi kasus ekstrofi kandung

kemih.

(5)

Gambar 2. Variasi kelainan exstrophy-epispadias complex: (a) Kandung kemih terbuka dengan klitoris bifida pada wanita dengan ekstrofi kandung kemih; (b) Laki-laki dengan ekstrofi kandung kemih, wimbilical rendah pendek, luas,

unturned phallus. Jarak antara phallus umbilical rendah, dengan anus depan; (c) Bayi baru lahir 46 XY, dengan cloacal extrophy, dengan omphalocele besar, dengan hemibladder mengapit exstropic cecal plate, phallus kecil dan bifida, hemiglans dan hemiscrotum disebelah distal kandung kemih

LAPORAN KASUS

Kasus adalah anak laki-laki umur 4 bulan dengan kandung kemih yang terbuka

langsung ke dinding perut bawah. Bentuk genitalia externa abnormal yaitu terdapat 2 penis,

skrotum terpisah (scrotum bifida), tidak ditemukan testis, dengan tulang pelvis kanan-kiri

yang terpisah (Gambar 3 a). Hasil pemeriksaan penunjang sebagai berikut: a) X-Foto Pelvis

tampak Os ilium dan os ischium tampak normal, os pelvis dengan gambaran celah symphisis

yang membuka sangat lebar; b) pemeriksaan Foto Polos Abdomen: tampak celah antara

simfisis pubis sangat lebar (Gambar 3 b); c) Foto kontras saluran kemih: ginjal

kanan-kiri bentuk, letak & ukuran normal, ekskresi ginjal kanan-kanan-kiri dalam batas normal, ureter

dextra dan sinistra: tak melebar, tak tampak bendungan, kandung kemih : tak tampak,

tampak ekstravasasi kontras melalui lubang di supra pubis (Gambar 3 c). Hasil

pemeriksaan tersebut sangat mendukung kelainan bladder exstrophy.

(6)

ischium normal, os pelvis dengan gambaran celah symphisis yang membuka sangat lebar, (c) Hasil IVP ren dextra & sinistra.

Hasil USG abdomen menunjukkan bahwa hepar ukuran normal, parenkim homogen,

tepi tajam, permukaan rata, vena porta tak melebar, vena hepatika tak melebar, tak tampak

nodul. Vesika felea tampak berukuran normal, vens lienalis tak melebar. Duktus biliaris

tampak tidak melebar. Ukuran lien tampak normal dan vena lienalis tak melebar. Pankreas

berukuran normal dan kalsifikasi (-). Ginjal kanan berukuran normal, parenkim normal,

batas kortikomeduler normal PCS tidak melebar, dan batu (-). Ginjal kiri berukuran normal,

stratum parenkim normal, batas kortikomeduler normal, PCS tidak melebar, batu (-).

Limfonodi paraaorta tampak tak membesar. Vesika urinaria menunjukkan dinding tak

menebal, batu (-) dan massa (-). Gambaran hasil USG abdomen tersebut mengesankan

bahwa tak tampak kelainan pada organ abdomen secara sonografi, tak tampak testis di

dalam abdomen.

Hasil USG testis menunjukkan regio inguinal dextra: tampak testis, struktur

homogen ukuran 11,9x7,9x14,7 mm3 , kapsul utuh, kalsifikasi (-); regio inguinal sinistra:

tak tampak gambaran testis. Hal ini mengesankan testis dextra di regio inguinal, tak

tampak testis di inguinal sinistra.

Pasien telah dilakukan pemeriksaan kadar FSH (follicle-stimulating hormone), LH

(luteinizing hormone), dan testosteron. Hasil yang diperoleh dari pemeriksaan kadar

hormon reproduksi ini, antra lain: FSH 1,15 mIU/ml (kisaran normal: 0,19-2.97), LH 0,19

mIU/ml (kisaran normal: 0.04-3.01), testosteron sebelum tes HCG < 2 ng/dL, sesudah tes

HCG kadar testosteron meningkat banyak menjadi 36.1 ng/dL, respon testis pasien

terhadap test HCG sangat baik, sehingga hipogonadisme primer disingkirkan. Pada kasus

ini sekresi FSH, LH meskipun nampak rendah masih dalam variasi normal menurut umur.

