• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kadar Logam Berat Timbal Pb pada Akar Ma (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kadar Logam Berat Timbal Pb pada Akar Ma (1)"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove

Avicennia marina

di Perairan Teluk Kendari

Heavy Metal Acumulattion of Lead (Pb) of Mangrove Avicennia marina Roots

in Kendari Bay

Deri *), Emiyarti **) dan La Ode Alirman Afu ***)

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK Universitas Haluoleo Kampus Hijau Bumi Tridharma Kendari 93232

e-mail : * erioder@yahoo.com, ** emiyarti@ymail.com dan ***alirmanotsudari@yahoo.co.id

Abstrak

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei-Juni 2012 dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove jenis A. marina di perairan Teluk Kendari, Sulawesi Tenggara. Penentuan stasiun pengamatan dilakukan secara purposive sampling berdasarkan lokasi atau daerah yang memiliki jenis mangrove A. marina. Parameter yang diukur meliputi parameter fisika yakni suhu, parameter kimia yaitu salinitas dan pH dan sampel air, sementara pada parameter biologi yaitu akar mangrove A. marina. Analisis logam Timbal (Pb) dilakukan di Laboratorium Balai Besar Laboratorium Kesehatan Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric). Hasil pengukuran parameter fisika-kimia perairan dari ke tiga stasiun nilai suhu tertinggi terdapat di stasiun I dengan kisaran 24-280C dan suhu terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran 22-240C. Kisaran salinitas tertinggi berada di stasiun III yaitu 5-12 ppt, diikuti dengan stasiun II dan I berturut-turut 3-10 ppt dan 3-9 ppt. Untuk pH hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran nilai dari tiap stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar antara 3-6. Selanjutnya kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina dari ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada pada stasiun III yaitu 0,007-0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kadar logam berat Timbal (Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kadar logam berat Timbal Pb pada akar A. marina telah melewati ambang batas baku mutu air laut untuk biota laut yang ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 tahun 2004 yaitu 0,008 mg/L.

Kata Kunci : Mangrove, Avicennia marina, logam timbal (Pb)

Abstract

Heavy metal accumulation of Lead (Pb) in mangrove Avicennia marina roots in Kendari bay was examined from May-June 2012. Purposive sampling was selected to determine sampling stations. Several phisyco-chemical parameters (temperature, salinity, pH, level of Pb) and biology (roots of A. marina ) were analyzed. Pb examination was conducted in Laboratory of Health of Makassar, South Sulawesi using Atomic Absorption Spectrophotometric (AAS). Results showed that the highest temperature was monitored in station I and the lowest was in station III ranging 24-280C and 22-240C respectively. The highest salinity level was found in station III that reached 5-12 ppt, followed by station II and I namely 3-10 ppt and 3-9 ppt. Moreover, pH analysis showed that there was significantly difference in which station I was 6, station II was 5-7 and station III was 3-6. Meanwhile, the highest level of Pb observal in A. marina roots was in station III reaching 0,007-0,023 mg/L followed by station II ranged 0,005–0,013 mg/L and station I with the range of 0,005–0,010 mg/L. The study revealed the level of Pb in A. marina roots exceeded the determined standard 0,008 mg/L based on Decree of Ministry of Environment No. 51 2004 to support marine biota.

Key words: Mangrove, Avicennia marina, metal lead (Pb)

Pendahuluan

Upaya pemanfaatan wilayah pesisir hingga saat ini telah menunjukkan peningkatan yang tinggi dalam rangka menunjang ekonomi negara dan kesejahteraan masyarakat. Upaya-upaya pemanfaatan ini diantaranya melalui

kegiatan pencucian kendaraan bermotor,

perdagangan, pemukiman, pembuangan sampah, jasa transportasi laut dan industri. Dilain pihak,

telah disadari bahwa beberapa daerah pesisir telah menunjukkan adanya gejala kerusakan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas manusia dalam upaya pemanfaatan sumberdaya wilayah pesisir.

Perairan pesisir merupakan salah satu dari lingkungan perairan yang banyak mendapat pengaruh dari buangan limbah, baik yang berasal dari daratan maupun di laut lepas. Kenyataannya perairan pesisir dalam menampung dan mengurai

(2)

limbah yang terbatas menimbulkan

penumpukkan limbah yang lambat laun

menimbulkan pencemaran.

Berkaitan dengan tingkat pencemaran di wilayah perairan khususnya di beberapa kawasan pesisir di Indonesia, sehingga dianggap perlu untuk melihat keterkaitan faktor penyebab timbulnya dampak terhadap kawasan tersebut. Salah satu kawasan pesisir di Indonesia adalah Teluk Kendari yang terletak di Provinsi Sulawesi Tenggara.

