• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "LAPORAN HASIL PRAKTIKUM MATA KULIAH PENG"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Praktikum kedua Pengembangan Kemitraan Konsep Kemitraan

Kelompok 4 Anggota:

1. M. Prayoga (J3W412014) 2. Atika Hasanah P. (J3W412021) 3. Auliana Putri Z. (J3W412044) 4. Salim Borahima (J3W412046)

Pembimbing: Hidayati Fathur R, Sp Restu Puji Mumpuni, Sp

PROGRAMKEAHLIAN PRODUKSI DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN TERPADU

PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Ringkasan

Menurut kelompok 4 dari hasil diskusi menerangkan bahwa arti sebenarnya dari konsep kemitraan yang diambil dari beberapa pendapat adalah suatu kerja sama antara dua orang atau lebih, orang dengan kelompok maupun kelompok dengan kelompok yang berdasar pada prinsip saling membutuhkan, saling memperkuat dan pastinya saling menguntungkan.

Halaman Isi

Pada dasarnya konsep kemitraan (partnership) adalah jenis entitas bisnis di mana mitra (pemilik) saling berbagi keuntungan atau kerugian bisnis. Kemitraan sering digunakan diperusahaan untuk tujuan perpajakan, sebagai struktur kemitraan umumnya tidak dikenakan pajak atas laba sebelum didistribusikan kepada para mitra (yaitu tidak ada pajak dividen dikenakan).. Namun, tergantung pada struktur kemitraan dan yurisdiksi di mana ia beroperasi, pemilik kemitraan mungkin terkena kewajiban pribadi yang lebih besar daripada mereka yang akan memegang saham dari suatu perusahaan.

(3)

agribisnis dengan petani penting dilakukan karena dua hal pokok. Pertama, berkaitan dengan keefektifan integrasi kerjasama petani dengan perusahaan dalam kemitraan agribisnis dalam mengembangkan potensi kedua belah pihak. Kedua, secara konseptual berkenaan dengan perkembangan kajian tentang kemitraan dalam bidang pertanian.

Kemitraan usaha pertanian berdasarkan azas persamaan kedudukan, kesela peningkatan keterampilan kelompok mitra oleh perusahaan mitra melalui perwuji kemitraan yaitu hubungan yang :

a) saling memerlukan dalam arti perusahaan mitra memerlukan pasokan bahan baku dan kelompok mitra memerlukan penampungan hasil dan bimbingan;

b) saling memperkuat dalam arti baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra sama-sama memperhatikan tanggung jawab moral dan etika bisnis, sehingga akan memperkuat kedudukan masing-masing dalam meningkatkan daya saing usahanya;

c) saling menguntungkan, yaitu baik kelompok mitra maupun perusahaan mitra memperoleh peningkatan pendapatan, dan kesinambungan usaha.

Undang-undang no 9 tahun 1995 yang berbunyi “ kerjasama antar usaha kecil dan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai dengan pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau usaha besar dengan memperhatikan prinsip saling memerlukan, saling memperkuat, dan saling menguntungkan”. Konsep tersebut di perjelas dengan peraturan pemerintah nomor 44 tahun 1997 yang tersebut di atas.

(4)

komoditas yang dibudidayakan, serta pangsa pasar dari komoditas yang dibudidayakan.

Jenis komoditas yang satu dengan komoditas yang lain akan menghasilkan konsep dan pola kemitraan yang berbeda. Begitu pula perusahaan yang memiliki pangsa pasar tertentu terhadap suatu komoditas, akan memiliki konsep dan pola kemitraan yang berbeda dengan perusahaan yang memiliki pangsa pasar lain dengan komodiatas yang sama. Permintaan konsumen pun mempengaruhi pola kemitraan yang ditawarkan oleh perusahaan atau perseorangan kepada petani. Dengan adanya pola kemitraan ini, pada satu sisi petani mengalami beberapa keuntungan, namun pada sisi lain, justru merasa tidak memiliki kebebasan. Beberapa perusahaan yang mengadakan kemitraan kepada petani atau pembudidaya sebagai pelaku agribisnis, bahkan ada yang menerapkan konsep dan pola dengan pemberian modal usaha kepada petani atau pembudidaya. Hal ini tentunya akan memberikan keuntungan tersendiri, terutama bagi petani yang memiliki keterbatasan sektor permodalan. Berikut ini kami uraikan beberapa gambaran mengenai kelebihan dan kekurangan konsep dan pola kemitraan yang dikembangkan oleh para pelaku agribisnis.

