TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
MENDENGARKAN SOFT MUSIC DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDA MULIA DARMA WISMA 5 BOUGENVIL
Disusun Oleh:
AINUN NAJIB FEBRYA RAHMAN ANDRE
AYU MALLYYA FAISAL MAHLUFI RAUP SUTRIANTO
REZA JULIANDI SHELLA RAMADHANI
SYARIFAH ARSYTA
PROGRAM PROFESI NERS
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS TANJUNGPURA
PONTIANAK
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)
A. TOPIK
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulus Sensori : Mendengarkan Soft Music
B. TUJUAN
1. Tujuan umum
Menurunkan tingkat depresi lansia di Wisma 5 Panti Sosial Tresna Werda Mulia Dharma Kubu Raya
2. Tujuan Khusus
a. Menurunkan tingkat depresi pada lansia b. Menurunkan tingkat kegelisahan
c. Meningkatkan fungsi kognitif
C. LANDASAN TEORI
Tugas perkembangan usia lanjut lebih banyak berkaitan dengan kehidupan pribadi dari pada kehidupan orang lain. Secara umum kondisi fisik seseorang yang telah memasuki masa lanjut usia mengalami penurunan. Perubahan-perubahan tersebut pada umumnya mengarah pada kemunduran kesehatan fisik maupun psikis dan seringkali merupakan pemicu terjadinya depresi pada lansia. (Maryam dkk, 2008)
Masalah kesehatan mental pada lansia dapat berasal dari empat aspek yaitu fisik, psikologik, sosial dan ekonomi. Masalah tersebut dapat berupa emosi labil, mudah tersinggung, gampang merasa dilecehkan, kecewa, tidak bahagia, perasaan kehilangan dan tidak berguna. Lansia dengan problem tersebut menjadi rentan mengalami gangguan psikiatrik seperti depresi, ansietas (kecemasan), psikosis (kegilaan) atau kecanduan obat. Dari berbagai macam gangguan psikiatrik, depresi merupakan gangguan kesehatan psikiatri yang paling sering didapatkan pada lansia (Maryam dkk, 2008).
individu pernah merasa sedih atau jengkel, kehidupan yang penuh masalah, kekecewaan, kehilangan dan frustasi yang dengan mudah menimbulkan ketidakbahagiaan dan keputusasaan. Namun secara umum perasaan demikian itu cukup normal dan merupakan reaksi sehat yang berlangsung cukup singkat dan mudah dihalau.
Ada beberapa pengobatan yang mampu mengurangi depresi, salah satunya adalah dengan musik. Musik dapat menghubungkan antara pikiran dan hati para penderita depresi sehingga mereka dapat membuka diri. Tujuan pemberian terapi musik memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Sehingga diharapkan dapat membantu mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Djohan, 2006).
Penelitian yang dilakukan oleh Hill (2007) menyatakan bahwa musik soft rock berkorelasi positif dengan rasa senang (happiness). Dalam penelitian tersebut menunjukkan bahwa orangyang diperdengarkan soft rock dalam kurun waktu tertentu memiliki presentase lebih besar untuk merasa senang dibandingkan dengan orangyang diperdengarkan hard rock. Bila seorang yang mengalami depresi diperdengarkan musik yang bisa membuat perasaannya senang, bukan tidak mungkin terapi musik ini bisa mengurangi tingkat depresinya. Musik dikatakan soft atau lebih ringan apabila musik tersebut bisa dinikmati secara santai, irama tidak ada aksen atau aksentuasinya lemah. Dikatakan soft music jika tidak ada hentakan. Namun untuk terapi pada penderita depresi harus tetap diperhatikan syair lagunya. Musik memiliki fungsi sebagai katalisator atau stimulus bagi timbulnya sebuah pengalaman emosi (Djohan, 2005).
unit-unit yang bersatu dengan kompleks pada korteks serebri. Aktivitas banyak unit dendrit tersebur berjalan sinkron untuk membentuk corak gelombang alfa yang menandakan kondisi heightened awareness dan tenang.
