• Tidak ada hasil yang ditemukan

laporan - Kementerian Pertanian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "laporan - Kementerian Pertanian"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN

PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

PENERAPAN MESIN HUSKER PADA PROSES PENGGILINGAN BERAS DI KELOMPOK TANI BINA KARYA

Oleh:

MUHAMAD ALIF RAHMAN GUNANDAR NIM 07.16.20.036

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA

BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

2022

(2)

ii

HALAMAN PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

NAMA : MUHAMAD ALIF RAHMAN GUNANDAR

NIM : 07.16.20.036

PROGRAM STUDI : TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN

JUDUL PROPOSAL :PENERAPAN MESIN HUSKER PADA PROSES PENGGILINGAN BERAS DI KELOMPOK TANI BINA KARYA

Menyetujui :

Pembimbing I Pembimbing II

Dr. Mardison S., STP,, M.Si NIP. 197703282005011003

Dr. Enrico Syaefullah, STP., M.Si.

NIP. 1973040419990311002

Mengetahui : Ketua Program Studi

Dr. Mona Nur Moulia, S.TP., M.Sc NIP. 198004192005012001

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis panjatkan kepada kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I. Solawat serta salam tak lupa penulis sampaikan kehadirat tuhan Yang Maha Esa dan utusannya Nabi Muhammad SAW yang menjadi turi tauladan bagi kita semua.

Dengan segala kemampuan yang dimiliki penulis mencoba menyajikan Laporan dengan judul “Penerapan Mesin Husker pada proses Penggilingan Beras terhadap kualitas beras di kelompok tani bina karya)” untuk memenuhi persyaratan dalam pengajuan PKL I Politenik Enjiniring Pertanian Indonesia.

Berbagai ide dan pengetahuan penulis tuangkan kedalam laporan ini yang tentunya dilandasi dengan teori pendukung dan beberapa referensi dan bantuan dari pembimbing.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tak terhingga kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan proposal ini secara langsung dan tidak langsung selama pembuatan laporan PKL I ini. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Dr. Muharfiza, S.TP., M.Si. selaku Direktur Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia.

2. Ibu Dr. Mona Nur Moulia,S.TP.,M.Si Selaku Ketua Program Studi Teknologi Hasil Pertanian.

3. Bapak Dr. Mardison S,ST, M.Si selaku dosen pembimbing I Praktik Kerja Lapangan (PKL) I.

4. Bapak Dr. Enrico Syaefullah, SP., M.Si. selaku dosen pembimbing II Praktik Kerja Lapangan (PKL) I.

5. Koordinator dan Penyuluh Pertanian BPP Sepatan yang berkenan memfasilitasi penulis dalam kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I.

6. Secara khusus penyusun mengucapkan terimakasih kepada keluarga tercinta, yang telah memberikan dorongan kepada penyusun baik pada selama mengikuti perkuliahan maupun dalam penyusunan proposal ini.

7. Teman-teman di Politeknik Enjiniring Pertanian Indonesia yang telah memberikan semangat dan motivasi.

Dalam penulisan proposal ini, penulis menyadari bahwa setiap manusia memiliki keterbatasan dan kemampuan yang dimiliki, maka masih banyak

(4)

iv

kekurangan pada teknik penulisan maupun materi, oleh karena itu tentunya kritik dan saran penulis harapkan pada Laporan PKL I ini. Penulis mohon maaf atas segala kesalahan dan kekurangan yang terdapat dalam penyusunan laporan ini, penulis berharap apa yang disajikan dalam laporan ini dapat memberikan manfaat kepada pihak yang membaca dan memberikan sebuah nilai ilmu pengetahuan dan dapat dijadikan bahan referensi bagi penulis selanjutnya, dan semoga segala sesuatu yang kita lakukan dapat bernilai ibadah dan mendapat pahala di sisi-Nya. Amin.

Tangerang, 11 Juli 2022

Muhamad Alif Rahman Gunandar

(5)

v DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Tujuan ... 2

C. Manfaat ... 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 3

A. Sejarah Tanaman Padi ... 3

B. Morfologi Tanaman Padi ... 3

C. Mutu Gabah ... 4

D. Pengeringan Padi ... 5

E. Penggilingan Padi ... 6

F. Mesin Pemecah Kulit (Husker) ... 6

G. Mutu Beras ... 7

H. Menerapkan Keselamatan dan Kesehaan Kerja (K3) ... 8

BAB III METODOLOGI ... 10

A. Waktu dan Tempat ... 10

B. Materi Kegiatan ... 10

C. Rencana Pelaksanaan Kegiatan ... 12

D. Prosedur Pelaksanaan ... 15

BAB IV HASIL DAN PELAKSANAAN ... 18

A. Gambaran Umum BPP Sepatan ... 18

B. Proses Penggilingan Beras ... 20

C. Standar Operasional Prosedur (SOP) ... 20

D. Persiapan Bahan Baku ... 21

E. Proses Pemecahan Kulit (Husker) ... 22

F. Pemeliharaan Mesin Pemecah Kulit (Husker) ... 23

G. Pemisah Gabah dan Beras Pecah Kulit (Pengayak) ... 23

BAB V PENUTUP ... 25

A. Kesimpulan ... 25

B. Saran ... 26

(6)

vi

DAFTAR PUSTAKA ... 27 LAMPIRAN JURNAL HARIAN ... 28 LAMPIRAN KONSULTASI PKL 1 ... 34

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Spesifikasi persyaratan mutu gabah ... 4

Tabel 2. Spesifikasi persyaratan mutu beras ... 8

Tabel 3. Kegiatan pelaksanaan ... 10

Tabel 4. Rencana pelaksanaan PKL I ... 12

Tabel 5. Prosedur pelaksanaan PKL I ... 15

(8)

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Morfologi bunga padi ... 4

Gambar 2. Pengeringan gabah ... 5

Gambar 3. Mesin penggiling padi Yanmar model YMM20 ... 7

Gambar 4. SNI permutuan beras ... 9

Gambar 4. Rencana pelaksanaan kegiatan ... 14

Gambar 5. Gedung BPP Sepatan ... 19

Gambar 6. Struktur organisasi ... 19

Gambar 7. Proses penggilingan padi ... 20

Gambar 8. husker tipe LM-24 Yasuka ... 23

Gambar 9. Husker Yanmar HW 60 AN ... 23

Gambar 10. alat pemisah gabah dan beras pecah kulit ... 24

(9)

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal harian PKL 1... 289 Lampiran 2 Lembar Konsultasi PKL 1 ... 345

(10)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Padi merupakan tanaman penghasil beras yang banyak dibudidayakan di Indonesia, merupakan makanan sumber karbohidrat utama selain jagung dan gandum. Penanganan pascapanen padi merupakan salah satu upaya yang sangat strategis dalam rangka mendukung peningkatan produksi padi.

Konstribusi penanganan pascapanen terhadap peningkatan produksi padi dapat tercermin dari penurunan kehilangan hasil dan tercapainya mutu gabah dan beras sesuai dengan standar yang ada di Indonesia. Kebutuhan masyarakat terhadap hasil pertanian, terutama beras menjadi permasalahan utama yang harus diatasi saat ini. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi 95%

penduduk Indonesia.

