• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) DENGAN ASPIRIN DOSIS TERAPI PADA MENCIT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH (Piper crocatum) DENGAN ASPIRIN DOSIS TERAPI PADA MENCIT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user

PERBANDINGAN EFEKTIVITAS ANALGESIK EKSTRAK DAUN SIRIH

MERAH (Piper crocatum) DENGAN ASPIRIN DOSIS TERAPI

PADA MENCIT

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Dian Ajeng Atikaningrum

G.0008080

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Surakarta

(2)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

ii

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi dengan judul : Perbandingan Efektivitas Analgesik Ekstrak Daun Sirih

Merah (Piper crocatum) dengan Aspirin Dosis Terapi pada Mencit

Dian Ajeng Atikaningrum, NIM : G0008080, Tahun : 2011

Telah diuji dan sudah disahkan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Pada Hari Kamis, Tanggal 6 Oktober 2011

Pembimbing Utama

Nama : Endang Ediningsih, dr., M.Kes.

NIP : 19530805 198702 2 001 (………..)

Pembimbing Pendamping

Nama : Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes.

NIP : 19540505 198503 2 001 (………..)

Penguji Utama

Nama : Endang Sri Hardjanti, dr., P.Fark., M.Or.

NIP : 19471007 197611 2 001 (………..)

Anggota Penguji

Nama : Margono, dr., M.Kes.

NIP : 19540915 198601 1 001 (………..)

Surakarta, ..………

Ketua Tim Skripsi Dekan FK UNS

(3)

commit to user

iii

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan

sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam

naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Surakarta, 6 Oktober 2011

(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

iv ABSTRAK

Dian Ajeng Atikaningrum, G0008080, 2011. Perbandingan Efektivitas

Analgesik Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dengan Aspirin Dosis Terapi Pada Mencit,

Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana

perbandingan efektivitas analgesik antara ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dengan aspirin dosis terapi pada mencit.

Metode Penelitian: Penelitian ini adalah eksperimen laboratorik dengan

rancangan penelitian the post test only control group design. Subjek dari penelitian ini adalah 30 ekor mencit (Mus musculus), berumur 2-3 bulan dengan berat 20 gram. Subjek dibagi ke dalam 5 kelompok. Sebelum diberi perlakuan seluruh mencit terlebih dahulu diletakkan di atas hot plate dan dicatat pada suhu berapa mencit pertama kali menjingkat. Hasil rata-rata dari suhu tersebut dijadikan sebagai suhu hot plate sesudah mencit mendapat perlakuan. Kelompok pertama sebagai kontrol negatif diberikan 0,5 ml aquadest peroral, kelompok kedua sebagai kontrol positif diberikan 1,3 mg aspirin peroral, kelompok perlakuan 1 diberikan 3,64 mg ekstrak daun sirih merah, kelompok perlakuan 2 diberikan 7,28 mg, dan kelompok perlakuan 3 diberikan 14,56 mg. Efek analgesik diukur dengan menghitung jumlah jingkatan mencit selama 5 menit setelah 2 jam perlakuan. Kemudian data dianalisis menggunakan uji ANOVA dan dilanjutkan dengan uji Least Significance Difference (LSD).

Hasil Penelitian: Hasil analisis statistik dengan menggunakan uji ANOVA

menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelima kelompok. Uji LSDmenunjukkan bahwa terhadap kelompok kontrol (-), kelompok perlakuan 1, 2, dan 3 menunjukkan perbedaan yang nyata. Terhadap kelompok kontrol (+), kelompok perlakuan 1 berbeda secara nyata sedangkan kelompok perlakuan 2 dan 3 tidak menunjukkan perbedaan yang nyata.

Simpulan Penelitian: Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) memiliki efek analgesik pada mencit. Kelompok perlakuan yang memiliki efektivitas setara dengan aspirin ditunjukkan oleh kelompok perlakuan ekstrak daun sirih merah 7,28 mg dan 14,56 mg.

(5)

commit to user

v ABSTRACT

Dian Ajeng Atikaningrum, G0008080, 2011. Analgesic Effectivity Comparison

between Red Betle Leaf Extract (Piper crocatum) and Therapy Dosage of Aspirin at Mice

Research Objective: The aim of this research is to find out analgesic effectivity of red betle leaf extract compared to therapy dosage of aspirin in mice.

Research Method: This research used a completely randomize experimental

design. Subject of 30 male mices of Swiss groove was used which aged 2-3 months with 20-30 grams weight. Subjects were divided into five treatment groups : negative control group (aquadest), positive control group (aspirin), first treated group (3,64 mg red betle leaf extract), second treated group (7,28 mg red betle leaf extract), and third treated group (14,56 mg red betle leaf extract). Analgesic effect was determined by counting the mice jump on 42oC hot plate during 5 minutes, 2 hours after treatment. Obtained data was tested statistically by ANOVA and Pos Hoc processed by Lead Significance Difference.

Research Result: The ANOVA test showed that there were significant

differences among five treatment groups while the LSD test showed that there were significant difference between negative control group and tested groups while second and third treatment groups showed no significant difference with positive control group.

Research Conclusion: Red betle leaf extract (Piper crocatum) had analgesic effect when it was given orally in mice. The treatment groups who had the same efficacy with the aspirin treatment group were the second (7,28 mg red betle leaf extract) and the third group (14,56 mg red betle leaf extract).

(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

vi PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Perbandingan Efektivitas Analgesik Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) dengan

Aspirin Dosis Terapi pada Mencit”. Penyusunan skripsi ini digunakan dalam

rangka memenuhi salah satu syarat yang ditetapkan untuk memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Allah SWT atas ridho, kasih sayang, serta kuasaNya sehingga skripsi ini dapat disusun.

2. Prof. Dr. Zainal Arifin Adnan, dr., Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan FK UNS Surakarta.

3. Tim Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.

4. Endang Ediningsih, dr., M.Kes., selaku Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi bagi penulis.

5. Cr. Siti Utari, Dra., M.Kes., selaku Pembimbing Pendamping yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan motivasi bagi penulis.

6. Endang Sri Hardjanti, dr., P.Fark., M.Or., selaku Penguji Utama yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini.

7. Margono, dr., M.Kes., selaku Penguji Pendamping yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan penulisan skripsi ini..

8. Dosen dan Staf Laboratorium Farmokologi FK UNS yang telah banyak membantu penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu tercinta (Subroto, Ir. dan Wahyu Pradiwati, S.Pd.) atas doa, motivasi, dan restu yang tak pernah habis serta adikku (Kurnia Sasmita Dewi) atas doa dan semangatnya.

10. Teman-temanku Damarjati Hening P dan Asih Novea yang sudah bekerjasama selama pembuatan skripsi ini.

11. Sahabatku Dessy Tri P dan Dian Kartika yang sudah memberikan semangat dan inspirasinya untuk cepat-cepat mengerjakan skripsi ini.

12. Mbak-mbak dan teman teman Kos Kepodang, Kos Annisa 3, dan Wisma Deka yang membuatku merasa memiliki keluarga meski jauh dari rumah. 13. Pak Sigit dan keluarga yang telah membantu jalannya penelitian skripsi ini. 14. Teman-teman FK UNS 2008, sebagai teman seperjuangan selalu &

selamanya.

15. Semua pihak yang telah membantu penyusunan skripsi ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Meskipun tulisan ini masih belum sempurna, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Saran, kritik, koreksi, dan tanggapan dari semua pihak sangat diharapkan.

Surakarta, 6 Oktober 2011

(7)

commit to user

vii DAFTAR ISI

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 5

A. Tinjauan Pustaka ... 5

1. Nyeri ... 5

2. Sirih Merah ... 7

3. Aspirin ... 12

4. Ekstrak ... 15

B. Kerangka Pemikiran ... 17

C. Hipotesis ... 17

BAB III METODE PENELITIAN ... 18

A. Jenis Penelitian ... 18

(8)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

viii

C. Subjek Penelitian ... 18

D. Hewan Uji ... 18

E. Teknik Sampling ... 19

F. Klasifikasi Variabel ... 20

G. Definisi Operasional Variabel ... 21

H. Rancangan Penelitian ... 25

I. Alat dan Bahan ... 26

J. Metode Induksi Nyeri Hot Plate ... 27

K. Cara Kerja ... 28

L. Penentuan Dosis ... 29

M. Teknik Analisis Data ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 32

A. Hasil Penelitian ... 32

B. Analisis Data ... 34

BAB V PEMBAHASAN ... 39

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN ... 43

A. Simpulan ... 43

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

(9)

commit to user

ix DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hasil Homogenisasi Suhu Hot Plate (0C) ... 32

Tabel 2. Jumlah Jingkatan Mencit Selama 5 Menit pada Suhu 42 0C ... 33

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas Saphiro-Wilk ... 34

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Perbandingan antara Kelima

Kelompok Perlakuan ... 35

(10)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

x DAFTAR GAMBAR

(11)

commit to user

xi DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jumlah Jingkatan Mencit Selama 5 Menit pada Suhu 42 oC

Berdasarkan Kelompok Perlakuan

Lampiran 2. Uji Normalitas Distribusi

Lampiran 3. Uji Homogenitas dan ANOVA

Lampiran 4. Uji Post Hoc (LSD)

Lampiran 5. Volume Maksimal Larutan Sediaan Uji yang Dapat Diberikan

pada Hewan Uji

Lampiran 6. Konversi Dosis untuk Manusia dan Berbagai Jenis Hewan

Lampiran 7. Lembar Kerja Uji Ekstraksi dari LPPT UGM

Lampiran 8. Lembar Kerja Kompilasi Data Uji Ekstraksi dari LPPT UGM

Lampiran 9. Surat Keterangan Pelaksanaan Penelitian di Laboratorium

Universitas Setia Budi Surakarta

Lampiran 10. Ethical Clearance

(12)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Obat herbal telah diterima secara luas di hampir seluruh negara di

dunia. Menurut WHO, negara-negara di Afrika, Asia, dan Amerika Latin

menggunakan obat herbal sebagai pelengkap pengobatan primer yang

diterima. Bahkan di Afrika, sebanyak 80 % dari populasi menggunakan obat

herbal untuk pengobatan primer (WHO, 2003).

