• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

PERGESERAN DAN PEMERTAHANAN BAHASA

Nurdin Bramono Mifta Rahman

Universitas Sebelas Maret Surakarta

[email protected]

Abstract

Economic and technology development are the main reason of language shift. It is not wrong however it will be serious problem toward a certain language continuity. Therefore it is necessary to have language maintenance.

Keyword: language, maintenance, shift

PENDAHULUAN

Di dalam masyarakat seseorang tidak lagi dipandang sebagai individu yang terpisah

dari yang lain. Ia merupakan anggota dari kelompok sosialnya. Oleh karena itu bahasa dan

pemakaian bahasanya tidak diamati secara individual, tetapi selalu dihubungkan dengan

kegiatannya di dalam masyarakat.

Sosiolinguistik menempatkan kedudukan bahasa dalam hubungannya dengan

pemakaiannya di dalam masyarakat. Ini berarti bahwa sosiolinguistik memandang bahasa

pertama-tama sebagai sistem sosial dan sistem komunikasi, serta bagian dari masyarakat

dan kebudayaan tertentu (Suwito, 1983). Sedangkan pemakaian bahasa adalah bentuk

interaksi sosial yang terjadi di dalam situasi-situasi yang kongkret.

Dalam interaksi sosial terjadi saling pengaruh. Orang yang lebih aktif akan

mendominasi interaksi itu. Dengan kata lain, apabila sesuatu bahasa lebih banyak dipakai,

maka bahasa itu akan berkembang. Sebaliknya bahasa yang tidak banyak dipakai,

kosakatanya akan terdesak oleh pemakaian bahasa yang lebih dominan (Pateda, 1987). Jika

hal ini berlangsung terus, maka kepunahan sesuatu bahasa sudah dapat diramalkan.

Untuk memperjelas pembicaraan terkait dengan hal di atas, makalah ini menyajikan

beberapa hal tentang pergeseran dan pemertahanan bahasa dalam gambaran yang umum.

Beberapa contoh hasil temuan penelitian oleh para ahli juga akan disajikan sebagai

pelengkap untuk dapat memberikan gambaran awal tentang fenomena pergeseran dan

(2)

Pergeseran dan Pemertahanan Bahasa

Fishman (di dalam Nancy Hornberger: 2006) mengatakan bahwa:

The study of language maintenance and language shift is concerned with the

relationship between change (or stability) in language usage patterns, on the

one hand, and ongoing psychological, social or cultural processes, on the other

hand, in populations that utilize more than one speech variety for intra-group or

for inter-group process.

Pergeseran dan pemertahanan bahasa merupakan dua sisi mata uang (Sumarsono:

2011). Fenomena ini merupakan dua fenomena yang terjadi bersamaan. Bahasa menggeser

bahasa lain atau bahasa yang tak tergeser oleh bahasa lain; bahasa yang tergeser adalah

bahasa yang tidak mampu mempertahankan diri (Sumarsono: 2011). Kondisi tersebut

terjadi pada saat suatu masyarakat (komunitas bahasa) memilih untuk menggunakan atau

meninggalkan pemakaian suatu bahasa. Pilihan atas salah satu dari kondisi tersebut terjadi

dalam rentang waktu yang panjang. Rentang waktu ini bisa mencapai lebih dari dua atau

tiga generasi.

Fasold (dikutip Lukman: 2000) mengungkapkan bahwa pergeseran dan

pemertahanan bahasa ibarat dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan satu sama

lainnya. Dia merupakan hasil kolektif dari pilihan bahasa (language choice). Dalam

pemertahanan bahasa, masyarakat secara kolektif menentukan untuk melanjutkan memakai

bahasa yang sudah biasa dipakai. Ketika sebuah masyarakat memilih bahasa baru di dalam

ranah yang semula digunaan bahasa lama, pada saat itu merupakan kemungkinan

terjadinya proses sebuah pergeseran bahasa.

Pergeseran Bahasa

Beberapa kondisi cenderung dihubung-hubungkan terhadap pergeseran bahasa.

