Kontra terhadap Pembanguan Indonesia dengan Berbagai Persoalan Budaya dalam Masyarakat Majemuk
Bagian 2, Bab 5 Politik Bhinneka Tunggal Ika dalam Keragaman Budaya Indonesia, dalam Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaan
“Penyeragaman kebudayaan-kebudayaan sukubangsa di daerah-daerah telah dilakukan antara lain dengan menyudutkan kebudayaan-kebudayaan tersebut sebagai terbelakang dan harus di-Indonesiakan. Peng-Indonesiaan dilakukan dengan cara penataran P4…,yang dilakukan oleh Dep. Sosial R.I” (Suparlan, 200:44) hal ini dalam rangka perwujudan kebudayaan nasional indonesia yang mencoba menyamaratakan seluruh kebudayaan dengan kebudayaan nasional yang “dipaksa” dalam penataran P4 tersebut. Suku-suku pedalaman dibuat untuk modern dengan mengikis karakter mereka. “Bahasa yang kaya dengan ekspresi budaya ini mengalami kemunduran dalam jumlah penuturnya karena pengaruh bahasa Indonesia yang begitu kuat dan juga karena penyempitan ruang bahsa terjadi”
“Keragaman agama dan kepercayaan di berbagai tempat di Indonesiatelah diingkari yang kemudian berakibat punahnya agama-agama itu satu persatu” di indonesia ada banyak sekali agama-agama yang tidak diakui dan tidak ada kelegalan untuk memeluknya, sehingga para pemeluknya termarginalkan oleh adanya pengaruh agama-agama besar, dan mereka cenderung punah.
“Sifat dan bentuk pranata lokal mengalami pergeseran yang diakibatkan oleh tekanan yang begitu kuat yang datang dari luar (lihat, misalnya, Hart, 1989)
“Kebhinekatunggalikaan telah melahirkan suatu politik budaya yang represif yang melahirkan berbagai bentuk resistensi dan konflik yang laten. Persoalan itu muncul akibat penataan ruang politik yang disusun dalam pengelolaan budaya yang bersifat majemuk”
telah melahirkan resistensi yang sangat besar dari berbagai daerah. Konflik diberbagai tempat sesungguhnya merupakan bentuk resistensi masyarakat terhadap berbagai tindakan kebijakan pusat”