• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA DALAM TEMA 8 KELAS 4 SD Faisal Miftakhul Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA DALAM TEMA 8 KELAS 4 SD Faisal Miftakhul Islam"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING UNTUK

MENINGKATKAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR IPA DALAM TEMA 8 KELAS 4 SD

Faisal Miftakhul Islam 1) , Nyoto Harjono 2) , Gamaliel Septian Airlanda 3)

Universitas Kristen Satya Wacana

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK

URL : http://e-jurnalmitrapendidikan.com

© 2018 Kresna BIP. e-ISSN 2550-0481 p-ISSN 2614-7254

Jurnal Mitra Pendidikan (JMP Online)

Dikirim : 07 Juli 2018 Revisi pertama : 17 Juli 2018 Diterima : 18 Juli 2018 Tersedia online : 30 Juli 2018

Jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Tujuan penelitian ini meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dengan penerapan model Problem Based Learning pada muatan Ilmu Pengetahuan Alam dalam pembelajaran tematik. Data dikumpulkan dengan menggunakan soal evaluasi dan lembar observasi. Data kemampuan berpikir kritis diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dari 6 indikator kemampuan berpikir kritis dengan perolehan skor keseluruhan 31 dengan kriteria cukup kritis pada siklus I dan mengalami peningkatan perolehan skor keseluruhan 47,6 dengan kriteria kritis pada siklus II. Dari persentase keseluruhan hasil belajar pada pra siklus 27,3% meningkat pada siklus I 59% dan meningkat

kembali pada siklus II 95,5% sesuai indikator

keberhasilan. Dengan demikian hasil penelitian

menunjukkan bahwa penerapan model problem based learning mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar.

Kata Kunci : Problem Based

Learning, Berpikir Kritis, Hasil Belajar

Email : 292014225@student.uksw.edu 1), har.john59@gmail.com 2),

(2)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Pendidikan ialah salah satu aspek penting untuk manusia dalam mengarungi kehidupan dan mewujudkan perubahan, terutama dalam cara berpikir dan bertindak sebagai kegiatan pengembangan diri. Sehingga, manusia dapat menjadikan dirinya berpotensi dan berkualitas dalam bersaing di era globalisasi. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 103 Tahun 2014 tentang pembelajaran pada pendidikan dasar dan pendidikan menengah pedoman pelaksanaan pembelajaran, kurikulum 2013 menggunakan modus pembelajaran langsung (direct instructional) dan tidak langsung (indirect instructional). Pembelajaran langsung adalah pembelajaran yang mengembangkan pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan menggunakan pengetahuan peserta didik melalui interaksi langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP. Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap yang terkandung dalam Kompetensi Inti KI-1 dan Kompetensi Inti KI-2. Sekolah dasar merupakan pendidikan dengan jenjang pertama yang memiliki tujuan mengembangkan kemampuan dasar anak, seperti menulis, membaca dan berhitung dan keterampilan lainnya yang diajarkan oleh seorang guru. Siswa sekolah dasar memerlukan stimulus untuk memahami perkembangan dalam tingkat berpikir kritisnya agar siswa mampu memutuskan atau menyimpulkan tentang apa yang mereka percayai. Pendidikan diharapkan mampu membuat sumber daya manusia yang sangat siap menghadapi kemajuan zaman. Maka salah satu keterampilan yang dibutuhkan untuk menghadapi perubahan pada masa yang akan datang adalah keterampilan berpikir kritis.

Menurut Eggen (2012:115) berpikir kritis adalah kemampuan dan kecenderungan seseorang untuk membuat dan melakukan asesmen terhadap kesimpulan berdasarkan bukti. Dengan menggunakan kegiatan berpikir kritis siswa mampu meningkatkan kemampuan penguasaan dan pemahaman materi suatu pembelajaran dengan baik serta mampu memecahkan masalah yang dihadapi, mengambil keputusan dalam kehidupan dengan menarik hasil akhir kesimpulan yang baik dari suatu masalah. Menurut Harjono (2012:19) peran guru adalah mengurangi

porsi berceramah, sebaliknya mengarahkan siswa agar siswa “menemukan” bahan

sewaktu belajar bersama siswa- lainnya guna memahami bahan belajar. Belajar aktif mencakup berbagai teknik yang terdiri atas diskusi kelompok kecil, bermain peran, projek yang sudah dirancang guru serta pertanyaan yang diajukan oleh guru.

(3)

memahami,menganalisis dan memecahkan permasalahan dalam soal sehingga siswa menjawab dengan jawaban seadanya. Dampak dari permasalahan yang muncul tersebut membuat kurangnya tingkat kemampuan berpikir kritis terhadap materi yang disampaikan sehingga hasil belajar IPA rendah.

