• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 1 Struktur Pasar dan Persaingan - BB047-30-04-2011-83d21300411-Bab-1-Struktur-pasar-dan-Persaingan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab 1 Struktur Pasar dan Persaingan - BB047-30-04-2011-83d21300411-Bab-1-Struktur-pasar-dan-Persaingan"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Bab 1 Struktur Pasar dan Persaingan

Oleh : Prof. Dr. Rina Indiastuti

Deskripsi struktur pasar didasarkan pada jumlah dan ukuran perusahaan yang terdapat pada suatu industri dalam menyediakan dan menjual suatu produk kepada pasar atau sekumpulan pembeli. Pengamatan terhadap struktur pasar dilakukan dengan mengetahui karakteristik pasar terutama tentang perilaku penjual dan pembeli ketika melakukan transaksi perdagangan. Perilaku perusahaan berkaitan dengan penetapan target penjualan, aset, dan laba, serta penetapan metode persaingan yang digunakan.

Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999, struktur pasar didefnisikan sebagai suatu keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek-aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar. Aspek-aspek tersebut antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.

Untuk mengukur perilaku perusahaan, produsen ataupun penjual, melakukan strategi bisnis untuk mencapai pertumbuhan pangsa pasar (market share). Ukuran pangsa pasar dapat digunakan untuk mengukur rasio konsentrasi dan indeks Herfndahl. Rasio konsentrasi mengukur derajat horioontal market power. Ukuran lain yang digunakan untuk mengetahui dinamika struktur pasar yaitu ada atau tidaknya hambatan masuk ke pasar (barriers to entry).

Informasi tentang market power tersebut dapat digunakan untuk mengetahui kondisi structural pasar yaitu:

 Apakah sejumlah perusahaan yang memiliki market power berpeluang melakukan kolusi atau bersaing bebas

 Adakah ada dominasi oleh satu atau beberapa perusahaan (posisi dominan)

 Adakah kesulitan bagi calon pesaing untuk bergabung masuk pasar

Bekerjanya persaingan yang efektif berdasarkan struktur pasar tertentu akan menentukan tingkat persaingan. Kategori persaingan pasar, selain ditentukan oleh tingkat market power, biasanya didasarkan atas jenis produk dan jangkauan geografs. Dalam teori mikroekonomi ada 6 kategori pasar berdasarkan tingkat persaingan yang diindikasikan oleh penguasaan pangsa pasar yaitu:

o Pure monopoly: satu perusahaan menguasai pangsa pasar 100% o Dominant frm: satu perusahaan menguasai pangsa pasar 40-99% o Tight oligopoly: empat perusahaan menguasai pangsa pasar lebih 60% o Loose oligopoly: empat perusahaan menguasai pangsa pasar kurang dari

(2)

o Monopolistic competition: banyak perusahaan bersaing dengan masing-masing memiliki market power yang tidak sama

o Pure competition: banyak perusahaan bersaing dengan masing-masing tidak memiliki market power

Dalam prakteknya, Note : 4,5,6 are categorioed as efective competition

• Model ekuilibrium Neoklasik …Competition and efciency… contoh soal kuis1

• But, competition is no longer efective

Meaning of competition

• The strength of individual consumers and producers in the market, and also the government intervention are the part of the competition.

• The indicator of competition: price, proft, innovation, entry-exit

Ukuran persaingan : CR4, HHI, indeks persaingan

Contoh: CR4 dan HHI di industri di Indonesia , cek BPS insert

Box 2 : Struktur pasar dan trend

Insert tabel

Box 2 : Persaingan industri perbankan di Indonesia

Terminologi persaingan adalah suatu konsep yang kerap digunakan dalam ilmu ekonomi untuk mengerti bagaimana pembentukan harga pasar dan keputusan penetapan harga oleh suatu perusahaan atau penjual. Pengertian persaingan mengalami perubahan sejalan dengan aplikasi ilmu ekonomi oleh kalangan perusahaan atau penjual. Pengertian pertama dari persaingan, seperti yang dijelaskan pada teori klasik, yaitu struktur pasar (market structure) khususnya pasar persaingan sempurna untuk produk identik (homogin) yang melibatkan banyak penjual dan banyak pembeli. Shepherd (1997) menyebutkan aplikasi struktur pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar persaingan (competitive market structure) yang memiliki kinerja pasar yaitu biaya murah (lower costs) dan harga rendah (lower prices).