Pemberian musik dapat mempengaruhi gelombang otak menuju gelombang otak yang diinginkan. Prinsip pemberian terapi musik adalah dengan memberikan suara yang berbeda tempo irama lagu, dan dapat mempengaruhi telinga dan otak kemudian akan menangkap selisih dari perbedaan frekuensi tersebut kemudian mengikutinya sebagai gelombang otak. Mekanisme ini disebut dengan FFR (Frequency Following Response) dan terjadi di dalam otak, tepatnya di dua superior olivary nuclei. FFR didefinisikan sebagai penyesuaian frekuensi gelombang otak oleh karena respon dari stimulus auditori dan mendorong perubahan gelombang otak secara keseluruhan serta tingkat kesadaran (Atwater, 2009).
Penggunaan musik dengan suara yang lembut tidak mengganggu kenyamanan responden. Sesuai mekanisme yang dijelaskan oleh Atwater diatas, gelombang alfa tercipta pada korteks cerebri melalui hubungan kortikal dengan thalamus. Gelombang ini merupakan hasil dari osilasi umpan balik spontan dalam sistem talamokortikal (Guyton & Hall, 2006).
Perubahan gelombang otak menjadi gelombang otak alfa akan menyebabkan peningkatan serotonin. Serotonin adalah suatu neurotransmitter yang bertanggung jawab terhadap peristiwa lapar dan perubahan mood. Serotonin dalam tubuh kemudian diubah menjadi hormon melatonin yang memiliki efek regulasi terhadap relaksasi tubuh yang pada akhirnya depresi yang dirasakan oleh responden dapat menurun sebagai akibat dari perubahan mood. (Guyton & Hall, 2006).
D. KRITERIA ANGGOTA KELOMPOK/ KLIEN
1. Karakteristik/ kriteria
a. Lansia dapat diajak bekerjasama/kooperatif
Jumlah klien dalam TAK ini adalah 4 Lansia yang terdiri dari 4 lansia laki-laki yang semuanya mengalami depresi pada tingkat sedang. Semua lansia yang ikut memiliki fungsi pendengaran yang masih baik dan juga kooperatif.
E. PROSES SELEKSI
1. Lansia yang sudah dilakukan pengkajian oleh perawat
2. Lansia sudah membina hubungan saling percaya dengan perawat 3. Lansia yang mandiri atau partial care / tidak total care
4. Sudah melakukan kontrak dengan lansia
5. Memiliki keinginan untuk berpartisipasi mendengarkan soft music.
F. PENGORGANISASIAN
1. Tempat Kegiatan
Panti Sosial Tresna Werda Kuburaya Wisma 5 Bougenvil 2. Waktu pelaksanaan
Hari/ tanggal : Senin, 19 Juni 2017 Waktu : 09.00 WIB s.d selesai
Lamanya : 35 Menit
3. Alokasi waktu :
a. Perkenalan dan pengarahan : 10 menit b. Pendengaran soft music : 15 menit
c. Penutup : 10 menit
4. Jumlah Peserta TAK : 4 orang
5. Tim terapis
a. Leader : Ainun Najib Febrya Rahman Tugas :
Menyiapkan proposal TAK, menyampaikan tujuan dan peraturan kegiatan TAK sebelum kegiatan dimulai. Menjelaskan kegiatan,mampu memotivasi anggota untuk aktif dalam proses kegiatan berkebun. Mampu memimpin TAK dengan baik dan tertib, serta menetralisir bila ada masalah yang timbul dalam kelompok.
b. Co leader : Reza Juliandi Tugas :
c. Fasilitator : Andre, Faisal Mahlufi, Raup Sutrianto, Shella Ramadhani, dan Syarifah Asyta
Tugas :
Menyediakan fasilitas selama kegiatan berlangsung, memotivasi lansia yang kurang aktif, membantu leader memfasilitasi anggota untuk berperan aktif dan memfasilitasi anggota kelompok.
d. Observer : Ayu Mallyya Tugas :
Mengobservasi jalannya proses kegiatan, mencatat perilaku verbal dan non verbal lansia selama kegiatan berlangsung.