Alternatif yang dapat digunakan untuk pemecahan masalah tersebut dalam rangka meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa SDN Boto 01 adalah dengan penggunaan model pembelajaran yang dapat melibatkan siswa untuk berpikir kritis dan terlibat langsung secara aktif dalam kegiatan pembelajaran. Menurut Permendikbud No. 24 Tahun 2014 Model-model pembelajaran yang relevan dengan karakteristik Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, pembelajaran kontekstual, model pembelajaran penemuan terbimbing, problem based learning, dan model sejenis. Selanjutnya menurut Rahmadani & Anugraheni (2017:241-250) Problem Based Learning adalah pendekatan yang memakai permasalahan dunia nyata sebagai suatu kontek, sebagai rangsangan kemampuan berpikir kritis serta kemampuan pemecahan masalah siswa dalam memahami konsep dan prinsip yang esensi dari suatu mata pelajaran. Melalui model pembelajaran problem based learning ini siswa diharapkan dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran karena model ini melibatkan siswa dalam pemecahan suatu masalah..

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dlam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimanapenerapan model problem based learning untuk meningkatkan berpikir kritis siswa kelas 4 SDN Boto 01 semester II tahun ajaran 2017/2018 ?

2. Apakah peningkatan berpikir kritis menggunakan model problem based learning, dapat meningkatkan hasil belajar pada muatan IPA siswa kelas 4 SDN Boto 01 semester II tahun ajaran 2017/2018 ?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, peneliti bertujuan mengatasi permasalahan yang muncul menggunakan penelitian tindakan kelas dengan “penerapan model problem based learning untuk meningkatkan berpikir kritis dan hasil belajar IPA kelas 4 SDN

Boto 01 tahun ajaran 2017/2018”.

KAJIAN PUSTAKA

Model Pembelajaran Problem Based Learning

(4)

menggunakan masalah autentik (nyata) sebagai suatu konteks bagi siswa dalam memecahkan masalah dan berpikir kritis untuk memperoleh pengetahuan dan belajar mengambil keputusan. Masalah yang bersifat autentik menjadi starting point dalam pembelajaran PBL, sehingga mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi dan data dalam memecahkan masalah.

Menurut Dianawati, dkk (2017:5-6), ciri khas dari PBL adalah memberikan masalah nyata kepada siswa, selanjutnya masalah tersebut dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan permasalahan tersebut diselesaikan dengan sistematis. Proses penyelesaian masalah tersebut didasarkan pada data dan fakta yang jelas. Selain ciri-ciri yang khas, PBL juga memiliki karakteristik yaitu, pemberian masalah secara langsung kepada siswa untuk dicarikan jalan keluar secara individu serta mendemonstrasikan produk yang telah mereka pelajari

Kekurangan dan Kelebihan Problem Based Learning

Menurut Putra (2013:82), model pembelajaran problem based learning ini memiliki beberapa kekurangan, diantaranya adalah :

1. Bagi siswa yang malas tujuan dari metode tersebut tidak dapat dicapai; 2. Membutuhkan banyak waktu dan dana;

3. Tidak semua mapel dapat diterapkan model problem based learning. 4. Guru yang kurang menguasai model pasti dalam kesulitan kegiatannya.

Solusi dari kelemahan pembelajaran problem based learning adalah guru wajib memahami serta mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik agar terciptanya kondisi yang sesuai dengan model pembelajaran ini.

Menurut Prayogi & Asy'ari (2013:88), keuntungan yang dapat diambil dalam penerapan model ini, PBL memberikan tantangan pada siswa sehingga mereka bisa memperoleh kepuasan dengan menemukan pengetahuan baru bagi dirinya sendiri serta mengembangkan keterampilan berpikir kritis setiap siswa.

Langkah-Langkah Model Problem Based Learning

Menurut Wahyudi & Indarwati (2014), sintak model Problem Based Learning adalah a) Tahap orientasi pada masalah. Guru memberikan apersepsi kepada siswa. b) Organisasi peserta didik. Guru mengorganisasi siswa untuk menelaah masalah yang diperoleh. c) Penyelidikan individu atau kelompok. Guru membimbing siswa untuk menyelidiki permasalahan dan memecahkan persoalan yang dihadapi. d) Mengembangkan dan mengumpulkan data. Guru membantu siswa dalam mengumpulkan, mengembangkan, dan menyajikan hasil. e) Mengevaluasi data. Guru bersama siswa mereview apa yang telah dipelajari ketika pembelajaran.

Berpikir Kritis

(5)

kebenaran (truth-seeking), percaya diri dalam, penalaran (confident in reasoning), terbuka (open-minded), analitis (analytical), dan sistematis (systematic).

Indikator berpikir kritis menurut pemaparan Ennis (dalam Rusyna, 2014:110), ada 12 indikator berpikir kritis yang terangkum dalam 5 kelompok ketrampilan berpikir antara lain: (1) memberikan penjelasan yang sederhana (elementary clarification); (2) membangun keterampilan dasar (basic support); (3) menyimpulkan (inference); (4) memberikan penjelasan lanjut (advance clarification); (5) mengatur strategi dan taktik (strategies and tactics).

