• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONDISI KUALITAS PERAIRAN DI TELUK LADA, PANDEGLANG PROVINSI BANTEN UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA KERANG HIJAU ( Perna viridis)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "KONDISI KUALITAS PERAIRAN DI TELUK LADA, PANDEGLANG PROVINSI BANTEN UNTUK MENDUKUNG BUDIDAYA KERANG HIJAU ( Perna viridis)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI KUALITAS PERAIRAN DI TELUK LADA,

PANDEGLANG PROVINSI BANTEN UNTUK MENDUKUNG

BUDIDAYA KERANG HIJAU (Perna viridis)

Er lania dan I Nyom an Radiar t a

Pusat Penelit ian dan Pengem bangan Perik anan Budidaya Jl. Ragunan 20, Pasar Minggu, Jakart a Selat an 12540

E- m ail: erlania_elleen@yahoo.com

(Naskah diterima: 21 Maret 2011; Disetujui publikasi: 28 Oktober 2011)

ABST RAK

Kerang hij au (Perna viridis) m er upak an j enis k ek er angan yang ber nilai ek onom is penting. Teluk Lada Kabupaten Pandeglang telah ditetapkan oleh pem erintah daerah Pr o vi n si Ban t en seb ag ai sen t r a b u d i d aya k ek er an g an , k h u su sn ya k er an g h i j au . Penelit ian ini bert ujuan unt uk m enget ahui kondisi kualit as perairan di Teluk Lada, untuk m endukung kegiatan budidaya kerang hijau. Pengum pulan data lapangan telah dilakukan pada bulan April 2010 yang diam bil pada 16 titik pengam atan. Param eter yang diuk ur m eliput i penguk uran langsung di lapangan (k andungan ok sigen, pH, suhu, salinitas, kecerahan, dan kedalam an) dan analisis laboratorium (BOD, NO3, NH3, PO4, H2S, TDS, Hg, Pb, Cd, dan kelim pahan plankt on). Dat a kualit as air dianalisis secara deskriptif dan beberapa param eter yang m enjadi persyaratan utam a dianalisis dengan metode Analisis Komponen Utama (AKU). Hasil penelitian menunjukkan bahwa parameter kualitas air pada 16 stasiun pengam atan secara keseluruhan sesuai untuk budidaya kerang hijau, kecuali untuk param eter kedalam an perairan yang sesuai hanya pada 12 st asiun dan unt uk param et er pH yang sesuai hanya pada 9 st asiun pengam at an. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat m em berikan tam bahan inform asi guna m endukung pengem bangan budidaya kerang hijau di Teluk Lada Kabupaten Pandeglang.

KATA KUNCI: kualitas air, budidaya, kerang hijau (Perna viridis), Teluk Lada

ABST RACT : Con d i t i on of w at er q u al i t y i n Lad a Bay, Pan d eg l an g Ban t en Province for supporting green mussel (Perna viridis) Aquaculture. By: Er l an i a an d I N yom an Rad i ar t a

(2)

PENDAHULUAN

Kerang hijau (Perna viridis) m erupakan salah sat u j enis k ek er angan yang ber nilai ek o n o m i s p en t i n g . Hal i n i t er l i h at d ar i banyaknya perm intaan baik untuk pasar lokal m aupun sebagai kom oditas ekspor, terutam a k e negar a- negar a Asia d an Er op a sep er t i Belanda, Italia, dan Perancis (Dwiyanti, 2005). Kerang hijau m erupakan spesies asli wilayah Indo- Pasifik yang tersebar di sepanjang pantai Asia Tenggara dan India (Rajagopal et al., 2006). Spesies ini dikenal dengan karakteristik laju pert um buhan yang cepat dan t oleransi yan g t i n g g i t er h ad ap b er b ag ai k o n d i si lingkungan, sert a kem am puan unt uk hidup d an b er k em b an g d al am p op u l asi d en g an k ep ad at an t i n g g i yan g m en g u n t u n g k an secara ekonomis untuk suatu sistem budidaya (Rajagopal, 1997; Sallih, 2005; Rajagopal et al., 2003 dalam Rajagopal et al.,2006). Jenis kerang ini dapat membentuk populasi dengan kepadat an 35.000 ind./ m2, dan hal ini dapat m em berikan kem udahan dalam m elakukan k o l ek si b en i h u n t u k k ep er l u an b u d i d aya (NIMPIS, 2 0 0 2 ). Pr oses r ep r od uk si k er ang hij au t erj adi m elalui pem buahan ek st ernal (Rajagopal et al., 2006). Telur yang sudah dibuahi berkembang menjadi larva dan tinggal di kolom perairan sekitar dua minggu sebelum m en et ap p ad a su b st r at seb ag ai yu w an a (NIMPIS, 2002). Dat a st at ist ik dunia m enun-jukkan bahwa produksi budidaya kerang hijau m en i n g k at secar a si g n i f i k an d ar i sek i t ar 50.000 t on di t ahun 1990 m enjadi lebih dari 2 5 0 .0 0 0 t on d i t ahun 2 0 0 8 (FAO, 2 0 1 0 ). Peningkatan produksi ini tentunya dipengaruhi ol eh b er b ag ai f ak t or d i an t ar an ya k on d i si lingkungan perairan yang m endukung unt uk kegiat an budidaya kerang hijau.