Sejak ribuan tahun yang lalu, pengobatan tradisional juga sudah ada di

Indonesia jauh sebelum pelayanan kesehatan formal dengan obat-obatan

modern dikenal masyarakat. Obat-obat tradisional cenderung sesuai dengan

kultur masyarakat Indonesia, mudah didapat, murah, dan aman dengan efek

sampingnya yang relatif kecil. Kekayaan tumbuhan obat ini juga mendukung

kecenderungan masyarakat saat ini untuk kembali ke alam (back to nature)

dalam upaya mencapai kesehatan yang optimal. (Wijayakusuma, 2000).

Nyeri merupakan gejala penyakit yang banyak dirasakan oleh

masyarakat. Nyeri pada dasarnya merupakan suatu reaksi fisiologis berupa

reaksi protektif tubuh sebagai mekanisme untuk menghindari stimulus yang

membahayakan tubuh (Wirjoadmodjo, 2000). Prevalensi nyeri pada orang

dewasa mencapai 40 % setiap harinya sedangkan 89 % merasakan episode

nyeri minimal sebulan sekali (Dwiprahasto, 2002). Selama ini masyarakat

(13)

commit to user

meringankan atau menyembuhkan sendiri keluhan nyerinya.

Analgesik/obat-obat penghalang nyeri adalah zat-zat yang mengurangi/melenyapkan rasa nyeri

tanpa menghilangkan kesadaran (Tjay dan Rahardja, 2007). Ada berbagai

macam obat analgesik yang biasa digunakan oleh masyarakat, baik berupa

obat sintetik maupun tradisional. Beberapa contoh obat analgesik sintetis

misalnya aspirin, ibuprofen, dan asam mefenamat. Aspirin adalah salah satu

jenis obat yang paling sering digunakan. Efek samping yang sering terjadi

dapat berupa efek ringan dan efek yang lebih berat. Efek yang ringan

contohnya seperti reaksi alergi maupun rash dan efek yang lebih berat, berupa

gangguan pada sistem sistem gastrointestinal, misalnya dispepsi, nyeri

epigastrik, mual, dan muntah hingga perdarahan lambung (Soelistiono, 2008).

Melihat efek samping yang ditimbulkan oleh obat sintetik di atas,

berbagai cara bisa dilakukan oleh masyarakat dalam rangka memperoleh

derajat kesehatan yang optimal (Katno dan Pramono, 2002). Tingginya harga

obat modern dan sulitnya harga tersebut dijangkau oleh masyarakat golongan

menengah ke bawah juga merupakan salah satu alasan mengapa peranan obat

tradisional sebagai obat alternatif sangat dibutuhkan (Indriani et al., 2003).

Obat tradisional di Indonesia masih sangat banyak yang belum diteliti. Agar

pengobatan tradisional dapat dipertanggungjawabkan maka diperlukan

penelitian ilmiah seperti penelitian bidang farmakologi, toksikologi,

identifikasi, dan isolasi zat kimia aktif yang terdapat dalam tumbuhan (Ning H,

(14)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

Dari hasil kromatogram diketahui daun sirih merah mengandung

senyawa fitokimia yaitu minyak atsiri, tanin, senyawa polevenolad, dan

flavonoid (Sudewo, 2010). Senyawa flavonoid adalah suatu senyawa fenol

terbesar yang ditemukan di alam (Lenny, 2006). Senyawa flavonoid sendiri

menunjukkan lebih dari 100 jenis bioaktivitas, di antaranya efek analgesik,

diuretik, antiinflamasi, antihistamin, antioksidan, membunuh bakteri, dan

menurunkan kadar gula darah (Wijayakusuma, 2000). Flavonoid bekerja

dengan cara menghambat enzim siklooksigenase, yang merupakan langkah

pertama terbentuknya prostaglandin dan tromboksan (Middleton et al., 2000).

Daun sirih merah (Piper crocatum) yang mengandung senyawa flavonoid

diharapkan memiliki efek analgesik yang berperan sebagai penekan rasa nyeri.

Penelitian terhadap tanaman sirih merah sampai saat ini masih sangat

kurang terutama dalam pengembangan sebagai bahan baku untuk biofarmaka.

Berdasarkan uraian di atas, penulis mencoba melakukan penelitian untuk

mengetahui adakah efek kekuatan analgesik dari ekstrak daun sirih merah

(Piper crocatum) pada mencit serta mengetahui tingkat kekuatan analgesiknya

dibandingkan aspirin dalam dosis terapi.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah perbandingan efektivitas analgesik antara ekstrak daun

sirih merah (Piper crocatum) dengan aspirin dosis terapi pada mencit?

C. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui perbandingan efektivitas analgesik antara ekstrak

(15)

commit to user

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah mengenai efek

analgesik dari ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dan perbandingan

efek tersebut dibandingkan dengan aspirin dosis terapi pada mencit.

2. Manfaat Aplikatif

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan dasar untuk tahap

penelitian lebih lanjut dalam uji praklinis pada hewan yang tingkatannya

lebih tinggi dengan metode/cara yang lebih baik sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai obat analgesik yang murah, mudah didapat,

(16)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Nyeri

a. Definisi

Nyeri adalah rasa inderawi dan pengalaman emosional yang

tidak menyenangkan akibat adanya kerusakan jaringan yang nyata atau

berpotensi rusak. Nyeri timbul akibat perangsangan pada reseptor nyeri

(nociceptor) oleh zat perangsang baik mekanikal, kemikal, atau termal.

Setiap jaringan memiliki reseptor nyeri terutama pada kulit, pembuluh

darah, perios, dan visera (Wirjoatmojo, 2000 ; Sherwood, 2001).

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi

seseorang dan eksistensinya diketahui bila seseorang pernah

mengalaminya. Rasa nyeri dalam kebanyakan hal hanyalah suatu gejala,

yang fungsinya ialah melindungi dan memberikan tanda bahaya tentang

adanya gangguan-gangguan di tubuh, semacam mekanisme pertahanan

tubuh sehingga bagian tubuh yang lain tidak rusak (Guyton, 1997).

Nyeri berguna dalam proses penyembuhan luka dengan jalan

menghindari pergerakan daerah luka. Nyeri merupakan fenomena

subjektif di mana ekspresi dan interpretasinya melibatkan sensasi,

emosional, serta kultural sehingga memerlukan prosedur yang

(17)

commit to user b. Mekanisme

Proses terjadinya stimulasi yang kuat di perifer sampai

dirasakannya sebagai nyeri di susunan saraf pusat (korteks serebri)

merupakan suatu rangkaian proses elektrofisiologi yang disebut sebagai

nosiseptif, terdiri dari empat proses (Nazaruddin, 2002) yaitu:

1). Proses transduksi merupakan proses di mana stimuli kuat diubah

menjadi impuls listrik yang akan diterima ujung-ujung saraf perifer

atau organ-organ tubuh. Rangsang ini dapat berupa rangsang fisik

seperti sentuhan ringan pada diskus Merkel, tekanan berat pada

korpuskulum Paccini; rangsang suhu seperti panas pada

korpuskulum Ruffini, dingin pada korpuskulum Krause; rangsang

kimia seperti substansi nyeri pada ujung saraf bebas. Kerusakan

jaringan akan mengundang dilepaskannya sejumlah substansi nyeri

berupa ion K+, H+, serotonin, bradikinin, histamin, dan

prostaglandin. Substansi nyeri akan merangsang dilepaskannya

substansi P dari ujung-ujung serabut saraf A delta dan serabut C.

2). Proses transmisi merupakan penyaluran impuls melalui saraf

sensoris sebagai lanjutan proses transduksi, melalui serabut saraf A

delta dan serabut C dari perifer ke medulla spinalis. Impuls ini

mengalami modulasi sebelum diteruskan ke thalamus oleh traktus

spinothalamikus dan sebagian ke traktus spinoretikularis.