Hasil Belajar

Menurut Virgiana & Wasitohadi (2016:105), hasil belajar adalah besarnya skor yang diperoleh siswa melalui pengukuran proses belajar dan pengukuran hasil belajar sebagai hasil dari proses belajar. Menurut Fazriyah (2015:49), hasil belajar IPA dapat dipengaruhi oleh situasi belajar yang dilakukan oleh guru di kelas. Belajar IPA menurut esensinya mempunyai tujuan, pembelajaran IPA bertujuan untuk mengembangkan cara berpikir. Kemudian menurut Dimyati & Mudjion (2006:3), menyatakan hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar.

Hakikat Tematik Terpadu

Rusman (2012:254), mengemukakan bahwa pembelajaran tematik/terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa secara individual maupun kelompok, aktif dan menemukan konsep serta prinsip-prinsip keilmuan secara menyeluruh, bermakna dan autentik adalah pembelajaran tematik.

Tujuan Kurikulum 2013 Menurut Permendikbud no 57 Tahun 2013 yaitu untuk mempersiapkan manusia Indonesia agar memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi dan warga negara yang beriman, produktif, kreatif, inovatif, dan afektif serta mampu berkontribusi pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban dunia.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

(6)

Subjek, Waktu dan Tempat Penelitian

Subjek penelitian adalah siswa kelas 4 SDN Boto 01 dengan jumlah 22 siswa. Di sekolahan ini baru memakai kurikulum 2013 pada tahun 2017 dan hanya untuk kelas 2 dan 4. Penelitian ini diadakan bertujuan untuk mengetahui perkembangan berpikir kritis dan hasil belajar. Dalam kegiatan penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan pada bulan April 2018 di kelas 4 semester II tahun ajaran 2017/2018 di SDN Boto 01, alamat Desa Boto Dusun Krasak RT 02 RW 01 Kecamatan Bancak Kabupaten Semarang 50772 pemilihan waktu penelitian adalah di semester II yang sesuai dengan pembelajaran. Waktu pelaksanaan penelitian kurang lebihnya selama 3 bulan dan diawali dengan pembuatan proposal beserta instrumen pada bulan januari. Selanjutnya akan dilaksanakan pengumpulan data pada bulan maret yang meliputi 2 siklus yang dimana setiap siklus akan dilaksanakan 3 kali pertemuan.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian tindakan kelas ini teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian adalah dengan teknik tes dan non tes. Teknik ini bertujuan untuk mengukur kompetensi siswa kelas 4 SDN Boto 01 setelah melalui proses pembelajaran menggunakan model problem based learning. Pada teknik tes peneliti menggunakan tes tertulis yang akan dilaksanakaan pada siklus I dan siklus II. Berdasarkan nilai tes tertulis maka akan diperoleh data hasil belajar dalam bentuk data kuantitatif, yang dapat dibuat dalam bentuk table dan grafik untuk memperoleh gambaran. Tes akan diberikan kepada siswa secara individu agar diketahui kemampuan kognitifnya. Pada teknik non tes digunakan untuk mengamati proses pembelajaran dapat berupa instrumen checklist atau lembar observasi, catatan lapangan dan rekaman yang dilaksanakan pada siklus I dan siklus II yang dilakukan oleh teman sejawat dalam melakukan pengamatan proses perbaikan pembelajaran. Dari hasil pengamatan akan diperoleh data berupa data kualitatif

Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskriptif kuantitatif. Data yang akan dianalisis diperoleh berasal dari lembar observasi guru dan siswa. Berupa penjelasan atau keterangan tes yag berbentuk angka-angka selanjutnya dibandingkan dari data siklus 1 dan data siklus 2. Kemudian dilihat apakah ada perbandingan data dari kemampuan berpikir siswa dan hasil belajarnya.

(7)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Berdasarkan kondisi awal di kelas 4 SDN Boto 01 semester II tahun ajaran 2017/2018 dengan jumlah 22 siswa 14 siswa laki-laki dan 8 siswa perempuan. didapatkan data sebagai berikut: 1) siswa mengalami kesulitan dalam menganalisis suatu permasalahan, 2) siswa belum terlibat langsung dalam proses pembelajaran, 3) hasil belajar IPA pada pembelajaran tematik dalam mengerjakan soal uraian dan analisis yang membutuhkan tingkatan berpikir kritis masih sangat kurang, 4) ketika siswa mengerjakan soal siswa memberikan jawaban yang tidak sesuai dan terkesan seadanya serta belum mengaitkan dengan pengalaman siswa, dari permasalahan diatas menyebabkan berpikir kritis dan hasil belajar siswa masih sangat rendah. Kondisi awal pada penelitian ini menunjukkan berpikir kritis dan hasil belajar IPA kelas 4 SDN Boto 01 dalam pembelajaran tematik IPA masih rendah. Hal ini ditunjukkan dari hasil perolehan rata-rata nilai ulangan harian IPA kelas 4 SDN Boto 01 yang hanya memperoleh 65,9 masih jauh di bawah KKM IPA yaitu 70. Ketuntasan belajar siswa juga rendah hanya terdapat 6 siswa yang tuntas dengan persentase sebesar 27,3% dan 16 siswa yang tidak tuntas dengan persentase sebesar 72,7%. Hal ini masih jauh dari indikator keberhasilan ketuntasan yang ingin dicapai dengan persentase sebesar 80%.