Kabupat en Pandeglang Provinsi Bant en m em iliki garis pant ai sekit ar 307 km yang m em b ent ang sep anj ang p esisir b ar at d an sel at an , m er u p ak an l o k asi yan g san g at b er p ot ensi ut nuk k egiat an b ud id aya laut . Melihat pot ensi yang dim iliki ini, pem erint ah Provinsi Bant en t elah m enet apkan Kabupat en Pan d eg l an g k h u su sn ya p er ai r an sek i t ar

Kecam at an Pan i m b an g d an Kecam at an Ci g eu l i s seb ag ai sen t r a p en g em b an g an budidaya kekerangan, di ant aranya kerang hij au. Dit et ap k annya p er air an Teluk Lad a sebagai lokasi budidaya kerang hijau karena kondisi perairan tersebut masih baik dan relatif belum tercemar,ketersediaan benih alam yang m em adai, sehingga sangat m endukung bagi pengem bangan kegiat an budidaya. Menurut Sarwono (2006), ketersediaan benih atau spat kerang hijau di alam cukup banyak, akan tetapi t idak sem ua daerah m em punyai st ok benih al am yan g b ai k secar a k u al i t as m au p u n kuantitas.

Kerang hijau m erupakan spesies kerang yang dit em ukan di zona int ert idal, sebagian besar pada zona sub- t idal, nam un um um nya dit em ukan m ulai pada kedalam an di bawah pasang terendah hingga kedalaman sekitar 50 m .Spesies ini m em peroleh m akanan m elalui penyaringan kolom air (filter feeder). Karena sum ber m akanan dari spesies ini berasal dari alam (p lank t on), m ak a t ingk at k esub ur an perairan m erupakan param et er pent ing yang har us d i p er hat i k an. Sel ai n i t u, p ar am et er k u al i t as p er ai r an l ai n n y a j u g a s an g at penting baik itu fisik, kim ia, dan logam berat. Ti n g g i n ya t i n g k at p en cem ar an p er ai r an t ent unya ak an sang at b er d am p ak neg at i f t er h ad ap p er t u m b u h an k er an g d an b er -im plikasi juga pada kesehat an m anusia yang mengkonsumsi kerang tersebut (Vakily, 1989). Sehubungan dengan hal t ersebut , dat a dan inf orm asi t ent ang kondisi kualit as perairan d i l ok asi b u d i d aya k ek er an g an san g at l ah diper luk an. Penelit ian ini ber t uj uan unt uk m engetahui kondisi kualitas perairan di Teluk Lada Kabupat en Pandeglang Provinsi Bant en guna m endukung pengem bangan budidaya kerang hijau (Perna viridis).

BAHAN DAN METODE

Penelitian ini telah dilakukan di Teluk Lada, Kabupaten Pandeglang Provinsi Banten. Lokasi penelit ian t erbent ang pada posisi 6o 24’ - 6o 33’ Lint ang Selat an dan 105o 41’ - 105o 50’ Bujur Tim ur (Gam bar 1). Dengan karakteristik aquaculture, except for depth and pH requirement by which only 12 and 9 sampling sites met the standard, respectively. The results from this study could be use as an additional information for any related shelfish stakeholders in developing green mussel aquaculture in Lada Bay, Pandeglang Regency.

(3)

perairan yang relat if t erlindung, Teluk Lada t elah dipriorit askan oleh Dinas Kelaut an dan Per ik anan Kab up at en Pand eglang seb agai lokasi pengem bangan budidaya kerang hijau. Pengum p ulan d at a lap angan t elah d i-lakukan pada Bulan April 2010. Lokasi t it ik pengam at an k ualit as air dir ancang secar a acak sederhana (simple random sampling) (Morain, 1999). Tit ik sampling disebar secara p r o p o s i o n al s eh i n g g a d ap at m ew ak i l i k ar ak t er ist ik p er air an t eluk . Seb anyak 1 6 st asi u n t i t i k p en g am at an t el ah b er h asi l dikum pulkan (Gam bar 1). Pengum pulan dat a l ap an g an d i l ak u k an p ad a k i sar an w ak t u pukul 09.00- 16.00 WIB, dengan m elakukan pengukuran pada kedalam an ant ara 0- 3 m , dengan pert im bangan k edalam an perairan yan g d i r ek o m en d asi k an u n t u k b u d i d aya kerang hijau sepert i pada Tabel 1. Kondisi kualit as perairan di lapangan diukur dengan m eng g unak an YSI 5 5 6 , sed ang k an p osi si

g eo g r af i s st asi u n p en g am at an d i p er o l eh dengan m enggunakan GPSMAP 298 Sounder. Par am et er p ent ing k ualit as p er air an yang dikum pulkan m eliput i: kandungan oksigen, suhu, salinitas, pH, konduktivitas, kecerahan, dan kedalam an. Analisis laborat orium juga dilakukan unt uk dengan param et er m eliput i: TDS, BOD, NO3, NH3, PO4, H2S, Hg, Pb, Cd, dan kelimpahan plankton.

Dat a k ualit as perairan yang t erk um pul kem udian dianalisis secara deskript if dengan car a m em b an d i n g k an d en g an b ak u m u t u d an k o n d i si i d eal u n t u k p en g em b an g an budidaya kerang hijau (Tabel 1). Beberapa param et er yang m enjadi persyarat an ut am a u n t u k b u d i d aya k er an g h i j au d i an al i si s m enggunak an m et od e analisis k om p onen ut am a (Principal Component Analysis/PCA). Secar a t ek n i s, an al i si s k o m p o n en u t am a m er u p ak an su at u t ek n i k m er ed u k si d at a m ult ivar iat (b anyak d at a) yang m engub ah Gambar 1. Lokasi penelit ian di Teluk Lada, Panim bang dan dist ribusi pengam at an

kualitas perairan

(4)