Selain itu, beras juga merupakan komoditas pokok yang sterategis, sehingga produksi beras dalam negeri menjadi tolak ukur kesediaan pangan bagi Indonesia. Penggilingan gabah menjadi beras merupakan salah satu rangkaian utama penanganan pascapanen. Teknologi penggilingan sangat menentukan kualitas dan kuantitas beras yang akan dihasilkan. Penggilingan padi memiliki peran yang sangat penting dalam sistem agribisnis beras di Indonesia. Alat mesin penggilingan padi yang berkembang dimasyarakat sebelum menggunakan mesin penggilingan padi adalah alat penggilingan manual yang merupakan awal dari cara memproduki beras. Penggilingan manual adalah penggilingan dengan cara menumbuk gabah menggunakan lesung dan alu. Cara penggilingan ini berbasis gesekan antara biji dengan biji dan pembersihan dilakukan dengan cara penampian yang menggunakan nyiru. Cara penggilingan ini menghasilkan kehancuran beras sangat tinggi sehingga rendemennya rendah. Setelah beberapa dawarsa, alat penggilingan berkembang menggunakan batu sebagai pengupas gabah yakni mesin pengupas gabah tipe Engelberg.

Dibeberapa sentra penghasil produksi beras terdapat penggilingan baik kapasitas besar maupun kapasitas kecil. Investasi yang diperlukan untuk mengoprasikan mesin giling kapasitas besar cukup tinggi, sedangkan yang berkapasitas kecil relatif rendah. Berkembangnya mesin penggilingan berkapasitas kecil diharapkan dapat memperbaiki mutu dan menghasilkan rendemen yang tinggi, sehingga ketersediaan beras secara Nasional dapat dipertahankan. Kualitas dan rendemen hasil penggilingan padi sangat

(11)

2

dipengaruhi oleh prosedur penggilingan, pengoprasian mesin, umur mesin, manajemen dan perawatan mesin. Pemanfaatan mesin penggiling beras dengan hasil yang banyak setelah panen diharapkan beras yang dihasilkan berkualitas baik dengan persentase beras kepala yang tinggi. Disamping itu, penanganan penggilingan padi yang tepat dapat menekan tingkat susut hasil. Menurut Nugraha et al., (2007)

Kehilangan hasil pada tahapan penggilingan padi umunya disebabkan oleh penyetelan blower penghisap dan penghembus sekam dan bekatul.

Penyetelan yang tidak tepat dapat menyebabkan nilai rendemen giling menjadi rendah. Mesin penggilingan padi dapat dibagi dalam dua tipe yaitu (1) tipe penggilingan satu langkah (single-pass) proses pemecahan kulit dan penyosoh menyatu sekaligus, gabah masuk dari kotak pemasukan dan keluar sudah menjadi beras putih, dan (2) tipe penggilingan dua langkah (double-pass) proses penggilingan berlangsung dua tahap, yaitu proses pemecahan kulit gabah dan penyosohan dilakukan secara terpisah, gabah pecah kulit dihasilkan sebagai produk intermediate. Rendemen giling dari proses ini bias mencapai 65%. (S.

Umar, 2014) B. Tujuan

1. Mahasiswa mampu mengetahui proses penggilingan padi sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP).

2. Mahasiswa mampu mengetahui manfaat penggunaan mesin husker terhadap kualitas dan mutu beras.

3. Mahasiswa mampu mempelajari pengoprasian mesin husker

C. Manfaat

1. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa terhadap produksi penggilingan padi yang baik dan benar.

2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa pada penerapan teknologi yang digunakan pada mesin husker, terhadap kualias dan mutu beras.

3. Meningkatkan keterampilan mahasiswa pada pengoprasian mesin husker.

(12)

3 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah Tanaman Padi

Tanaman padi (Oryza sativa L.) adalah tanaman penghasil beras yang merupakan sumber karbohidrat, dan tanaman padi merupakan tanaman pangan penting yang menjadi makanan pokok lebih dari setengah penduduk dunia karena mengandung nutrisi yang diperlukan tubuh. (Poedjiadi, 1994).

Kandungan karbohidrat padi giling sebesar 78,9%, protein 6,8%, lemak 0,7%, dan lain-lain 0,6%. Indonesia sebagai negara dengan jumlah penduduk yang besar menghadapi tantangan dalam memenuhi kebutuhan pangan tersebut.

Tanaman padi pada umumnya merupakan tanaman semusim dengan empat fase pertumbuhan, yaitu fase vegetatif cepat, vegetatif lambat, reproduktif dan pemasakan. Secara garis besar, tanaman padi terbagi kedalam dua bagian yaitu bagian vegetatif dan bagian generatif, dimana malai yang terdiri dari bulir-bulir, daun dan bunga (Tiku, 2008).

Tanaman padi memerlukan unsur hara, air dan energi, unsur hara merupakan unsur terlengkap dari komposisi asam nukleat, hormon dan enzim yang berfungsi sebagai katalis dalam perombak fotosintesis atau respirasi menjadi senyawa yang lebih sederhana. Air diperoleh dari dalam tanah dan energi diperoleh dari fotosintesis dengan bantuan cahaya matahari.

B. Morfologi Tanaman Padi

Padi tergolong tanaman Gramineae yang memiliki sistem peranakan serabut. Sewaktu berkecambah, akar primer muncul bersamaan dengan akar lainnya yang disebut seminal. Selanjutnya, akar seminal akan digantikan dengan akar adventif yang tumbuh dari buku terbawah batang. Batang tanaman padi tersusun atas beberapa ruas. Pemanjangan beberapa ruas batang terjadi ketika tanaman padi memasuki fase reproduktif. Padi memiliki daun berbentuk lanset dengan urat tulang daun sejajar tertutupi oleh rambut yang halus dan pendek. Pada bagian teratas dari batang, terdapat daun bendera yang ukurannya lebih lebar dibandingkan dengan daun bagian bawah. (Makarim dan Suhartatik, 2007)

(13)

4

Bunga tanaman padi secara keseluruhan disebut malai. Tiap unit bunga pada malai dinamakan spikelet. Bunga tanaman padi terdiri atas tangkai, bakal buah, lemma, palea, putik, dan benang sari serta beberapa organ lainnya yang bersifat inferior. Tiap unit bunga pada malai terletak pada cabang-cabang bulir yang terdiri atas cabang primer dan cabang sekunder.

Tiap unit bunga padi adalah floret yang terdiri atas satu bunga. Satu bunga terdiri atas satu organ betina dan enam organ jantan. (Makarim dkk., 2007).

Gambar 1. Morfologi bunga padi C. Mutu Gabah

Mutu gabah dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti keadaan lingkungan tumbuh, budidaya, panen hingga penanganan pascapanen dan faktor genetik tanaman (Kumar et al., 2016). Menurut Mardiah et al. (2016), mutu beras dipengaruhi oleh gabungan dari karakter fisik, kimia, dan nutrisi.

Masalah utama yang sering dialami oleh petani dalam penanganan pascapanen padi adalah tingginya kehilangan hasil selama pascapanen.