3). Proses modulasi adalah proses di mana terjadi interaksi antara

(18)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

posterior medulla spinalis. Analgesik endogen (enkefalin, endorfin,

serotonin, norepinefrin, GABA) dapat menekan impuls nyeri pada

cornu posterior medulla spinalis, dengan cara menghambat

pelepasan substansi P.

4). Persepsi adalah hasil akhir dari proses transduksi, transmisi, dan

modulasi yang menghasilkan suatu perasaan subjektif yang dikenal

sebagai persepsi nyeri.

2. Sirih Merah

a. Klasifikasi Tanaman

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super Divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Dicotyledoneae

Subkelas : Magnoliidae

(19)

commit to user Familia : Piperaceae

Genus : Piper

Species : Piper crocatum Ruiz & Pav

(USDA, 2007)

b. Nama Lain

Sirih Merah (Piper crocatum) mempunyai beberapa variasi

nama yang beragam di daerah Indonesia, antara lain: Sedah (Jawa);

Sereuh (Sunda); Ranub (Aceh); Cambal (Lampung); Base (Bali);

Gapura, Dontile, Gamnjeng, Perigi (Sulawesi); Bida (Maluku); Mata

(Flores). Sedangkan di luar negeri, Sirih Merah (Piper crocatum) juga

dikenal dengan beragam nama, diantaranya: Ornamental pepper

(Inggris); Guan Shang Hu Jiao (Cina)(Mardiana, 2004).

c. Deskripsi Tanaman

1). Habitus : tumbuh menjalar, tinggi tanaman mencapai 10 m,

menyukai tempat teduh, berhawa sejuk dengan sinar

matahari 60-75%. Sirih merah dapat tumbuh subur dan

baik di daerah pegunungan. Bila tumbuh di daerah

panas batangnya akan cepat mengering dan warna

merah daunnya akan pudar.

2). Batang : berbatang bulat berwarna hijau keunguan, bersulur, dan

beruas dengan jarak 5-10 cm.

3). Daun : daun tunggal, bertangkai membentuk jantung dan

(20)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

mengkilap dan tidak berbulu. Panjang daunnya bisa

mencapai 15-20 cm. Warna daun bagian atas hijau

bercorak warna putih keabu-abuan. Bagian bawah daun

berwarna merah hati cerah. Daunnya berlendir, berasa

sangat pahit, beraroma wangi khas sirih. Dalam

keadaan kering daun berkerut, menggulung, liat,

berwarna coklat.

4). Bunga : bunga sirih dilindungi oleh daun pelindung yang

berbentuk bulat panjang dengan diameter 1 mm. Bulir

jantan panjangnya sekitar 1,5-3 cm dan memiliki dua

benang sari yang pendek. Sementara itu, bulir betina

panjangnya sekitar 1,5-6 cm, memiliki dua kepala putik

tiga sampai lima buah yang berwarna putih dan hijau

kekuningan.

5). Akar : tunggang dan berwarna coklat kotor.

(Sudewo, 2010 ; Syariefa, 2006 ; Sholikhah, 2006 ; Rini et al., 2003)

d. Bagian Tanaman yang Digunakan

Seluruh bagian tanaman sirih merah mengandung unsur-unsur

zat kimia yang bermanfaat untuk pengobatan, tetapi bagian tanaman

sirih merah yang paling banyak digunakan sebagai obat adalah daunnya

(21)

commit to user e. Kandungan Kimia

Dalam daun sirih merah terkandung senyawa fitokimia yakni

minyak atsiri, alkoloid, saponin, tanin, dan flavonoid(Sholikhah, 2006).

Kandungan kimia lainnya yang terdapat di daun sirih merah adalah

hidroksikavikol, kavikol, kavibetol, karvakrol, eugenol, p-simen, sineol,

kariofilen, kadimen estragol, terpenena, dan fenil propanoid (Deptan,

2007).

f. Efek Farmakologis

Karvakrol bersifat desinfektan dan antijamur sehingga bisa

digunakan untuk obat antiseptik pada bau mulut dan keputihan. Eugenol

dapat digunakan untuk mengurangi rasa sakit, sedangkan tanin dapat

digunakan untuk mengobati sakit perut. Banyak pengalaman bahwa

menggunakan sirih merah dalam bentuk segar, simplisia maupun

ekstrak kapsul dapat menyembuhkan penyakit diabetes militus,

hepatitis, batu ginjal, menurunkan kolesterol, mencegah stroke, asam

urat, dan hipertensi. Efek zat aktif yang terkandung dalam sirih merah

juga dapat merangsang saraf pusat dan daya pikir. Di samping itu juga

mempunyai efek ejakulasi dini, antikejang, antiseptik, analgetik,

antiketombe, antidiabetes, pelindung hati, antidiare, mempertahankan

kekebalan tubuh, dan penghilang bengkak. Daun sirih merah juga

mampu mengatasi radang pada paru, radang pada tenggorok, radang

pada gusi, radang payudara, hidung berdarah, dan batuk berdarah

(22)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

g. Komponen Daun Sirih Merah (Piper crocatum) yang Diharapkan

Memiliki Efek Analgesik

Daun sirih merah (Piper crocatum) mengandung senyawa kimia

bernama flavonoid dan minyak atsiri (Sudewo, 2010). Flavonoid

terdapat pada semua bagian tumbuhan termasuk daun, akar, kayu, kulit,

bunga, buah, dan biji. Flavonoid terdiri dari beberapa golongan utama

antara lain antosianin, flavonol, dan flavon yang tersebar luas dalam

tumbuhan sedangkan khalkon, auron, falvonon, dihidrokhalkon, dan

isoflavon penyebarannya hanya terbatas pada golongan tertentu saja.

Flavonoid merupakan golongan metabolit sekunder yang tersebar dalam

dunia tumbuhan, Flavonoid dalam tumbuhan sebagai campuran, jarang

sekali dijumpai sebagai komponen tunggal dalam jaringan tumbuhan

(Harborne, 1997).

Flavonoid adalah kelompok senyawa fenol terbesar yang

ditemukan di alam, karena itu warnanya berubah bila ditambah basa

atau amonia serta mudah dideteksi dalam larutan. Flavonoid merupakan

senyawa yang kurang reaktif dan mudah larut dalam air (Markham,

1988). Flavonoid cukup stabil pada pemanasan yang mencapai suhu

100°C selama lebih dari 30 menit (Harborne, 1997).

Ada 4 kelompok senyawa dari flavonoid yaitu flavon, flavonol,

flavanon, dan flavanonol (Waji dan Sugrani, 2009). Senyawa flavonoid

menunjukkan lebih dari 100 bioaktivitas, beberapa di antaranya adalah

(23)

commit to user

lain-lain (Wilmana, 2007). Efek flavonoid terhadap organisme sangat

banyak macamnya sehingga dapat menjelaskan mengapa tumbuhan

yang mengandung flavonoid dipakai dalam pengobatan tradisional.

Beberapa flavonoid menghambat fosfodiesterase sedangkan flavonoid

lain menghambat aldoreduktase, monoaminoksidase, protein kinase,

DNA polimerase, lipoksigenase, dan siklooksigenase. Penghambatan

enzim siklooksigenase dapat menimbulkan pengaruh lebih luas karena

reaksi siklooksigenase merupakan langkah pertama pada jalur yang

menuju ke hormon eikosanoid seperti prostaglandin dan tromboksan

(Middleton et al., 2000).

Minyak atsiri juga merupakan salah satu kandungan daun sirih

merah (Piper crocatum) yang diharapkan memiliki efek analgesik

(Ning H., 2003). Minyak atsiri memiliki sifat mudah larut dalam etanol

absolut, eter, eter minyak tanah, dan kloroform, sebaliknya sangat

sedikit dalam air. Mudah mengalami penguapan di bawah pengaruh

cahaya, udara, dan panas (Robinson, 1995).

3. Aspirin

a. Definisi

Aspirin atau asam asetilsalisilat (asetosal) adalah suatu jenis obat

golongan salisilat yang sering digunakan sebagai analgesik, antipiretik,

dan antiinflamasi (Ganiswarna, 2004).

Asam asetilsalisilat atau asetosal, mempunyai beberapa nama

(24)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

asetosal berdaya analgetik dan antipiretik, juga menghambat ekskresi

asam urat. Pada dosis tinggi (3-6 g sehari) memiliki daya anti radang

dan urikosurik (Tjay dan Rahardja, 2007).

b. Farmakokinetik

Pada pemberian oral, sebagian aspirin diabsorbsi dengan cepat

dalam bentuk utuh di lambung, tetapi sebagian besar di usus halus

bagian atas. Kecepatan absorbsi tergantung dari kecepatan disintegrasi

dan disolusi tablet, pH permukaaan mukosa, dan waktu pengosongan

lambung. Obat ini mudah menembus sawar darah otak dan sawar uri.

