• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

N/A
N/A
Pawestri Niken

Academic year: 2023

Membagikan "LAPORAN TUGAS KELOMPOK"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN TUGAS KELOMPOK

TUGAS KELOMPOK

Untk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Paliatif (Praktikum) Yang dibina oleh Muhammad Sunarto, S.Kep., M.Kep., Sp.Kep.J

Oleh: KELOMPOK 2

Ramadhanti Husnah Bintari 225070209111004

Nissa Nur Kholifah 225070209111008

Lailatul Ramadhania Triskawati 225070209111015

Dwi kuswono 225070209111019

Antony 225070209111022

Rina Mustikasari 225070209111023

Lukas Fransiskus Saverius Seda 225070209111026 Fransiska Endang Widyastuti Dapi 225070209111030

Nunik Nurani 225070209111033

Helena Wea Ito 225070209111037

Falidat 225070209111040

Frilian Niken Pawestri 225070209111046 Faradinanta Oktavia Hakim 225070209111048

Nadhea Mahardiga 225070209111052

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2023

(2)

KASUS 2

Kecemasan pada pasien paliatif dengan gangguan pernapasan

 Paien :

Ibu R, perempuan, 72 tahun, dengan penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) yang parah.

 Masalah :

Ibu R merasa cemas saat menghadapi kesulitan bernapas. Dia menghindari aktivitas fisik karena takut terjadi dyspnea.

 Tujuan :

Re-edukasi: Memberikan pengetahuan kepada pasien tentang manajemen kecemasan, teknik pernapasan, dan cara mengatasi dipsnea. Membantu pasien memahami pentingnya menjalani aktivitas fisik yang sesuai dengan kemampuannya.

(3)

SAP

(SATUAN ACARA PENYULUHAN)

Pokok Bahasan :

Sasaran :

Hari/Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Penyuluh :

I. Latar Belakang II. Tujuan Umum III. Tujuan Khusus IV. Materi

V. Metode VI. Media

VII. Strategi Pelaksanaan VIII. Evaluasi

IX. Sumber

Padila, P., Setiawati, S., Inayah, I., Mediani, H. S., & Suryaningsih, C. (2020). Emosi dan Hubungan Antar Sebaya pada Anak Tunalaras Usia Sekolah Antara Terapi Musik Klasik (Mozart) dan Murrotal (Surah Ar-Rahman). Jurnal Keperawatan Silampari, 3(2), 725–763. https://doi.org/https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1276

Li, X., Du, G., Liu, W., & Wang, F. (2020). Music Intervention Improves the Physical and Mental Status for Patients with Breast Cancer. Medicine, 99(49), e23461.

https://doi.org/10.1097/md.0000000000023461

Mauluddina, F., & Epriyanti, E. (2019). Analisis Terapi Musik Klasik Dalam Relaksasi Persalinan Di BPM Erniwaty Di Babat Supat Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Dan Pembangunan, 9(18), 11-18.

Muyasaroh. Et Al. (2020). Kajian Jenis Kecemasan Masyarakat Cilacap Dalam. Menghadapi Pandemi Covid-19. Lembaga Penelitian Dan Pengabdian. Masyarakat (Lp2m)

Nuwa, M. S., & Kiik, S. M. (2020). Pengaruh Spiritual Guided Imagery and Music terhadap Kecemasan Pasien Kanker yang Menjalani Kemoterapi. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal of Ners and Midwifery), 7(1), 95–106.

https://doi.org/10.26699/jnk.v7i1.art.p095-106

Potter, P.A. and Perry, A.G. (2005) Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses,

(4)

dan Praktik. Edisi 4, Volume 1, Alih Bahasa, Asih, Y., dkk. EGC, Jakarta.

Situmorang, D. D. B. (2017). Jurnal Bimbingan dan Konseling Ar-Rahman Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin. Jurnal Bimbingan Dan Konseling Ar-Rahman, 5(1), 62–66.

Ramaiah, S. (2003). Kecemasan, bagaimana mengatasi penyebabnya. Yayasan Obor Indonesia.

Hawari, D. (2006). Manajemen Stress, Cemas, Depresi. Jakarta: FKUI.

Situmorang, D. D. B. (2018). Keefektifan Konseling Kelompok Cognitive Behavior Therapy dengan Teknik Passive dan Active Music Therapy terhadap Academic Anxiety dan Self Efficacy. Lib.Unnes.Ac.Id.

Suwanto, M. (2015). Implementasi Metode Bayesian Dalam Menentukan. Kecemasan Pada Hars (Hamilton Anxiety Rating Scale). Artikel Jurnal. Universitas Muhammadiyah Jember.

Valero-Cantero, I., Martínez-Valero, F. J., Espinar-Toledo, M., Casals, C., Barón-López, F.