Kegiatan pascapanen meliputi proses pemanenan padi, penyimpanan padi, perontokan padi, pengeringan gabah, dan penggilingan gabah hingga menjadi beras. Susut atau loses dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu susut kuantitas dan susut kualitas. Susut kuantitas disebabkan karena hasil panen banyak tercecer pada berbagai kegiatan mulai dari panen hingga pascapanen. Susut kualitas berkaitan dengan susut mutu yang diakibatkan oleh penanganan hasil panen yang kurang baik misalnya saja pada saat setelah penjemuran kadar air gabah terlalu rendah sehingga menyebabkan gabah ketika digiling menghasilkan beras menir yang relatif lebih banyak.

(14)

5 Spesifikasi persyaratan mutu gabah (Tabel 1)

No Komponen mutu Satuan mutu Rata-rata

1 2 3 4

1 Kadar air % 14.70 14.60 14.70 14.40 14.55

2 Gabah hampa/kotoran % 0.63 1.53 2.34 2.07 1.64

3 Butir hijau/mengapur % 3.94 4.45 1.38 2.72 3.12

4 Butir kuning/rusak % 2.34 3.21 44.90 7.38 4.46

5 Butir merah % 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00

6 Gabah tenggelam % 99.37 98.47 97.66 97.93 9.36

7 Berat gabah awal % 100.08 100.80 100.95 100.13 100.49 8 Beras pecah kulit % 73.45 74.36 71.89 77.47 74.29

9 Rendemen BPK % 73.39 73.77 71.21 77.37 73.94

10 Rendemen giling % 73.86 74.91 72.90 79.00 75.17 Sumber : Permutuan Fisik Gabah dan Beras Badan Standarisasi Nasional (2021)

Gabah yang baru dipanen sebaiknya harus segera dikeringkan karena masih memiliki kadar air yang tinggi. Kadar air yang tinggi mengakibatkan respirasi berjalan cepat, mengundang tumbuhnya jamur, perkecambahan maupun terjadinya reaksi pencoklatan yang dapat berdampak pada penurunan mutu gabah. Mutu gabah yang rendah menyebabkan beras hasil gilingan bermutu rendah. (Reharjo dkk., 2012) D. Pengeringan Padi

Pengeringan dengan sinar matahari atau penjemuran pada umumnya masih banyak dijumpai cara menjemur padi diatas lamporan yang terbuat dari semen, batu, tanah atau menggunakan terpal. Keuntungan cara ini adalah biaya pengeringan refalif rendah, tidak memerlukan penanganan khusus, hasil pengeringan relatif seragam. Sedangkan kerugiannya sangat tergantung pada cuaca, waktu pengeringan lebih lama, memerlukan areal yang cukup luas untuk lamporan, dan mempunyai jumlah kehilangan yang lebih besar, sedangkan pengeringan dengan menggunakan mesin pengering mempunyai keuntungan, pengeringan tidak terpengaruh dengan cuaca, waktu pengeringan lebih cepat, tidak memerlukan tempat yang luas dan kehilangan lebih sedikit.

(15)

6

Gambar 2. Pengeringan gabah

Kadar air merupakan komponen yang mempengaruhi mutu fisik beras hasil penggilingan. Pengujian kadar air gabah dilakukan untuk mengetahui kadar air yang terdapat di dalam gabah. Kadar air mempengaruhi proses penggilingan gabah karena bila kadar air terlalu tinggi, lebih dari 14%, gabah akan telalu lunak atau lembek sehingga menghasilkan beras yang patah.

Selain itu kadar air yang tinggi akan memicu kerusakan gabah akibat proses kimia, biokimia, maupun mikroba, sehingga akan menimbulkan pembusukan pada saat penyimpanan. (Fahroji dan Hendri 2016)

E. Penggilingan Padi

Karakteristik sangat perlu diketahui karena proses penggilingan padi sebenarnya mengolah fisik dari butiran padi menjadi beras putih. Butiran padi yang memiliki bentuk awal berupa Gabah Kering Giling (GKG), masih memiliki bagian-bagian yang tidak dapat dimakan, atau tidak enak dimakan sehingga perlu dipisahkan satu demi satu sampai akhirnya didapatkan beras yang enak dimakan yang disebut dengan beras sosoh atau beras putih.

Jenis-jenis varietas padi juga berpengaruh dalam proses dan efisiensi penggilingan karena terkait dengan karakteristik fisik padi itu sendiri.

Warisno (2004) mengemukakan bahwa mesin-mesin penggiling padi bila ditinjau dari konstruksinya, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu penggilingan Padi Skala Kecil (PSK), penggilingan padi sedang atau Rice Milling Unit (RMU), dan penggilingan Rice Milling Plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara ketiganya adalah pada ukuran, kapasitas, dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap, dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pecah

(16)

7

kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan. Berikut adalah tiga tipe mesin penggilingan padi skala kecil (PSK), sedang (RMU), dan besar (RMP). Warisno (2004) mengemukakan bahwa mesin-mesin penggiling padi bila ditinjau dari konstruksinya, dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu penggilingan Padi Skala Kecil (PSK), penggilingan padi sedang atau Rice Milling Unit (RMU), dan penggilingan Rice Milling Plant (RMP). Perbedaan yang mendasar antara ketiganya adalah pada ukuran, kapasitas, dan aliran bahan dalam proses penggilingan yang dilakukan. Penggilingan padi yang lengkap, dilengkapi dengan pembersih gabah sebelum masuk mesin pecah kulit, dan pengumpul dedak sebagai hasil sampingan dari proses penyosohan. Berikut adalah tiga tipe mesin penggilingan Padi Skala Kecil (PSK), sedang (RMU), dan besar (RMP).

F. Mesin Pemecah Kulit (Paddy Husker)

Mesin pemecah kulit berfungsi untuk mengupas kulit gabah. Pada mesin pecah kulit yang berkualitas baik, ratio pengupasan ditentukan antara 85–90% gabah telah terkupas dan 10 –15% gabah belum terkupas. Faktor lain yang dapat mempengaruhi ratio pengupasan adalah kualitas rol karet yang dipakai. Pada proses pemecahan kulit ini, gabah dimasukkan ke dalam mesin pemecah kulit (husker) dan kemudian sekam akan dikelupas dari gabah. Proses pemecah kulit ini biasanya dilakukan 2 kali (ulangan) ditambah 1 kali ayakan dengan alat ayakan beras pecah kulit sehingga dihasilkan Beras Pecah Kulit (BPK) atau Brown Rice. Biji beras yang dihasilkan masih memiliki lapisan kulit ari (aleurone dan pericarp). Lapisan kulit ari ini umum dikenal dengan istilah bekatul. Proses pemecah kulit berjalan baik bila butir gabah pada beras pecah kulit tidak ada. Namun bila masih banyak butir gabah harus distel kembali jarak antar rubber roll dan kecepatan putarannya. Pada prinsipnya cara kerja pengupas kulit gabah ini adalah adanya putaran dua rol yang searah dengan kecepatan yang berbeda. Karena adanya kecepatan putaran yang berbeda, sehingga menimbulkan gaya yang berbeda pula sehingga gabah akan terkelupas kulitnya. Pada proses ini sangat menentukan besar kecilnya beras utuh, karena untuk memisahkan kulit gabah harus ada gesekan. Jika dua rol diperkecil jaraknya maka banyak terdapat beras patah, namun sebaliknya jika terlalu renggang akan terdapat banyak gabah yang belum terkupas kulitnya.