Berdasarkan hasil observasi saat pembelajaran tematik terdapat kesimpulan sebagai berikut: (1) siswa kurang memperhatikan guru saat pembelajaran berlangsung, (2) ketika guru memberikan pertanyaan hanya beberapa siswa yang menanggapi, (3) tidak ada siswa yang mempertanyakn penjelasan dari materi yang disampaikan guru, (4) ketika mengerjakan soal uraian siswa kurang dalam tahapan menganlisis pertanyaan, (5) siswa selalu terburu-buru dalam mengerjakan soal serta menjawab seadanya, (6) ada beberapa siswa yang tidak fokus atau bermain sendiri saat pembelajaran, (7) tingkat hasil belajar IPA masih sangat rendah (8), ketika mengerjakan soal uraian, siswa terkesan mengerjakan soal tanpa mengidentifikasi dahulu masalah yang diberikan. Hal ini juga dapat disebabkan oleh faktor guru yang belum menggunakan model pembelajaran sehingga siswa kurang mampu berpikir kritis dan hasil belajar yang rendah. Untuk meningkatkan hasil belajar IPA dalam pembelajaran tematik maka peneliti melakukan penelitian tindakan kelas. Peneliti memilih model pembelajaran problem based learning untuk memperbaiki pembelajaran dengan harapan berpikir kritis dan hasil belajar IPA meningkat.

(8)

Siswa (LKS), kriteria penilaian, lembar observasi kemampuan berpikir kritis dan soal evaluasi sebagai salah satu perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama pembelajaran berlangsung. Sebelum memulai pelaksananaan pembelajaran, guru mempersiapkan buku guru, video pembelajaran, soal LKS, soal evaluasi, lembar observasi berpikir kritis, media pembelajaran untuk menampilkan materi pembelajaran dan kamera untuk dokumentasi pelaksanaan pembelajaran, (6) menunjuk dan melakukan komunikasi dengan pengamat yang akan memberikan refleksi berupa kekuatan dan kelemahan pembelajaran yang penulis laksanakan.

Pada pelaksanaan tindakan siklus I dan 2 baik pada pertemuan 1,2 dan 3 dilakukan dengan guru memeriksa kesiapan ruang, alat pembelajaran, dan mengecek kesiapan siswa sebelum pembelajaran dimulai. Kemudian memilih siswa untuk

memimpin berdo’a, guru membuka pelajaran dengan mengucap salam dan

memberikan yel-yel semangat, selanjutnya guru melakukan presensi untuk mengecek jumlah siswa yang datang mengikuti pembelajaran, guru melakukan apersepsi, kemudian mengaitkan tentang pembelajaran sebelumnya dan mengaitkan dengan pembelajaran yang akan disampaikan. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran. Selanjutnya, guru mengorientasi siswa pada masalah dengan penyampaian apersepsi dan tujuan pembelajaran, guru menjelaskan materi pembelajaran menggunakan LCD di depan kelas dengan materi gaya dan gerak, guru bertanya jawab dengan siswa seputar video yang telah ditampilkan. Siswa yang ingin menjawab dapat mengangkat tangan terlebih dahulu lalu menyampaikan jawabannya.

Selanjutnya guru mengajak siswa membuktikan gaya dan gerak menggunakan alat praga. Guru dan siswa yang lain melakukan pengamatan dan membuat kesimpulan dari hasil percobaan yang telah dilakukan. Guru mengecek pemahaman siswa terhadap materi yang telah disampaikan melalui video dan percobaan yang telah dilakukan. Mengorganisasi siswa untuk belajar, guru membagi siswa kedalam 4-5 kelompok yang terdiri dari 4 sampai 5 siswa. Dalam kegiatan diskusi guru akan memberikan lembar kerja siswa yang akan diskusikan dengan teman kelompok. Guru membimbing penyelidikan individual maupun kelompok selama diskusi berlangsung. Saat mengerjakan LKS terlihat kurang adanya kerjasama dengan anggota kelompoknya dan masih kurang diskusi dalam memecahkan dan menganalisis permasalahan, beberapa siswa sudah bisa membuat kesimpulan. Guru memanggil kelompok secara acak untuk mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas hal ini dilakukan untuk melatih kesiapan siswa dalam mengerjakan tugas. Guru dan kelompok yang lain mencoba menganalisis dan mengevaluasi hasil presentasi kelompok yang sedang presentasi, peneliti memotivasi siswa untuk berani memberikan tanggapannya berdasarkan hasil diskusi kelompok yang sedang presentasi. Belum terlihat siswa yang berani menyampaikan argumennya. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah setelah semua kelompok selesai maju guru memberikan feedback dari hasil diskusi semua kelompok, guru menanyakan pemahaman siswa tentang gaya dan gerak dalam kehidupan sehari-hari dilingkungan. Pada pertemuan ketiga dijadikan evaluasi untuk mengukur hasil belajar IPA pada pembelajaran tematik.