J., & Vázquez-Sánchez, M. Á. (2020). Complementary Music Therapy for Cancer Patients in At-Home Palliative Care and Their Caregivers: Protocol for a Multicentre Randomised Controlled Trial. BMC Palliative Care, 19(1).

https://doi.org/10.1186/s12904-020-00570-9

X. Lampiran Materi

1. Manajemen Kecemasan 1.1. Pengertian Kecemasan

Kecemasan berasal dari bahasa Latin (anxius) dan dari bahasa Jerman (anst), yaitu suatu kata yang digunakan untuk menggambarkan efek negatif dan rangsangan fisiologis (Muyasaroh et al. 2020). Menurut American Psychological Association (APA) dalam (Muyasaroh et al. 2020), kecemasan merupakan keadaan emosi yang muncul saat individu sedang stress, dan ditandai oleh perasaan tegang, pikiran yang membuat individu merasa khawatir dan disertai respon fisik (jantung berdetak kencang, naiknya tekanan darah, dan lain sebagainya).

Sedangkan menurut Suwanto (2015) anxiety atau kecemasan merupakan pengalaman yang bersifat subjektif, tidak menyenangkan, menakutkan dan mengkhawatirkan akan adanya kemungkinan bahaya atau ancaman bahaya dan seringkali disertai oleh gejala-gejala atau reaksi fisik tertentu akibat peningkatan aktifitas otonomik.

1.2. Penyebab Kecemasan

Terdapat empat faktor utama yang menunjukkan reaksi kecemasan, diantaranya yaitu : a. Lingkungan

Lingkungan atau sekitar tempat tinggal mempengaruhi cara berfikir individu tentang diri sendiri maupun orang lain. Hal ini disebabkan karena adanya pengalaman yang tidak menyenangkan pada individu dengan keluarga, sahabat, ataupun dengan rekan kerja. Sehingga individu tersebut merasa tidak aman

(5)

terhadap lingkungannya.

b. Emosi yang ditekan

Kecemasan bisa terjadi jika individu tidak mampu menemukan jalan keluar untuk perasaannya sendiri dalam hubungan personal ini, terutama jika dirinya menekan rasa marah atau frustasi dalam jangka waktu yang sangat lama.

c. Sebab-sebab fisik

Gangguan atau masalah fisik yang berkelanjutan atau gejala yang tidak dapat dijelaskan dapat membuat seseorang khawatir akan kesehatannya, yang pada gilirannya dapat memicu atau memperburuk kecemasan.

d. Keturunan

Riwayat keluarga dengan gangguan kecemasan, risiko untuk mengalami kecemasan juga dapat meningkat. Faktor genetik dapat memainkan peran dalam rentan seseorang terhadap kecemasan.

(Ramaiah, S, 2003) 1.3. Gejala Kecemasan

Menurut Dadang Hawari (2006), mengemukakan gejala kecemasan diantaranya yaitu :

a. Cemas, khawatir, tidak tenang, ragu dan bimbang

b. Memandang masa depan dengan rasa was-was (khawatir)

c. Kurang percaya diri, gugup apabila tampil di muka umum (demam panggung)

d. Sering merasa tidak bersalah, menyalahkan orang lain e. Tidak mudah mengalah

f. Gerakan sering serba salah, tidak tenang bila duduk, gelisah

g. Sering mengeluh ini dan itu (keluhan-keluhan somatik), khawatir berlebihan terhadap penyakit

h. Mudah tersinggung, membesar-besarkan masalah yang kecil (dramatisasi)

i. Dalam mengambil keputusan sering diliputi rasa bimbang dan ragu j. Bila mengemukakan sesuatu atau bertanya seringkali diulang-ulang k. Apabila sedang emosi sering kali bertindak histeris.

1.4. Pengelolaan Kecemasan

Manajemen ansietas adalah serangkaian strategi dan teknik yang digunakan untuk mengelola dan mengurangi tingkat kecemasan atau ansietas yang dialami seseorang. Tujuannya adalah untuk membantu individu merasa lebih tenang, mengatasi gejala kecemasan, dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Berikut adalah beberapa komponen utama dari manajemen ansietas:

1. Teknik Pernapasan

Latihan pernapasan yang baik, seperti pernapasan dalam dan lambat, dapat

(6)

membantu meredakan ketegangan dan menenangkan sistem saraf.

2. Terapi Kognitif-Perilaku (CBT)

CBT adalah bentuk terapi yang membantu individu mengidentifikasi dan mengubah pola pikiran negatif yang menyebabkan kecemasan. Ini juga melibatkan mengganti perilaku yang tidak sehat dengan perilaku yang lebih positif.