Teluk Kendari merupakan salah satu kawasan yang berdekatan dengan pusat kegiatan

masyarakat. Kondisi seperti ini akan

menyebabkan terjadinya ancaman di sekitar teluk. Salah satu sumber pencemaran yang

berasal dari aktivitas penduduk adalah

dihasilkannya limbah logam berat seperti Timbal (Pb), Tembaga (Cu), Raksa (Hg), Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng (Zn), Kromium (Cr), dan Nikel (Ni) yang mungkin saja telah ada disana.

Keberadaan kadar logam berat yang terlarut baik pada air laut, maupun sedimen sangat tergantung pada baik buruknya kondisi perairan tersebut. Semakin tinggi aktivitas yang terjadi disekitar perairan baik di darat maupun areal pantainya maka kadar logam berat dapat meningkat pula.

Timbal (Pb) merupakan salah satu logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan manusia serta merupakan unsur logam berat yang tidak dapat terurai oleh proses alam (Zhang., et al, 2007). Putra (2002) menambahkan, secara alamiah, Pb dapat masuk ke dalam badan perairan melalui pengkristalan diudara dengan bantuan air hujan, melalui proses modifikasi dari batuan mineral akibat hempasan gelombang dan angin. Pb yang masuk ke dalam badan perairan merupakan dampak dari aktivitas kehidupan manusia. Diantaranya adalah air buangan (limbah) dari industri yang berkaitan dengan Pb.

Mangrove merupakan salah satu

ekosistem pesisir yang mempunyai peranan penting di estuari. Ekosistem mangrove memiliki tingkat produktivitas paling tinggi dibandingkan dengan ekosistem lainnya. Secara ekologis mangrove memiliki banyak fungsi sebagai penghasil sejumlah detritus, perangkap sedimen, pelindung pantai dari hempasan gelombang air laut serta penyerap logam berat dan pestisidan yang menvemari laut.

Panjaitan (2009), mengemukakan

bahwa mangrove memiliki kemampuan dalam

menyerap bahan-bahan organik dan non organik dari lingkungannya kedalam tubuh melalui membran sel. Proses ini merupakan bentuk adaptasi mangrove terhadap kondisi

lingkungan yang ekstrim. Amin (2001),

menambahkan melalui akarnya, vegetasi ini dapat menyerap logam-logam berat yang terdapat pada sedimen maupun kolom air.

Satu diantara beberapa spesies mangrove yang memiliki kemampuan menyerap logam

berat adalah Api-api (Avicennia marina).

Rohmawati (2007), mengemukakan bahwa

pohon A. marina memiliki upaya

penanggulangan materi toksik lain diantaranya

dengan melemahkan efek racun melalui

pengenceran (dilusi), yaitu dengan menyimpan banyak air untuk mengencerkan konsentrasi logam berat dalam jaringan tubuhnya sehingga mengurangi toksisitas logam tersebut.

Berdasarkan uraian di atas, telah

dilakukan penelitian tentang Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Mangrove A. marina di Perairan Teluk Kendari.

Meningkatnya berbagai kegiatan

pembangunan berupa, pelabuhan, transportasi darat, pertanian, pemukiman, pelayaran dan penangkapan ikan di kawasan Teluk Kendari di duga dapat mempengaruhi kualitas perairannya. Limbah-limbah yang berasal dari

aktivitas manusia dan kegiatan-kegiatan

pembangunan tersebut dapat mencemari

ekosistem mangrove khususnya mangrove jenis

A. marina yang berada di Teluk Kendari.

Berdasarkan beberapa permasalahan

yang ada maka peneliti bermaksud mengkaji kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina di perairan Teluk Kendari.

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove jenis A. marina di perairan Teluk Kendari.

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi

bahan informasi bagi peneliti mengenai

kemampuan mangrove jenis A. marina dalam

meyerap logam berat, dapat memberikan

gambaran dan informasi kepada masyarakat Kota Kendari tentang kondisi perairan Teluk Kendari dan dapat dijadikan acuan bagi pemerintah dalam

melestarikan ekosistem mangrove jenis A.

(3)

Metode Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juni 2012 bertempat di perairan Teluk Kendari, Provinsi Sulawesi Tenggara. Analisis logam berat dan kualitas air dilakukan di laboratorium Balai Besar

Laboratorium Kesehatan Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan dengan menggunakan AAS (Atomic Absorption Spectrophotometric).

Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :

Tabel 1. Alat-alat yang digunakan

No Alat Satuan Kegunaan Keterangan

1 Thermometer 0C Suhu Secara Exitu

2 Handrefraktometer ppt Salinitas Secara Exitu

3 pH meter - pH air Secara Exitu

4 Botol sampel mg/L Sampel air Pb Secara Exitu

5 Pisau/parang - Akar Avicennia marina Secara Exitu

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu larutan Asam Sulfat (H2SO4

-) yang digunakan sebagai pengawet sampel air.