Biotransformasi aspirin terjadi di banyak jaringan, terutama di

mikrosom dan mitokondria hati. Aspirin diekskresi dalam bentuk

metabolitnya terutama melalui ginjal dan sebagian kecil melalui

keringat dan empedu (Wilmana, 2007).

c. Farmakodinamik

Mekanisme kerja aspirin adalah menghambat enzim

siklooksigenase (prostaglandin sintetase), yang mengkatalisis

perubahan asam arakhidonat menjadi senyawa endoperoksida. Pada

dosis tepat obat ini akan menurunkan pembentukan prostaglandin

maupun tromboksan A2 (Katzung, 2004). Prostaglandin inilah yang

menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan

kimiawi sehingga menimbulkan keadaan hiperalgesia yang akan

merangsang pelepasan mediator-mediator seperti bradikinin dan

(25)

commit to user

Selain sebagai analgesik, aspirin memiliki efek antiinflamasi.

Dengan menghambat kedua isoform siklooksigenase dan

mempengaruhi mediator-mediator kimia dari sistem kallikrein, aspirin

menghambat melekatnya granulosit pada jaringan yang rusak,

menstabilkan lisosom, serta menghambat migrasi leukosit

polimorfonuklear dan makrofag ke daerah inflamasi. Aspirin juga

menurunkan suhu badan yang meningkat dengan mengadakan

hambatan terhadap siklooksigenase dalam sistem saraf pusat dan

interleukin I yang dirilis makrofag. Pada sistem homeostasis, aspirin

menyebabkan perpanjangan waktu perdarahan disebabkan efek

penghambatan platelet siklooksigenase yang ireversibel (Katzung,

2004).

d. Penggunaan Klinis

Aspirin adalah salah satu dari obat-obat yang paling sering

digunakan untuk meredakan nyeri ringan sampai sedang, tetapi tidak

efektif untuk nyeri organ dalam. Karena sifat antiinflamasinya, aspirin

dianjurkan untuk pengobatan arthritis rheumatoid, demam rematik, dan

keadaan-keadaan radang sendi lainnya. Aspirin juga merupakan

antipiretik yang efektif (Katzung, 2004).

e. Efek samping

Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak

lambung atau tukak peptik yang kadang-kadang disertai anemia

(26)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

aspirin juga dapat menyebabkan kerusakan hepar, berupa peningkatan

aktivitas aminotransferase plasma (Soelistiono, 2008).

Reaksi alergi terhadap aspirin pernah dilaporkan. Walaupun

tidak sampai menyebabkan reaksi anafilaktik ataupun sindroma

Steven-Johnson, namun aspirin dapat menyebabkan reaksi alergi berupa

urtikaria dan bisa berkembang menjadi angioedema. Di samping itu

aspirin juga dapat menyebabkan timbulnya eksaserbasi penyakit asma

(Hacker et al., 2009).

4. Ekstrak

Ekstrak adalah sediaan sari pekat tumbuh-tumbuhan atau hewan

yang diperoleh dengan cara melepaskan zat aktif dari masing-masing bahan

obat, menggunakan menstruum yang cocok kemudian diuapkan semua atau

hampir semua dari pelarutnya dan sisa endapan atau serbuk tersebut dibuat

sedemikian rupa sehingga sesuai dengan standar yang ditetapkan (Ansel,

1989).

Tumbuhan segar yang telah dihaluskan atau material tumbuhan

yang dikeringkan diproses dengan suatu cairan pengekstraksi. Jenis

ekstraksi dan bahan ekstraksi yang digunakan, tergantung dari kelarutan

bahan kandungan serta stabilitasnya. Jumlah dan jenis senyawa yang

berpindah masuk ke dalam ekstraksi bergantung dari jenis dan komposisi

cairan pengekstraksi. Untuk memperoleh sediaan obat yang cocok

umumnya berlaku campuran etanol-air sebagai cairan pengekstraksi (Voigt,

(27)

commit to user

Ada 3 prinsip ekstraksi tumbuhan meliputi fase ekstraksi, maserasi,

dan perkolasi (Voigt, 1994). Metode ekstraksi dipilih berdasarkan beberapa

faktor seperti sifat bahan mentah obat dan daya penyesuaian dengan

metode ekstraksi dan kepentingan dalam memperoleh ekstrak yang

sempurna atau mendekati sempurna dari obat. Sifat bahan mentah

merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memilih

metode ekstraksi (Ansel, 1989).

Pada fase ekstraksi, komponen sel diambil dengan melarutkan pada

cairan ekstraksi. Sebagian bahan aktif secara tiba-tiba berpindah ke dalam

bahan pelarut melalui suatu mekanisme perbedaan konsentrasi antara

larutan di dalam sel dengan cairan ekstraksi yang mula-mula masih tanpa

bahan aktif yang mengelilinginya (Voigt, 1994).

Maserasi merupakan proses di mana obat yang sudah halus

memungkinkan untuk direndam dalam menstruum sampai meresap dan

melunakkan susunan sel, sehingga zat-zat yang mudah larut akan melarut.

Maserasi biasanya dilakukan pada temperature (15-20)0C selama 3 hari

(28)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

B. Kerangka Pemikiran

Keterangan :

: memacu

: menghambat

: kandungan komponen

C. Hipotesis

Efektivitas analgesik antara ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)

sebanding dengan aspirin dosis terapi pada mencit.

Ekstrak Daun Sirih Merah Trauma/luka pada sel

Asam arakhidonat Gangguan membran sel

Fosfolipid

Endoperoksida Enzim siklooksigenase

Prostaglandin

NYERI Flavonoid

(29)

commit to user

18 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan

the post-test only control group design karena pengukuran hanya dilakukan

pada waktu tertentu setelah pemberian perlakuan pada hewan uji

(Taufiqurrohman, 2004).

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi Universitas

Setia Budi Surakarta (USB).

C. Subjek Penelitian

Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) yang diperoleh dari

Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah

Mada (UGM) Yogyakarta.

D. Hewan Uji

Hewan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit galur

Swiss jantan, berumur ±2-3 bulan dengan berat badan ± 20 gram yang

diperoleh dari Universitas Setia Budi Surakarta. Sampel dibagi dalam 5

kelompok. Jumlah sampel dalam masing-masing kelompok dihitung

(30)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

terdapat 5 kelompok, maka berdasarkan rumus Federer jumlah sampel

minimal adalah

(n-1)(t-1) ≥ 15

(n-1)(5-1) ≥ 15

n - 1 ≥ 15/4

n ≥ 3,75 + 1

n ≥ 4,75

Keterangan :

n = jumlah sampel tiap kelompok perlakuan

t = jumlah kelompok perlakuan

Dari hasil perhitungan, jumlah sampel yang digunakan harus lebih

besar dari 5 ekor mencit tiap kelompok. Pada penelitian ini digunakan 6 ekor

mencit setiap kelompok, sehingga sudah memenuhi syarat dalam banyaknya

sampel yang digunakan.

(Arkeman, 2006)

E. Teknik Sampling

Cara penelitian (metodologi) menggunakan teknik acak sederhana

(simple random sampling) dengan kriteria sebagai berikut,

1. Kriteria Inklusi:

a. Mencit galur Swiss jantan.

b. Umur 2-3 bulan.

c. Berat badan 20 gram.

(31)

commit to user 2. Kriteria Eksklusi:

a. Mencit mati.

b. Berat badan menurun (kurang dari 20 gram).

c. Mencit tidak bergerak aktif atau sakit.

Hewan uji dibagi menjadi 5 kelompok dan masing-masing kelompok

terdiri atas 6 ekor mencit yang dipilih secara acak.

(Imaningrum, 2010)

F. Klasifikasi Variabel

1. Variabel Bebas

Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum), aspirin, aquadest

2. Variabel Terikat

Efek analgesik

3. Variabel Pengganggu

a. Terkendali

1). Jenis kelamin mencit.

2). Berat badan mencit.

3). Umur mencit.

4). Spesies mencit.

5). Makanan dan minuman mencit.

b. Tidak terkendali

1). Stres mencit.

2). Variasi kepekaan mencit terhadap zat dan obat yang digunakan.

(32)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

4). Adanya zat perangsang nyeri endogen dan zat inhibisi.

5). Variasi kepekaan mencit terhadap panas

6). Variasi adaptasi mencit terhadap panas.

G. Definisi Operasional Variabel

1. Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)

Ekstrak daun sirih merah adalah sediaan senyawa/zat pokok daun

sirih merah yang diperoleh dari proses ekstraksi dengan menggunakan

pelarut yang sesuai. Daun sirih merah yang digunakan adalah daun segar

dari tanaman berumur 4-5 bulan, warna merahnya cerah, bentuknya lebar,

dan tebal (Sudewo, 2010). Daun sirih merah diperoleh dari Desa

Margoagung, Seyegan, Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Proses ekstraksi

dalam penelitian ini menggunakan prinsip maserasi dengan pelarut etanol

70 % sehingga diperoleh ekstrak daun sirih merah. Ekstrak daun sirih

merah yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak dengan dosis

sebesar 3,64 mg/20 gr BB, 7,28 mg/20 gr BB, dan 14,56 mg/20 gr BB.