Konsep kemitraan tersebut secara lebih rinci diuraikan dalam Pasal 27 Peraturan pemerintah RI Nomor 44 tahun 1997 tentang kemitraan, disebutkan bahwa kemitraan dapat dilaksanakan antara lain dengan pola:

1. Inti-plasma adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasma dalam penyediaan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha, produksi, perolehan, penguasaan dan peningkatan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktifitas usaha. Program inti-plasma ini, diperlukan keseriusan dan kesiapan, baik pihak usaha kecil sebagai pihak yang mendapat bantuan untuk dapat mengembangkan usahanya, maupun pihak uasaha besar yang mempunyai tanggung jawab sosial untuk mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha dalam jangka panjang.

(5)

menurut penjelasan Pasal 27 huruf (a) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, yang dimaksud dengan pola inti plasma adalah “hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar sebagai inti membina dan mengembangkan usaha kecil yang menjadi plasmanya dalam menyediakan lahan, penyediaan sarana produksi, pemberian bimbingan teknis manajemen usaha dan produksi, perolehan, penguasaan dan peningktan teknologi yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas usaha”. Kerjasma inti plasma akan diatur melalui suatu perjanjian kerjasama antara inti dan plasma.

Dalam program inti plasma ini diperlukan keseriusan dan kesiapan, baik pada pihak usaha kecil selaku pihak plasma yang mendapat bantuan dalam upaya mengembangkan usahanya, maupun pada pihak usaha besar atau usaha menengah yang mempunyai tanggungjawab sosial untuk membina dan mengembangkan usaha kecil sebagai mitra usaha untuk jangka panjang. Selain itu juga sebagai suatu upaya untuk mewujudkan kemitraan usaha pola inti plasma yang mampu memberdayakanekonomi rakyat sangat dibutuhkan adanya kejelasan peran masingmasing pihak yang terlibat. Adapun pihak-pihak terdebut antara lain: (1) Pengusaha Besar (Pemrakarsa), (2) Pengusaha Kecil (MitraUsaha) dan (3) Pemerintah. Peran pengusaha besar selaku (inti) sebagaimana tersebut di atas tentunya juga harus diimbangi dengan peran usaha kecil (plasma) yaitu meningkatkan kemampuan manajemen dan kinerja usahanya yang berkelanjutan serta memanfaatkan dengan sebaik-baiknya berbagai bentuk pembinaan dan bantuan yang diberikan oleh usaha besar dan atau usaah menengah. Selanjutnya untuk peran pemerintah akan dibahas lebih lanjut pada sub bab yang tersendiri.

2. Sub konktraktor adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan usaha kecil/menengah, di mana uasaha besar sebagai perusahaan induk (parent firm) meminta kepada usaha kecil/menengah (selaku subkontraktor) untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung jawab penuh pada perusahaan induk.

(6)

Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Kecil memproduksi komponen yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar sebagai bagian dari produksinya.

Selanjutnya menurut Soewito, pola subkontraktor adalah suatu sistem yang menggambarkan hubungan antara usaha besar dengan usaha kecil atau menengah, dimana usaha besar sebagai perusahaan induk (parent firma) meminta kepada usaha kecil atau menengah selaku subkontraktor untuk mengerjakan seluruh atau sebagian pekerjaan (komponen) dengan tanggung penuh pada perusahaan induk.