(9)

Berpikir Kritis

Data berpikir kritis siswa kelas 4 SDN Boto 01 diperoleh melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa yang terdiri dari 6 indikator berpikir kritis yang di adopsi dari beberapa ahli yaitu: (1) menganalisis argument (2) mampu bertanya (3) mampu menjawab pertanyaan (4) memecahkan masalah (5) membuat kesimpulan (6) ketrampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan. Data kemampuan berpikir kritis diperoleh dengan menjumlahkan seluruh skor dari 6 indikator kemampuan berpikir kritis. Berikut tabel 3 merupakan data hasil observasi kemampuan berpikir kritis dari siklus I dan siklus II:

Tabel 3. Data Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Siklus I dan Siklus II

No Indikator Siklus I Kriteria Siklus II Kriteria

1 Menganalisis

Argumen 28 Tidak kritis 46,5 Cukup kritis

2 Mampu bertanya 33,5 Cukup kritis 45 Cukup Kritis

3 Mampu menjawab

pertanyaan 31,5 Cukup kritis 51,5 Kritis

4 Memecahkan masalah 30 Cukup kritis 46,5 Cukup Kritis 5 Membuat Kesimpulan 31 Cukup kritis 45,5 Cukup Kritis

6

Ketrampilan

mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan

32 Cukup kritis 50,5 Kritis

7 Keseluruhan 31 Cukup Kritis 47,6 Kritis Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan tabel 3 diatas dapat dilihat data observasi kemampuan berpikir kritis siklus I dan data siklus II mengalami peningkatan disetiap indikatornya. Berikut ini data pencapaian kemampuan berpikir kritis dalam bentuk gambar 1 dibawah ini:

Gambar 1. Peningkatan Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis

(10)

Berdasarkan gambar 1 diperoleh data kemampuan berpikir kritis siswa berdasarkan hasil observasi. Pada data siklus I indikator 1 menganalisis argument diperoleh skor 28 yang tergolong kriteria “tidak kritis” kemudian data siklus II indikator 1 menganalisis argument.meningkat dengan skor 46,5 yang tergolong

kritieria “cukup kritis”. Pada data siklus I indikator 2 mampu bertanya diperoleh skor

33,5 yang tergolong pada kriteria “cukup kritis” kemudian data siklus II indikator 2

mampu bertanya meningkat dengan skor 45 yang tergolong kriteria “cukup kritis”.

Pada data siklus I indikator 3 mampu menjawab pertanyaan diperoleh skor 31,5 yang

tergolong “cukup kritis” kemudian data siklus II indikator 3 mampu menjawab

pertanyaan meningkat dengan skor 51,5 yang tergolong kriteria “kritis”. Pada data siklus I indikator 4 memecahkan masalah diperoleh skor 30 yang tergolong “cukup

kritis” kemudian data siklus II indikator 4 memecahkan masalah diperoleh skor 49,5

yang tergolong kriteria “kritis”. Pada data siklus I indikator 5 membuat kesimpulan diperoleh skor 31 yang tergolong kritieria “cukup kritis” kemudian data siklus II

indikator 5 membuat kesimpulan diperoleh skor 51,5 yang tergolong kritieria “kritis”. Pada data siklus I indikator 6 ketrampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan

diperoleh skor 32 yang tergolong “cukup kritis” kemudian data siklus II indikator 6

ketrampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan diperoleh nilai kemampuan

berpikir kritis 53 yang tergolong kriteria “kritis”. Pada Siklus I skor keseluruhan indikator berpikir kritis diperoleh skor 31 yang tergolong “cukup kritis” kemudian

pada siklus II skor keseluruhan indikator berpikir kritis diperoleh skor 47,6 yang

tergolong “kritis”.