Kegiatan survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui gambaran umum lokasi penelitian berupa keberadaan mangrove jenis

Avicennia marina di lokasi tersebut, sehingga

lebih mudah untuk menetukan stasiun

pengamatan.

Penentuan stasiun penelitian dilakukan

secara purposive sampling, yaitu stasiun

penelitian ditentukan berdasarkan lokasi atau daerah yang memiliki jenis mangrove A. marina, penentuan stasiun pengambilan sampel di dasarkan pada karakteristik lingkungan sekitar Teluk Kendari yang dibagi ke dalam 3 stasiun pengamatan dengan karakteristik sebagai berikut:

I. Stasiun I berada di Kelurahan Korumba

yang merupakan daerah aliran Sungai Wanggu (03058’00.2” LS-122033’01.2” BT)

II. Stasiun II berada di Kelurahan

Lahundape yang berada di sekitar

Swisbell Hotel (03058’08.5” LS

-122033’01.2” BT)

III. Stasiun III berada di Kelurahan Tipulu yang merupakan daerah yang berhubungan langsung dengan perairan

Teluk Kendari (03058’48.9” LS

-122031’49.4” BT).

Pada setiap stasiun tersebut dilakukan pengambilan sampel yang meliputi parameter kualitas air. Gambar lokasi penelitian tersaji pada Gambar 1.

(4)

Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel air adalah untuk mengukur kualitas air berupa suhu, salinitas dan pH. Pengukuran dan pengamatan dilakukan secara langsung dengan melakukan 3 kali ulangan pada setiap stasiun pengamatan.

Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar dapat diketahui dengan mengambil

sampel akar mangrove A. marina dengan ukuran

diameter batang berkisar 25-30 cm, tinggi berkisar 3-5 m. Sampel akar yang diambil dari 3 titik pengambilan dikeringkan selama beberapa minggu untuk menghilangkan kadar airnya. Kemudian sampel akar dihaluskan dengan menggunakan blender, sedangkan untuk air dapat langsung dianalisis.

Sampel akar ditimbang sebanyak 5 gr kemudian dimasukkan ke dalam tanur pada suhu 450-5000C (pengabuan) selama ± 1 jam. Setelah proses pengabuan selesai selanjutnya sampel akar tersebut dilarutkan dengan menambahkan 10 ml

HNO3. Kemudian ditambahkan akuades sampai

volume menjadi 50 ml.

Larutan tersebut dipanaskan dengan

hot plate sampai mendidih dan volume berkurang 30 ml. Bila belum terjadi kabut ulangi penambahan HNO3 sebanyak 20 ml pada larutan tersebut, kemudian dipanaskan kembali hingga terjadi kabut.

Setelah terjadi kabut tambahkan kembali larutan dengan akuades sehingga volume sampel menjadi 50 ml, lalu diendapkan. Larutan yang telah diendapakan disaring fasa airnya dengan kertas saring. Larutan yang diperoleh siap

dianalisis dengan menggunakan AAS (Atomic

Absorption Spectrophotometric).

Untuk mengetahui kadar logam berat Timbal (Pb) pada air dapat diketahui dengan mengambil air dengan menggunakan botol sampel, dari setiap stasiun pengamatan dengan 3 kali ulangan.

Sampel air laut di ukur 100 ml, kemudian

di tambahkan 10 ml HNO3 pekat. Panaskan

dalam hot plate sampai volume berkurang 30 ml. Tambahkan kembali larutan dengan akuades sampai volume menjadi 100 ml, kemudian di endapkan. Larutan yang telah diendapkan disaring frasa airnya dengan kertas saring. Larutan yang diperoleh siap dianalisis dengan

menggunakan AAS (Atomic Absorption

Spectrophotometric).

Logam Timbal (Pb) ditimbang sebanyak 1 g. Kemudian dilarutkan dengan akuades dalam labu takar 1000 ml. Larutan tersebut mengandung 1000 ppm yang dinamakan larutan induk. Sebanyak 10 ml dari larutan

induk dipipet lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir. Larutan yang diperoleh mengandung kosentrasi 100 ppm. Dari larutan 100 ppm. Dari larutan 100 ppm dipipet sebanyak 10 ml lalu dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kemudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir untuk mendapatkan larutan dengan kosentrasi 10 ppm. Dibuat larutan dengan kosentrasi 10 ppm sebanyak 5 ulangan untuk mempermudah larutan standar berikutnya.

Untuk mendapatkan larutan standar dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm, berturut-turut di pipet sebanyak 2 ml, 4 ml, 6 ml, 8 ml dan 10 ml dari larutan 10 ppm lalu masing-masing dimasukkan ke dalam labu takar 100 ml kamudian ditambahkan akuades sampai garis tanda akhir.

Alat AAS diset terlebih dahulu,

kemudian dikaliberasikan dengan kurva standar dari logam Pb dengan kosentrasi 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1 ppm. Diukur absorbansi atau kosentrasi masing-masing sampel.