(17)

8

Oleh kerena itu harus diatur jarak kedua rol karet tersebut seukuran bulir gabah sehingga seluruh gabah terkelupas dan tidak terdapat beras patah (Sandika 2006).

Gambar 3. Mesin penggiling padiYanmar model YMM20

Penggilingan gabah sangat berperan nyata dalam memajukan perberasan nasional. Mutu beras yang rendah dan harga yang fluktuatif cenderung tidak memberikan insentif kepada petani. Tingginya kebutuhan akan beras, menyebabkan kebutuhan alat mesin pertanian pun meningkat.

Mesin pengupas gabah yang banyak dipakai dewasa ini adalah tipe rol karet.

G. Mutu Beras

Ukuran beras dibedakan menjadi tiga yaitu tipe panjang (long grain), sedang (medium grain) dan pendek (short grain). Beras berukuran pendek cenderung berbentuk bulat, liat dan sukar patah. Sedangkan yang berukuran penjang berbentuk langsing dan mudah patah. Antar tipe beras pendek (< 5,5 mm) dan panjang (>6,6 mm) dapat menimbulkan pebedaan rendemen sampai 5%. Bentuk beras juga mempengaruhi perolehan beras kepala dan beras patah hasil gilingan.

(18)

9

Gambar 4. SNI permutuan beras

Berdasarkan SNI yang ada tertera SNI pemutuan beras dimana dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Butir kepala adalah butir beras dengan ukuran lebih besar 80% bagian dari butir beras utuh

2. Butir patah adalah butir beras yang ukurannya berkisar antara 20%-80%

dari bagian beras utuh

3. Butir menir adalah butir beras dengan ukuran kurang dari 20% bagian dari butir beras utuh

Tabel 2. Spesifikasi persyaratan Mutu Beras SNI 6128:2008.

No Komponen mutu Satuan Mutu

I II III IV V

1 Derajat sosoh (min) % 100 100 95 95 85

2 Kadar air (maks) % 14 14 14 14 15

3 Butir kepala (min) % 95 89 78 73 60

4 Butir patah (maks) % 5 10 20 25 35

5 Butir menir (maks) % 0 1 2 2 5

6 Butir merah (maks) % 0 1 2 3 3

7 Butir kuning/rusak (maks)

% 0 1 2 3 5

8 Butir mengapur (maks) % 0 1 2 3 5

9 Benda asing (maks) % 0 0.02 0.02 0.05 0.20 10 Butir gabah (maks) Butir/

100g

0 1 1 2 3

H. Menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

Pengertian K3 (Kesehatan dan Keselamatan Kerja) adalah secara filosofis suatu pemikiran dan upaya untuk menjamin keutuhan dan

(19)

10

kesempurnaan baik jasmani maupun rohaniah tenaga kerja pada khususnya dan manusia pada umumnya, hasiL karya dan budayanya menuju masyarakat adil dan makmur. Secara keilmuan adalah merupakan ilmu pengetahuan dan penerapannya dalam usaha mencegah kemungkinan terjadinya kecelakaan dan penyakit akibat kerja.

Umumnya di usaha penggilingan padi, K3 yang diterapkan yaitu berupa Alat Pelindung Diri (APD) yang terdiri dari pelindung kepala untuk menghindari kemungkinan terjadinya benturan hal-hal yang tidak memungkinkan yang jatuh dari atas dan akan mengenai kepala, pelindung tangan seperti sarung tangan untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak memungkinkan yang akan mengenai tangan pekerja, masker untuk melindungi dari debu dan kotoran yang mungkin mengganggu sistem pernapasan operator dan tenaga kerja, alat pelindung telinga untuk menghindari kelelahan kerja dan kerusakan fungsi telinga akibat suara bising yang timbul akibat suara mesin. (Tarwaka, 2014).

(20)

11 BAB III METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang akan dilaksanakan di Unit Pelaksana Teknis (UPT) dinas pertanian tingkat kecamatan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Sepatan dan Kelompok Tani Bina Karya JL. Raya Cirarab, Sukadiri Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangeran Provinsi Banten. Pelaksanaan PKL 1 dimulai dari tanggal 11 juli 2022 sampai dengan tanggal 5 agustus 2022.

B. Materi Kegiatan

Tabel 3. Kegiatan pelaksanaan PKL 1

No. Materi Kegiatan Rincian Kegiatan Output Kegiatan 1 Identifikasi Keadaan

dan informasi umum BPP Sepatan

- Profil, Sejarah dan perkembangan - Posisi dan denah - Tata letak (Layout) - Struktur organisasi - Tata kerja pegawai (jam kerja,shift)

Deskripsi profil BPP Sepatan

2 Identifikasi alsintan yang ada di bawah naungan BPP Sepatan

- Mengidentifikasi jenis Alsintan yang ada - Menghitung jumlah Alsintan yang ada

Informasi data jumlah Alat mesin penggiling padi.

3 Identifikasi

Pemanfaatan mesin Rice Milling Unit

- Merekap data Alsintan bantuan Pemerintah 5 tahun terakhir

- Merekap pemanfaatan mesin Rice Milling Unit oleh petani

Informasi data pemanfaatan Alsintan di lapangan

(21)

12 4 Analisis Teknis dan

perawatan mesin Rice Milling Unit oleh petani

- Mengidentifikasi

pemanfaatan mesin Rice Milling Unit terhadap petani dengan wawancara petani - Mengidentifikasi perawatan mesin penggiling padi.

Hasil analisis teknis mesin Rice Milling Unit dan Perawatan terhadap mesin Rice Milling Unit

5 Melaporkan hasil analisis kinerja mesin Rice Milling Unit di lapangan

- Membuat laporan hasil analisis ekonomi dan kinerja mesin Rice Milling Unit untuk mengolah padi.

Laporan hasil analisis dan kinerja mesin Rice Milling Unit

(22)

13 C. Rencana Pelaksanaan Kegiatan

Tabel 4. Rencana pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) 1 No Materi kegiatan Rincian kegiatan Output kegiatan 1. Kegiatan dan informasi

umum BPP serta organisasi dan manajemen SDM

a. Profil & lokasi BPP b. Struktur organisasi c. Tenaga kerja dan

kualifkasi sesuai bidangnya

Gambaran dan informasi BPP

2. Jumlah dan jenis Alsintan yang tersedia

a. Identifikasi jenis Alsintan yang ada b. Menghitung

Alsintan yang layak pakai dan tidak

Informasi jumlah dan jenis Alsintan

3. Perawatan Alsintan pasca panen

a. Percobaan operasional Alsintan b. Pembersihan

Alsintan setelah digunakan

Pengalaman

operasional dan cara merawat Alsintan

4. Pengematan mutu pada proses penggilingan beras

a. Identifikasi proses penggilingan padi b. Menganalisa cara

kerja mesin yang digunakan

Mengetahui proses mempertahankan mutu bahan pangan

5. Pelaksanaan kegiatan pertanian

a. Melakukan

pekerjaan dengan teliti sesuai K3 b. Melakukan proses

penggilingan padi dengan

menggunakan RMU

Melatih keterampilan dan menambah wawasan

(23)