(m ent ransf orm asi) suat u m at riks dat a awal/ asli m enjadi suat u set kom binasi linier yang lebih sedikit , akan t et api dapat m enjelaskan seb ag i an b esar r ag am d ar i d at a aw al , set idaknya lebih dari 80% (Suprant o, 2010; Razm khah et al., 2010; Petersen, 2001). HASIL DAN BAHASAN

Kualitas Perairan

Kerang hijau m em iliki t oleransi yang luas t er h ad ap f l u k t u asi l i n g k u n g an p er ai r an , t erut am a salinit as dan t em perat ur perairan, sehingga j enis k er ang ini b anyak d ib ud i-dayakan di daerah pant ai yang dekat dengan m uara sungai (Anonim ous, 2007). Kecerahan perairan Teluk Lada berkisar antara 0,2–8,5 m (Gam bar 2), sedangk an t ingk at k ecerahan per air an yang disar ank an unt uk budidaya k er ang hij au ad alah 3 ,5 –4 ,0 m (Tab el 1 ). Perairan dengan kecerahan kurang dari 25 cm t i d ak sesu ai u n t u k b u d i d aya k ek er an g an (Lovat elli, 1988 dalam Sallih, 2005). Hasil pengukuran kecerahan perairan di wilayah pesisir yang dekat dengan garis pant ai airnya t er l i h at san g at k er u h , seh i n g g a t i n g k at k ecer ah an n ya san g at r en d ah , seb al i k n ya sem akin jauh dari garis pantai m enuju tengah kondisi perairan umumnya semakin jernih dan m em iliki tingkat kecerahan yang cukup tinggi (Gam bar 3). Kondisi ini disebabkan karena di sepanjang pant ai lokasi penelit ian berm uara beberapa sungai yang airnya sangat keruh (Sungai Cibungur dan Sungai Ciliman; Gambar 1), sehingga berpengaruh t erhadap t ingkat kecerahan perairan. Tingkat kecerahan yang

rendah m enunjukkan t ingginya keberadaan bahan organik dan anorganik t ersuspensi di perairan. Kondisi perairan yang demikian dapat m em pengar uhi ef isiensi k ebiasaan m ak an kerang, karena kerang akan m em but uhkan energi yang tinggi untuk memisahkan makanan dan part ikel- part ikel yang t idak diinginkan. Selain it u juga m engurangi penet rasi cahaya m at ah ar i yan g m asu k k e k ol om p er ai r an sehingga m enyebabkan rendahnya produk-t iviproduk-t as prim er perairan dan m engakibaproduk-t kan r en d ah n ya l aj u p er t u m b u h an k ek er an g an karena kurangnya ket ersediaan pakan alam i berupa plankt on. Berdasarkan pert im bangan k eb u t u h an k ecer ah an p er ai r an k eg i at an budidaya kerang hijau dapat dilakukan pada 11 stasiun seperti terlihat pada Gam bar 2.

Kedalam an perairan Teluk Lada berkisar ant ara 1,5–19,5 m (Gam bar 3), sedangkan k ed al am an i d eal u n t u k b u d i d aya k er an g hijau berkisar ant ara 1–4 m (Sungkasem & Tookwinas, 1994); 3- 10 m (Ismail et al., 2002; Anonim , 2007) at au m inim al 1 m di bawah k et inggian air rat a- rat a pada saat pasang (Sallih, 2 0 0 5 ). Selain it u, j uga d iseb ut k an bahwa jenis kerang ini dapat hidup baik pada perairan dengan kisaran kedalam an 1- 7 m (An o n i m , 2 0 1 0 ). Secar a u m u m , k o n d i si kedalam an perairan ini sangat m enent ukan dalam pem ilihan m et ode budidaya yang akan d i t er ap k an (Sal l i h , 2 0 0 5 ). Un t u k p er ai r an dengan rata- rata ketinggian pasang kurang dari 1,5 m cocok unt uk budidaya dengan m et ode lepas dasar (Lovat elli, 1988 dalam Sallih, 2005). Menurut Cappenberg (2008), benih kerang hijau akan menempel pada kedalaman Tabel 1. Nilai parameter kualitas air yang dibutuhkan untuk budidaya kerang hijau

Table 1. Water quality requirement for green mussel aquaculture

1 Ism ail et al. (2002); 2 Anonim ous (2007); 3 KLH (2004); 4 Power et al. (2004); 5 Sungkasem & Tookwinas

Kec erahan (Transparency) 1, 2, 7 350-400; >25 c m

Kedalaman (Water depth) 1, 2, 5 1-4; 3-10 m

(5)

1,5–11,7 m di bawah permukaan air pada saat pasang t ert inggi. Aypa (1990) dalam Sallih (2005) m enyarankan kedalam an air yang baik unt uk koleksi benih dan pem besaran kerang hijau adalah pada kedalam an 2 m at au lebih. Dengan dem ikian kegiat an budidaya kerang hijau dapat dilakukan pada 12 stasiun dengan

kedalam an opt im um budidaya kerang hijau seperti pada Gambar 3.

