Eliziaria Febe Gomes _ 3613100703 Perencanaan Wilayah dan Kota|FTSP|ITS Surabaya, 27-12-2015
Peluang Keberhasilan Pajak Karbon di Indonesia
Apakah kita akan membiarkan emisi karbon menyebar dan merugikan seluruh wilayah Indonesia? Itu merupakan suatu kerugian yang merugikan berbagai aspek ? Bagaimana menekan hal tersebut sehingga Indonesia dapat berhasil dalam menerapkan pajak karbon dengan baik? Itu merupakan pertanyaan yang selalu ditanyakan para Civitas Akademik yang peduli akan pembangunan yang sehat dan tidak merugikan, benar bukan ?
Semua mengetahuinya bahwa energi merupakan salah satu komoditas penting bagi end-user. Kegiatan produksi energi merupakan salah satu sektor ekonomi yang menyumbang eksternalitas terbesar pada lingkungan. Oleh karena itu, salah satu metode untuk mengendalikan eksternalitas yang timbul adalah dengan mengenakan biaya tertentu kepada produsen.
Eliziaria Febe Gomes _ 3613100703 Perencanaan Wilayah dan Kota|FTSP|ITS Surabaya, 27-12-2015
Meninjau dari Peraturan No. 7 Tahun 2014, pemerintah juga mengenakan retribusi lingkungan hidup kepada perusahaan atas dampak samping yang ditimbulkan oleh kegiatan produksi. Retribusi tersebut tidak bertujuan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) secara signifikan karena retribusi lingkungan hanya boleh diperuntukkan untuk mengelola sumber daya alam, meningkatkan pengawasan dan pengendalian kerusakan lingkungan, serta sebagai mekanisme untuk mengawasi usaha secara ketat. Namun Indonesia masih belum mempunyai kebijakan khususnya terkait emisi karbon mengoptimalkan penerapannya, hal tersebut bisa dikatakan karena tata kelola yang tidak efektif.
Dalam tataran global internalisasi biaya eksternalitas yang terkait dengan produksi karbon merupakan isu paling mendapatkan sorotan karena dampak yang ditimbulkan bersifat global jika dibandingkan dengan eksternalitas yang berdampak pada komponen eksternalitas karena kegiatan produksi energi.
Apa yang sebaiknya diterapkan? Australia menjadi salah satu negara yang patut kita contohin yang dimana Pemerintah Australia memiliki kebijakan pajak karbon (Carbon tax). Pajak ini dibebankan kepada investor energi dengan tarif tetap dengan nilai sebesar AUD 23 untuk setiap ton karbon yang dihasilkan. Namun Indonesia tidak harus mengikuti semua penerapan, sebab pajak Karbon lebih mahal dikenakan di Australia pun lebih mahal dibandingkan pajak karbon di Eropa. Sehingga tarifnya untuk masyarakat pun meningkat. Maka sebaiknya Indonesia menetapkan pajak sesuai besaran perusahaan, dan memberikan batasan menghasilkan karbon untuk para produsen guna meningkatkan kembali kualitas lingkungan. Sehingga semua perusahaan yang ada di Indonesia dapat terkontrol dan terkendali. Dengan pajak dalam artian dapat membantu perekonomian Indonesia dan mempercepat pembangunan yang memperhatikan lingkungan.
Sumber :
Brief Info. (2010,Maret 20). Kesiapan untuk Menghadapi REDD. CIFOR