14

Hasil Analisis

Kesimpulan

Selesai

Gambar 4. Diagram rencana pelaksanaan kegiatan Data Primer:

1. Wawancara 2. Data Percobaan

Data Sekunder:

1. Penelitian terdahulu 2. Literatur terdahulu 3. Spesifikasi mesin

Analisia Teknis:

1. Analisis Lokasi Produksi 2. Analisis Teknologi

mesin YangDigunakan 3. Analisis Proses

Uji Kinerja Mesin:

1. Dimensi Mesin 2. Kapasitas Mesin 3. Efisiensi Mesin 4. Efektifitas Mesin Mulai

Survei Lapangan

Rumusan Masalah

Tujuan

Pengambilan Data

Analisis Data Diagram

Alir

(24)

15 D. Prosedur Pelaksanaan

Pelaksanaan kegiatan Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang akan dilaksanakan Jln. Cirarab No. 3 Desa Sukadiri Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, adapun prosedur PKL ini yaitu : Tabel 5. Prosedur pelaksanaan PKL I

No Uraian Kegiatan Waktu

Pelaksanaan Metode Pelaksanaan 1. Survey lokasi keadaan

dan informasi umum BPP Sepatan

1 hari (11 juli 2022)

Kunjungan ke BPP

Sepatan untuk

berkoordinasi dengan koordinator penyuluh lapangan

2. Mengidentifikasi

kegiatan yang dilakukan di BPP Sepatan

1 hari (12 juli 2022)

Koordinasi dan

wawancara dengan penyuluh di BPP Sepatan 3. Mengidentifikasi

Gapoktan yang ada di wilayah BPP Sepatan

1 hari (13 juli 2022)

Koordinasi dan

wawancara dengan ketua gapoktan yang berada di wilayah BPP Sepatan 4. Mengidentifikasi Alsintan

yang ada di gapoktan

2 hari (14 juli 2022)

koordinasi dan wawancara dengan ketua gapoktan 5. Praktik operasional alsin

Husker dilapangan

8 hari (23 juli 2022)

Diskusi dan melakukan praktek langsung dengan operator alsin Husker 6. Mengolah data yang

telah dikumpulkan

4 hari (27 juli 2022)

Analisis data dari wawancara dengan operator dan mengolah data yang sudah ada terdahulu

7. Kegiatan sosial 3 hari (30 juni 2022)

Melakukan kegiatan sosial membantu kegiatan pertanian kepada masyarakat

8. Menyusun laporan 6 hari (05 agustus 2022)

Konsultasi dengan pembimbing eksternal

(25)

16 1. Metode pengumpulan data

Praktik Kerja Lapangan (PKL) I yang dilaksanakan menggunakan sumber data primer dan data sekunder yang bersifat data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari internal dan eksternal. Jenis data yang digunakan dalam PKL ini dapat dikelompokan sebagai berikut :

a) Data primer merupakan data yang bersumber langsung dari hasil pengamatan selama Praktek Kerja Lapangan dilakukan di BPP Sepatan yang merupakan hasil opini, sikap, karakteristik dari seseorang atau sekelompok orang yang melakukan kegiatan PKL.

b) Data sekunder merupakan data yang sifatnya mendukung keperluan data primer melalui literature ataupun studi pustaka yang berkaitan dengan PKL yang dilaksanakan, data sekunder bersumber dari buku, artikel, PKL terdahulu, jurnal, SNI, dan panduan manual sistem HACCP serta panduan sistem persyaratan dasar GMP.

2. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dalam PKL ini bertujuan untuk mendapatkan data yang relevan, akurat dan realible sesuai dengan apa yang diperlukan untuk kebutuhan PKL metode pengumpulan data yang digunakan dalam PKL ini sebagai berikut :

a) Observasi

Mengumpulkan data yang diperlukan dalam PKL I ini dengan cara melakukan observasi yaitu pengamatan atau melakukan pendekatan terhadap objek yang dimaksud.

b) Wawancara

wawancara dengan mengadakan tanya jawab baik secara langsung maupun tidak langsung terhadap pembimbing lapangan mengenai proses yang dilapangan.

(26)

17 BAB IV

Hasil dan Pelaksanaan

A. Gambaran umum BPP Sepatan

Balai Penyuluhan Pertanian Sepatan atau disingkat BPP Sepatan di dirikan pada tahun 1965 di Desa Sepatan Kecamatan Sepatan dengan alamat Jln. Raya Mauk km 11 Kp. Ciawi Desa Sarakan Kecamatan Sepatan.

BPP Sepatan adalah kelembagaan penyuluhan yang dibentuk oleh pemerintah untuk menjalankan fungsi-fungsi penyuluhan pertanian. Sesuai namanya, BPP bergerak di bidang pertanian dan lebih spesifiknya yaitu melakukan berbagai kegiatan penyuluhan pertanian untuk mendorong terciptanya kesejahteraan bagi petani, dan ketahanan pangan bagi masyarakat pada umumnya. Dalam melakukan kegiatannya, BPP Sepatan berada di bawah Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tangerang. Eksistensi BPP sangat ditentukan oleh kebijakan pemerintah baik oleh pusat maupun daerah. Wilayah kerja BPP Sepatan dalam melakukan kegiatan penyuluhannya mencakup 3 kecamatan di Kabupaten Tangerang yang meliputi, Kecamatan Sepatan, Kecamatan Rajeg, dan Kecamatan Mauk.

Dipimpin oleh Kepala BPP diantaranya:

1. Tahun 1965 - 1970: Yoyo Darsono, Bsc 2. Tahun 1970 - 1973: Kosim

3. Tahun 1973 - 1976: Jaenudin

4. Tahun 1976 - 1982: Maman Suwarman 5. Tahun 1982 - 1987: Eman Rachman 6. Tahun 1987 - 1991: Yayat Ruhiyat 7. Tahun 1991 - 1997: Eman Rachman

Pada Tahun 2000 Wilayah Kerja BPP Sepatan mengalami perubahan wilayah kerja yang meliputi 3 kecamatan diantaranya Kecamatan Sepatan, Kecamatan Pakuhaji dan Kecamatan Sukadiri. Dipimpin oleh Kepala BPP diantaranya :

1. Tahun 2004-2007 : Yayat

2. Tahun 2007-2008 : H. Mahmudin 3. Tahun 2008-2012 : Suwandi

Pada Tahun 2011 terjadi perubahan dimana BPP Sepatan yang pada saat itu dipimpin oleh pengelola BPP menjadi Koordinator BPP. Pada Tahun

(27)

18

tersebut juga Wilayah Kerja BPP Sepatan mengalami perubahan wilayah kerja yang meliputi 4 kecamatan diantaranya Kecamatan Sepatan, Kecamatan Sepatan Timur, Kecamatan Pakuhaji dan Kecamatan Sukadiri.

Dipimpin oleh Kepala BPP diantaranya : 1. Tahun 2012-2013 : Aman Hermansyah, SP 2. Tahun 2013-2017 : Dadang, SP

3. Tahun 2017-2018 : H. Anwar

Pada bulan Mei Tahun 2019, terjadi perubahan wilayah kerja BPP Sepatan dengan semula 4 kecamatan menjadi 3 Kecamatan, yaitu Kecamatan Sepatan, Kecamatan Sepatan Timur dan Kecamatan Sukadiri, yang dipimpin oleh Ibu Ajeng Maharani, S.TP pada tahun 2019 hingga saat ini.