(7)

3. Dagang umum adalah hubungan kemitraan antara usaha kecil dengan usaha menengah atau usaha besar yang berlangsung dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha besar dan atau usaha menengah yang bersangkutan.

Menurut penjelasan Pasal 27 huruf (c) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, Pola Dagang Umum adalah “hubu ngan kemitraan antara Usaha Kecil dengan Usaha Menengah atau Usaha Besar, yang di dalamnya Usaha Menengah atau Usaha Besar memasarkan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Kecil memasok kebutuhan yang diperlukan oleh Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya”.

Dengan demikian maka dalam pola dagang umum, usaha menengah atau usaha besar memasarkan produk atau menerima pasokan dari usaha kecil mitra usahanya untuk memenuhi kebutuhan yang diperlukan oleh usaha menengah atau usaha besar mitranya.

4. Waralaba (franchise) adalah suatu system yang menggambarkan hubungan antara Usaha Besar (franchisor) dengan Usaha Kecil (franchisee), di mana frnchisee diberikan hak atas kekayaan intelektual atau penemuan ciri khas usaha, dengan suatu imbalan berdasarkan persyaratan yang ditetapkan pihak franchisor dalam rangka penyediaan atau penjualan barang dan atau jasa.

Menurut Penjelasan Pasal 27 Huruf (d) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, Pola Waralaba adalah “ hubungan kemitraan, yang di dalamnya pemberi waralaba memberikan hak penggunaan lisensi, merek dagang, dan saluran distribusi perusahaannya kepada penerima waralaba dengan disertai bantuan bimbingan manajemen”. 25 Lihat di dalam Munir Fuady, 1997, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini (Tinjauan Hukum Bisnis), PT. Citra Aditya Bakti, hal. 165

(8)

demikian, maka dengan pola waralaba ini usaha menengah dan atau usaha besar yang bertindak sebagai pemberi waralaba menyediakan penjaminan dan atau menjadi penjamin kredit yang diajukan oleh usaha kecil sebagai penerima waralaba kepada pihak ketiga.

5. Keagenan merupakan hubungan kemitraaan, di mana pihak principal memproduksi/memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak ketiga.

Berdasarkan penjelasan Pasal 27 huruf (e) Undang-Undang Nomor. 9 Tahun 1995, pola keagenan adalah “hubungan kemitraan, yang di dalamnya Usaha Kecil diberi hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa Usaha Menengah atau Usaha Besar mitranya”.

Dalam pola keagenan, usaha menengah dan atau usaha besar dalam memasarkan barang dan jasa produknya memberi hak keagenan hanya kepada usaha kecil. Dalam hal ini usaha menengah atau usaha besar memberikan keagenan barang dan jasa lainnya kepada usaha kecil yang mampu melaksanakannya.

Selanjutnya menurut Munir Fuady, pola keagenan25 merupakan hubungan kemitraan, dimana pihak principal memproduksi atau memiliki sesuatu, sedangkan pihak lain (agen) bertindak sebagai pihak yang menjalankan bisnis tersebut dan menghubungkan produk yang bersangkutan langsung dengan pihak

ketiga. Seorang agen bertindak untuk dan atas nama prinsipal, sehingga pihak prinsipal bertanggungjawab atas tindakan yang dilakukan oleh seorang agen terhadap pihak ketiga, serta mempunyai hubungan tetap dengan pengusaha 6. Bentuk-bentuk lain di luar pola sebagaimana yang tertulis di atas, yang sat ini

sudah berkembang tetapi belum dibakukan atau pola-pola baru yang timbul dimasa yang akan datang.