(3)

prices), mengiklankan barang/jasa (advertise), investasi untuk R&D, dan strategi lainnya. Pada defnisi kedua ini, persaingan merupakan suatu proses dinamik dibandingkan suatu kondisi ekuilibrium statik sehingga makna persaingan bukan hanya menurunkan harga namun mencakup komponen-komponen perilaku bersaing (competitive behavior) yang dilakukan setiap perusahaan yang ingin mampu bersaing di pasar.

Pada teori klasik, aplikasi persaingan dikenali melalui terbentuknya harga pasar keseimbangan (statik) yang dicapai akibat semua perusahaan atau penjual memiliki perilaku bersaing untuk menetapkan harga jual merujuk pada harga pasar keseimbangan (lihat gambar 1). Harga pasar keseimbangan Pe menjadi acuan suatu perusahaan dalam menetapkan harga jual. Rujukan harga keseimbangan sekaligus menjadi rujukan keputusan produksi yang mencapai laba maksimum.

Gambar 1 Perusahaan pada Struktur Pasar Persaingan Sempurna

Rp Rp

A

S MC

Pe E p1 P AC B D

Q q Qc q1

Pasar Suatu perusahaan

Jika ada perusahaan yang menjual harga lebih tinggi dari Pe maka pembeli akan beralih ke perusahaan lain yang menawarkan harga Pe karena kurva permintaan sulit berubah. Perusahaan jika mungkin akan menjual dengan harga lebih rendah dari Pe untuk tujuan meningkatkan jumlah penjualan. Perusahaan yang memiliki biaya marjinal (MC) dan biaya rata-rata (AC) lebih rendah dibandingkan pesaing maka akan mampu memperoleh laba per-unit (P-AC) lebih besar dibandingkan pesaing atau akan mampu menjual lebih banyak pada harga relative murah dibandingkan pesaing. Harga keseimbangan pasar akan terjaga jika setiap perusahaan yang mempunyai kesamaan struktur MC menyesuaikan jumlah produksi untuk dijual di pasar sebesar q1 pada harga p1 atau dikenal sebagai kondisi perusahaan bekerja pada kondisi laba maksimum.

(4)

mereka harus lakukan. Pada pasar persaingan (competitive market), pesaing dan sumberdaya dapat masuk dan keluar pasar tampa hambatan.

Pada pasar persaingan sempurna, strategi efsiensi untuk menghasilkan produk dengan biaya relatif murah (lower cost) menjadi strategi yang umum dilakukan oleh perusahaan untuk bersaing atau merintis ekspansi di dalam jangka panjang. Kondisi ini yang menjadi elaborasi defnisi pertama konsep persaingan yang menjamin terwujudnya efsiensi perusahaan baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang untuk mendapatkan laba maksimum. Jika suatu perusahaan tidak mampu bekerja efsien sehingga biaya rata-rata diatas Pe maka perusahaan berpotensi untuk bangkrut atau exit dari pasar. Perusahaan yang mampu efsien di dalam jangka panjang atau bekerja pada skala ekonomis (economies of scale) akan sekaligus menciptakan hambatan (barrier) bagi perusahaan baru (new entrants) untuk masuk pasar. Asumsi yang digunakan pada kondisi ini adalah sifat produk yang homogin atau standar. Dari perspektif sosial, akibat yang ditimbulkan dari praktek persaingan pada pasar persaingan (competitive market) adalah terwujudnya efsiensi dengan indikasi harga produk relatif murah sehingga memunculkan kesejahteraan social dengan indikasi diperolehnya surplus konsumen (consumer surplus) sebesar AEPe dan surplus produsen (producer surplus) sebesar PeEB (lihat Gambar 1).