Ketuntasan Hasil Belajar

Ketuntasan hasil belajar diperoleh dari perolehan nilai tes evaluasi yang diberikan pada setiap akhir pembelajaran dalam siklus I dan siklus II, sedangkan ketuntasan hasil belajar pra siklus diperoleh dari nilai ulangan harian tematik pada IPA. Ketuntasan hasil belajar IPA kelas 4 SDN Boto 01 dari pra siklus sampai dengan siklus II akan digambarkan pada tabel 4 berikut ini:

Tabel 4. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II

No Ketuntasan Pra Siklus Siklus I Siklus II

Frekuensi % Frekuensi % Frekuensi %

1 Tidak Tuntas 16 72,7 9 41 1 4,5

2 Tuntas 6 27,3 13 59 21 95,5

3 Rata-rata 65,9 71,8 89,6

4 Nilai Tertinggi 85 93 99

5 Nilai Terendah 50 58 68

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

(11)

menjadi 13 siswa yang memahami materi pembelajaran dengan model problem based learning. Selanjutnya dalam siklus II jumlah siswa yang tuntas 21 atau 95,5%. Selain ketuntasan belajar yang meningkat, peningkatan juga terlihat dalam rata-rata nilai maksimal dan nilai minimal. Nilai rata-rata pada pra siklus adalah 65,9 dan nilai maksimalnya 85 serta nilai minimal 50. Pada siklus I rata-rata nilai siswa adalah 71,8 dengan nilai maksimal 93 dan nilai minimal 58. Sedangkan di siklus II rata-rata nilai siswa 89,6 dengan nilai maksimal 99 dan nilai terendah 68.

Gambar 2. Diagram Perbandingan Skor Tertinggi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Boto 01

50 58

68

85 93 99

0 50 100 150

Pra Siklus Siklus I Siklus II Nilai Terendah Nilai Tertinggi

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Berdasarkan gambar 2 diagram diatas menunjukkan nilai hasil belajar IPA mengalami peningkatan. Di bawah ini adalah diagram peningkatan rata-rata pra siklus, siklus 1 dan siklus II.

Gambar 3. Diagram Peningkatan Rata-rata Pra Siklus, Siklus I dan Siklus II Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 4 SDN Boto 01

65,9 71,8

89,6

0 50 100

Pra Siklus Siklus I Siklus II Rata-rata

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

(12)

Gambar 4. Diagram Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Hasil Belajar IPA Kelas 4 SDN Boto 01

Sumber : Hasil Penelitian, diolah (2018)

Pembahasan

Berdasarkan analisis yang tersaji pada data hasil penelitian dapat diketahui bahwa pelaksanaan pembelajaran tematik muatan IPA dengan model problem based learning mampu meningkatan berpikir kritis sehingga berdampak pada meningkatnya hasil belajar IPA pada pembelajaran tematik dalam tema 8 subtema 1 dan subtema 2 pada siswa kelas 4 SDN Boto 01 semester II Tahun pelajaran 2017/2018. Keberhasilan tersebut dapat dilihat perbandingan nilai IPA pra siklus, siklus I dan siklus II.Penelitian ini dilakukan dalam 2 siklus yang terdiri pelaksanaan tindakan siklus I dan pelaksanaan tindakan siklus II.

Pada siklus I data hasil observai berpikir kritis yang dilakukan selama proses pembelajaran menunjukkan dalam melakasanakan diskusi kelompok siswa sudah mau bertanya dan menjawab pertanyaan, dapat mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan, siswa masih kesulitan menganalisis dan membuat kesimpulan, meskipun terjadi

peningkatan perolehan skor pada siklus I skor 31 dengan kriteria “cukup kritis” akan

tetapi pelaksanaan siklus I masih memiliki kekurangan.

Kemudian, peneliti menyusun rencana untuk melakukan perbaikan pada pelaksanaan siklus II. Pada siklus II, hasil lembar observasi rata-rata skor kelas sudah menunjukkan kriteria keberhasilan yang ditentukan yaitu perolehan skor keseluruhan

47,6 pada kriteria “kritis”. Dengan pemberian motivasi yang lebih baik, aktivitas siswa

menjadi meningkat dibandingkan dengan siklus I. siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja bersama kelompok dan sudah bisa berdiskusi dengan anggota kelompoknya. Suasana kelas lebih terkoordinasi karena siswa antusias dalam mengikuti pembelajaran. Siswa sudah berani mengajukan pertanyaan ketika peneliti memberikan jawaban siswa masih merasa kurang puas dan mengajukan pertanyaan kembali, menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru, dalam bekerja kelompok siswa mampu menganalisi argument dengan baik dan benar, siswa dan kelompok mampu memecahkan masalah dengan benar dan baik, siswa mampu membuat kesimpulan berdasarkan fakta, dan siswa mampu menilai dan mengevaluasi hasil pengamatan dengan baik dan benar sesuai fakta.