Suhu perairan yang t erukur di Teluk Lada berkisar ant ara 28,27oC –31,9oC (Gam bar 4), nilai ini m asih t erm asuk dalam kisaran yang ideal unt uk budidaya kerang hijau (Tabel 1). Gambar 2. Kecerahan perairan di Teluk Lada. Garis put us- put us m enunjukkan kisaran

optimum untuk budidaya kerang hijau

Figure 2. Water clarity in Lada Bay. Dash line indicates optimum values for green mussel aquaculture

Titik pengam atan (Sampling site)

K

e

c

e

ra

h

a

n

Transparancy

(c

m

)

0

4 0 0

0.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 2 5 800.0

700.0 600.0 500.0 400.0 300.0 200.0 100.0

Gambar 3. Karakteristik kedalaman perairan di Teluk Lada. Garis putus- putus menunjukkan kisaran optimum untuk budidaya kerang hijau

Figure 3. Water depth characteristic in Lada Bay. Dash line indicates optimum values for green mussel aquaculture

Titik pengam atan (Sampling site)

K

e

d

a

la

m

a

n

Depth

(

m

)

0 20.00

1 0

0.0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 1 18.00

(6)

Suhu merupakan faktor penting yang berperan dalam permulaan stadia perkembangan kerang hijau (Anonim , 2006). Sallih (2005) m enye-but kan bahwa salah sat u f akt or lingkungan yang dapat m em pengaruhi laju pertum buhan k er an g h i j au ad al ah su h u p er ai r an . Su h u perairan optimum untuk pertumbuhan kerang hijau adalah pada kisaran 27oC –37oC (Ism ail et al., 2002; Anonim, 2007).Kisaran suhu yang m asih dapat dit oleransi oleh k erang hij au adalah 11oC –32oC (FIGIS, 2005 dalam Sallih, 2005), at au bahkan 10oC–42oC (McGuire & St evel y, 2 0 0 9 ). Per k em b an g an j ar i n g an reproduksi kerang hijau mulai terjadi jika suhu ling k ung an d i at as 1 1oC (Anonim , 2 0 0 6 ). Cap p en b er g (2 0 0 8 ) m en yeb u t k an b ah wa berdasarkan hasil penelit ian di daerah t ropis, spesies ini akan m at i dalam wakt u 30 m enit pada suhu 43oC.

Menurut Ism ail et al. (2002), t eluk- t eluk yang t er lind ung sangat m ud ah m ener im a perubahan suhu, t erut am a suhu dingin yang d ap at b er t ah an l am a d i p er ai r an t el u k . Sebaliknya, suhu air yang tinggi dapat menjadi kont rol bagi sint asan kerang hijau (Rajagopal et al.,1994). Teluk Lada m erupakan perairan teluk yang relatif tertutup, di mana perubahan suhu air yang t erjadi t idak t erlalu ek st rim sehingga tidak m em berikan pengaruh negatif t er hadap per t um buhan k er ang hij au yang d i b u d i d ayak an . Per u b ah an su h u ai r yan g

m endad ak hingga m elebihi suhu opt im al, t er ut am a p er ub ahan suhu yang d ib ar engi dengan periode air surut dapat m enyebabkan k er ug i an b ag i p em b ud i d aya k er ang hi j au (Ismail et al., 2002).

Raj ag op al et al. (2 0 0 6 ) m en yeb u t k an b ah w a k ecen d er u n g an w ak t u p em i j ah an kerang hijau sangat dipengaruhi oleh suhu, salinit as, dan ket ersediaan m akanan. Hasil penelitian di Perairan Kalpakkam, pantai timur India m enunjukkan bahwa pem ijahan kerang hijau berhubungan dengan distribusi tem po-r al su h u p epo-r ai po-r an , yai t u p ad a saat su h u perairan m encapai t it ik puncak pada kisaran 30oC–31oC (pada bulan April–Juni dan Oktober), yang diindikasikan oleh tingginya kelimpahan larva kerang hijau di perairan pant ai t ersebut (Rajagopal, 1991 dalam Rajagopal et al., 2006). Namun di perairan tropis kerang hijau dewasa m em ijah sepanjang tahun dan puncak m usim pemijahan terjadi pada bulan Mei–Juli (Anonim, 2007).

Salinit as perairan di Teluk Lada berkisar ant ara 28,01–33,33 ppt (Gam bar 5). Kisaran t ersebut t erm asuk dalam kisaran ideal unt uk k egiat an budidaya k erang hij au (Tabel 1). Ker ang hij au t um b uh op t im al d i p er air an d en g an sal i n i t as 3 0 p p t (An on i m , 2 0 0 7 ). Menurut Cappenberg (2008), perkem bangan kerang hijau dari st adia larva hingga dewasa sangat dipengaruhi oleh salinit as, di m ana Gambar 4. Suhu perairan di Teluk Lada. Garis put us- put us m enunjukkan kisaran

optimum untuk budidaya kerang hijau

Figure 4. Water temperature in Lada Bay. Dash line indicates optimum values for green mussel aquaculture

Titik pengam atan (Sampling site)

(7)

pada kisaran salinit as 21–33 ppt larva akan t um buh dengan baik m enjadi veliger. Kerang hij au j enis Perna viridis m er up ak an j enis kerang yang mempunyai tingkat toleransi yang cu k u p l u as t er h ad ap p er u b ah an sal i n i t as (Vakily, 1989; Sallih, 2005). Menurut McGuire & St evely (2009), kerang hijau m asih dapat hidup pada kisaran salinitas antara 15–45 ppt. Salah sat u f akt or yang m enjadikan spesies Perna viridis sebagai k om odit as pot ensial dalam akuakult ur adalah karena kem am puan ad ap t asi n ya yan g l eb i h t i n g g i t er h ad ap per ubahan salinit as dibandingk an dengan anggota genus Perna lainnya, seperti P. perna (Segnini de Bravo, 2003 dalam Rajagopal et al., 2006).