Perbesaran ukuran pasar untuk produk homogin sulit dilakukan sekalipun produksi sudah dilakukan efsien. Praktek efsiensi yang dilakukan di dalam jangka panjang yaitu yang mengarah pada economies of scope melengkapi economies of scale sehingga produk yang beredar di pasar tetap dengan harga bersaing namun semakin berkualitas dan beragam. Economies of scope yang dilakukan sejumlah perusahaan akan mampu meningkatkan permintaan pasar sehingga kondisi keseimbangan berubah dinamis. Pada defnisi inilah persaingan diartikan sebagai suatu proses dinamik merespon terhadap harga pasar yang mungkin bukan harga keseimbangan (disekuilibrium). Proses dinamik memungkinkan kondisi yang tercapai adalah serangkaian kondisi ketidakseimbangan (dynamic disequilibrium). Dari perspektif bisnis, suatu perusahaan atau penjual akan menerapkan perilaku atau action yang diharapkan berbeda dengan pesaing agar mampu bersaing untuk tujuan mempertahankan atau meningkatkan pangsa pasar (market share).

(5)

mengakibatkan terjadinya inefsiensi dan pengurangan surplus produsen akibat pengurangan jumlah produk yang terjual dan pengurangan surplus konsumen karena harus membayar dengan harga lebih mahal. Kenaikan harga lebih tinggi dapat dihindarkan pada periode 2 jika sudah diaplikasikan perbaikan teknologi dalam rangka economies of scale atau yang terjadi adalah penurunan harga sekaligus peningkatan output. Total surplus yang terjadi pada periode 2 lebih besar dibandingkan periode 1 akibat penekanan biaya produksi sekaligus peningkatan jumlah produksi. Penyesuaian yang dilakukan antara periode 1 dan periode 2 mencerminkan terjadinya efsiensi dinamis (dynamic efciency).

Praktek efsiensi dinamis yang populer adalah inovasi produk TV hitam putih menjadi TV berwarna. Diasumsikan MC perusahaan pada periode 2 sama dengan competitive market supply pada periode 1. Produksi TV berwarna hasil dari economies of scope akan mampu meningkatkan ukuran pasar dan willingness to pay sehingga kurva demand bergeser ke kanan. Peningkatan willingness to pay terjadi akibat kesuksesan pencapaian efsiensi di level industri dan makro pada periode 1 yang efek tetesnya pada peningkatan daya beli konsumen. Peningkatan daya beli masyarakat sebagai efek dari ekspansi perusahaan yang direalisasikan dengan meningkatkan penggunaan input termasuk input tenaga kerja. Peningkatan penggunaan input secara agregat akan menurunkan tingkat pengangguran sekaligus meningkatkan pendapatan masyarakat dan efeknya pada perbesaran ukuran pasar dan kesediaan membayar dengan harga lebih tinggi untuk produk yang semakin berkualitas.

Secara struktur pasar, aplikasi pasar persaingan sempurna yang terjadi pada periode 1 berubah menjadi pasar persaingan tidak sempurna (imperfect market competition) dengan bentuk yang paling banyak ditemui adalah struktur pasar persaingan monopolistik (dimisalkan terjadi pada periode 2). Perusahaan yang menghadapi struktur pasar persaingan monopolistic memiliki kesempatan efsiensi dan menumbuhkan output melalui praktek economies of scope pada periode transisi antara periode 1 dan periode 2. Peningkatan ragam produk yang disertai efsiensi akan meningkatkan surplus masyarakat (social surplus) sekaligus peningkatan penggunaan input (employment). Walaupun praktek pasar persaingan monopolistik memungkinkan munculnya dominasi satu atau beberapa perusahaan namun efek negatif praktek monopoli berupa welfare loss dapat dikendalikan melalui kebijakan persaingan, seperti di Indonesia mempunyai UU No 5 tahun 1999.

(6)

sudah tidak memiliki nilai tambah. Kualitas persaingan tersebut yang disertai oleh promosi penjualan akan mengakibatkan harga pasar keseimbangan sebagai hasil interaksi penawaran dan permintaan akan menjadi akan sulit ditentukan bahkan perusahaan dominan dapat mendikte permintaan karena memiliki kekuatan menguasai pasar (market power). Perusahaan melalui mekanisme persaingan dinamis akan bekerja efsien dan inovatif untuk menjamin keunggulan kualitas dan pertumbuhan margin (laba) sehingga perusahaan dan industri mampu tumbuh progresif di dalam jangka panjang yang selanjutnya memunculkan keunggulan bersaing (competitive advantage), yaitu kemampuan untuk menawarkan kualitas superior untuk tingkat harga yang sama, atau menawarkan kualitas yang sama pada tingkat harga lebih murah.