Gambar 5. Gedung BPP Sepatan 1) Struktur organisasi

gambar 6. Struktur organisasi Kepala Dinas

Kepala UPTD penyuluhan pertanian

Koordinator BPP

Kelompok Jabatan fungsinal

(28)

19

2) Sarana dan Prasarana Balai Penyuluh Pertanian (BPP)

Sarana dan prasarana yang ada di BPP Sepatan terdiri dari ruang kerja penyuluh pertanian, ruang koordinator, aula, gudang, mushola, kebun percontohan, dan Sawah BPP.

B. Proses Penggilingan Beras

Gambar 7. Proses penggilingan beras

Industri Penggilingan beras Bina Karya merupakan salah satu industri yang bergerak dalam pengolahan padi menjadi beras, atau penggilingan beras.

Usaha ini merupakan usaha milik perseorangan yang telah dirikan dan dikelola oleh Bapak H. Misnan kemudian dilanjutkan oleh anaknya yang bernama ahmad kurnadi. Usaha penggilingan beras ini sudah beroperasi sejak tahun 1997 sampai dengan saat ini, yang berlokasi di Kelompok Tani Suka Karya Jln.

Cirarab No. 3 Desa Sukadiri Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang Provinsi Banten. Usaha penggilingan beras ini umumnya membeli gabah dari petani di daerah Sukadiri, Kecamatan Pakuhaji, Kecamatan Mauk, kecamatan teluk naga, Kecamatan Kronjo, lalu menjualnya dalam bentuk beras.

penggilingan beras ini juga menyediakan jasa menggiling gabah dari petani di wilayah Sukadiri dan sekitarnya. Usaha ini memiliki jumlah tenaga kerja yang bekerja di penggilingan beras, seluruhnya berjumlah 12 orang. Pekerja atau karyawan dapat ditempatkan pada beberapa jenis pekerjaan yang berbeda seperti penjemuran gabah, produksi beras, dan pengangkutan atau pengiriman beras. Pada pelaksanaan kerja di penggilingan beras umumnya menggunakan waktu kerja selama enam hari per minggu, dimulai dari hari senin sampai

(29)

20

dengan hari sabtu, dengan waktu kerja tujuh jam per hari, dan di sesuaikan oleh stok penyimpanan gabah. Usaha penggilingan beras ini terdapat fasilitas usaha seperti lantai jemur (lamporan), sebuah bangunan sederhana, sebuah mesin pecah kulit (huller), sebuah mesin pengayak, mesin penyosoh/pemutih (polisher), timbangan, mesin penjahit karung, palet dan terpal. Proses penggilingan dilakukan di dalam sebuah bangunan dengan luas 14 x 21 m dengan luas lantai jemur 14 x 16 m. Mesin penggerak berupa mesin solar 25 HP dengan merek Yanmar, dan penggantian oli filter dilakukan setiap 1 minggu jam kerja serta pengantian oli mesin dilakukan setiap Yanmar satu bulan sekali.

Mesin pemecah kulit dengan merek LM-24 YASUKA dan YANMAR HW 60 AN dengan konsumsi bahan bakar masing masing 10 liter/hari dan mesin pemoles merek Ichi N70 KUBOTA konsumsi bahan bakar 12 liter/hari. Dalam satu kali produksi penggilingan beras dapat menghasilkan 3 - 5 ton/hari, dalam pemasaran usaha ini menjual ke beberapa kios di daerah Kampung Melayu, kota bumi, kepulauan seribu, sukadiri, Pasar Tangerang, dan juga menjualnya pada Bansos (bantuan pangan non tunai).

C. Standar Operasional Prosedur (SOP)

Standar Operasional Prosedur pada penggilingan gabah di Kelompok Tani Bina Karya yaitu dimulai dari persiapan bahan baku, proses penemuran di lantai jemur, proses pemecahan kulit gabah dengan 2 kali pengulangan, proses pemisahan beras pecah kulit dengan sekam menggunakan alat separator, proses pemolesan dengan menggunakan alat Polisher dengan pengulangan sebanyak 2 kali, proses pemisahan beras utuh dan menir menggunakan alat separator, proses pengemasan dan penjahitan penyimpanan dan pengiriman jika terdapat pesanan

D. Persiapan bahan baku

Persiapan bahan baku penggilingan beras dimulai dari persiapan gabah. Gabah yang telah dipanen sebaiknya diidentifikasi jenis varietas padi, asal gabah, waktu pemanenan, dan menentukan kadar air gabah sebelum proses penggilingan dimulai. Setelah diidentifikasi dan didapatkan kadar air gabah maka gabah dikeringkan di lantai jemur (lamporan), hingga mendapatkan kadar air gabah 14%. Penundaan gabah kering panen lebih dari 2-3 minggu akan menimbulkan padi yang kuning.

Gabah yang sudah kering sebaiknya dicegah untuk tidak kehujanan karna dapat meningkatkan butir patah dan butir menir. Usahakan gabah

(30)

21

yang akan digiling adalah GKG yang baru dipanen agar tampak putih cerah dengan cita rasa yang belum berubah. Bila menggunakan gabah kering yang telah disimoan lebih dari 4 bulan atau semusim, maka penampakan beras tidak optimal (buram) dan terjadi perubahan cita rasa (tingkat kepulenan menurun).

Gabah yang telah matang dipanen pada tingkat kadar air sekitar 22%

sampai 25% basis basah. Gabah dengan kadar air diatas 22% tidak dapat langsung digiling karena kulitnya masih belum kering dan apabila dilakukan penggilingan kulit gabah sulit pecah dan terkelupas. Oleh karena itu gabah perlu dikeringkan hingga kadar airnya berkisar 14%. Sebelum dilakukan penjemuran gabah harus dirontok terlebih dulu, agar penjemuran dapat berlangsung lebih singkat dan dapat menghemat tempat penjemuran.

Perontokan dengan menggunakan alat perontok mekanis (power thresher) dapat mempercepat waktu perontokan, kemudian dilakukan penjemuran di lamporan hingga mencapai kadar air kering simpan (14%), kemudian dilakukan pembersihan. Sebelum gabah diproses untuk digiling, sebaiknya hasil pengeringan gabah diistirahatkan (tempering time) dengan cara mengangin-anginkan selama satu malam. Keesokan harinya gabah siap digiling baik untuk dikonsumsi maupun dijual.

E. Proses Pemecahan Kulit (Husker)

Proses penggilingan didahului dengan proses pengupasan kulit gabah menjadi BPK menggunakan mesin pemecah kulit (husker). Pada bagian husker memiliki rol karet yang bekerja dengan cara dua rol karet berputar berlawanan arah dengan kecepatan putar yang berbeda sehingga menimbulkan gaya gesek. Akibat gaya gesek yang ditimbulkan pada permukaan gabah diantara dua rol karet, maka kulit gabah akan terkupas.