(13)

berpikir kritis masih sangat rendah karena dalam pembelajaran siswa belum biasa dilibatkan dalam analisis, memecahkan masalah, membuat kesimpulan, mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan, siswa belum mampu mengajukan pertanyaan dan belum berani menjawab pertanyaan dari guru, selanjutnya dalam siklus I yang tuntas bertambah menjadi 13 dengan persentase 59% siswa sedangkan siswa yang tidak tuntas 9 dengan persentase 41% siswa. Siswa sudah dapat mengidentifikasi soal dengan baik, siswa sudah mulai mengikuti kegiatan tanya jawab bersama saat pembelajaran dan mampu menganalisis saat dilibatkan dalam pembelajaran. Apabila dibandingkan dengan indikator kinerja yang ada dalam penelitian ini yaitu keberhasilan dikatakan dalam 80% siswa yang telah memenuhi nilai KKM yaitu 70, maka siklus I ini belum berhasil karena ketuntasan klasikal dibawah indikator kinerja yang ditetapkan yaitu 59%. Hal tersebut terjadi karena siswa belum terbiasa menggunakan model ini.

Dengan menggunakan kegiatan refleksi pada siklus I, maka dilakukan perencanaan untuk perbaikan di tindakan pada siklus II. Setelah tindakan siklus II terjadi peningkatan jumlah siswa yang tuntas menjadi 21 dengan persentase 95,5% siswa yang belum tuntas 1 dengan persentase 4,5% siswa. Dalam mengerjakan soal uraian dan analisis tingkatan berpikir kritis sudah baik, siswa mampu memecahkan masalah, membuat kesimpulan, mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan dari kelompok lainnya, siswa mampu mengajukan pertanyaan dan berani menjawab pertanyaan dari guru. Selain ketuntasan hasil belajar IPA, peningkatan berpikir kritis siswa juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa mulai nyaman dengan model problem based learning. Terlihat dalam kemauan dan keseriusan siswa untuk menanyakan materi apabila belum jelas, berani memberikan pendapat kepada teman atau satu kelompok maupun guru selain itu siswa juga aktif dalam mengidentifikasi video pembelajaran yang diputarkan guru.

Berdasarkan observasi dan refleksi yang dilakukan guru, pada pelaksanaan pembelajaran tema 8 subtema 1 dan subtema 2 dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning, telah sesuai dengan yang diharapkan. Sebagian besar siswa sudah menunjukkan kemampuan berpikir kritisnya dalam pembelajaran. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa siswa dapat mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran problem based learning sehingga kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar IPA berangsur-angsur mengalami peningkatan.

Penelitian yang dilakukan oleh Arief Trihandoko Saputra (2015) dalam jurnal e-jurnal inovasi pembelajaran SD volume 1 tahun 2015 yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Learning pada

Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar” menyimpulkan dalam pembelajaran

tematik dengan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Penelitian yang dilakukan oleh Riana rahmasari (2016) dalam jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar edisi 36 tahun ke-5 2016 yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA

Kelas IV SD” dapat diketahui perbandingan nilai pra siklus dan siklus I bahwa dengan

(14)

learning yang dititik utamakan pada pemberian masalah kepada siswa untuk dipecahkan dapat meningkatkan hasil belajar dan berpikir kritis siswa.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dapat ditarik kesimpulkan bahwa penerapan model problem based learning dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar pada siswa kelas 4 SDN Boto 01. Berdasarkan hasil perolehan nilai tes evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa pada muatan IPA yang dibuat dengan berpijak pada taksonomi bloom ranah C4 sampai dengan C6 dari nilai soal evaluasi menunjukkan peningkatan kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa. Peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa yang dapat dilihat melalui skor lembar observasi kemampuan berpikir kritis siswa, pada indikator 1 menganalisis argumen skor rata-rata 28 yang tergolong pada kriteria tidak kritis. Pada indikator 2 mampu bertanya skor rata-rata 33,5 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 3 mampu menjawab pertanyaan skor rata-rata 31,5 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 4 memecahkan masalah skor rata-rata 30 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 5 membuat kesimpulan skor rata-rata 31 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 6 ketrampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan skor rata-rata 32 yang tergolong pada kriteria cukup kritis.

Pada siklus II mengalami peningkatan indikator 1 menganalisis argument skor rata-rata 46,5 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 2 mampu bertanya skor rata-rata 45 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 3 mampu menjawab pertanyaan skor rata-rata 51,5 yang tergolong pada kriteria kritis. Pada indikator 4 memecahkan masalah skor rata-rata 46,5 yang tergolong pada kriteria cukup kritis. Pada indikator 5 membuat kesimpulan skor rata-rata 45,5 yang tergolong pada kriteria kritis. Pada indikator 6 ketrampilan mengevaluasi dan menilai hasil pengamatan skor rata-rata 50,5 yang tergolong pada kriteria kritis. Peningkatan berpikir kritis ini juga meningkatkan hasil belajar IPA dapat dilihat berdasarkan perolehan rata-rata nilai soal evaluasi siklus I adalah 71,8. Pada data hasil belajar siklus II nilai rata-rata soal evaluasi siswa meningkat, hal ini berdasarkan nilai rata-rata menjadi 89,6.