Pada gambar 2, output industry tumbuh dari Qc menjadi Q’. Harga rata-rata pasar walaupun meningkat sebagai konsekuensi dari produk semakin berkualitas dan beragam, namun surplus konsumen bertambah. Penambahan surplus produsen lebih besar dibandingkan penambahan surplus konsumen sehingga dapat dimengerti bahwa laba perusahaan juga meningkat. Perusahaan X yang melakukan perbaikan kualitas dan diferensiasi produk yang menghadapi pasar persaingan monopolistik dapat sukses mencapai keunggulan bersaing sekaligus membukukan pertumbuhan laba karena hasil praktek efsiensi sehingga mampu menghasilkan output lebih banyak (q1) namun juga mampu menawarkan harganya dibawah harga rata-rata pasar (P’ < Pe’).

Gambar 2 Keunggulan Bersaing Perusahaan X pada Pasar Persaingan Monopolistik

Rp Rp

A

S=MC MC Pe’

Pe E D’ AC B D MR Q q Qc Q’ q1 q’

Pasar Suatu perusahaan

(7)

melakukan proses dan kegiatan inovasi maka perusahaan dan industri akan mengalami pertumbuhan sekaligus daya saing. Efek makro yang ditimbulkan adalah pertumbuhan ekonomi yang berkualitas dan berkelanjutan.

Dampak sosial dari praktek persaingan adalah bekerjanya perusahaan atau penjual secara efsien sehingga menguntungkan masyarakat. Secara teoritis, jika terjadi praktek monopoli sehingga berpotensi menjadi tidak efsiens maka harus dicegah melalui regulasi. Praktek persaingan harus dijaga melalui regulasi dan kebijakan persaingan agar perusahaan yang tumbuh dan sukses dalam ekspansi tidak mengarah pada praktek monopoli. Esensi proses persaingan adalah keberlanjutan kreativitas sekaligus menghindarkan praktek pemupukan kekuatan penguasaan pasar (monopoli power) yang berlebihan sehingga memunculkan monopolis.

Praktek persaingan dinamis akan menjamin pertumbuhan industry melalui perubahan struktur industri akibat perubahan output dan harga secara endogen dan simultan. Pertumbuhan industri adalah hasil dari interaksi tiga komponen yaitu teknologi, ukuran pasar dan strategi persaingan. Teknologi akan menentukan skala ekonomis (economies of scale), skop ekonomis (economies of scope), rasio biaya transaksi dan biaya produksi dalam rangka mencari struktur produksi yang paling efsien. Mengingat proses persaingan berjalan melalui creative destruction maka entry dari perusahaan potensial menjadi sulit dihalangi.

Pada industri apapun, teknologi yang digunakan akan mempengaruhi derajat economies of scale dan economies of scope. Kemunculan beberapa perusahaan dominan mengarah pada adanya hubungan praktek persaingan monopolistik dan contestable market. Secara makro, munculnya perusahaan dominan namun mampu bekerja dengan low cost menjadi penting karena memudahkan untuk meningkatkan output industri secara progresif seperti contoh perusahaan otomotif Jepang yang lebih efsien dibandingkan perusahaan Amerika sehinggi dinilai sukses pada saat meningkatkan penjualan di berbagai Negara dunia.

Tentang contestability, menurut Baumol, Panoar, and Willing (1982) dipraktekan dengan menghindarkan sunk cost dan menjadikan perusahaan mudah melakukan hit-and run entry, seperti dipraktekan oleh perusahaan baru yang masuk industri penerbangan di Indonesia saat ini yang melakukan leasing pesawat untuk menekan biaya total untuk tujuan penetapan harga bersaing dan jika perlu harga termurah. Strategi Contestable market diartikan sebagai suatu praktek persaingan melalui low cost yang dilakukan oleh beberapa perusahaan yang bersaing ketat satu sama lain sehingga harga yang terbentuk adalah harga bersaing (competitive price).