Analisis Data

Untuk mengetahui kosentrasi logam

berat yang sebenarnya digunakan rumus

Hutagalung dan Permana (1994) pada persamaan

(1) berikut:

K. sebenarnya =K AAS x V. p W. s

Dimana :

K. sebenarnya = Konsentrasi sebenarnya (mg/kg)

K AAS = Konsentrasi Atomic Absorption

Spectrophotometric (mg/L)

V.p = Volume pelarut (L)

W.s = Berat Sampel (mg)

Data yang diperoleh dari hasil

perhitungan selanjutnya dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif. Analisis

deskriptif digunakan untuk menjelaskan atau menggambarkan kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina.

Hasil

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

(5)

Secara gegografis Perairan Teluk Kendari di kelilingi oleh daratan Kota Kendari sebagai ibu kota Propinsi Sulawesi Tenggara yang terletak diantara 3057’50”-3059’30” LS dan

122031’50”-122036’30” BT (Pemda Kota

Kendari, 2000). Ditinjau dari segi administratif, teluk kendari mempunyai batasan wilayah sebagai berikut :

 Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan

Kendari dan Kendari Barat;

 Sebelah Timur berbatasan dengan Pulau

Bungkutoko;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan

Kecamatan Poasia dan Abeli;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Mandonga dan Kambu.

Kawasan Kota Kendari banyak dilalui sungai-sungai yang sebagian besar bermuara di perairan Teluk kendari, diantaranya Sungai Wanggu dan Sungai Kambu yang umumnya mengalir sepanjang tahun dengan debit aliran diperkirakan lebih dari 3 m3/detik (BAPPEDA Tingkat I Sulawesi Tenggara dan Universitas Haluoleo 1998 dalam Alirman, 2005).

2. Kondisi Lingkungan Perairan (Suhu Air, Salinitas dan pH Air)

a. Suhu Air

Kisaran nilai suhu dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat dilihat pada Gambar 2 berikut:

Gambar 2. Suhu pada setiap stasiun pengamatan

Kisaran nilai suhu tertinggi terdapat di stasiun I dengan kisaran 24-280C selanjutnya stasiun II dengan kisaran 23-250C dan suhu

terendah terdapat di stasiun III dengan kisaran 22-240C.

b. Salinitas

Kisaran nilai salinitas dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat di liat pada gambar 3 berikut:

Gambar 3. Salinitas pada setiap stasiun pengamatan

0 5 10 15 20 25 30

I II III

S

u

h

u

(

0C)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

0 2 4 6 8 10 12 14

I II III

S

al

ini

ta

s

(ppt

)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

(6)

c. pH Air

Kisaran Nilai pH dari tiap stasiun pengamatan di perairan Teluk Kendari dapat di lihat pada Gambar 4 berikut:

Gambar 4. pH pada setiap stasiun pengamatan

Kisaran nilai pH dari tiap stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut stasiun I yaitu

6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar antara 3-6.

3. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Air

Berdsarkan hasil analisa data tentang kadar logam berat Pb pada air di sekitar area mangrove

A. marina di peroleh hasil yang berbeda-beda

antara ketiga stasiun. Gambar 5 menunjukkan kisaran kadar logam berat Timbal (Pb) pada air.

Gambar 5. Kadar logam berat timbal (Pb) pada air

Kadar logam berat Timbal (Pb) di air pada stasiun III lebih tinggi dengan kisaran nilai

0,001x10-3-0,092x10-3 mg/L di bandingkan

stasiun I dan II dengan kisaran berturut-turut 0,001x10-3-0,001x10-3 mg/L dan 0,001x10-3 -0,052x10-3 mg/L.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

I II III

pH

A

ir

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

Sub Stasiun 2

Sub Stasiun 3

0.000 0.010 0.020 0.030 0.040 0.050 0.060 0.070 0.080 0.090 0.100

I II III

T

im

b

a

l

(P

b

)

da

la

m

a

ir

(m

g/l

x

1000)

Stasiun Pengamatan

Sub Stasiun 1

(7)

4. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Avicennia marina

Berdasarkan hasil pengukuran kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina

dengan menggunakan metode AASmenunjukkan

bahwa dari tiap stasiun memiliki kadar logam berat yang berbeda. Untuk lebih jelasnya hasil pengukuran ketiga stasiun disajikan pada Gambar 6.

Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina dari ke tiga stasiun

menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada pada stasiun III yaitu 0,007-0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kandungan logam berat Timbal (Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L.

Gambar 6. Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar A. marina

Pembahasan

1. Kondisi Lingkungan Perairan (Suhu Air, Salinitas, dan pH Air)

a. Suhu Air

Mukhtasor (2007), mengemukakan suhu

merupakan salah satu parameter untuk

mempelajari transportasi dan penyebaran polutan yang masuk ke lingkungan laut. Sementara menurut Effendi (2000), berpendapat bahwa suhu suatu badan air dipengaruhi oleh musim, lintang (latitude), ketinggian dari permukaan laut (altitude), waktu dalam satu hari, sirkulasi udara, penutupan awan, dan aliran serta kedalaman dari badan air.