Kondisi yang paling mendasar barangkali adalah kedwibahasaan (bilingualism). Tetapi

patut diperhatikan dengan seksama bahwa kedwibahasaan ini bukanlah satu-satunya faktor

yang menyebabkan pergeseran bahasa. Kedwibahasaan tidak dengan serta merta

menyebabkan pergesaran bahasa, meskipun ini merupakan salah satu syarat terjadinya

pergeseran bahasa. Kasus-kasus pergeseran bahasa hampir seluruhnya terjadi melalui alih

generasi (intergenerasi). Maksudnya adalah pergeseran bahasa memerlukan waktu lebih

(3)

Chaer dan Agustina (2004:142) mengemukakan bahwa pergeseran bahasa

menyangkut masalah penggunaan bahasa oleh seorang penutur atau sekelompok penutur

yang bisa terjadi sebagai akibat perpindahan dari satu masyarakat tutur ke masyarakat tutur

lain. Dengan kata lain, pergeseran bahasa akan terjadi bila seorang atau sekelompok orang

penutur bahasa tertentu pindah ke tempat baru, yang mana bahasanya berbeda , dan

bercampur dengan mereka. Pendatang atau kelompok baru ini harus menyesuaikan diri

dengan ‘menanggalkan’ bahasanya sendiri, lalu menggunakan bahasa penduduk setempat

dan terjadi selama beberapa generasi.

Bila satu kelompok baru datang ke tempat lain dan bercampur dengan kelompok

setempat, maka akan terjadilah pergeseran bahasa (language shift). Kelompok pendatang

ini akan melupakan sebagian bahasanya dan ‘terpaksa’ memperoleh bahasa setempat.

Alasannya karena kelompok pendatang ini harus menyesuaikan diri dengan situasi baru

tempat mereka berada. Selanjutnya kelompok pendatang ini akan mempergunakan dua

bahasa, yaitu bahasa nasional dan bahasa daerah setempat (Alwasilah, 1993). Sedangkan

Sumarsono dan Partana (2002) mengungkapkan bahwa pergeseran bahasa berarti, suatu

komunitas meninggalkan suatu bahasa sepenuhnya untuk memakai bahasa lain. Bila

pergeseran sudah terjadi, para warga komunitas itu secara kolektif memilih bahasa baru.

Selanjutnya Sumarsono dan Partana (2002) mengungkapkan beberapa faktor yang

menyebabkan pergeseran bahasa yaitu: migrasi atau perpindahan penduduk, faktor

ekonomi, dan faktor pendidikan. Migrasi dapat berwujud dua kemungkinan. Pertama,

kelompok-kelompok kecil bermigrasi ke daerah atau negara lain yang tentu saja

menyebabkan bahasa mereka tidak berfungsi di daerah yang baru. Kedua, gelombang besar

penutur bahasa bermigrasi membanjiri sebuah wilayah kecil dengan sedikit penduduk,

menyebabkan penduduk setempat terpecah dan bahasanya tergeser.

Faktor ekonomi juga merupakan penyebab pergeseran bahasa. Salah satu faktor

ekonomi itu adalah industrialisasi. Selain itu, faktor pendidikan juga menyebabkan

pergeseran bahasa ibu murid, karena sekolah biasa mengajarkan bahasa asing kepada

anak-anak. Hal ini menyebabkan anak-anak menjadi dwibahasawan. Padahal, kedwibahasaan

mengandung resiko bergesernya salah satu bahasa.

Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pergeseran bahasa itu terjadi ketika

masyarakat (komunitas bahasa) memilih suatu bahasa baru untuk mengganti bahasa

sebelumnya. Dengan kata lain, pergeseran bahasa itu terjadi karena masyarakat bahasa

(4)

dalam ranah-ranah pemakaian bahasa yang lama. Contoh pergeseran bahasa pada golongan

imigran kecil

Maniben is a young British Hindu woman who lives in Coventry. Her family moved to Britain from Uganda in 1970, when she was 5 years old. She started on the shop floor in a bicycle factory when she was 16. At home Maniben speaks Gujerati with her parents and grandparents. Although she had learned at school, she found she did not need much at work. Many of the girls working with her, also spoke Gujerati, so when it was not noisy they would talk to each other in their language home, Maniben was good at her job and she got promoted to floor superviser. In that job she needed to use English more of the time, though she could still use some Gujerati with her old workmates. She went to evening classes and learned to type, Then, because she was interested, she went on to learn how to operate a word processor. Now she works in the main office and she uses English all the time at work.

(Dicuplik dari Introduction to Sociolinguistik, Janet Holmes; 1992;55).

Contoh diatas mengetengahkan seorang yang bernama Maniben. Dia seorang wanita

muda berkebangsaan Inggris yang beragama Hindu. Pada usia balita, dia masih tinggal di

Coventry Inggris, tetapi ketika berusia lima tahun, keluarganya pindah ke Uganda. Di

rumah, dia dan keluarganya menggunaan bahasa Gujerati. Begitu juga dilingkungannya,

dia juga berbahasa Gujerati ketika berkomunikasi dengan teman-temannya.