Skala pengukuran variabel bebas adalah skala ordinal (Safithri dan Fahma,

2005).

2. Aspirin

Aspirin adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid (AINS)

yang banyak digunakan masyarakat sebagai obat penghilang gejala nyeri

dan inflamasi (Arifin, 2008). Mekanisme kerja aspirin sebagai analgesik

adalah menghambat biosintesis prostaglandin, dengan memblok enzim

(33)

commit to user

dapat menekan sensasi rasa sakit. Aspirin pada penelitian ini digunakan

sebagai kontrol positif. Aspirin diperoleh dari Laboratorium Farmakologi

USB.

Dosis analgesik aspirin pada manusia adalah 500 mg. Pada

penelitian ini, dosis aspirin yang digunakan pada hewan coba adalah 1,3

mg/20 gr berat badan mencit dan diberikan secara peroral melalui sonde

lambung. Dosis takaran diperoleh melalui timbangan dengan skala

miligram. Skala variabel yang digunakan adalah skala ordinal.

3. Efek analgesik

Efek analgesik adalah efek penurunan rasa sakit yang diukur

dengan cara menghitung frekuensi jingkatan mencit selama 5 menit di atas

hot plate yang terjadi setelah pemberian bahan uji, dengan suhu rata-rata

hasil percobaan yang merupakan respon terhadap rangsang panas. Efek

analgesik yang ditunjukkan dengan jumlah jingkatan mencit di atas hot

plate merupakan variabel terikat dalam penelitian ini dan berskala rasio

(Ngatidjan, 1991).

4. Variabel luar/pengganggu

a. Terkendali

1). Spesies mencit

Spesies mencit yang dipilih adalah mencit dari galur yang sama

yaitu galur Swiss (Mus musculus).

2). Jenis kelamin

(34)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

kelamin jantan (♂) untuk menghindari pengaruh hormon estrogen

serta menghomogenkan sampel.

3). Umur

Umur mencit galur Swiss yang dipilih adalah 2-3 bulan dengan

tujuan untuk membuat sampel homogen.

4). Berat badan

Berat badan mencit galur Swiss yang dipilih adalah 20 gr dengan

toleransi 20 % sehingga rentang berat badan tikus yang dipakai

adalah 16-24 gr.

5). Jenis makanan

Makanan dan minuman yang diberikan pada hewan coba adalah

makanan dan minuman standar yakni pelet ad libitum sebanyak 25

mg/hari pada setiap kandang dan air minum aquadest.

b. Tidak Terkendali

1). Stres mencit

Stres adalah salah satu bentuk ketegangan psikologis yang

disebabkan oleh rangsangan fisik, mental, atau emosi baik internal

maupun eksternal yang cenderung mengganggu. Stres pada mencit

dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Lingkungan yang terlalu

ramai, pemberian perlakuan yang berulang, dan perkelahian

antarmencit dapat mempengaruhi kondisi psikologis mencit. Hal

tersebut hendaknya dapat dikendalikan sekecil mungkin dengan

(35)

commit to user

sirkulasi udara, penerangan, dan kelembapan yang cukup. Upaya

untuk mengurangi kemungkinan terjadinya perkelahian

antarmencit dapat dilakukan dengan pemberian makanan mencit

yang cukup secara teratur dan jumlah mencit dalam satu kandang

tidak terlalu banyak.

2). Variasi kepekaan mencit terhadap obat yang digunakan

Variasi kepekaan mencit adalah keadaan yang berhubungan dengan

kondisi lambung mencit terhadap zat dan obat yang digunakan dan

hal tersebut sangat bersifat individual.

3). Keadaan lambung mencit

Keadaan lambung mencit dapat dipengaruhi oleh bioavaibilitas

obat oral (kecepatan jumlah obat yang diserap), misal: gangguan

motilitas lambung dan pH lambung.

4). Zat perangsang dan inhibisi nyeri endogen

Zat perangsang nyeri endogen adalah zat yang dikeluarkan oleh

tubuh mencit sendiri (mediator nyeri) yang merangsang timbulnya

rasa nyeri. Zat inhibisi nyeri endogen adalah zat yang dikeluarkan

oleh tubuh mencit sendiri yang dapat menurunkan rasa nyeri.

5). Variasi kepekaan mencit terhadap panas

Variasi kepekaan mencit adalah keadaan yang berhubungan dengan

kepekaan mencit dalam merespon panas yang diberikan dan hal

tersebut sangat bersifat individual.

(36)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Variasi adaptasi mencit adalah keadaan yang berhubungan dengan

kemampuan mencit dalam menyesuaikan dirinya terhadap panas

yang diberikan dalam jangka waktu tertentu. Hal tersebut sangat

bersifat individual.

H. Rancangan Penelitian

Keterangan :

K1 : Kelompok kontrol negatif

K2 : Kelompok kontrol positif

M4 : Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 7,28 mg/20 gr BB

M5 : Pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 14,56 mg/20 gr BB

(37)

commit to user U1 : Pengukuran hasil kelompok kontrol negatif

U2 : Pengukuran hasil kelompok kontrol positif

U3 : Pengukuran hasil kelompok uji dosis 3,64 mg/20 gr BB

U4 : Pengukuran hasil kelompok uji dosis 7,28 mg/20 gr BB

U5 : Pengukuran hasil kelompok uji dosis 14,56 mg/20 gr BB

A : Analisis data dengan uji ANOVA dan uji LSD

I. Alat dan Bahan

1. Kandang mencit : untuk tempat mengadaptasikan mencit

pada tempat percobaan

2. Timbangan hewan : untuk mengetahui berat badan mencit

3. Spuit pencekok/oral 1

ml

: untuk memasukkan sampel uji ke mencit

peroral.

4. Hot plate : untuk memberi perlakuan berupa rangsang

panas pada mencit.

5. Bekker glass : untuk tempat ekstrak daun sirih merah

(Piper crocatum).

6. Termometer : untuk mengukur suhu hot plate yang

digunakan.

7. Stopwatch digital : untuk mengukur waktu saat mencit

dimasukkan hot plate.

8. Aspirin dosis 1,3 mg/20 gr BB mencit sebagai kontrol positif.

9. Aquadest sebagai kontrol negatif.

(38)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

J. Metode Induksi Nyeri Hot Plate

1. Prinsip Metode

Hewan uji (mencit) diletakkan di atas hot plate dengan suhu

tertentu yang merupakan suhu hasil homogenisasi mencit pertama kali

menjingkat. Stimulus nyeri berupa panas pada mencit akan menimbulkan

respon dalam bentuk mengangkat atau menjingkat kaki depan (Husniana,

2010).

2. Pengukuran Efek Analgesik

Pengukuran efek analgesik berupa reaksi mencit terhadap rangsang

panas hot plate, yaitu frekuensi jingkatan mencit dalam 5 menit. Mencit

disebut menjingkat bila mengangkat kedua kaki depannya atau meloncat ke

atas (Husniana, 2010).

3. Hasil Pengukuran

Efek analgesik dinyatakan positif jika frekuensi jingkatan mencit

setelah pemberian obat atau bahan uji lebih sedikit dibandingkan sebelum

pemberian (Husniana, 2010).

K. Cara Kerja

1. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum)

Daun sirih merah didapatkan di Desa Margoagung, Seyegan,

Sleman, Yogyakarta, Indonesia. Daun segar yang tidak terlalu tua dan tidak

terlalu muda diambil kemudian dicuci dan dibilas dengan aquadest untuk

(39)

commit to user

pengering suhu 45˚C selama 24 jam kemudian diserbuk. Serbuk daun sirih

merah tersebut dilarutkan dalam larutan ethanol 70 %, diaduk selama 30

menit, didiamkan selama 24 jam, kemudian disaring. Proses tersebut

diulang sebanyak 3 kali hingga diperoleh filtrat serta ampasnya. Ampas

disingkirkan, sedangkan filtrat diuapkan dengan vacuum rotary evaporator

pemanas water bath suhu 70˚C. Ekstrak kental yang dihasilkan kemudian

dituang dalam cawan porselin dan dipanaskan dengan water bath sambil

terus diaduk. Ekstrak kental berwujud liat pada kondisi dingin dan tidak

dapat dituang, kandungan airnya sekitar 30 % (Voigt, 1994). Pembuatan

ekstrak daun sirih merah dilaksanakan di Laboratorium Penelitian dan

Pengujian Terpadu (LPPT) Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

2. Langkah Penelitian

a. Mencit dipuasakan ± 18 jam sebelum perlakuan, air minum tetap

diberikan, setelah diadaptasikan selama ± 3 hari di tempat percobaan.

b. Mencit ditimbang berat badannya, kemudian dikelompokkan secara

acak menjadi 5 kelompok dengan masing-masing kelompok terdiri atas

6 ekor mencit.

c. Masing-masing kelompok tersebut terlebih dahulu diadakan

homogenisasi dengan diletakkan di atas hot plate. dicatat pada suhu

berapa mencit pertama kali menjingkat, dan kemudian dibuat rata-rata.