Perubahan suhu berpengaruh terhadapa proses, fisika, kimia dan biologi badan air. Berdasarkan Gambar 2 Perbedaan suhu air pada tiap stasiun diakibatkan adanya perbedaan intensitas cahaya yang mengenai air ataupun di sebabkan karena jumlah vegetasi tutupan mangrove. Pada stasiun I tampak bahwa jumlah vegetasi mangrove lebih sedikit dibandingkan dengan stasiun II dan III. Selain itu tingginya suhu di stasiun I dipengaruhi oleh waktu pengambilan sampel dimana dilakukanyang dilakukan pada siang hari.

Suhu merupakan salah satu parameter untuk mempelajari transportasi dan penyebaran polutan yang masuk ke lingkungan laut. Mukhtasor (2007), menyatakan bahwa biasanya

suhu air laut berkisar antara -2 sampai 300C. Sedangkan kisaran suhu yang baik bagi

kehidupan organisme adalah 18-300C.

Berdasarkan hal tersebut, maka suhu perairan di lokasi penelitian digolongkan masih baik serta dapat mendukung kehidupan organisme yang hidup di dalamnya.

b. Salinitas

Salinitas adalah konsentrasi dari total ion yang terdapat di perairan Boyd (1988)

dalam Effendi (2000). Berdasarkan Gambar 3 kisaran salinitas tertinggi berada di stasiun III yaitu 5-12 ppt, hal ini disebabkan karena stasiun ini berada di Teluk Kendari sehingga masukkan air laut lebih besar di bandingkan dengan air tawar. Mukhtasor (2007), salinitas bertambah di permukaan laut karena evaporasi dan percampuran yang disebabkan oleh arus maupun oleh upwelling, sehingga air akan menjadi lebih kental. Sementara kisaran nilai salinitas terendah berada di stasiun I yaitu 3-9 ppt karena stasiun ini berada di kawasan perairan Sungai Wanggu. Burzynski and Zurek (2007) menambahkan nilai salinitas pada perairan pesisir sangat dipengaruhi oleh masukkan air tawar dari sungai.

Hutagalung (1991) dalam Mukhtasor

(2007), mengemukakan bahwa nilai salinitas

perairan laut dapat mempengaruhi faktor

konsentrasi logam berat yang mencemari lingkungan laut, dimana penurunan salinitas pada

perairan dapat menyebabkan tingkat

(8)

bioakumulasi logam berat pada organisme semakin meningkat.

c. pH Air

Kisaran pH air 6-8 masih dikatakan normal, sedangkan pH air tercemar seperti air buangan berbeda-beda tergantung jenis air buangannya. Perubahan keasaman pada air buangan, baik kearah alkali (pH diatas 7) maupun ke arah asam (pH dibawah 7), akan sangat mengganggu kehidupan didalam perairan tersebut. Nilai pH suatu perairan menggambarkan keseimbangan antara asam dan basa dalam air dan yang diukur adalah konsentrasi ion hidrogen.

Berdasarkan Gambar 4, hasil penelitian menunjukkan bahwa kisaran nilai pH dari tiap stasiun tidak jauh berbeda dimana berturut-turut stasiun I yaitu 6 stasiun II yaitu 5-7, dan stasiun III berkisar antara 3-6. Secara umum nilai pH di

setiap stasiun tidak jauh berbeda yang

menunjukkan bahwa perairan tersebut bersifat asam. Hal ini disebabkan karena stasiun penelitian sebagian besar adalah daerah rawa yang memiliki nilai derajat keasaman yang rendah yang kemungkinan dipengaruhi oleh banyaknya bahan organik yang meningkatkan

proses penguraian. Yan, et al., (2010)

mengemukakan bahwa penurunan pH akan menyebabkan toksisitas logam berat menjadi semakin besar dimana sebagian besar biota akuatik sensitif terhadap perubahan yang sangat mempengaruhi proses biokimiawi perairan. Namun secara umum pengukuran nilai derajat keasaman berdasarkan Kepmen LH NO. 51 tahun 2004, ke tiga stasiun penelitian tersebut masih mendukung kehidupan organisme perairan di sekitarnya.

2. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Air

Sumber timbal bisa berasal dari

kenderaan yang menggunakan bahan bakar bertimbal dan juga dari biji logam hasil pertambangan, peleburan, pabrik pembuatan timbal atau recycling industri, debu, tanah, cat, mainan, perhiasan, air minum, permen, keramik, obat tradisional dan kosmetik (Marchand, et al.,

2011).