3. Relaksasi dan Mindfulness

Meditasi, terapi music, yoga, dan latihan mindfulness membantu Anda fokus pada saat ini dan mengurangi perasaan cemas tentang masa depan.

4. Manajemen Stres

Keterampilan manajemen stres, seperti pengaturan waktu, pengelolaan konflik, dan penanganan tugas sehari-hari, dapat membantu mengurangi stres yang memicu kecemasan.

5. Aktivitas Fisik

Olahraga teratur dapat membantu mengurangi kecemasan dengan melepaskan endorfin, yang merupakan hormon perasaan baik.

6. Gaya Hidup Sehat

Memakan makanan seimbang, tidur yang cukup, dan menghindari alkohol dan narkoba dapat membantu mengurangi gejala kecemasan.

7. Pencarian Dukungan Sosial

Berbicara dengan teman, keluarga, atau anggota dukungan sosial yang lain dapat memberikan rasa dukungan dan membuat lebih tenang.

8. Obat-obatan (dalam beberapa kasus)

Dalam kasus kecemasan yang parah, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti antidepresan atau benzodiazepine.

2. Terapi Musik 2.1 Pengertian

Terapi musik merupakan intervensi keperawatan, dimana musik dijadikan sebagai media untuk aktifitas terapeutik dengan tujuan untuk memelihara, memperbaiki serta pengembangan kesehatan mental, kesehatan fisik, dan kesehatan emosi (Padila et al., 2020). Adapun praktik keperawatan berbasis bukti yang berkembang menunjukkan kemajuan dalam membantu pasien menurunkan kecemasan yaitu terapi musik (Li et al., 2020).Terapi musik mampu meningkatkan mutu dan kualitas hidup pasien kanker yang dirawat di rumah, dimana akan berdampak pada situasi fisik serta psikologi pasien yang dirawat.

(7)

Dengan intervensi ini, penurunan komsumsi obat untuk masalah kecemasan, rasa sakit serta susah tidur, mampu meningkatkan suasana hati, mengurangi ketegangan sehingga meningkatkan mutu kehidupan dan kepuasan pasien (Valero-Cantero et al., 2020). Musik memiliki efek psikologis, fisik, sosial, dan spiritual yang dapat meningkatkan dukungan perawatan serta mampu meningkatkan mood dan meningkatkan kualits hidup pasien kanker (Nuwa & Kiik, 2020). Meskipun dampak positif dari terapi musik ini masih diperdebatkan, namun hasil penelitian yang dilakukan oleh Li et al., 2020 membuktikan bahwa terapi musik efektif menurunkan kecemasan pasien kanker, di mana terapi music dan seni merupakan metode yang digunakan untuk mengelola keadaan psikologi pasien.

2.2 Jenis Terapi Musik

Dalam penerapannya, terapi musik itu dibagi menjadi dua, yaitu passive music therapy dan active music therapy (Wigram, Pedersen, & Bonde, 2002 dalam tulisan Situmorang, 2018). Dalam pemberian terapi musik pasif adalah dengan cara mengajak konseli, mendengarkan instrumen secara seksama. Berbeda dengan pemberian terapi musik aktif, disini prose pemberian terapi musik dilakukan dengan mengajak konseli untuk memainkan sebuah instrumen, bernyanyi, maupun menciptakan lagu. Dari kedua teknik ini dilakukan dapat dengan cara melalui konseling individu maupun konseling kelompok. Tentunya, hal ini yang membuat proses dalam konseling musik terapi ini lebih menyenangkan dan juga lebih menarik. Dengan mendengarkan musik secara efektif maka dapat membantu permasalahan yang dihadapi oleh anak-anak, remaja dan juga orang dewasa. Gladding, 2016 dalam tulisan Situmorang, 2017 juga mengungkapkan bahwa salah satu strategi konseling untuk mengurangi, menurunkan dan mengatasi kecemasan dan ketegangan emosi adalah berupa teknik relaksasi melalui terapi music.

2.3 Manfaat Terapi Musik

Manfaat dari terapi music secara umum untuk membuat seseorang menjadi rileks, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, melepaskan rasa gembira dan sedih, menurunkan tingkat kecemasan pasien dan melepaskan rasa sakit dan menurunkan tingkat stress.

Selain itu mengurangi kecemasan karena musik merupakan sebuah rangsangan pendengaran yang terdiri atas melodi, ritme, harmoni, bentuk dan gaya (Maulidina, 2019).