Hasilnya digunakan sebagai suhu hot plate sesudah mencit mendapat

perlakuan, yang berarti pada suhu tersebut dianggap semua mencit

(40)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

d. Setelah 5-10 menit, masing-masing kelompok diberi perlakuan yaitu

pemberian aquadest sebagai kontrol negatif (Kelompok I), aspirin dosis

1,3 mg/20 gr BB (Kelompok II), ekstrak daun sirih merah dosis I

sebanyak 3,64 mg/20 gr BB (Kelompok III), ekstrak daun sirih merah

dosis II sebanyak 7,28 mg/20 gr BB (Kelompok IV), ekstrak daun sirih

merah dosis III sebanyak 14,56 mg /20 gr BB (Kelompok V).

e. Setelah 2 jam mencit diletakkan di atas hot plate.

f. Tiap mencit diletakkan di atas hot plate dengan suhu hasil

homogenisasi, lalu dihitung berapa kali mencit menjingkat selama 5

menit.

g. Semua data yang diperoleh ditabulasi, dibuat rata-rata dan dievaluasi.

(Ngatidjan, 1991)

L. Penentuan Dosis

1. Dosis Aspirin

Berdasarkan tabel konversi perhitungan dosis untuk berbagai jenis

hewan uji dari berbagai spesies dan manusia, maka konversi dosis manusia

dengan berat badan 70 kg pada mencit dengan berat badan 20 gr adalah

0,0026. Dosis aspirin yang dipakai untuk orang dewasa adalah 500 mg, jadi

dosis untuk mencit = 500 mg x 0,0026/20 gr BB mencit = 1,3 mg/20 gr BB

mencit (Ngatidjan, 1991).

2. Dosis ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum)

Volume maksimal yang dapat diberikan peroral pada mencit adalah

(41)

commit to user

daun sirih merah yang akan diuji tidak boleh melebihi 1 ml/20 gr BB.

Safithri dan Fahma (2005) telah melakukan penelitian uji toksisitas

menggunakan ekstrak daun sirih merah dan mendapatkan hasil bahwa

dengan dosis 20 gr/kgBB air rebusan daun sirih merah ternyata tidak toksik

bagi tubuh. Telah dilakukan penelitian menggunakan ekstrak daun sirih

merah dengan dosis 1000 mg/kg BB (Subarnas et al., 2009). Faktor

konversi dosis untuk manusia dengan berat badan 70 kg pada mencit

dengan berat badan 20 gr adalah 0,0026, sedangkan angka 50 bertujuan

untuk penyesuaian dengan berat badan rata – rata manusia dewasa di

Indonesia (Ngatidjan, 1991).

Dosis uji = Y gram x 0,0026 x 70/50

= X gram

Keterangan :

Y = dosis ekstrak daun sirih merah yang digunakan

X = dosis ekstrak daun sirih merah hasil konversi pada mencit

Konversi dosis ekstrak daun sirih merah pada mencit dengan berat badan

20 gr :

Dosis = 1000 mg x 0,0026 x 70/50

= 3,64 mg

Dosis yang digunakan untuk menilai efek analgesik daun sirih merah

dalam penelitian ini adalah 3,64 mg, 7,28 mg, dan 14,56 mg dalam 0,5 ml

larutan ekstrak daun sirih merah untuk disondekan ke mencit setiap kali

(42)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

M. Teknik Analisis Data

Data yang diperoleh dianalisis secara statistik dengan uji ANOVA dan

dilanjutkan dengan Post Hoc Test jika terdapat perbedaan yang signifikan pada

uji ANOVA. Persyaratan ANOVA yang harus dipenuhi adalah berdistribusi

normal dan variansinya homogen (Dahlan, 2008). Sebaran (distribusi) data

normal dianalisis menggunakan uji Shapiro-Wilk. Uji Shapiro-Wilk dipilih

karena jumlah sampel kurang dari 50. Varians data dianalisis menggunakan uji

homogenitas Levene Statistic.

Uji ANOVA adalah uji untuk menentukan perbedaan pengaruh

antarperlakuan, sedangkan sebagai Post Hoc Test digunakan uji LSD untuk

membandingkan rerata frekuensi jingkatan antara kelompok perlakuan

sehingga dapat diketahui signifikansi perbedaan antarkelompok (α = 0,05) dan

perlakuan mana yang lebih berpengaruh. Analisis statistik diolah dengan

(43)

commit to user

32 BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian eksperimental mengenai efek analgesik

ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) peroral pada mencit, maka peneliti

mendapatkan hasil sebagai berikut:

(44)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

Sumber : Data primer, 2011

Suhu rata-rata didapatkan 42 0C, jadi suhu hot plate yang digunakan

untuk penelitian adalah 42 0C.

Tabel 2 : Jumlah Jingkatan Mencit Selama 5 Menit pada Suhu 42 0C

Berdasarkan Kelompok Perlakuan.

Mencit K1 K2 K3 K4 K5 Sumber : Data primer, 2011

Keterangan :

K1 = kelompok kontrol negatif (pemberian aquadest).

K2 = kelompok kontrol positif (pemberian aspirin dosis 1,3/20 gr BB).

K3 = kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 3,64

mg/20 gr BB.

K4 = kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 7,28

mg/20 gr BB

K5 = kelompok perlakuan pemberian ekstrak daun sirih merah dosis 14,56

(45)

commit to user

34

B. Analisis Data

Hasil penelitian yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji statistik

dengan uji ANOVA yang kemudian dilanjutkan dengan uji LSD untuk

menunjukkan adanya perbedaan frekuensi jingkatan antarperlakuan. Syarat

yang harus dipenuhi untuk dilakukan uji ANOVA adalah kesamaan varians

yang diperiksa dengan uji homogenitas varians dan uji normalitas.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah populasi data

berdistribusi normal atau tidak (Priyanto, 2009). Angka p > 0,05

menunjukkan bahwa data berdistribusi normal. Uji normalitas dilakukan

dengan uji Saphiro-Wilk karena jumlah sampel kurang dari 50.

Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Uji Normalitas (Uji Saphiro-Wilk)

No. Kelompok perlakuan P

Hasil uji normalitas pada tabel 3 menunjukkan nilai probabilitas p

> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa populasi data berdistribusi

(46)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

35 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah varian

populasi homogen atau tidak. Uji homogenitas dilakukan dengan uji

Levene Statistic. Nilai signifikansi lebih dari 0,05 berarti bahwa varian dari

dua atau lebih kelompok data adalah homogen (Priyanto, 2009). Pada uji

homogenitas varians menunjukkan signifikasi sebesar 0,791. Nilai ini

lebih besar dari 0,05 berarti menunjukkan adanya variasi yang homogen.

3. Uji ANOVA

Uji ANOVAini digunakan untuk mengetahui perbedaan mean dari

dua sumber variasi yaitu kelompok perlakuan dan kelompok waktu

pengukuran. Dengan uji ANOVA menggunakan SPSS 17.0 for Windows

didapatkan hasil sebagai berikut:

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Perbandingan antara

Kelima Kelompok Perlakuan.

Sumber

Variasi Db DK MK Fh Sig

Antar

kelompok 4 7628,467 1907,117 16,809 ,000

Dalam

kelompok 25 2836,500 113,460

Jumlah 29 10464.967

Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat di lampiran)

Keterangan : Db = derajat kebebasan Fh = F hitung

Dk = jumlah kuadrat Mk = Mean kuadrat

(47)

commit to user

36

Dasar pengambilan keputusan uji ANOVA adalah :

Ho: rata – rata populasi dari kelima kelompok perlakuan adalah sama

H1: rata – rata populasi kelima kelompok perlakuan adalah tidak sama

Jika p < 0,05 maka Ho ditolak atau faktor berpengaruh, jika p > 0,05 maka

Ho diterima atau faktor tidak berpengaruh.

Hasil uji yang tersaji pada tabel 4 ini menunjukkan ada perbedaan yang

nyata antarkelompok karena seluruhnya mempunyai nilai p yang lebih

kecil dari 0,05.

4. Uji Post Hoc

Analisis perbandingan dengan uji post hoc ini membandingkan

mean difference kelima kelompok untuk mengetahui mean pasangan yang

berbeda di antara pasangan yang ada. Peneliti menggunakan prosedur

Least Significance Difference (LSD) karena subjek menunjukkan varians

yang sama dalam uji homogenitas varians. Dengan uji LSD didapatkan

hasil sebagai berikut:

Tabel 5. Rekapitulasi Hasil Uji LSDAntarkelompok Perlakuan

(48)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

* Beda mean signifikan pada level 0,05

Tabel ini mengacu pada output SPSS 17.0 for Windows (dapat dilihat di lampiran)

Kriteria ujinya adalah pasangan perlakuan yang diuji dikatakan ada

perbedaan jumlah jingkatan yang nyata bila nilai p lebih kecil dari 0,05.