(8)

dapat dimiliki dan diakses untuk menentukan derajat persaingan antar perusahaah di suatu industry, yaitu konsumen, pemasok sumberdaya, calon pesaing potensial, dan produk substitusi. Pemanfaatan empat daya atau factor tersebut dan besarnya derajat persaingan antar pesaing akan mempengaruhi besaran laba yang diperoleh di dalam jangka pendek dan jangka panjang.

Porter mengungkapkan faktor-faktor tersebut merujuk pada teori mikroekonomi yang menjelaskan faktor-faktor struktur pasar yaitu jumlah pembeli (konsumen), jumlah dan ukuran perusahaan atau penjual, sifat produk (identik atau terdeferensiasi), dan hambatan masuk atau keluar pasar yang merupakan ancaman dari calon perusahaan baru. Dalam teori mikroekonomi, struktur pasar diklasifkasikan menjadi apakah persaingan sempurna, persaingan monopolistik, oligopoli, atau monopoli. Dapat disimpulkan bahwa model five forces dari Porter dapat pula digunakan untuk menjelaskan struktur industri yang meliputi struktur pasar dan ketersediaan (akses) sumberdaya melalui pemasok. Selanjutnya, struktur pasar secara konseptual menentukan karakteristik permintaan dan ketersediaan sumberdaya menentukan karakteristik penawaran.

Gambar 1 Penentu Persaingan Suatu Industri

Tabel berikut menjelaskan indicator pengukuran setiap factor. No Faktor Pengertian Indikator pengukuran

1 Ancaman

dari calon perusahaa n baru (new entrants)

Calon perusahaan baru merupakan ancaman jika memiliki

kapasitas,

pangsa pasar, dan memiliki

akses pada

sumberdaya

 Ukuran asset perusahaan baru

 Efsiensi perusahaan baru

 Penguasaan sumberdaya khususnya material, penolong dan capital

 Akses pada jalur distribusi

2 Posisi tawar konsumen

(9)

atau

(10)

keuntungan persaingan dinamik adalah peningkatan surplus social (konsumen plus produsen). Hasil penelitian Cuilenburd and Slaa (1995) menunjukan ada korelasi positif antara persaingan dan inovasi untuk industry telekomunikasi menggunakan data Negara-negara OECD. Untuk mempromosikan inovasi, tingkat perkembangan ekonomi suatu Negara menjadi mediasi penting, atau diartikan sebagai penjamin terjadinya persaingan dinamik. Di lain pihak, jika persaingan dipraktekan tidak dinamik karena tidak kondusifnya perekonomian suatu Negara atau dikatakan masih bersifat statik maka perusahaan akan mengalami inefsiensi sehingga mengalami penurunan daya saing relatif terhadap pesaing. Implikasinya bagi Negara yang mencatat perkembangan kondisi ekonomi maka secara teoritis akan kondusif untuk mendorong praktek efsiensi dinamis. Jikapun praktek efsiensi dinamis sulit diimplementasikan maka banyak perusahaan di suatu Negara akan mengalami penurunan daya saing maka industri tersebut akan kalah bersaing dengan industry dari Negara lain yang mempraktekan persaingan dinamik.

Konsep pengukuran tingkat persaingan dari waktu ke waktu walaupun tidak akurat dilakukan namun ada beberapa pendekatan yang telah diaplikasikan.Pertama, ukuran CR4 (four largest firm ratio) dan ukuran HHI (Herfndahl and Hirschman Index). Ukuran ini dikembangkan atas rujukan bahwa persaingan pasar akan didominasi oleh beberapa perusahaan jika terjadi konsentrasi pada beberapa perusahaan yang memiliki kekuatan menguasai pasar. Perhitungan HHI menggunakan rumus:

HHI

= (

i=1

n

MS

i2

)

.100

(1)

Dimana MSi adalah pangsa pasar setiap perusahaan. Angka HHI maksimum adalah

10.000 (kuadrat dari 100). Angka HHI mendekati 10.000 mengindikasikan ada konsentrasi kekuatan pasar pada beberapa perusahaan, dan sebaliknya jika mendekati 1 mengindikasikan praktek persaingan yang ketat.