Kandungan oksigen (DO) di perairan Teluk Lada rat a- rat a 6,32 m g/ L (Gam bar 6). Nilai tersebut m asih berada di atas nilai baku m utu yang disarankan berdasarkan KEPMENLH No. 51 t ahun 2004 t ent ang baku m ut u air unt uk biot a laut , yait u > 5 m g/ L (KLH, 2004).Kerang hijau term asuk spesies yang toleran terhadap kandungan oksigen yang rendah. Pada saat t er j ad i p en u r u n an k an d u n g an ok si g en d i perairan, kerang ini akan m engurangi bukaan cangkang atau bahkan menutupnya, kemudian p r oses r esp i r asi n ya b er al i h d ar i r esp i r asi aer ob ik m enj ad i anaer ob ik (Taylor , 1 9 7 6 ; Jorgensen, 1990 dalam Zardi et al., 2006). Namun kadar oksigen yang terlalu rendah juga

dapat menjadi salah satu penyebab timbulnya st res pada kerang hijau. Hal ini akan ber-pengaruh pada proses metabolisme yang pada akhirnya m enyebabkan laju pert um buhannya menjadi lambat.

Pengukuran pH di Teluk Lada menunjukkan kisaran 4,03–9,28 (Gambar 7). Menurut Effendi (2003), sebagian besar organism e ak uat ik sensitif terhadap perubahan pH dan menyukai nilai pH sekitar 7–8,5. pH merupakan salah satu p ar am et er k i m i a ai r yang p ent i ng k ar ena m em p en g ar u h i p r o ses m et ab o l i sm e d an proses fisiologi lainnya dari spesies budidaya. Kondisi pH air yang tinggi akan m enyebabkan meningkatnya toksisitas amonia terhadap ikan, sedangkan t oksisit as sulf ur akan berkurang. Beg i t u j u g a seb al i k n ya, j i k a p H r en d ah toksisitas amonia terhadap ikan akan menurun dan toksisitas sulfur meningkat (Weiner, 2008). Secara umum, nilai- nilai parameter kualitas air di Teluk Lada menunjukkan bahwa perairan tersebut masih layak untuk kegiatan budidaya kerang hijau, di mana nilai dari masing- masing param et er yang t erukur m asih berkisar pada st an d ar b ak u m u t u d an n i l ai i d eal u n t u k budiaya kerang hijau.

Tab el 2 m en u n j u k k an h asi l an al i si s laborat orium kualit as perairan di Teluk Lada. Dari hasil analisis m enunjukkan bahwa, nilai BOD m asih jauh di bawah am bang bat as yang Gambar 5. Salinit as perairan Teluk Lada. Garis put us- put us m enunjukkan kisaran

optimum untuk budidaya kerang hijau

Figure 5. Water salinity in Lada Bay. Dash line indicates optimum values for green mussel aquaculture

Titik pengam atan (Sampling site)

(8)

ditentukan dalam KEPMENLHNo. 51 tahun 2004 t ent ang nilai baku m ut u air laut unt uk biot a laut (KLH, 2004). Menurut Ef f endi (2003), perairan dengan nilai BOD < 10 mg/ L dianggap belum mengalami pencemaran. Parameter lain yang nilainya m asih di bawah nilai m aksim um baku m ut u yang diperbolehkan yait u NH3 dan Hg, sedangkan Pb dan Cd t idak t erdet eksi di

perairan t ersebut . Analisis kandungan logam berat sangat penting dilakukan, guna m elihat tingkat pencemaran perairan yang berimplikasi bagi t ingkat kelayakan konsum si dari kerang hi j au yang d i b ud i d ayak an. Menur ut Bai r d (1995) dalam Avelar et al. (2000), kerang dan tiram dapat mengakumulasi Hg dan Cd di dalam jaringannya hingga 100.000 kali lebih besar Gambar 7. Kondisi pH perairan di Teluk Lada. Garis putus- putus menunjukkan kisaran

optimum untuk budidaya kerang hijau

Figure 7. Water pH condition in Lada Bay. Dash line indicates optimum values for green mussel aquaculture

Titik pengam atan (Sampling site)

p

H

0 1 0

8 9

8 7 6 5 4 3 2 1 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 0 1 1 1 2 1 3 1 4 1 5 1 6 6 Gambar 6. Oksigen terlarut di Teluk Lada. Garis putus- putus m enunjukkan kisaran

optimum untuk budidaya kerang hijau

Figure 6. Dissolved oxygen in Lada Bay. Dash line indicates optimum values for green mussel aquaculture

Titik pengam atan (Sampling site)

O

k

s

ig

e

n

te

rl

a

ru

t

Dissolved oxygen

(m

g

/

L

)

0 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0

(9)

dibandingkan konsent rasi yang t erdet eksi di air tem pat hidupnya.

Selain beberapa param et er yang m asih berada di bawah batas maksimum, terdapat tiga parameter lain yang nilainya melebihi ambang baku m ut u yang dit et apkan, yait u PO4, NO3 , dan H2S. Kondisi t ersebut disebabkan karena di Teluk Lada t erdapat m uara dari beberapa su n g ai yan g al i r an n ya b an yak m em b awa m asukan bahan organik. Hal ini juga t erlihat d ar i n i l ai k ecer ah an yan g r el at i f r en d ah , t erut am a unt uk t it ik sam pling yang lokasinya lebih dekat ke pinggir pant ai, di m ana secara visual kondisi air t erlihat sangat keruh.

Menurut Sallih (2005), komoditas kandidat b u d i d aya yan g i d eal seh ar u sn ya ad al ah k om odit as dengan k ebut uhan pak an yang m urah dan t ahan t erhadap penyakit . Dalam budidaya kerang hijau tidak dibutuhkan pakan t am b ahan, k ar ena sp esi es i ni m er up ak an filter feeder yang m em anfaat kan pakan alam i (phytoplankton) sebagai sum ber m ak anan ut am anya. Menurut Rajagopal et al. (2006), k et er sed i aan p l an k t o n seb ag ai su m b er m akanan m erupakan f akt or pem bat as bagi pertumbuhan larva kerang hijau, sehingga larva kerang hijau akan sedikit ditemukan di perairan yang miskin plankton.