Ketika usia Maniben menginjak 16 tahun, dia diterima diperusahaan sepeda.

Awalnya dia ditempatkan dibagian bengkel, tetapi, karena kerjanya bagus, dia

dipromosikan sebagai supervisor. Diposisi baru tersebut, Maniben diharuskan

menggunakan bahasa Inggris, walaupun terkadang dia menggunakan bahasa Gujerati

dengan teman-teman kerjanya.

Akhhirnya Maniben, kursus dan belajar “mengetik” pada sore hari. Dia juga tertarik untuk

mempelajari word processor. Selanjutnya dia selalu menggunakan bahasa Inggris, dalam

aktivitas kerjanya

Pemertahanan Bahasa

Secara umum pemertahanan bahasa dedefinisikan sebagai keputusan untuk tetap

melanjutkan pengunaan bahasa secara kolektif oleh sebuah komunitas yang telah

menggunakan bahasa tersebut sebelumnya (Fasold: 1984). Lebih lanjut, Fasold juga

menyatakan bahwa pemertahanan bahasa ini merupakan kebalikan atau sisi yang berlainan

dari pergeseran bahasa; yaitu di mana sebuah komunitas memutuskan untuk mengganti

bahasa yang telah digunakannya atau memilih bahasa lain sebagai ganti bahasa yang telah

(5)

Sumarsono dan Partana (2002) mengungkapkan bahwa dalam pemertahanan bahasa

suatu komunitas secara kolektif menentukan untuk melanjutkan memakai bahasa yang

sudah biasa dipakai. Menurut Sumarsono dalam laporan penelitiannya mengenai

pemertahanan penggunaan bahasa Melayu Loloan di desa Loloan yang termasuk dalam

wilayah kota Nagara, Bali (dikutip Chaer dan Agustina, 2004), ada beberapa faktor yang

menyebabkan bahasa itu dapat bertahan, yaitu: pertama, wilayah pemukiman mereka

terkonsentrasi pada satu tempat yang secara geografis agak terpisah dari wilayah

pemukiman masyarakat Bali. Kedua, adanya toleransi dari masyarakat mayoritas Bali yang

mau menggunakan bahasa Melayu Loloan dalam berinteraksi dengan golongan minoritas

Loloan, meskipun dalam interaksi itu kadang-kadang digunakan juga bahasa Bali. Ketiga,

anggota masyarakat Loloan, mempunyai sikap keislaman yang tidak akomodatif terhadap

masyarakat, budaya, dan bahasa Bali. Pandangan seperti ini dan ditambah dengan

terkonsentrasinya masyarakat Loloan ini menyebabkan minimnya interaksi fisik antara

masyarakat Loloan yang minoritas dan masyarakat Bali yang mayoritas. Akibatnya pula

menjadi tidak digunakannya bahasa Bali dalam interaksi intrakelompok dalam masyarakat

Loloan. Keempat, adanya loyalitas yang tinggi dari anggota masyarakat Loloan terhadap

bahasa Melayu Loloan sebagai konsekuensi kedudukan atau status bahasa ini yang menjadi

lambang identitas diri masyarakat Loloan yang beragama Islam; sedangkan bahasa Bali

dianggap sebagai lambang identitas dari masyarakat Bali yang beragama Hindu. Oleh

karena itu, penggunaan bahasa Bali ditolak untuk kegiatan-kegiatan intrakelompok,

terutama dalam ranah agama. Kelima, adanya kesinambungan pengalihan bahasa Melayu

Loloan dari generasi terdahulu ke generasi berikutnya.

Dibutuhkan sebuah komitmen dalam pemertahanan sebuah bahasa. Hal ini

dikarenakan tingkat kemajuan ilmu pengetahuan masyarakat yang semakin maju, serta

semakin banyak bahasa –bahasa asing masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Hal tersebut

bisa kita lihat dari maraknya perusahaan yang menyertakan kemampuan bahasa asing

sebagai persyaratan utama untuk menjadi pegawai ditempat tersebut. Hal sama juga terjadi

didalam dunia pendidikan, bahasa asing juga menjadi mata pelajaran wajib serta sebagai

syarat utama kelulusan. Namun dilain hal, bahasa nasional maupun daerah kurang

mendapat perhatian.

Hasil UNAS terbaru contohnya, nilai bahasa Indonesia rata-rata mengalami

penurunan, bila dibandingkan dengan bahasa Inggris (Jawa Pos, 28 Mei 2012). Hal

(6)

karena itu melihat fenomena tersebut, pemerintah melalui departemen pendidikan nasional,

serta institusi-institusi lainsegera melakukan pemertahanan bahasa nasional serta bahasa

daerah.