Malformasi urogenital pada pasien tidak disertai defek fisik lain seperti dismorfik

wajah, mikrosefali, kelainan pada anggota gerak atau rajah tangan, sehingga kemungkinan

kecil suatu sindrom tertentu. Riwayat perkembangan sampai umur 6 bulan secara umum

sesuai umur. Hasil skrining Denver II pada umur 10 bulan, semua aspek meliputi

psikososial, bahasa, motorik kasar dan halus sesuai umur.

Selama perawatan perioperatif di bagian bedah urologi tidak ada masalah yang

(7)

dalam batas normal. Persiapan pre operasi sebagaimana operasi lainnya.

Pasca operasi pasien mengunakan kateter selama 1,5 bulan, karena kencing

lancar dicoba lepas kateter selama 2 bulan. Umur 9,5 bulan (2 minggu sebelum masuk

rumah sakit yang ke 3 kalinya) terdapat pembengkakan di sekitar pubis kemerahan,

nyeri tekan, setelah diinsisi ternyata abses, menurut dokter bedah kemungkinan berasal

dari infiltrat urin yang merembes dari urethra (Gambar 4.)

Gambar 4. Kondisi 5 bulan paska operasi penutupan kandung kemih, amputasi penis aksesoria kiri

PEMBAHASAN

Pemisahan simpisis pubis pada ekstrofi kandung kemih menyebabkan tidak

terbentuknya skrotum yang sempurna, diikuti dengan tidak turunnya testis ke lokasi

semestinya. Pemeriksaan USG ditemukan testis kanan pada daerah inguinal sedangkan

testis kiri belum ditemukan. Pemeriksaan USG abdomen belum dapat menyingkirkan tidak

adanya testis intraabdomen, jadi masih diperlukan pemeriksaan CT scan atau MRI. Perlu

dipastikan keberadaan testis kiri, sebelum anak mencapai umur yang lebih besar. Hal ini

sangat berkaitan dengan tindak lanjut pada testis yang tidak turun, khususnya testis intra

abdomen. Testis dalam rongga abdomen memiliki risiko terjadinya keganasan 48 × lebih

sering dari pada testis normal. Anak tersebut berisiko mengalami keganasan apabila kelak

ditemukan testis kiri intraabdomen.

Testis kanan sebaiknya diobservasi sampai umur setahun apabila tetap tidak turun

sampai umur > 1 tahun hampir dipastikan tidak pernah turun spontan (Dogra, 2004).

Selanjutnya ada 2 pilihan pengelolaan pada testis letak rendah seperti pada kasus,

yaitu hormonal atau pembedahan. Pemberian hormon HCG menstimulasi testis

(8)

pada kasus undescended testes letak rendah (mendekati skrotum) sekitar 10-50%, untuk

testis yang letaknya masih tinggi tidak efektif, tapi hati-hati testis yang bisa turun dapat

kembali naik bila terapi hormon terputus (Jawdeh & Akel, 2002). Pemberian hormon HCG

atau GnRH pada testis yang teraba tinggi diatas skrotum efikasinya < 20% (Dogra, 2004).

Kasus termasuk testis letak rendah diharapkan responnya baik terhadap HCG, sehingga

testis bisa turun atau bertambah besar, testis yang bertambah besar akan lebih mudah

teraba sehingga mudah dievalusi lebih lanjut. Pemberian HCG juga diharapkan dapat

membantu penemuan testis kiri yang mungkin sekarang ukurannya terlalu kecil sulit

dideteksi dengan USG. Pemberian HCG dipertimbangkan juga saat preoperatif, supaya

testis lebih besar dan mudah teraba saat pembedahan (Jawdeh & Akel, 2002).

Pasien rencana diberikan terapi HCG 1500 IU 3x/minggu, kemudian setelah masa

3 bulan diminta kontrol untuk melihat perkembangan testis (penurunan atau lokasinya,

ukuran testis dan juga penis). Sebaiknya dilakukan USG ulang untuk melihat perkembangan

testis pasca terapi hormonal. Bila terapi hormonal tidak berespon atau kurang sebaiknya

dipertimbangkan tindakan pembedahan (Orchiopexy).