Hasi l anal i si s k el i m p ahan p l ank t on d i perairan Teluk Lada diperoleh k elim pahan t o t al p l an k t o n ad al ah 1 2 . 6 0 0 i n d . / L (kelim pahan f it oplankt on 11.400 ind./ L dan zooplankt on 1.200 ind./ L). Berdasarkan nilai kelim pahan fitoplankton, perairan Teluk Lada

dapat digolongkan sebagai perairan mesotrofik (t ingkat kesuburan sedang). Menurut Basm i (2000), ditinjau dari kelim pahan fitoplankton, suat u perairan dapat digolongk an sebagai p er ai r an m es o t r o f i k j i k a k el i m p ah an f it oplank t on di per air an t er sebut ber k isar antara 2.000–15.000 ind./ L. Kondisi perairan yang dem ikian, sesuai unt uk pert um buhan kerang. Untuk mencapai pertumbuhan optimal, kerang membutuhkan konsentrasi fitoplankton yang t idak t erlalu t inggi dan t idak t erlalu r en d ah (An o n i m , 2 0 0 6 ). Sem ak i n t i n g g i k el i m p ah an f i t o p l an k t o n d i ai r , ak an m em but uhkan laju f ilt rasi yang lebih rendah unt uk m endapat kan volum e m akanan yang m aksim um dan m eningkat kan pert um buhan (Anonim ous, 2006). Menurut Gosling (1992) dalam Anonim (2006), kerang dapat merubah laj u f ilt r asinya sesuai d engan k onsent r asi plankt on di air. Jika konsent rasi f it oplankt on t er lalu t inggi, k er ang ak an m em but uhk an banyak energi untuk membersihkan kelebihan part ikel m akanan, sehingga dapat m enye-b aenye-b k an l aj u p er t u m enye-b u h an m en j ad i l eenye-b i h rendah.

Analisis Komponen Utama

Banyak nya k om ponen ut am a (principal component/PC) yang dapat diekstrak dari data awal dapat dilihat dari scree plot (Gam bar 8). Titik di mana terjadinya penurunan drastis dari nilai eigen (eigen value) m enunjukkan bahwa p ad a t i t i k i t u l ah t er d ap at n ya an g k a yan g m enunjukkan banyaknya kom ponen ut am a yang dapat diek st rak dari dat a awal. Pada Table 2. Chemical and heavy metal parameter in Lada Bay, Panimbang

* KLH (2004); UD = t idak t erdet eksi (undetection)

Hg 0.00052 - 0.00070 0.00 0.001

(10)

Gambar 8 terlihat perubahan kemiringan (slope) eigen value antara PC3 dan PC4, sehingga dari keseluruhan dat a awal cukup diwakili oleh 3 kom ponen ut am a yait u PC1, PC2, dan PC3. Selain it u, banyaknya kom ponen yang dapat diekstrak juga bisa ditentukan dari nilai eigen yang lebih besar dari 1 (Tabel 3), dalam hal ini yait u PC1–PC3 (Suprant o, 2010; Bengraïne & Marbaha, 2003).

Hasil analisis kom ponen ut am a diperoleh 3 k om p onen ut am a yang m em i l i k i ang k a eigen value > 1 dengan kont ribusi 81,382% dari ragam t ot al. Sebagian besar inf orm asi t erpusat pada sum bu ut am a pert am a (PC1) yang m enjelaskan 39,283% dari ragam t ot al, sed an g k an su m b u u t am a k ed u a (PC2 ) menjelaskan 24,252% dari ragam total. Sumbu 3 (PC3) turut menjelaskan 17,847% dari ragam t ot al. Nilai k um ulat if proporsi ragam yang

dijelaskan secara bert urut - t urut oleh set iap eigen value dari 3 kom ponen ut am a pert am a dianggap sudah dapat mewakili ragam dari data awal jika nilainya lebih dari 70% (Suprant o, 2010).

Karak t erist ik dat a awal sebagian besar dicirikan oleh PC1 yang dibentuk oleh variabel kedalaman, kecerahan, TDS, konduktivitas, dan sal i n i t as, b er i k u t n y a o l eh PC2 d en g an karakteristik yang dibentuk oleh suhu, DO, dan pH (Gambar 9). Hasil analisis komponen utama dapat menjelaskan pula bahwa stasiun- stasiun pengam at an yait u 7, 8, 9, 10, 11, dan 15 mempunyai karakteristik yang dibentuk secara bersam a- sam a oleh param et er kedalam an, kecerahan, TDS, kondukt ivit as dan salinit as yang lebih t inggi daripada st asiun lainnya. St asiun 1, 2, 3, 4, 5, 6, dan 13 m em punyai k ar ak t er ist ik k ed alam an, k ecer ahan, TDS,

Tabel 3. Parameter analisis komponen utama Table 3. Principal component analysis parameters

PC1 PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8

Nilai eigen

Eigen value 3.143 1.940 1.428 0.653 0.422 0.261 0.103 0.051

Variabel

Variability (%) 39.283 24.252 17.847 8.160 5.274 3.261 1.286 0.637

Kumulatif

Cumulative (%) 39.283 63.535 81.382 89.542 94.816 98.077 99.363 100.000 Gambar 8. Scree plot hasil analisis kom ponen utam a

Figure 8. Scree plot of principal component analysis Kom ponen ut am a (Principal component)

N

PC2 PC3 PC4 PC5 PC6 PC7 PC8

(11)

konduktivitas dan salinitas yang relatif rendah d ib and ing k an st asiun lainnya. Sed ang k an st asiun 12, 14, dan 16 lebih banyak dicirikan oleh parameter pH dan suhu yang tinggi namun m asih berada pada kisaran yang baik unt uk budidaya kerang hijau.