G. METODE
1. Mendengarkan musik
2. Mengungkapkan perasaan setelah mendengarkan musik
H. MEDIA
1. Speaker 2. Laptop
3. File musik (soft music) 4. Tempat duduk
c. Membuat kontrak dengan lansia
d. Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan 2. Orientasi
a. Salam terapeutik
1) Salam dari terapis kepada lansia
2) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
3. Evaluasi / validasi
a. Menanyakan perasaan lansia saat ini
b. Menanyakan kegiatan yang pernah di ikuti selama di panti 4. Kontrak
a. Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu mendengarkan musik soft music.
b. Terapis menjelaskan aturan main, yaitu:
1) Jika ada lansia yang ingin meninggalkan kelompok, harus minta izin kepada terapis
2) Lama kegiatan 35 menit
3) Setiap lansia mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai 5. Tahap kerja
a. Terapis mengajak lansia untuk saling memperkenalkan diri (nama, dan nama panggilan) dimulai secara berurutan searah jarum jam.
b. Setiap lansia selesai memperkenalkan diri, terapis mengajak semua lansia untuk bertepuk tangan.
c. Terapis menjelaskan bahwa akan diputar lagu, lansia boleh tepuk tangan atau boleh menari sesuai dengan irama lagu.
d. Terapis memutar lagu, lansia mendengar, boleh berjoget atau tepuk tangan (kira-kira 15 menit). Musik yang diputar boleh diulang beberapa kali. Terapis mengobservasi respons lansia terhadap musik
e. Secara bergiliran, lansia diminta mengungkapkan perasaannya selama dirawat/pengalaman hidup.
f. Terapis memberikan pujian, setiap lansia selesai menceritakan perasaannya, dan mengajak lansia bertepuk tangan.
g. Terapis dan lansia bernyanyi bersama. 6. Tahap terminasi
a. Evaluasi
- Terapis menanyakan perasaan lansia setelah mengikuti TAK. - Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok. b. Tidak lanjut
- Terapis menganjurkan lansia untuk mendengarkan musik yang disukai dan bermakna dalam kehidupannya.
- Terapis menganjurkan lansia untuk memasukkan kegiatan mendengarkan musik dalam jadwal kegiatan harian.
Terapis mengakhiri kegiatan dan mengingatkan kepada lansia untuk melakukan kegiatan yang biasa dilakukan di Sasana Tresna Werdha.
K. EVALUASI DAN DOKUMENTASI
Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung, khususnya pada tahap kerja. Aspek yang dinilai dan dievaluasi adalah kemampuan lansia sesuai dengan tujuan TAK. Untuk TAK stimulasi sensoris mendengar musik, kemampuan lansia yang diharapkan adalah mengikuti kegiatan, respons terhadap musik, pendengaran, mengungkapkan perasaan saat mendengar musik. Formulir evaluasi sebagai berikut:
Terapi Musik dan Eksplorasi Perasaan
No Aspek yang dinilai Nama Klien
1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2. Memberi respons (ikut bernyanyi/menari/mengg erakan tangan-kaki-dagu sesuai irama
3. Memberi pendapat tentang musik yang didengar
4. Menjelaskan perasaan
setelah mendengar lagu
Petunjuk :
Untuk tiap lansia, semua aspek di nilai dengan memberi tanda √ (check list) jika ditemukan pada lansia atau tanda “X” jika tidak ditemukan kemampuan yang ditemukan. Jika mendapatkan nilai > 2 berarti lansia aktif, jika nilai ≤ 2 berarti lansia tidak aktif.
Atwater, H. 2009. Binaural Beats and the Regulation of Arousal Levels. http//www.monroeinstitute.org/journal/binaural-beast-and-the-regulation-of-arousal-levels/
Campbell, N.A., J.B. Reece, & L. G. Mitchell. 2005. Biologi. Edisi ke-5. Terj. Dari: Biology. 5th ed. oleh Manulu, W. Jakarta: Erlangga
Djohan, 2006, Terapi Musik “ Teori dan Aplikasi, Galang Press: Yogyakarta. Guyton & Hall. 2006. Textbook of Medical Physiology, Eleventh Edition.
Hill, J. 2007. Assessing the Influence of Rock Music on Emotion. (online), (http://www.sordc.com/files/Hill.pdf)
Terapi Musik dan Eksplorasi Perasaan
No Aspek yang dinilai Nama Klien
1. Mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir
2. Memberi respons (ikut bernyanyi/menari/mengg erakan tangan-kaki-dagu sesuai irama
3. Memberi pendapat tentang musik yang didengar
4. Menjelaskan perasaan