Masalah fertilitas dan risiko keganasan menjadi bahan pertimbangan yang mungkin

akan menyulitkan dalam memutuskan tidakan pembedahan mana yang terbaik

orchioctomy atau orchiopexy. Kelebihan orchiopexy masih memungkinkan untuk harapan

fertilitas yang lebih baik, tetapi risiko keganasan testis yang tidak turun meningkat dengan

bertambahnya usia. Risiko kerusakan germ cell, abnormalitas sel leydig, dan fibrosis

peritubuler sudah mulai terjadi pada usia sekitar setahun sampai 1,5 tahun (Cornell

Physicians Pediatric Urology, 2007).

Orchiopexy merupakan pilihan terapi untuk anak umur 2-10 tahun, tetapi risiko

keganasan pada testis yang tidak turun mencapai 10% kasus, atau 48 × lebih tinggi daripada

testis letak normal. Maka sebaiknya orchiopexy dilakukan lebih awal pada usia 1 sampai

1,5 tahun untuk meningktkan harapan fertilitas yang lebih baik. Prosentase fertilitas

dihubungkan dengan usia operasi orchiopexy antara lain: 1-2 th 90%, 2-3th 50%, 5-8th

40%, 9-12th 30%, >15 tahun 5% (Vogt, 2008). Pendapat lain menyatakan bahwa orchiopexy

tidak merubah risiko terjadinya keganasan testis, maka operasi pengambilan testis

(orchioctomy) diyakini paling efektif. Pada umur 1-2 tahun pasien harus dipastikan

(9)

testis bila lokasi intraabdominal.

Pada kasus panjang penis dari pangkal ke ujungnya sekitar 1,4 cm, termasuk

mikropenis, dikatakan pasien ekstrofi memang sering menghadapi problem penis yang

kurang panjang, dan lebih sering disebakan oleh faktor defek anatomis bawaan daripada

sebab lainnya (Yerkes, 2002). Mikropenis didefinisikan sebagai penjang penis < 2,5 SD di

bawah panjang rata-rata penis normal. Sekitar 0,6% laki-laki lahir dengan mikropenis.

Neonatus digolongkan sebagai mikropenis apabila ukuran penis yang memanjang dari

pangkal-ujungnya <1,9 cm. Mikropenis tidak selalu berkaitan dengan defisiensi fungsi

reproduksi laki-laki, penis kecil bisa saja fungsinya normal. Penyebabnya antara lain

kegagalan fetus memproduksi hormon, atau gagal merespon satu atau lebih androgen

yang diproduksi secara normal selama kehamilan. Mikropenis dapat diterapi dengan

beberapa hormon seperti human chorionic gonadotropin atau testosteron (Vogt, 2008).

Mikropenis bisa berkaitan dengan hipogonadisme, sehingga diperlukan skrining

seperti stimulasi dengan HCG, LH-Rh, kromatin, jika anak pendek diperiksa GH (Styne,

2002). Pada kasus kadar FSH dan LH dalam batas normal, respon testosteron terhadap

tes HCG baik, jadi kecurigaan hipogonadisme sementara dapat disingkirkan.

Mikropenis sering diterapi dengan injeksi hormonal: HCG atau testosteron. Terapi

hormonal sebelum pubertas dapat meningkatkan panjang penis meskipun tidak mengubah

penampilannya seperti penis dewasa, pada kasus insufisiensi pituitari dianjurkan

diberikan testosteron dan HCG pada usia 10-12 th (Pierson, 1991). Panjang penis yang

kurang normal pada pasien belum dikelola secara khusus, diharapkan dari pemberian

terapi hormon.

KESIMPULAN

Defek anatomi saluran kemih bawah dapat mempengaruhi fungsi organ lainnya,

meskipun telah dilakukan bedah korektif, masalah ke depan antara lain fungsi berkemih,

fertilitas, mikropenis, dan risiko keganasan testis karena testis letak tinggi/intraabdomen.

Penemuan kasus ini masih jarang, sehingga masih diperlukan pengkajian lebih dalam lagi

dengan mengikuti pertumbuhan dan perkembangan kasus ini lebih lanjut. Diharapkan

dengan pantauan jangka panjang akan memberikan pengalaman yang berharga dalam

(10)

DAFTAR PUSTAKA

Alatas, H., 1999, Kelainan kongenital ginjal, Nefrologi anak, Jilid, IDAI: Jakarta, 63-64

Cornell Physicians Pediatric Urology, 2007, Undescended testicle or cryptorchidism.

www.cornell/urology.com/cornell/pediatric/cryptorchidism.s.html, Dikutip Tgl 18.11.2009.