Persentase gabah terkupas, beras patah dan beras menir tergantung pada kerapatan atau jarak (clearance) dari rubber roll dan kelenturan silinder karet ini. Silinder yang telah mengeras atau yang terlalu rapat satu sarna lain akan meningkatkan jumlah beras patah dan beras menir, sedangkan jarak kedua silinder yang terlalu renggang akan menyebabkan persentase gabah tidak terkupas meningkat. Gabah dimasukkan ke dalam mesin pemecah kulit (husker) dan kemudian sekam akan dikelupas dari gabah.

Proses pemecah kulit ini biasanya dilakukan 2 kali diikuti dengan satu kali ayakan dari alat ayakan sehingga dihasilkan beras pecah kulit atau

(31)

22

brown rice. Biji beras dihasilkan masih memiliki lapisan kulit ari (aleuron dan pericarp), dan lapisan kulit ari ini disebut bekatul. Proses pemecah kulit berjalan baik bila tidak ada butir gabah pada beras pecah kulit yang dihasilkan. Bila butir gabah masih banyak harus di setel kembali jarak (clearance) dari rol karet dan kecepatan putarya.

Kelompok Tani Bina Karya kecamatan Sukadiri memiliki 2 mesin pemecah kulit (husker) yang berfungsi untuk mempercepat proses pemisahan gabah menjadi beras pecah kulit.

Gambar 8. Husker tipe LM-24 Yasuka

Gambar 9. Husker Yanmar HW 60 AN

F. Pemeliharaan Mesin Pemecah Kulit (Husker) a. Pergantian baut patah

Pengunaan mesin pemecah kulit (Husker) pada industri beras di kelompok tani Bina Karya dilakukan setiap hari, maka dari itu perawatan mesin perlu dilakukan agar produksi tetap lancar tanpa kendala, maka dari itu perlu dilakukan pengecekan pada mesin pengupas kulit gabah maupun dengan mesin motor pengeraknya sebelum maupun sesudah digunakan.

Pengecekan yang dilakukan selama kegiatan PKL 1 yaitu pergantian baut yang patah pada motor penggerak yang digunakan sebagai tenaga penggerak mesin husker

G. Pemisah Gabah dan Beras Pecah Kulit (pengayak)

Setelah proses pemecahan kulit dan pemisahan sekam akan dihasilkan campuran beras pecah kulit dan gabah utuh. Beras pecah kulit dan gabah utuh harus dipisahkan karena memerlukan penanganan yang berbeda. Beras pecah

(32)

23

kulit akan diteruskan ke mesin penyosoh, sedangkan gabah utuh akan dikirim kembali ke mesin pemecah kulit yang digunakan. Semakin tinggi efisiensi mesin pecah kulit maka semakin tinggi beras pecah kulit yang dihasilkan, dan semakin rendah jumlah gabah utuh yang terkelupas. Kerena lebih ringan, maka butiran-butiran gabah akan terkumpul ketempat yang berbeda pada bidangg pengayak. Disamping itu, karena terdapat perbedaan ukuran, dipakai juga prinsip pemisahan dengan mengayak. Ayakan yang dipakai memiliki ukuran lubang yang dapat menahan gabah dan meloloskan yang beras pecah kulit.

Gambar 10. Alat pemisah gabah dan beras pecah kulit (separator)

(33)

24 BAB V Penutup

A. Kesimpulan

Hasil Praktek Kerja Lapangan (PKL) 1 yang dilaksanakan di Kelompok Tani Bina Karya JL. Raya Cirarab, Sukadiri Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangeran Provinsi Banten dapat disimpulkan bahwa :

1. Pengoprasian alat mesin pengupas kulit gabah (Husker) dimulai dari proses pengecekan bahan bakar dan oli mesin pengeraknya sebelum dinyalakan. Pada industri beras di Kelompok Tani Bina Karya terdapat 2 buah mesin Husker yang digunakan setiap harinya yaitu mesin Husker tipe LM-24 Yasuka, dan Husker Yanmar HW 60 AN dengan mesin tenaga penggerak berupa mesin solar 25 HP dengan tipe Yanmar dengan konsumsi bahan bajar 10 liter perhari

2. Gabah yang digiling yaitu varietas IR 42 dengan umur tanam 120 hari dan IR dengan umur tanam 90 hari.

3. Kualitas gabah yang baik dengan umur panen yang cukup dengan kandungan kadar air sebanyak 14% akan mempermudah proses penggilingan pada mesin Husker

4. Lantai jemur yang cukup luas dapat menjemur gabah dengan kandungan kadar air diatas 22% agar siap digiling dengan kandungan kadar air 14%

yang dapat mempermudah kulit gabah terkelupas saat proses pengilingan 5. Standar Operasional Prosedur pada penggilingan gabah di Kelompok

Tani Bina Karya yaitu dimulai dari 1) Persiapan bahan baku

2) Proses penemuran di lantai jemur

3) Proses pemecahan kulit gabah dengan 2 kali pengulangan

4) Proses pemisahan beras pecah kulit dengan sekam menggunakan alat separator

5) Proses pemolesan dengan menggunakan alat Polisher dengan pengulangan sebanyak 2 kali

6) Proses pemisahan beras utuh dan menir menggunakan alat separator

7) Proses pengemasan dan penjahitan

8) Penyimpanan dan pengiriman jika terdapat pesanan

(34)

25 B. Saran

Dalam proses penggilingan padi dikeompok tani Bina Karya perlu adanya penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) agar para operator dan pekerja dapat aman terhindar dari kecelakaan, serta kerusakan pendengaran pada telinga akibat kerasnya bunyi yang dikeluarkan oleh alat yang digunakan, dan terhirupnya serbuk dari hasil penggilingan gabah.

(35)

26

DAFTAR PUSTAKA

Arif, Nugraha. 2008. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perbedaan Pendapatan dan Efisiensi Produksi Pada Perusahaan Penggilingan Padi di Kabupaten Karawang. [Skripsi]. Bogor. Institut Pertanian Bogor.

Batangkaluku, BALAI BESAR PELATIHAN PERTANIAN. "Mengoperasikan Mesin Penggilingan Padi (Rice Milling Unit)."

[BSN] Badan Standarisasi Nasional. Sandar Nasional Indonesia (SNI) Standar Mutu Gabah 01-0224-1987. Jakarta.

Dwi Rezky A. 2018. “Analisa Komparasi Efisiensi Penggunaan Faktor-Faktor Produksi Penggilingan Padi Besar Dan Penggilingan Padi Kecil Di Kabupaten Bone”.[Skripsi]. Fakultas Pertanian. Agribisnis. Universitas Hasanuddin Makassar. Makassar.

Fahroji, Hendri. 2016. Kinerja Beberapa Tipe Moisture Meter dalam Penentuan Kadar Air Padi. Jurnal Lahan Suboptimal Vol. 5, No.1: 62-70 ISSN: 2302- 3015

Iswari, Kasma. 2012. Kesiapan Teknologi Panen dan Pascapanen Padi dalam Menekan Kehilangan Hasil dan Meningkatkan Mutu Beras. Jurnal Litbang Pertanian, 31 (2), 2012.