KESIMPULAN

Hasil penelit ian ini m enunjukkan bahwa kondisi perairan pada 16 stasiun yang diamati sesuai unt uk budidaya kerang hijau, kecuali unt uk param et er kedalam an perairan yang sesu ai h an ya p ad a 1 2 st asi u n d an u n t u k parameter pH yang sesuai hanya pada 9 stasiun p en g am at an . Hasi l p en g u k u r an b eb er ap a p ar am et er p en t i n g m en u n j u k k an b ah w a kondisi perairan masih memenuhi kisaran baku mutu atau nilai yang direkomendasikan untuk budidaya kerang hijau. Walaupun berdasarkan h asi l an al i si s k o m p o n en u t am a t er d ap at p en g el o m p o k an s t as i u n b er d as ar k an karakt erist ik kualit as airnya, nam un secara k eseluruhan m asih sesuai unt uk budidaya kerang hijau, t erut am a param et er suhu dan salinit as yang m erupak an param et er yang sensit if bagi kerang hijau. Kandungan logam berat Hg masih jauh di bawah batas maksimum yang diperbolehkan untuk kegiatan perikanan, sed an g k an Pb d an Cd sam a sek al i t i d ak terdeteksi. Hasil dari penelitian ini diharapkan

dapat m em berikan t am bahan inform asi guna m endukung pengem bangan budidaya kerang hijau di Teluk Lada Kabupat en Pandeglang. UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Banten dan Kabupat en Pandeglang at as bant uannya selam a kegiat an di lapangan. Kam i ucapkan t er i m a k asi h k ep ad a Sd r . Er i yan g t el ah m em bant u selam a pengum pulan dat a. Kam i juga m engucapkan t erim a kasih kepada t im Minapolit an, Prof . Dr. Achm ad Sudradjat dan Hat im Albasri, M.A. yang t elah m em bant u kelancaran pengum pulan dat a di lapangan. Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian M i n ap o l i t an p ad a Pu sat Pen el i t i an d an Pengembangan Perikanan Budidaya T.A. 2010. DAFTAR ACUAN

Anonim . 2006. Biology of t he New Zealand GreenshellTM Mussel (Perna canaliculus). Lear n i n g Reso u r ce f o r Un i t St an d ar d 1 6 3 4 0v3. A q u aBi o Co n su l t an t s Lt d . Auckland, 38 pp.

An on i m . 2 0 0 7 . Pet u n j u k t ek n i s b u d i d aya kekerangan. Dinas Kelautan dan Perikanan. Pem erint ah Provinsi Bant en. Serang, 84 hlm.

Gambar 9. Biplot hasil analisis komponen utama terhadap parameter kualitas air

(12)

Anonim . 2010. Budidaya Kerang Hijau (Perna viridis). h t t p :/ / w w w .i n d o n esi a.g o .i d . Diakses tanggal 8 Juli 2010.

Avelar, W.E.P., Mantelatto, F.L.M., Tomazelli, A.C., Silva, D.M.L., Shuham a, T., & Lopes, J.L.C. 2000. The m arine m ussel Perna perna (mollusca, bivalvia, mytilidae) as an indica-t or of conindica-t am inaindica-t ion by heavy m eindica-t als in t he Ubat uba Bay, Sãopaulo, Brazil. Water, Air, and Soil Pollution, 118: 65–72. Basmi, J. 2000. Planktonologi: plankton sebagai

bioindikat or kualit as perairan. Fakult as Per i k an an d an Il m u Kel au t an , In st i t u t Pertanian Bogor, 60 hlm.

Bengraïne, K. & Marbaha, T.F. 2003. Using prin-cipal com ponent analysis to m onitor spa-tial and temporal changes in water quality. Journal of Hazardous Materials B100 (2003). Elsevier Science B.V., p. 179–195. Cappenberg, H.A.W. 2008. Beberapa aspek

biologi kerang hijau Perna viridis Linnaeus 1758. Oseana, XXXIII (1): 33- 40.

Dwiyant i, N., Sarwono, H.A., & Anindiast ut i. 2005. Pemeliharaan larva dan produksi spat k er an g h i j au (Perna viridis) d i Bak T er k en d al i . Buletin Budidaya Laut, Lampung, 18: 1- 8.

Ef f endi, H. 2003. Telaah Kualit as Air Bagi Pengelolaan Sum berdaya dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta, 258 hlm. FAO. 2010. Global aquaculture and capture

fish-eries production. Available online at: http:/ / www.f ao.or g/ f isher y/ t opic/ 1 6 1 4 0 / en. Didownload pada tanggal 12 Agustus 2010. Ism ail, W., Prat iwi, E., & Wedjat m iko. 2002. Perikanan kerang hijau di perairan Muara Kamal, Jakarta. Warta Penelitian Perikanan Indonesia, Jakarta , 8(3): 6- 9.

KLH [Kem ent erian Lingkungan Hidup]. 2004. Keputusan Menteri Negara Kependudukan dan Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004, tanggal 8 April 2004 tentang baku mutu air l au t . Kem en t er i an Li n g k u n g an Hi d u p . Jakarta, 11 hlm.

Lloyd, B.D. 2003. Pot ent ial effect s of m ussel farming on New Zealand’s marine mammals an d seab i r d s: a d i scu ssi o n p ap er . Departement of Conservation, Wellington. DOC Science Publishing. New Zealand, 34 pp.