Pencemaran laut terjadi karena laut menerima zat-zat pencemar baik yang merupakan zat padat maupun cair terutama yang dibawa oleh sungai sebagai tempat yang paling mudah membuang limbah yang akhirnya bermuara di laut. Banyaknya zat pencemar yang masuk ke laut telah melampaui daya dukungnya sehingga laut menjadi sangat kotor dan tercemar (MacFarlane, et al., 2000).

Effendi (2000), menyatakan bahan

pencemar memasuki badan air melalui berbagai cara seperti pembuangan limbah oleh industri, pertanian, domestik dan perkotaan, dan lain-lain. Palar (2004) dalam Rohmawati (2007), juga menjelaskan logam-logam lingkungan perairan umumnya berada dalam bentuk ion. Ion-ion tersebut ada yang berupa ion bebas, pasangan ion organik, ion-ion kompleks dan bentuk-bentuk ion lainnya. Umumnya logam-logam yang terdapat dalam tanah dan perairan dalam bentuk persenyawaan, seperti senyawa hidroksida, senyawa oksida, senyawa karbonat dan senyawa sulfida. Senyawa-senyawa itu sangat mudah larut dalam air.

Berdasarkan Gambar 5, hasil analisa data tentang kadar logam berat Pb pada air di sekitar area mangrove A. marina dengan menggunakan metode AAS di peroleh hasil bahwa kadar logam berat Timbal (Pb) di air pada stasiun III lebih tinggi dengan kisaran nilai

0,001x10-3-0,092x10-3 mg/L di bandingkan

stasiun I dan II dengan kisaran berturut-turut 0,001x10-3-0,001x10-3 mg/L dan 0,001x10-3 -0,052x10-3 mg/L.

Hasil analisis menunjukkan bahwa

stasiun III lebih banyak menerima masukkan limbah yang mengandung Pb. Hal ini di pengaruhi oleh aktivitas perkapalan berupa sarana transportasi dan jalur pengangkutan barang, aktivitas pemukiman juga mempengaruhi jumlah kadar logam berat di lingkungan perairan Teluk Kendari. Umumnya kandungan logam yang terukur di setiap stasiun cenderung seragam dengan variasi konsentrasi yang relatif kecil.

Emiyarti (2004), mengemukakan bahwa hal tersebut di sebabkan oleh tipe perairan di daerah penelitian adalah semi tertutup yang terlindung oleh Pulau Bungkutoko sehingga sirkulasi air yang terjadi secara vertikal akan mendistribusikan unsur logam berat secara merata di perairan.

Berdasarkan kisaran nilai yang di dapatkan dari tiap stasiun selama penelitian bila dibandingkan dengan baku mutu yang telah ditetapkan Kempen LH No. 51 Tahun 2004 baku mutu logam berat Timbal (Pb) untuk air laut yaitu sebesar 0,005 mg/L dapat dinyatakan bahwa perairan tersebut masih berada di bawah ambang batas dan masih mendukung kehidupan organisme perairan.

3. Kadar Logam Berat Timbal (Pb) pada Akar Avicennia marina

(9)

yang mampu tumbuh dan berkembang pada

daerah pasang surut pantai berlumpur

(Thampanya, et al., 2002).

Secara alami Pb di perairan bersumber dari partikel udara berupa asap kendaraan yang dibawa hujan dan secara non alami akibat aktivitas manusia berupa buangan limbah cair dan padat yang memungkinkan terlapisnya

pneumatophora dengan sampah yang akan mengakibatkan kematian pohon-pohon

mangrove (Blackmore, 2000 dalam Joyeux, et

al., 2004).

Mulyadi (2009), mengemukakan secara umum mangrove yang tumbuh di ujung sungai besar berperan sebagai penampungan terakhir bagi limbah dari aktivitas perkotaan yang terbawa aliran sungai. Limbah padat dan cair yang terlarut dalam air sungai terbawa arus menuju muara sungai dan laut lepas. Area

hutan mangrove akan menjadi daerah

penumpukan limbah, terutama jika polutan yang masuk ke dalam lingkungan estuari melampaui kemampuan pemurnian alami oleh air. Mangrove alami berperan efektif dalam melindungi pantai dari tekanan alam dan erosi.

Logam berat yang masuk ke dalam

lingkungan perairan akan mengalami

pengendapan, pengenceran dan dispersi,

kemudian diserap oleh organisme yang hidup di perairan tersebut (Defew, et al., 2004).

Berdasarkan hasil penelitian yang

dilakukan di ketahui bahwa tumbuhan Faktor konsentrasi, kemampuan tumbuhan dalam mengakumulasi ion sampai tingkat konsentrasi tertentu, bahkan dapat mencapai beberapa tingkat lebih besar dari konsentrasi ion dalam mediumnya; 2) Perbedaan kuantitatif akan kebutuhan hara yang berbeda pada tiap jenis tumbuhan.