Iswanto, P.H, Akbar, A.R.M. dan Rahmi, A. 2018. Pengaruh Kadar Air Gabah Terhadap Mutu Beras Pada Varietas Padi Lokal Siam Sabah. Jtam Inovasi Agroindustri Vol. 1 no. 1 12-23

Krisbiyantoro, Joko, Joko Suryanto, and Anisum Anisum. "Proposal Penelitian Analisis Perbandingan Mutu Beras Hasil Pengeringan Dengan Alat Pengering Dan Penjemuran Langsung Di Kecamatan Kaubun Kabupaten Kutai Timur." (2019).

(36)

27

Lestari, Sri, and Fajar Kurniawan. "Pemutuan Fisik Gabah dan Beras Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI)." Agriprima: Journal of Applied Agricultural Sciences 5.2 (2021): 159-168.

Mardiah, Z., Rakhmi, A. T., Indrasari, S. D., & Kusbiantoro, B. Evaluasi Mutu Beras dalam Penentuan Pola Preferensi Konsumen terhadap Beras di Pulau Jawa.

Raharjo, Budi, Dedeh Hadiyanti, and Kgs A. Kodir. "KajianKehilangan Hasil Pada Pengeringan dan Penggilingan Padi di Lahan Pasang Surut Sumatera Selatan." Jurnal Lahan Suboptimal: Journal of Suboptimal Lands 1.1 (2012).

(37)

28 LAMPIRAN Lampiran 1 jurnal harian PKL 1

JURNAL HARIAN

PRAKIK KERJA LAPANGAN (PKL) I

POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Muhamad Alif Rahman Gunandar NIM : 07.16.20.036

Lokasi PKL : BPP Sepatan Desa Sarakan Kecamatan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten

No. Hari/

Tanggal Kegiatan

Paraf Pembimbing

Eksternal

Dokumentasi

1. Senin 11 juli 2022

1. bertemu dan berdiskusi dengan bu ajeng selaku koordinator penyuluh di BPP Sepatan mengenai kegiatan yang akan dilakukan selama PKL 1 2. mencuci traktor

3. meniram tanaman labuh madu

2. Selasa 12 juli 2022

1. membersihkan/sanitasi bpp sepatan

2. diskusi dengan ketua poktan suka karya dan survey tempat PKL 1

3. Rabu 13 juli 2022

1. ikut membantu bekerja dalam penggilingan beras 2. melakukan penggantian

terhadap baut yang patah pada mesin

3. melakukan pengiriman beras hasil pengilingan kepada konsumen

(38)

29 4. Kamis 14

juli 2022

1. Membantu dalam proses penggilingan beras

2. Membantu proses pengangkutan sekam hasil pengupasan padi

3. Mensortasi beras utuh dari beras pecah

5. Jumat 15 juli 2022

1. Membuat lubang tanam papaya

2. Membuat media

persemaian papaya 3. Menyemai benih papaya

6. Sabtu 16

juli 2022 1. Menyusun proposal PKL 1

7. Minggu 17

juli 2022 1. Menyusun proposal PKL 1

8. Senin 18 juli 2022

1. Membantu memisahkan bulir padi isi dengan bulir padi kosong

2. Menjadi operator power thresher

(39)

30 9. Selasa 19

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL 1

10. Rabu 20 juli 2022

1. Membantu proses penggilingan beras

2. Membantu proses packing beras kedalam karung

11. Kamis 21 juli 2022

1. Menyusun laporan PKL 1 2. Membantu penyuluh untuk

mendata petani yang ada di wilayah BPP Sepatan 3. Membantu menservis

Transplanter

12. Jumat 22 juli 2022

1. Membantu menservis Transplanter

13. Sabtu 23

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL

(40)

31 14. Minggu 24

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL

15. Senin 25 juli 2022

1. Monitoring persemaian jagung

2. Membuat lubang tanam jagung dan penanaman jagung

16. Selasa 26

juli 2022 1. Menyiram tanaman jagung

17. Rabu 27

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL

18. Kamis 28

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL

19. jumat 29 juli 2022

1. Mengikuti kegiatan PEPI

pengabdian pada

masyarakat di BPP Sepatan dengan judul

“optimalisasi pemanfaatan mesin tanam padi jajar legowo 2:1”

20. Sabtu 30

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL

21. Minggu 31

juli 2022 1. Menyusun laporan PKL

22.

Senin 01 agustus

2022

1. Monitoring persemaian 2. Membuat persemaian padi

baru

(41)

32 23.

Selasa 02 agustus

2022

1. Monitoring persemaian padi 2. Menyusun laporan PKL

24.

Rabu 03 agustus

2022

1. Monitoring persemaian padi

25.

Kamis 04 agustus

2022

1. Monitoring persemaian padi 2. Mengikuti kegiatan sosisalisasi ke petani dan persiapan peresmian gedung PUSKAGRO oleh bupati

3. Membantu membetulkan pompa air

26.

Jumat 05 agustus

2022

1. Monitoring persemaian padi 2. Memindahkan persemaian

kering ke sawah

3. Perpisahan dengan para penyuluh di BPP Sepatan

(42)

33

Tangerang, 5 Agustus 2022

Muhamad Alif Rahman G.

NIM. 07.16.20.036

(43)

34 Lampiran Lembar 2. Konsultasi PKL 1

LEMBAR KONSULTASI PKL 1

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN POLITEKNIK ENJINIRING PERTANIAN INDONESIA

TAHUN AKADEMIK 2021/2022

Nama : Muhamad Alif Rahman Gunandar

NIM : 07.16.20.036

Lokasi PKL : BPP Sepatan Desa Sarakan Kecamatan Kabupaten Tangerang Provinsi Banten Pembimbing Internal :1. Dr. Mardison, S.S.TP., M.Si

2. Dr. Enrico Syaefullah, SP., M.Si Pembimbing Eksternal :

No. Hari/

Tanggal Materi Konsultasi Koreksi Pembimbing Paraf Pembimbing 1. 18 juli 2022

- Judul laporan PKL - Kegiatan yang

dilakukan

Tangerang, 5 Agustus 2022

Muhamad Alif Rahman G.

NIM. 07.16.20.036

Gambar

Gambar 1. Morfologi bunga padi  C.  Mutu Gabah
Gambar 2. Pengeringan gabah
Gambar 3. Mesin penggiling padi Yanmar model YMM20
Gambar 4. SNI permutuan beras
+7

Referensi

Dokumen terkait

Standar Operasional Prosedur (SOP) ini menjelaskan tentang kegiatan pencabutan penetapan Kawasan Pabean dan/atau Tempat Penimbunan Sementara (TPS) yang dimulai sejak

Persyaratan Administratif meliputi Standar Pelayanan Publik (SPP) dan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan Survey Kepuasan Masyarakat (SKM) Dinas Pertanahan dan

Standar Operasional Prosedur (Sop) Asuhan Kebidanan Yang Diberikan Berdasarkan Kasus Teori Pembahasan Sop Dengan Kenyataan 9 Lepaskan sarung tangan ke dalam..

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) LOKET.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) CIDERA

Standar Operasional Prosedur (SOP) distribusi tenaga kesehatan di Puskesmas adalah pedoman yang berisi prosedur-prosedur operasional standar dalam

Hasil analisa data tentang pelaksanaan SOP (Standar Operasional Prosedur) perawatan kateter urine menetap pada tahap persiapan pasien menunjukkan bahwa seluruh

SOP (Standar Operasional Prosedur ) Penerimaan Bahan