Saran

(15)

jawaban, 5) peneliti lain, dapat digunakan sebagai acuan kepada peneliti selanjutnya pada bidang yang sama.

DAFTAR PUSTAKA

Amin, S. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Hasil Belajar Geografi. Jurnal Pendidikan Geografi, 4 (3), 25-36.

Anindyta, P., & Suwarjo. 2014. Pengaruh Problem Based Learning Terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis dan Regulasi Diri Siswa Kelas V. Jurnal Prima Edukasia, 2 (2), 209-222.

Anugraheni, I. 2018. Meta Analisis Model Pembelajaran Problem Based Learning dalam Meningkatkan Ketrampilan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar. A Journal of Language, Literature, Culture, and Education, 14 (1), 9-18.

Christina, L. V., & Kristin, F. 2016. Efektifitas Model Pembelajaran Tipe Group Investigation (GI) dan Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dalam Meningkatkan Kreativitas Berpikir Kritis dan Hasil Belajar IPS Siswa Kelas 4. Scholaria, 6 (3), 2017-230.

Dianawati, N. L., Riastini, P. N., & Pudjawan, K. 2017. Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap Ketrampilan Berpikir Kritis IPA Siswa Kelas V SDN 01 Ungasan Kecamatan Kuta Selatan Tahun Pelajaran 2016/2017. e-journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha, 5 (2), 1-10. Dimyati, & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta. Eggen, Paul, & Don, K. 2012. Strategi dan Model Pembelajaran Mengajarkan Konten

dan Keterampilan Berpikir. Jakarta: Indeks.

Fazriyah, N. 2015. Pengaruh Model Pembelajaran dan Berpikir Kritis Terhadap Hasil

Belajar Ilmu Pengetahuan Alam Sekolah Dasar Kota Depok. Jurnal Pendidikan

Dasar, 6 (1), 48-57.

Prayogi, S., & Asy'ari, M. 2013. Implementasi Model Pembelajaran PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa. Jurnal Prisma Sains, 1 (1), 80-88.

Putra, S. R. 2013. Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains. Jakarta: Diva Press.

Putri, I. K. 2013. Pengaruh Model Pembelajaran Master terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa Kelas V SD 1 Banyubening Kecamatan Buleleng. Mimbar PGSD Volume 1 Nomor 4, 1-5.

Rahmadani, N., & Anugraheni, I. 2017. Peningkatan Aktivitas Belajar Matematika Melalui Pendekatan Problem Based Learning Bagi Siswa Kelas 4 SD. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, 7(3), 241-250.

Rahmasari , R. 2016. Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA Kelas IV SD. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 1-10.

(16)

Saputra, A. T. 2015. Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Tematik Terpadu di Sekolah Dasar. e-jurnal Inovasi Pembelajaran SD, 1, 1-16.

Virgiana, A., & Wasitohadi. 2016. Efektifitas Model Problem Based Learning Berbantu Media Audio Visual Ditinjau dari Hasil Belajar IPA Siswa Kelas 5 SDN 1 Gadu Sambong - Blora Semester 2 Tahun 2014/2015. Scholaria, 6 (2), 100-118.

Gambar

Tabel 3. Data Hasil Observasi Kemampuan Berpikir Kritis Siswa
Tabel 4. Rekapitulasi Ketuntasan Hasil Belajar IPA Pra Siklus,
Gambar 2. Diagram Perbandingan Skor Tertinggi Pra Siklus, Siklus I dan Siklus
Gambar 4. Diagram Ketuntasan dan Ketidaktuntasan Hasil Belajar IPA Kelas 4 SDN Boto 01

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan penelitian tentang efektivitas terapi kombinasi jus bayam dan tomat terhadap peningkatan kadar hemoglobin pada ibu hamil dengan anemia, diketahui

2015.. PENGARUH ELECTRONIC WORD OF MOUTH TERHADAP NIAT PEMBELIAN YANG DI MEDIASI OLEH CITRA MEREK PADA.. PRODUK LAPTOP

Dengan demikian, kondisi seseorang dapat dilihat secara komprehensif (Suharmiati, 2003). Pada bulan April tanggal 15 dan 21 serta pada bulan Mei tanggal 21 penulis melakukan

4.4 Menyelesaikan masalah kontekstual yang berkaitan dengan program linear dua variabel Menyajikan penyelesaian masalah kontekstual yang berkaitan dengan nilai

In the Sensor Configuration Menu (passcode 3032), press either ARROW key to scroll through the menu and select the channel for which you are setting the hysteresis value..

Bahwa Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi

Dan juga pada kesempatan ini penulis pun menggunakan program aplikasi tersebut untuk membuat sebuah iklan animasi sebuah produk minuman kaleng yang di kemas rapi dan di susun

Penelitan ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan: (1) gaya bunyi; (2) gaya kata; (3) gaya bahasa; (4) citraan; (5) nilai pendidikan budi pekerti yang