Secara umum, logam berat untuk pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan dibagi menjadi dua yaitu logam esensial dan non esensial. Cu dan Zn merupakan logam yang termasuk esensial, sedangkan Pb merupakan logam non esensial bagi tumbuhan (Yoon, et al., 2006).

Hasil pengukuran kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina dari ke tiga stasiun menunjukkan bahwa kisaran tertinggi berada pada stasiun III yaitu

0,007-0,023 mg/L, kemudian pada stasiun II dengan kisaran 0,005-0,013 mg/L dan kandungan logam berat Timbal (Pb) terendah terdapat di stasiun I dengan kisaran 0,005-0,010 mg/L.

Pada stasiun III dan II kadar Pb lebih tinggi dibandingkan dengan kedua stasiun I. Hal

ini disebabkan karena pada stasiun ini

dipengaruhi oleh aktivitas Teluk Kendari berupa pelabuhan, industri, aktivitas pemukiman yang menjadi sumber adanya logam berat Timbal (Pb) di akar mangrove, disamping itu kondisi perairan teluk yang semi tertutup menyebabkan seluruh aktivitas daratan akan bermuara ke arah pantai.

Pohon api-api (A. marina) memiliki akar yang tumbuh dengan jarak teratur secara vertikal dari akar horizontal yang terbenam di dalam tanah (Alongi, 2008).

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa jumlah kadar logam berat Timbal (Pb) di akar dan kolom air menunjukkan perbedaan yang signifikan dimana jumlah akumulasi logam berat Timbal (Pb) pada akar mangrove A. marina lebih besar di bandingkan pada air yang berada di sekitar area mangrove. Dalam hal ini dapat di nyatakan

bahwa tumbuhan A. marina mempunyai

kemampuan dalam menyerap materi toksik di lingkungan. MacFarlane, et al., (2000), mangrove merupakan tumbuhan tingkat tinggi di kawasan pantai yang dapat berfungsi untuk menyerap bahan-bahan organik dan non-organik sehingga dapat dijadikan bioindikator logam berat. Hal ini di dukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Rohmawati (2007), menjelaskan bahwa

tumbuhan A. marina mampu mengakumulasi

logam berat. Begitu pula penelitian yang dilakukan oleh Amin (2001), juga menjelaskan

bahwa tumbuhan A. marina juga mampu

mengakumulasi logam berat Cu dan Pb pada

bagian organ akar, dan juga mampu

mengakumulasi dibagian daun, baik daun muda maupun daun tua.

Berdasarkan Kepmen LH No. 51 tahun 2004 kisaran nilai yang di dapatkan selama penelitian diketahui bahwa pencemaran logam berat Timbal Pb termasuk tingkat pencemaran polusi berat karena kandungan logam berat Pb telah melebihi ambang batas kandungan logam berat alamiah di perairan laut yaitu 0,008 mg/L.

Menurut Darmono (2001) dalam Rohmawati

(10)

kandungan logam berat dalam air dan organisme yang hidup di dalamnya sangat rendah, bahkan tidak terdeteksi.

Simpulan

1.

Kadar logam berat Timbal (Pb) pada akar

Avicennia marina di setiap stasiun penelitian secara umum telah melewati ambang batas baku mutu yang ditetapkan oleh Kepmen LH No. 51 tahun 2004 tentang baku mutu air laut untuk biota laut yaitu 0,008 mg/l.

2.

Mangrove A. marina mampu mengakumulasi logam berat Timbal (Pb) sehingga dapat

dijadikan sebagai indikator pencemaran

logam berat Timbal (Pb).

Persantunan

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada Pembimbing I Emiyarti, S.Pi, M.Si dan Pembimbing II La Ode Alirman Afu, S.Pd, M.Si serta Kepala Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Ruslaeni, M.Si, M.Pi atas bantuannya dalam menyusun dan melakukan analisis sampel penelitian.

Daftar Pustaka

Alirman, A. 2005. Pengaruh Limbah Organik

Terhadap Kualitas Perairan Teluk

Kendari Sulawesi Tenggara. Tesis

Magister. Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 111 hal. Alongi, D. M. 2008. Mangrove forests:

Resilience, Protection from Tsunamis, and Responses to Global Climate Change. Estuarine, Coastal and Shelf Science 76: 1-13

copper and cadmium on photosynthesis in cucumber cotyledons. Photosynthetica 45, 239–244.

Defew, L. H.., M.M. James, and M.G. Hector.

2004. An Assessment of Metal

Contamination in Mangrove Sediments and Leaves from Punta Mala Bay, Pacific Panama. Marine Pollution Bulletin. 50: 547-552.

Effendi, H. 2000. Telaahan Kualitas Air. Jurusan

Manajemen Sumberdaya Perairan

Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. IPB. Bogor, 258 hal.

Emiyarti. 2004. Karakteristik Fisika Kimia

Substrat dan Hubungannya dengan

Struktur Komunitas Makrozoobentos di Perairan Teluk Kendari. Tesis Pasca Sarjana. IPB. Bogor.