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa :

1. Kelompok Kontrol Positif (KP) menunjukkan perbedaan yang nyata

terhadap kelompok Kontrol Negatif (KN).

2. Kelompok perlakuan dosis I, dosis II, dan dosis III menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap kelompok KN.

3. Kelompok perlakuan dosis I menunjukkan perbedaan yang nyata

terhadap kelompok KP.

4. Kelompok perlakuan dosis II dan dosis III tidak menunjukkan

perbedaan yang nyata terhadap kelompok KP.

5. Kelompok perlakuan dosis I dan dosis II menunjukkan perbedaan yang

(49)

commit to user

38

6. Kelompok perlakuan dosis I dan dosis III menunjukkan perbedaan

yang nyata satu sama lain.

7. Kelompok perlakuan dosis II dan dosis III tidak menunjukkan

(50)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39 BAB V

PEMBAHASAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik. Tujuan dari

penelitian ini yaitu mengetahui ada atau tidaknya efek analgesik ekstrak daun sirih

merah serta efektivitasnya dalam menurunkan rasa nyeri dibandingkan dengan

aspirin. Untuk kontrol positif digunakan aspirin sedangkan kontrol (-) digunakan

aquadest. Pemberian aspirin yang merupakan obat analgesik oral sebagai kontrol

positif bertujuan untuk melihat bagaimana perbedaan pengaruh aspirin dalam

menurunkan nyeri pada mencit dibandingkan dengan ekstrak daun sirih merah.

Penulis menggunakan aspirin sebagai pembanding karena aspirin merupakan

prototip dan standar untuk pengujian obat sejenis (Wilmana, 2007).

Flavonoid serta minyak atsiri yang dikandung oleh daun sirih merah

(Sudewo, 2011) menjadi pokok pikiran peneliti untuk menggali lebih jauh tentang

bahan ini. Banyak penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa kedua zat di

atas memiliki efek analgesik pada berbagai macam tanaman. Beranjak dari

penelitian-penelitian tersebut maupun penelitian sebelumnya diharapkan

flavonoid serta minyak atsiri yang terkandung pada daun sirih merah yang

digunakan dalam penelitian ini juga memiliki efek analgesik melalui perannya

dalam menghambat terbentuknya enzim siklooksigenase sehingga menghambat

sintesis prostaglandin yang merupakan mediator yang terbentuk lebih banyak

dalam peristiwa nyeri, menstabilisasi reseptor nyeri, dan menjadi penentu lamanya

(51)

commit to user

40

Untuk mengetahui bagaimana efektivitas efek analgesik ektrak daun sirih

merah, peneliti menggunakan metode hot plate. Rangsangan panas yang

dihasilkan hot plate akan menimbulkan rasa nyeri jika melampaui suatu nilai

ambang nyeri sehingga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dengan

pembebasan mediator nyeri, misalnya prostaglandin. Mediator nyeri inilah yang

menyebabkan terangsangnya reseptor nyeri. Menurut teori yang dikemukakan

oleh Fields (1999), nilai ambang nyeri berbeda-beda untuk masing-masing

individu. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian pada tabel 2 yang

menunjukkan bahwa terdapat variasi jumlah jingkatan pada setiap mencit

meskipun dalam satu kelompok perlakuan yang sama. Perbedaan tersebut terjadi

karena tiap-tiap individu memiliki variasi fisik dan psikis yang berbeda seperti

keadaan lambung, variasi kepekaan terhadap rangsang panas, serta adanya zat

perangsang dan penghambat nyeri endogen.

Berdasarkan tabel 2, dapat dilihat jumlah jingkatan tiap mencit pada setiap

kelompok perlakuan selama 5 menit. Jumlah jingkatan mencit menunjukkan kuat

lemahnya nyeri yang dirasakan dari panas yang diberikan. Semakin sedikit jumlah

jingkatan mencit berarti nyeri yang dirasakan semakin lemah atau dengan kata

lain semakin kuat efek analgesik perlakuan yang diberikan. Secara umum terdapat

penurunan jumlah jingkatan yang nyata antara ketiga dosis ekstrak daun sirih

merah dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif. Adanya pengurangan

jumlah jingkatan pada mencit ini dikarenakan ekstrak daun sirih merah (Piper

(52)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

penelitian Begorod (2006) yang menunjukkan bahwa flavonoid memiliki aktivitas

analgesik pada inflamasi mukosa faringeal tikus.

Hasil yang telah diperoleh kemudian dilakukan uji statistik dengan uji

ANOVA. Pada uji ANOVA didapatkan hasil p < 0,05 (signifikan). Hasil statistik

tersebut menunjukkan terdapat perbedaan frekuensi jingkatan yang bermakna

antara kelima macam kelompok perlakuan. Hasil tersebut juga didukung oleh

hasil uji LSD pada tabel 5 yang menunjukkan berbagai perbandingan

masing-masing perlakuan. Kelompok dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 memiliki pengaruh

yang bermakna terhadap kontrol negatif. Itu artinya pada ekstrak daun sirih merah

dosis 1, dosis 2, dan dosis 3 memiliki efek analgesik. Hasil tersebut sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Subarnas (2009) di mana dalam penelitian tersebut

menggunakan ekstrak daun sirih merah dan memperlihatkan efek antiinflamasi

yang signifikan pada tikus dengan dosis 250 mg/kg BB, 500 mg/kg BB, dan 1000

mg/kg BB. Salah satu tanda adanya inflamasi adalah nyeri, sehingga dari

penelitian Subarnas (2009), dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun sirih merah

memiliki potensi dalam mengurangi nyeri atau efek analgesik (Syariefa, 2006).

Kelompok perlakuan ekstrak daun sirih merah dosis 2 dan 3 menunjukkan

hasil yang tidak signifikan terhadap aspirin. Hal ini berarti bahwa efek analgesik

ekstrak daun sirih merah dosis 7,28 mg/20 gr BB dan 14,56 mg/20 gr BB

memiliki efektivitas yang sebanding dengan aspirin dosis 1,3 mg/20 gr BB.

Apabila dicermati lebih lanjut, kedua dosis tersebut juga tidak memiliki hasil yang

signifikan satu sama lain. Hal tersebut dimungkinkan karena dosis 2 merupakan

(53)

commit to user

42

dosis tidak berpengaruh dalam menurunkan ambang nyeri dari mencit itu sendiri.

Selain alasan tersebut, beberapa faktor teknis juga dapat mempengaruhi hasil dari

penelitian ini. Faktor-faktor tersebut antara lain:

1. Perbedaan suhu ruangan pada saat pengukuran jumlah jingkatan. Pada

penelitian ini, peneliti melakukan semua perlakuan secara berurutan dimulai

dari kelompok perlakuan 1 dan seterusnya. Seharusnya untuk mendapatkan

hasil yang lebih baik, pengukuran jumlah jingkatan pada kelima perlakuan

dilakukan secara bersamaan. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa orang

untuk membantu dalam melakukan perlakuan.

2. Faktor kontaminan yang terdapat dalam ekstrak daun sirih merah. Ekstrak

daun sirih merah tidak hanya mengandung flavonoid dan minyak atsiri

sebagai zat yang berpengaruh dalam menimbulkan efek analgesik, tetapi juga

mengandung zat-zat lain yang mungkin bisa mengganggu interaksi flavonoid

(54)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43 BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Simpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian adalah sebagai berikut :

1. Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dosis 3,64 mg/20 gr BB

mempunyai efektivitas analgesik lebih lemah dibandingkan dengan aspirin

dosis 1,3 mg/20 gr BB pada mencit.

2. Ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) dosis 7,28 mg/20 gr BB dan

14,56 mg/20 gr BB mempunyai efektivitas analgesik setara dengan aspirin

1,3 mg/20 gr BB pada mencit.

3. Dosis 7,28 mg/20 gr BB adalah dosis ekstrak daun sirih merah terkecil

yang memiliki efektivitas setara aspirin pada mencit.

B. Saran

Mengingat adanya keterbatasan dan kekurangan dalam penelitian ini, maka

perlu dilakukan:

1. Penelitian lebih lanjut dengan dosis yang lebih akurat sebagai analgesik

yang efektif yaitu dengan membuat perbedaan level dosis antarperlakuan

yang lebih kecil antara dosis 7,28 mg/20 gr BB dan 14,56 mg/20 gr BB.

2. Penelitian lebih lanjut dengan sampel hewan yang lebih tinggi

tingkatannya dan lebih banyak jumlahnya.

(55)

commit to user

44

DAFTAR PUSTAKA

Ansel H.C. 1989. Pengantar Bentuk Sediaan Farmasi. Jakarta: Universitas Indonesia Press, pp: 605-19.

Arifin H. 2008. Dilema Obat Bebas.

http://www.waspada.co.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&i d=33233(19 Februari 2011).