Dogra, V. S, 2004, Cryptorchidism, eMedicine Journal, July(9). http://www.emedicine.com/ radio/topic201.htm. Dikutip Tgl 14.11.2009

Gearhart, J. P., 2005, Classic Bladder Exstrophy, http:/urology.jhu.edu/pediatric/diseases/ Dex1.php, Dikutip Tgl 14.11.2009.

Jawdeh, B. A., and Akel, S, 2002, Cryptorchidism: an update, AUB Surgery J, http// www.aub.edu.Ib/websurgp/honors.html. Dikutip tgl 16.11.2009.

Pierson, M., 1991, The sex glands., Pediatric endocrinology, John Wiley & Sons, Toronto, 453.

Reda, E., 2005, Bladder exstrophy and epispadias, Tri State Bladder Exstrophy Support Group Westchester Medical Center, New York, www.pedsurology.com/ exstrophy.html, DikutipTgl 13.11.2009.

Retik, A. B., 2009, Exstrophy of the bladder-Advances in Management, Digital Urology

Journal, Division of Urology Children’s Hospital, Boston www.duj.com/

exstrophy.html, Dikutip Tgl 18.11.2009.

Shah, A. K., Joshi, M. A., and Kumar, S., 2006, Bladder Exstrophy-A Case Report,Ind J Radiol Imag16(1): 103-106, http://medind.nic.in/ibn/t06/i1/ibnt06i1p103.pdf, Dikutip Tgl 14.05.2006

Styne, D. M., 2002, The testes Disorder of sexual differentiation and puberty in the male, Pediatric endocrinology, Second edition, WB Saunders, Philadelphia; 570-573.

The Encyclopaedia of Medical Imaging, 2004, Exstrophybladder, Medcyclopaedia IV(2)

www.amershamhealth.com/medcyslopaedia/medical/Volume%20IV%2020/ EXSTROPHY%20BLADDER ASP.htm, Dikutip Tgl 10.05.2006.

Vogt, K.S., 2008, Microphallus, eMedicine Journal, May (7), http://emedicine.medscape.com/ article/923178-overview, Dikutip Tgl 18.11.2009

Yerkes, E.B., 2002, Exstrophy and Epispadias, eMedicine Journal, May(6), http://

Gambar

Gambar 1 dan 2 menunjukkan perjalanan dan variasi kasus ekstrofi kandung
Gambar 2.Variasi kelainan exstrophy-epispadias complex: (a) Kandung kemih terbuka
Gambar 4.Kondisi 5 bulan paska operasi penutupan kandung kemih, amputasi penisaksesoria kiri

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah: 1) Mengetahui keabsahan pelaksanaan perkawinan antara laki-laki di atas umur dan perempuan di bawah umur menurut Undang-undang Nomor

Pada penelitian ini jumlah kasus batu saluran kemih berdasarkan usia diketahui bahwa anak dari kelompok umur 0-4 tahun adalah kelompok yang paling banyak menderita batu saluran

Kriteria inklusi kasus dan kontrol adalah laki-laki umur 25-44 tahun yang tercatat (tidak tercatat) sebagai penderita HIV/AIDS dan rutin melakukan pengobatan ARV di

Sejalan dengan penelitian di Bangladesh 2016, yang menyatakan bahwa pada umur 6 dan 12 bulan anak laki-laki memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi

Prevalensi kejadian infeksi saluran kemih pada laki-laki di usia 2 bulan sampai2 tahun lebih tinggi daripada perempuan dapat dikarenakan pada anak usia tersebut belum

Bangladesh 2016, yang menyatakan bahwa pada umur 6 dan 12 bulan anak laki-laki memiliki prevalensi stunting yang lebih tinggi dibandingkan anak perempuan,

Indikasi kontra untuk tindakan ini adalah kapasitas kandung kemih yang kecil, batu multiple, batu ukuran lebih dari 20mm, batu keras, batu kandung kemih pada anak dan

ISSN : 2721-2882 296 PENYAKIT JANTUNG BAWAAN SIANOTIK PADA ANAK LAKI-LAKI BERUSIA 4 TAHUN : LAPORAN KASUS Cyanotic congenital heart disease in a 4 year old boy : case report Jimly