Pengukuran tingkat persaingan kedua adalah indeks efsiensi yang lebih aplikatif untuk mengukur persaingan dinamik, dengan rumus:

CI

c , t

= (

t=1

m

i=1

n

MS

i,t

R

i ,t2

)

.100

(2)

Dimana CIc,t adalah indek persaingan pasar produk c pada periode t, MSit adalah

pangsa pasar perusahaan i periode t, RIt adalah tingkat perubahan pangsa pasar

perusahaan i periode t dibandingkan periode t-1. Indikator pangsa pasar yang diukur menggunakan besaran omset atau revenue dapat diganti pula oleh besaran laba. Jika terjadi perubahan angka CIc,t mengindikasikan persaingan dinamik. Bagi

(11)

Informasi mengenai tingkat persaingan (degree of competition) suatu industri tertentu berguna sebagai dasar keputusan conduct dan strategi bersaing perusahaan pada industri tersebut serta penetapan kebijakan oleh regulator. Test dapat dilakukan terhadap demand apakah sama atau berbeda dengan marginal revenue. Pada teori mikroekonomi, praktek persaingan sempurna ditandai oleh kondisi perusahaan yang menghadapi demand atau harga sama dengan marginal revenue. Jika hal tersebut tidak terpenuhi maka praktek persaingan dikenali sebagai persaingan tidak sempurna. Indikasi praktek persaingan juga dapat dikenali melalui deviasi harga terhadap MC yang mengindikasikan adanya market power. Praktek persaingan akan membuat market power menjadi terbatas (limited market power). Ukuran lain adalah selisih P dan C.

Referensi

Baumol, W.J., Panoar, J.C., and Willing, R.D. 1982. Contestable markets and the theory of industry structure. San Diego: Harcourt Brace-Javanovich.

Cuilenburg, J,V., and Slaa, P. 1995. Competition and innovation in telecommunications – an empirical analysis of innovative telecommunication in the public interest. Telecomunications policy, Vol. 19.

Demseto,H. 1973. Industry structure, market rivalry, and public policy. Journal of law and economics, Vol 16.

Porter, M.E. 1996. On competition. Harvard business school.

Mc Nulty, P. 1968. Economic theory and the meaning of competition. Quarterly Journal of Economics 82: 639-656.

Shepherd, W.G. 1997. The Economics of Industrial Organioation”, 4th Edition,

Prentice Hall.

Schumpeter, J. A. 1912. The theory of economic development. Cambridge, Mass: Harvard University Press.

Gambar

Gambar 1 Perusahaan pada Struktur Pasar Persaingan Sempurna
Gambar 2  Keunggulan Bersaing Perusahaan X pada Pasar Persaingan Monopolistik
Gambar 1 Penentu Persaingan Suatu Industri

Referensi

Dokumen terkait

13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pasal 87 ay at (1), yang dimaksud dengan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah bagian dari sistem manajemen perusahaan

- Draft mendapat persetujuan di tingkat kabupaten / kota - Tersedianya peraturan yang mendukung pengelolaan perikanan spesies retained dari aktivitas penangkapan kepiting

Dari segi profitabilitas TSPC mengalami penurunan dalam beberapa tahun terakhir dikarenakan beban penjualan yang naik melebihi pertumbuhan penjualan dan laba anak perusahaan yang

Gambar 4.8 Data Kandang setelah Update Berdasarkan tampilan di atas maka, dapat didapatkan hasil yaitu pada tabel kandang dengan ID_Kandang dengan value KAN003 telah

Pada saat diskusi berlangsung setelah dilakukan demonstrasi, tercipta suasana pembelajaran yang aktif dimana mereka berusaha bekerja sama dan saling menyumbangkan pendapat

PEMBUATAN SAMBUNGAN PN SEMIKONDUKTOR ZoO DAN KONDUKTOR AI DENGAN TEKNIK SPUTTERING. Telah dilakukan pembuatan sambungan pn semikonduktor ZoO daDkonduktor AI dengan teknik

Tingkat kepuasan yang dilihat dari Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ada di Kantor Bagian Umum dan Protokol Pemkot Surabaya dengan kondisi pelayanan saat ini dan

Dari hasil pengujian dengan memberikan variasi beban, sistem kendali hybrid mempunyai daya tahan yang lebih besar terhadap pemberian beban, ini dapat dilihat dengan pemberian