Dalam melakukan pemertahanan bahasa, ada hal menarik yang yang diutarakan

oleh Endang dalam makalahnya tentang pemertahanan bahasa Jawa; ada beberapa

pemikiran praktis yang dapat dijadikan dasar untuk mempertahankan bahasa Jawa; pertama

menggunakan bahasa Jawa dalam berbagai kesempatan, misalnya ditengah keluarga,

diforum pertemuan, dan dilembaga pendidikan (Lukman, 2000; 3). Kedua adalah

menghidupsuburkan pemakaian bahasa Jawa dimedia massa (cetak dan elektronik), seperti

koran, buku-buku, majalah, radio, dan televisi Yang ketiga adalah memperjuangkan bahasa

Jawa dan bahasa-bahasa daerah diIndonesia lainnya menjadi bahasa nasional kedua,

seperti halnya Malaysia (tanpa tahun).

KESIMPULAN

Bergeser atau bertahannya sebuah bahasa, baik pada kelompok minoritas maupun

pada kelompok imigran transmigran dapat disebabkan oleh banyak faktor. Hasil-hasil

penelitian, menunjukkan bahwa faktor industrialisasi dan migrasi (urbanisasi atau

transmigrasi) merupakan faktor-faktor utama. Salah satu faktor penting pemertahanan

sebuah bahasa adalah adanya loyalitas masyarakat pendukungnya. Dengan loyalitas itu,

pendukung suatu bahasa akan tetap mentransmisikan bahasanya dari generasi ke generasi.

Selain itu, faktor konsentrasi wilayah permukiman oleh Sumarsono (dalam Chaer dan

Agustina, 2004) disebutkan pula sebagai salah satu faktor yang dapat mendukung

kelestarian sebuah bahasa.

REFERENSI

Alwasilah, A.Chaedar. 1993. Pengantar Sosiologi Bahasa. Bandung: Angkasa.

Chaer, Abdul dan Leonie Agustina. 2004. Sosiolinguistik: Perkenalan awal. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Crystal, David. 2003. Language Death. New York: Cambridge University Press.

(7)

Holmes, Janet. 1992. An Introduction to Sociolinguistic.New York. Longman.

Nancy, Hornberger (Ed). 2006. Language Loyalty, Continuity and Change. Toronto: Multilingual Matters Ltd.

Lukman.2000.“Pemertahanan Bahasa Warga Transmigran Jawa di Wonomulyo Polmas serta Hubungannya dengan Kedwibahasaan dan Faktor-faktor Sosial” dalam http://www.pascaunhas.net/jurnal_pdf/vol12/LUKMAN12.pdf.

Pateda, Mansoer. 1987. Sosiolinguistik. Bandung: Angkasa.

Sumarsono. 2011. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumarsono dan Paina Partana. 2002. Sosiolinguistik. Yogyakarta: Penerbit Sabda.

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud penilaian massal berdasarkan KEP-533 adalah penilaian yang sistematis untuk sejumlah objek pajak yang dilakukan pada saat tertentu secara bersamaan

Pemulihan Kerugian Penurunan Nilai atas Aset Non Keuangan untuk periode tiga bulan yang berakhir pada 31 Maret 2012 adalah sebesar Rp 87 juta, menurun signifikan sebesar Rp 6.399

Mediatama Angkasa Makmur menggunakan jaringan komputer untuk mempermudah pertukaran data dan tersimpan dengan rapi dalam server sehingga memudahkan user untuk mendapatkan data

Dari hasil penelitian diperoleh hasil a Mesin penghasil air aki dengan siklus kompresi uap dan menggunakan tambahan pencurah air humidifier telah berhasil dirakit dan dapat

Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan, apakah dengan proses komunikasi partisipatif yang terjadi saat ini dalam kegiatan BRDP, dapat mendorong masyarakat untuk

15 H. Rasyid Sulaiman, Fiqh Islam h.. c) ﻞﻤﻋ dimana masing-masing dari kedua yang berserikat mengeluarkan harta yang sama seperti harta yang dikeluarkan oleh pihak yang

Statistik deskritif tentang variabel kepemimpinan dapat disimpulkan bahwa penerapan kepemimpinan kepala ruangan terhadap motivasi kerja perawat pelaksana di ruang

Dari enam jenis bahan pengisi yaitu sekam padi, serbuk gergaji, serutan kayu, rumput laut Glacilaria tambak, Gracilaria laut dan rumput laut Euchema, ternyata sekam padi dan