(8)

2.4 Hal Yang Harus Diperhatikan

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam terapi musik :

1. Hindari interupsi yang diakibatkan cahaya yang remang-remang dan hindari menutup gorden atau pintu dan batasi lingkungan yang tidak efektif

2. Volume suara yang keras dapat mengganggu perasaan saat pemberian terapi sehingga volume yang digunakan tidak terlalu keras

3. Usahakan klien untuk tidak menganalisa musik, dengan prinsip nikmati musik ke mana pun musik membawa.

4. Gunakan jenis musik sesuai dengan kesukaan klien terutama yang berirama lembut dan teratur. Upayakan untuk tidak menggunakan jenis musik rock and roll, disco, metal dan sejenisnya. Karena jenis musik tersebut mempunyai karakter berlawanan dengan irama jantung manusia (Potter & Perry, 2005).

(9)

2.5 Prosedur Terapi Musik

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR TERAPI MUSIK

Pengertian Terapi music adalah usaha meningkatkan kualitas fisik dan mental dengan rangsangan suara yang terdiri dari melodi, ritme, harmoni, timbre, bentuk dan gaya yang diorganisisr sedemikian rupa ingga tercipta music yang bermanfaat untuk kesehatan

Tujuan Memperbaiki kondisi fisik, emosional, kesehatan spiritual pasien, serta menurunkan rasa sakit

Peralatan 1. Tape music.radio 2. CD Musik

3. Headset/Headphone 4. Alat music yang sesuai Prosedur A. Tahap Pra Interaksi

1. Cek catatan keperawatan atau catatn medis klien (jika ada) 2. Siapkan alat – alat

3. Indentifikasi factor atau kondisi yang dapat menyebabkan kontraindikasi

4. Cuci tangan

B. Tahap Orientasi

1. Memberikan salam terapeutik 2. Mengecek identitas pasien

3. Menjelaskan tujuan dan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien

4. Menanyakan persetujuan dan kesiapan diri pasien

5. Menjaga privasi pasien dengan menutup pintu atau menutup tirai atau menutup jendela

6. Menetapkan ketertarikan pasien terhadap music 7. Identifikasi pilihan music pasien

C. Tahap Kerja

1. Batasi stimulasi eksternal seperti cahaya,suara, 2. pengunjung, panggilan telepon selama mendengarkan

(10)

music

3. Dekatkan tape music/CD dan perlengkapannya di dekat pasien

4. Pastikan Tape music/CD dan perlengkapan dalam kondisi baik

5. Dukung dengan headset/headphone jika diperlukan 6. Pilih pilihan music yang mewakili pilihan music pasien 7. Nyalakan music dan lakukan terapi music

8. Pastikan volume music sesuai, tidak terlalu keras atau kecil 9. Hindari menghidupkan music dan meninggalkannya

dalam waktu yang lama

10. Saat pasien mendengarkan music, arahkan untuk focus dan rileks

11. Setelah music berhenti/selesai, pasien dipersilahkan mengungkapkan perasaan yang muncul serta perubahan yang terjadi pada dirinya setelah mendengarkan music tersebut

D. Tahap Terminasi

1. Evaluasi respon pasien

2. Mendokumentasikan pelaksanaan tindakan keperawatan tersebut

3. Bereskan alat – alat 4. Mencuci tangan

Hasil 1. Rawat Inap Catat hasil kegiatan di dalam catatan keperawatan

2. Nama Px, Umur, Jenis kelamin, dll 3. Keluhan utama

4. Tindakan yang dilakukan (terapi musik)

(11)

Referensi

Dokumen terkait

Persyaratan Administratif meliputi Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) Dinas Pertanahan dan

Standar Operasional Prosedur (SOP) di bagian Hukum sebanyak 21 (dua puluh satu), yang meliputi Prosedur Pengelolaan Surat masuk Kepaniteraan Hukum, Prosedur

Masalah mengenai praktek kedokteran yang tidak sesuai dengan stan dar profesi dan standar prosedur operasional (standard operating procedure) atau sering juga disebut

Hasil dari penelitian ini berupa Standar Opersaional Prosedur Keamanan Server yang disesuaikan dan diatur dalam ISO 27001:2013 , Standar Operasional Prosedur

TUGAS : Menyiapkan rencana kegiatan, menyusun kebijakan pelaksanaan, kebijakan teknis dan operasional, standar dan prosedur pelaksanaan, menyusun rencana kebutuhan,

Lampiran 18 POLTEKKES KEMENKES MALANG STANDARD OPERASIONAL PROSEDUR SOP PEMERIKSAAN FISIK PADA BAYI BARU LAHIR Pengertian Serangkaian kegiatan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir

Lampiran 11 STANDAR OPERATING PROSEDUR SOP PEMERIKSAAN FISIK IBU NIFAS PROTAP PROSEDUR Pengertian Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah

Prosedur Operasional Standar SOP: Organisasi perlu merancang prosedur yang memastikan bahwa setiap kegiatan yang menggunakan energi dilakukan dengan cara yang efisien dan sesuai dengan