Pertanyaan (PEMBAHAS)

1. Apa maksud dari asas kebersamaan kedudukan? (Meris) 2. Apa maksud dari pajak Deviden ? (Dian nisafitri)

(9)

(M. Firdaus)

1. Karena harus memiliki kedudukan yang sama antara para pelaku mitra (pembagian hasil, untung atau rugi). (M. Prayoga)

2. Maksud dari pajak Deviden, kita dapat mengambil contoh antara Mall BTM dengan pedagang kecil yang sewa di dalam Mall , pedagang tersebut wajib membayar pajak. (Auliana Putri Sakiah)

3. Sebelum melakukan kemitraan pasti ada perjanjian, jadi untuk bagi hasil yang disepakati pasti para pelaku mitra sudah mengetahuinya.

(M. Prayoga)

4. Seharusnya petani sebelum menanda tangani suatu perjanjian, sebaiknya petani diberi bekal seperti bimbingan, agar petani tidak melenceng dalam melakukan suatu perjanjian.(Atika Hasana Putri)

Pertanyaan (FORUM)

1. Jika Pemerintah ikut andil dalam kemitraan, apakah berpihak kepada perani ? (M. Nur Ajis Ramli)

2. Apakah MLM termasuk kedalam kemitraan atau tidak, jika termasuk kemitraan termasuk pola apa ? (Mira Ariyuni)

3. Jika saya membeli resep dari KFC dan membeli merek dengan ciri khasnya KFC, apakah saya masih di bawah KFC atau KFC menjadi pemegang perusahaan penuh ? (Luqman Ahmadi)

Jawaban

1. Tergantung dari pemerintah yang ikut andil, karena dalam kasus seperti ini sistem politik bisa bermain. (Salim Borahima)

- Tambahan Nadia Tri Andari : pasti pemerintah dan hukum ikut andil dan dengan hukum tersebut dapat mengayomi petani.

- Tambahan Sofyan Zuhri : Undang – undang adalah bukti dari pemrintah dalam berperan aktif untuk kemitraan.

- Tambahan Atika : Pemerintah tidak terjun langsung ke lapangan 2. Termasuk dalam kemitraan, akan tetapi MLM memiliki pola sendiri (M.

Prayoga)

(10)

- Tambahan Sofyan Zuhri : semua waralaba seperti KFC, McD itu mitra jaringan.

Tambahan dari Dosen

1. Pajak Deviden, freepot sudah tidak membayar pajak kepada pemerintah, karean freepot mengatakan tidak memiliki laba dan semua dana habis digunakan untuk oprasional.

2. Motivasi dari ibu Hida untuk orang Riau : Orang Riau harus mandiri agar tidak bergantung kepada perusahaan asing.

3. KFC : seringnya membuka cabang dan mengangkat menejer lokal.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Untuk menambahkan beat, Anda dapat COPY beat yang telah dibuat, caranya pilih object selection , lalu klik pada beat drum (area merah gambar 10) dan tekan Ctrl + C

Rusydatulhal, 2004.Analisis Keragaan Teknis dan Ekonomis Irigasi Gravitasi Padi Sawah Pada Jaringan Irigasi Ramonia Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.. Budidaya Tanaman Padi

Berdasarkan hasil analisis statistik diperoleh bahwa tidak ada interaksi antara perlakuan batang bawah dengan batang atas, namun secara terpisah tinggi tanaman sampai dengan umur

Hasil perhitungan terhadap persepsi karyawan menunjukan tingkat pencapaian penerapan SMK3 oleh perusahaan berada pada level KUNING dengan nilai tingkat pencapaian

Karya tari “Dewandaru” ini telah melewati beberapa tahap proses penciptaan sesuai dengan teori pendekatan yang digunakan penata yakni metode transformasi bentuk, dimana

Diharap tuan/puan dapat menggantikan buku tersebut melalui guru kelas agar proses penyerahan buku teks 2017 dapat berjalan dengan lancar sebelum 17/11/2016.. Kerjasama

Selebihnya dia tetap seorang gadis yang lugu. Taat pada orangtua. Tidak punya keberanian untuk membangkang. Apalagi untuk kawin lari. Menikah tanpa restu orangtua tidak