McGuire, M. & St evely, J. 2009. Invasive spe-cies of Florida’s coast al wat ers: t he Asian green mussel (Perna viridis). SGEF- 175. The Florida Sea Grant College Program with

sup-port from the National Oceanic and Atmo-spheric Administration, U.S. Department of Commerce, 4 pp.

Morain, S. 1999. GIS Solut ion in Nat ural Re-source Managem ent: Balancing the Tech-nical- Political Equation. OnWord Press. USA, 361 pp.

NIMPIS (National Introduced Marine Pest Infor-mation System). 2002. Asian green mussel Perna viridis. Natural Heritage Trust, Aus-tralia. NIMPIS: 13 Maret 2002, 2 pp. Petersen, W., Bertino, L., Callies, U., & Zorita, E.

2001. Process ident ificat ion by principal com ponent analysis of river water- quality dta.Ecological Modelling, 138:193- 213. Power, A.J., Walker, R.L. , Payneand, K., & Hurley,

D. 2004. First occurrence of the non- indig-en o u s g r eindig-en m u ssel , Perna viridis i n Coast al Georgia, Unit ed St at es. Journal of Shellfish Research, 23: 741- 744.

Rajagopal, S. 1997. The ecology of tropical ma-rine mussels and their control in industrial cooling wat er syst em s. Ph.D. Thesis, Uni-versit y of Nijm egen, The Net herlands, p . 1–184.

Rajagopal, S., Azariah, J., & Nair, K.V.K. 1994. Heat treatment as a fouling control method for Indian coastal power plants. In: Thomp-son M.F., R. Nagabhushanam, R. Sarojini and M. Fingerm an (eds.). Recent Advances In Biofouling Control. Oxford and IBH Publish-ing Com pany Pvt . Lt d.New Delhi, p. 391– 396.

Rajagopal, S., Venugopalan, V.P., Van Der Velde, G., & Jenner, H.A. 2006. Greening of t he coast s: a review of t he Perna viridis suc-cess story. Aquatic Ecology, 40: 273- 297. Razm khah, H., Abrisham chi, A., & Torkian, A.

2010. Evaluat ion of spat ial and t em poral variation in water quality by pattern recog-nition techniques: A case study on Jajrood River (Tehran, Iran). Journal of Environmen-tal Management, 91: 852- 860.

Sallih, K. 2005. Mussel farm ing in The State of Sarawak, Malaysia: a feasibility study. Final Project of Fisheries Training Program m e – The Unit ed Nat ion Universit y, 44 pp. Sarwono, H.A., Herm awan, A., Dwiyant i, N., &

Anindiastuti. 2006. Teknologi pembenihan d an p em b esar an k er an g h i j au (Perna viridis). Buletin Budidaya Laut, Lam pung, 21: 32- 42.

(13)

shop on Aquaculture Development in South-east Asia and Prospects for Seafarming and Searanching, 19- 23 August 1991, Iloilo Cit y, Philippines. SEAFDEC Aquacult ure Departm ent. Iloilo, Philippines, 159: 122-128.

Supranto, J. 2010. Analisis Multivariat: Arti dan Int erpret asi. Cet . 2. Rineka Cipt a. Jakart a, 359 hlm.

Vakily, J.M. 1989. The biology and cult ure of m u ssel s o f t h e g en u s Perna. ICLARM St ud ies and Reviews 1 7 . Int er nat ional Cen t er f o r Li vi n g Aq u at i c Reso u r ces

Zusam m enarbeit (GTZ) Gm bH, Eschborn, Federal Republic of Germ any, 63 pp. Weiner, E.R. 2008. Applications of

environmen-t al aquaenvironmen-t ic chem isenvironmen-t ry : a pracenvironmen-t ical guide. CRC Press. Unit ed St at es of Am erica, 441 pp.

Gambar

Gambar 1. Lokasi penelitian di Teluk Lada, Panimbang dan distribusi pengamatankualitas perairanFigure 1.The study area in Lada Bay, Panimbang and distribution of samplingpositions
Tabel 1.Nilai parameter kualitas air yang dibutuhkan untuk budidaya kerang hijauTable 1.Water quality requirement for green mussel aquaculture
Gambar 2. Kecerahan perairan di Teluk Lada. Garis putus- putus menunjukkan kisaran
Gambar 4. Suhu perairan di Teluk Lada. Garis putus- putus menunjukkan kisaran
+6

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi-fungsi sendiri yang penulis buat pada hari ini adalah yang pertama fungsi untuk mengakses halaman tampilan tambah teks berjalan, kemudian fungsi yang kedua

[r]

diperoleh, terlihat bahwa pada kelas eksperimen kemampuan komunikasi matematis mengalami peningkatan presentase yang lebih besar di banding kelas kontrol. Kemudian

Dapat disimpulkan dari paired samples Test ini bahwa terdapat efektivitas pembelajaran IPA dengan menggunakan media e-learning berbasis learning management schoology pada uji

Risdawati Lubis : Uji Jarak Cerobong Udara Dan Lama Pengeringan Terhadap Mutu Kunyit Kering Alat Pengering...,2005.. un JAKAK CEROBONG UDAKA D4.N LAMA PENGERINGAN TERHADAP MUTU

Tabel 3.1 Distribusi Tentang Jawaban Responden Saya Selalu Mengendalikan Tugas Dan Wewenang Yang Diberikan Oleh pimpinan Perusahaan ...74 Tabel 3.2Distribusi Tentang

Pengertian : Sebuah benda angkasa yang mengelilingi matahari, mempunyai massa dan gravitasi yang cukup besar agar bentuknya hampir bulat, dan memiliki lintasan orbit

2.1 Berperilaku ilmiah: teliti, tekun,  jujur terhadap data dan fakta,  disiplin, tanggung jawab,dan  peduli dalam observasi dan