Arkeman H.D. 2006. Efek Vitamin C dan E terhadap Sel Goblet Saluran nafas pada tikus Akibat Pajanan Asap Rokok. Universal. 25:62.

Begorod, B. M. 2006. Analgesic and Anti-inflammatory Compositions and Methods with Flavonoid Glycoside-type Compounds. http://ip.com/patapp/US20080171708 (1 September 2011).

Departemen Pertanian, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik. 2007. Sirih

Merah sebagai tanaman Obat Multi Fungsi.

http://balittro.litbang.deptan.go.id/ind/index.php?option=com_content&vi

ew=article&id=77:sirih-merah-sebagai-tanaman-obat-multi-fungsi&catid=1:latest (15 Februari 2011).

Dwiprahasto I. 2002. Penggunaan Analgetika dan Antiinflamasi Non Steroid secara Rasional dalam Epidemiologi dan Masalah Penggunaan Analgetika dan Antiinflamasi Non Steroid. Yogyakarta: Fakultas Kedokteran UGM, pp : 1-7.

Fields H. L dan Martin J. B. 1999. Harrison : Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam . Vol 1. Jakarta: EGC, pp : 67-71.

Ganiswara S.G. 2004. Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Gaya Baru, pp: 207-213, 501-506.

Guyton A.C. 1997. Sensasi Somatik. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC, p: 761.

Hacker M., Bachmann, K., Messer W. 2009. Pharmacology Principles and Practice. California: Academic Press, p: 339.

Harborne J.B. 1987. Metode Fitokimia Penuntun Cara Modern Menganalisis Tumbuhan. Bandung: ITB Press, pp: 25-27.

(56)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

Imaningrum N. 2010. Pengaruh Ekstrak Etanol Rimpang Kencur (Kaempferia Galanga Linn) Terhadap Jumlah Geliatan Mencit Balb/C yang Diinduksi Asam Asetat. http://eprints.undip.ac.id/23625/1/Novi_I.pdf (20 Maret 2011).

Indriani Y.H., Herminati M.M., Lasmadiwati E. 2003. Pegagan. Jakarta: Penebar Swadaya, p: 8.

Katno dan Pramono S. 2002. Tingkat Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat dan Obat Tradisional. Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta.

http://cintaialam.tripod.com/keamanan_obat%20tradisional.pdf (17 Maret 2011).

Katzung B.G. 2004. Obat Anti Inflamasi Non Streoid Analgesik Non Opioid,Obat yang Digunakan pada Gout dalam Farmakologi Dasar dan Klinik. Edisi 8. Jakarta: Salemba Medika, pp: 454-8.

Kertia N., Meliala L., Broto R., 2003. Nyeri pada Osteoartritis dan Artritis Reumatoid in Suplemen. Berkala Neuro Sains (BNS). Vol 4, pp: 51-55.

Lenny S. 2006. Senyawa Flavonoida, Fenilpropanoida, dan Alkaloida. http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1842/1/06003489.pdf (17 Februari 2011).

Mardiana L. 2004. Kanker pada Wanita : Pencegahan dan Pengobatan dengan Tanaman Obat. Jakarta : Penebar Swadaya, p: 61.

Markham, K.R., 1988. Techniques of Flavonoids Identification, diterjemahkan oleh Kosasih Padmawinata. Bandung : Penerbit ITB, pp: 35-36.

Middleton E., Chithan K., Theoharis C. 2000. The Effects of Plants Flavonoids on Mammalian Cells: Implications for Inflammation, Heart Disease, and Cancer. Massachusetts: The American Society for Pharmacology and Experimental Therapeutics, pp: 682-3.

Nazaruddin U. 2002. Acute Pain : Management Strategies That Work. Makalah PIB XI. Medan, pp: 421- 28.

Ngatidjan. 1991. Dasar-dasar Uji Laboratorium dalam Toksikologi dalam Metode Laboratorium dalam Toksikologi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Bioteknologi UGM, pp: 32-5.

(57)

commit to user

Priyanto, Dwi. 2009. Mandiri Belajar SPSS (Statistic Product and Service Solution) untuk Analisis Data dan Uji Statistik Bagi Mahasiswa dan Umum, Cet. 3. Yogyakarta: MediaKom.

Rini D., Moeljanto, Mulyono, 2003, Khasiat dan Manfaat Daun Sirih Obat Mujarab dari Masa ke Masa, Agro Media Pustaka: Jakarta, pp: 7-10.

Robinson T. 1995. Flavonoid dan Senyawa Sejenisnya dalam Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB, p: 192.

Safithri M. dan Fahma F. 2005. Potency of Piper crocatum Decoction as an Antihiperglycemia in Rat Strain Sprague Dawley. Hayati Journal of Biosciences March 2008, pp: 45-8.

Sherwood L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, pp: 156-159.

Sholikhah A. 2006. Sirih Merah Menurunkan Glukosa Darah. http://www.pustakatani.com. (17 Februari 2011).

Soelistiono. 2008. Analgesics in Dental Pain. Bagian Ilmu Bedah Mulut Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Subarnas A., Yasmiwar S., Elis M. 2009. Aktivitas Antiinflamasi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah Pada Tikus Putih Jantan. http://farmasi.unpad.ac.id/farmaka-files/v5n1/usi.pdf.

(20 Februari 2011).

Sudewo B. 2010. Basmi Penyakit dengan Sirih Merah. Jakarta: Argomedia, pp: 37-47.

Syariefa E. 2006. Resep Sirih Wulung untuk Putih Merona Hingga Kanker Ganas. Majalah Trubus No.434, tahun XXXVII Januari 2006, p: 88.

Taufiqurohman M.A. 2004. Pengantar Metodologi Penelitian Untuk Ilmu Kesehatan. Klaten Selatan: CSGF, pp : 99-101.

Tjay T.H. dan Rahardja K. 2007. Obat-obat Penting, Khasiat dan Penggunaannya, Edisi V. Jakarta: Departemen Kesehatan RI, pp: 231-246.

(58)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

Voigt R. 1994. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, pp: 555-77.

Waji R.A. dan Sugrani A. 2009. Flavonoid (Quercetin). http://pasche08.files.wordpress.com/2009/05/copy-of-copy-of-makalah-quercetin-2003.pdf (20 Maret 2011).

WHO, 2003. Traditional Medicine.

http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs134/en.(diakses 15 Februari 2010).

Wijayakusuma H. 2000. Potensi Tumbuhan Obat Asli Indonesia Sebagai Produk Kesehatan.

http://digilib.batan.go.id/eprosiding/File%20Prosiding/Kesehatan/Risalah %202000/2000/Hembing-Wijaya.pdf (15 Februari 2010).

Wilmana P.F. 2007. Analgesik, Antipiretik, Analgesik, Anti-Inflamasi Nonsteroid, dan Obat Pirai. Ganiswarna S.G. ed. IV. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: FKUI, pp: 230-7.

Gambar

Tabel 4. Hasil Perhitungan Uji ANOVA pada Perbandingan antara Kelima
Gambar 1. Tanaman Sirih Merah .....................................................................
Tabel 1  :  Hasil Homogenisasi Suhu Hot Plate (Suhu Saat Pertama Kali
Tabel 2 : Jumlah Jingkatan Mencit Selama 5 Menit pada Suhu 42 0C
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian yang berjudul “ Efek Ekstrak Daun Sirih Merah (Piper Crocatum Ruiz &amp; Pav) Terhadap Pertumbuhan Streptococcus pneumoniae ” ini diajukan untuk

Secara empiris sirih merah ( Piper crocatum Ruiz &amp; Pav) digunakan sebagai antiseptik alami dan telah diketahui bahwa ekstrak etanol daun sirih merah

Dosis ekstrak daun sirih merah (Piper crocatum) yang efektif terhadap Kadar Bunuh Minimal (KBM) bakteri Salmonella typhi adalah pada konsentrasi 12,5%.... Hasil penelitian ini

Potensi Ekstrak Etanol Daun Sirih Merah (Piper crocatum) Sebagai Antioksidan Terhadap Mencit Balb/C Yang Terpapar Asap Rokok (Uji In Vivo).. Farida Juliantina Rachmawaty,

Penelitian ini bertujuaan untuk mengetahui : 1) pengaruh pemberian ekstrak daun sirih merah terhadap penurunan kadar gula darah mencit , 2) dosis ekstrak sirih merah yang

Dari penelitian yang telah dilakukan, Air rebusan daun sirih merah (Piper crocatum Ruiz &amp; Pav) berpengaruh menurunkan kadar glukosa darah mencit putih jantan.. Hal ini

Pemberian ekstrak temu putih (Curcuma zedoaria Rosc) dan ekstrak Daun Sirih Merah (Piper crocatum) serta kombinasi kedua ekstrak berpotensi terhadap penurunan

ABSTRAK PENGARUH KONDISI EKSTRAKSI MENGGUNAKAN PELARUT KOLIN KLORIDA-ASAM SITRAT TERHADAP RENDEMEN DAN KADAR FLAVONOID TOTAL EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH Piper crocatum RUIZ & PAV..