Fitter, A.H dan Hay, R.K.M. 1991. Fisiologi Lingkungan Tanaman. Gajah Mada Universitas Press. Yogyakarta, 286 hal. Focil Indonesia-Lestari. 2008. Cida Jaringan

Guru PKLH Kota Kendari. Sulawesi Tenggara. 2-4p.

Joyeux, J.C., E. A. C. Filho, and C. De Jesus. 2004. Trash Metal Contamination in Estusrine Fishes from Vitoria Bay, ES, Brazil. Brazilian Archieves of Biology and Technology, 47 (5) : 765-774. MacFarlane, G.R., M.D. Burchett. 2000. Cellular

Distribution of Copper, Lead and Zinc in the Grey Mangrove, Avicennia marina

(Forsk.) Vierh. Aquatic Botany 68: 45– 59.

Marchand, C., M. Allenbach, E. Lallier-Vergès, 2011. Relationships between heavy metals distribution and organic matter

cycling in mangrove sediments

(Conception Bay, New Caledonia). Geoderma, 160: 444–456.

Mukhtasor, 2007. Pencemaran Pesisir dan Laut. Pradnya Paramita. Jakarta, 322 hal. Mulyadi, E., Laksmono. R., Aprianti. D., 2009.

Fungsi Mangrove Sebagai Pengendali Pencemar Logam Berat. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan, 1:33-40.

Palar, H., 1994. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Rineka Cipta. Jakarta, 289 hal.

Panjaitan, G. Y., 2009. Akumulasi Logam Berat Tembaga (Cu) Dan Timbal (Pb) Pada

Pohon Avicennia marina Di Hutan

Mangrove. Skripsi. Departemen

Kehutanan Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara. Medan. 58 hal.

Putra, K. G. D., 2002. Petunjuk Teknis Pemantauan Kualitas Air. Undayana University Press. Denpasar, 275 hal. Rohmawati, 2007. Daya Akumulasi Tumbuhan

Avicennia marina Terhadap Logam Berat (Cu, Cd, Hg) Di Pantai Kenjeran

Surabaya. Skripsi Jurusan Biologi

Fakultas Sains Dan Biologi. Universitas Islam Negeri Malang. 53 hal.

Thampanya, U., J. E. Vermaat., J. Terrados. 2002. The Effect of Increasing Sediment Accretion on the Seedlings of Three

Common Thai Mangrove Species.

Aquatic Botany, 74: 315–325

(11)

a Common Mangrove Species in South China, with and without Cotyledons. Aquatic Botany, 92: 112–118

Yoon, J., C. Xinde, Z. Qixing , and L.Q. Ma. 2006. Accumulation of Pb, Cu, and Zn in

Native Plants Growing on a

Contaminated Florida Site. Science of the Total Environment:456-464.

Zhang, F.Q., Wang, Y.S., Lou, Z.P., Dong, J.D., 2007. Effect of heavy metal stress on

antioxidative enzymes and lipid

peroxidation in leaves and roots of two

mangrove plant seedlings (Kandelia

Gambar

Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 2. Suhu pada setiap stasiun pengamatan
Gambar 5. Kadar logam berat timbal (Pb) pada air
Gambar 6.  Kadar    logam  berat  Timbal  (Pb) pada akar mangrove A. marina dari ke tiga stasiun

Referensi

Dokumen terkait

3.1.5 Strategija razvoja Starega gradu Celje Februarja 2004 sta Turistično društvo Celje in Zavod za turizem Celeia Celje pripravila pismo o nameri s programom oživitve Starega

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran terbaru tentang praktek pengungkapan sosial yang dilakukan oleh perusahaan – perusahaan yang telah go public di

Hasil dari uji Blotter test pada benih jagung varietas lokal asal Deli Serdang, Langkat, dan Karo diperoleh bahwa pada ketiga varietas benih lokal diperoleh

bertujuan untuk mencegah terjadinya serangan patogen benih sebelum komoditas simpan disimpan di gudang. Salah satu teknik pencegahan yang bisa dilakukan adalah,

Fitur karakteristik lain dari kurva energi potensial ini adalah adanya sekunder minimum pada  jarak antarpartikel yang relatif besar. Jika minimum ini cukup mendalam

Perbedaan konsentrasi CMC berpengaruh nyata terhadap kadar air dan aktivitas air fruit leather pisang kepok merah.. Konsentrasi CMC yang semakin banyak menurunkan nilai

Berdasarkan hasil pengolahan data tentang pengaruh kompetensi kepribadian guru terhadap minat belajar siswa di kelas XI SMA Negeri 13 Bandar Lampung Tahun

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan pada tanggal 9 Januari 2020 lalu dengan Kepala Rumah Autis cabang Depok, Bapak Suyono, disebutkan bahwa