LANGKAH DALAM MENGANALISIS INDUSTRI UNTUK PEMBENTUKAN PORTPOLIO SAHAM
Taufik Wiguna Universitas Trilogi
1. Latar Belakang Masalah
Sebelum para investor mengambil keputusan untuk berinvestasi saham di pasar modal, sebaiknya ada beberapa analisis yang penting investor lakukan. Alasannya agar investor tersebut tidak mengalami kerugian yang cukup besar dan mampu meminimalkan resiko jika berinvestasi. Secara garis besar, investor dapat melakukan dua bentuk analisis saham yaitu analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal mendasarkan diri pada pola-pola pergerakan saham dari waktu ke waktu, dimana teknik ini biasanya sering digunakan oleh praktisi atau
trader. Sedangkan analisis fundamental merupakan suatu analisis saham yang dapat dilakukan secara top-down dimulai dari analisis makro ekonomi, analisis industri, dan analisis perusahaan, dimana analisis ini sering digunakan oleh para akademisi.
2. Tujuan Penulisan
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, adapun tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui dan menganalisis industri. Dengan mengetahui cara dan langkah-langkah dalam menganalisis industri khususnya diharapkan kita mampu memilih industri yang memiliki prospek.
3. Literatur
3.1 PENGERTIAN INDUSTRI
Pada dasarnya pengelompokkan industri tidaklah sesederhana seperti yang dibayangkan. Analisis dan investor memerlukan metode yang dapat digunakan untuk mengklasifikasikan industri dengan tepat. Salah satu sistem klasifikasi industri yang telah dikenal dan digunakan secara luas adalah sistem Standard Industrial Classification (SIC) yang didasarkan pada data sensus dan pengklasifikasian
perusahaan berdasarkan produk dasar yang dihasilkan. Standard Industrial Classification (SIC) mempunyai 11 divisi dan masing-masing divisi diberi tanda A
sampai K, misalnya A (Pertanian dan perikanan), B (pertambangan), dan lain-lain. Kelompok industri utama pada masing-masing divisi dalam SIC akan dibagi lagi menjadi tiga, empat sampai lima digit SIC. Semakin banyak kode digit SIC, semakin spesifik pengelompokkan industri tersebut. Disamping standar klasifikasi SIC, ada beberapa sistem klarifisikasi lainnya yang digunakan untuk mengelompokkan industri, diantaranya adalah indeks industri yang dikeluarkan oleh Standard & Poor Corporation yang mengelompokkan perusahaan ke dalam 90 industri.
3.2 PENTINGNYA ANALISIS INDUSTRI
Analisis industri merupakan tahap penting yang perlu dilakukan investor, karena analisis tersebut dipercaya bisa membantu investor untuk mengidentifikasi peluang-peluang investasi dalam industri yang mempunyai karasteristik risiko dan return yang menguntungkan bagi investor.
Beberapa penelitian yang terkait dengan analisis industri, telah didokumentasikan oleh Reilly dan Brown (1997) dan menghasilkan kesimpulan-kesimpulan seperti berikut ini :
1. Studi mengenai kinerja tahunan industri, menunjukkan bahwa industri yang berbeda mempunyai tingkat return yang berbeda pula.
2. Tingkat return masing-masing industri berbeda di setiap tahunnya.
3. Tingkat return perusahaan-perusahaan di suatu industri yang sama, terlihat cukup beragam.
4. Tingkat risiko berbagai industri juga beragam.
5. Tingkat risiko suatu industri relatif stabil sepanjang waktu.
Dapat disimpulkn bahwa analisis industri penting dilakukan untuk meminimalkan risiko ataupun mengidentifikasi industri yang mempunyai prospek yang menguntungkan. Selanjutnya analisis industri juga perlu diikuti oleh analisis perusahaan, sehingga investor dapat menentukan saham-saham dari perusahaan mana saja dalam suatu kelompok industri yang mempunyai kombinasi return-risiko yang terbaik.
3.3 ESTIMASI TINGKAT KEUNTUNGAN INDUSTRI
(2) mengestimasi Price Earning Ratio (P/E) yang diharapkan atau disebut juga sebagai ecpected earning multiplier industri. Selanjutnya, jika hasil kedua estimasi tersebut dikalikan, maka akan diperoleh nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri (expected ending value of industry).
Dengan mengetahui nilai akhir yang diharapkan dari suatu industrim selanjutnya akan dapat ditentukan tingkat return yang diharapkan dari suatu industri. Caranya adalah dengan membagi nilai akhir yang diharapkan dari suatu industri ditambah dengan dividen yang diharapkan dari industri, dengan nilai awal industri tersebut pada periode sebelumnya. Selanjutnya, dengan membandingkan tingkat return yang diharapkan dari industri terhadap tingkat return yang disyaratkan oleh investor, investor akan dapat menentukan industri mana saja yang layak dijadikan pilihan investasinya. Dalam penentuan keputusan investasi industri tersebut, pilihan investor sebaiknya pada industri-industri yang mampu memberikan return dharapkan yang lebih besar dibanding tingkat return yang disyaratkan investor.
3.4 ESTIMASI EARNING PER SHARE INDUSTRI
Untuk mengestimasi EPS kita perlu mengestimasi penjualan per lembar saham dari suatu industri terlebih dahulu. Ada tiga teknik yang dapat digunakan untuk mengestimasikan tingkat penjualan suatu industri, yaitu dengan daur hidup industri (industri life cycle), analisis input-output, serta hubungan antara industri dengan ekonomi secara keseluruhan. Ketiga teknik tersebut sifatnya saling melengkapi, sehingga investor dapat mengkombinasikan ketiga teknik tersebut untuk mendapatkan gambaran lengkap mengenai posisi dan prospek industri dalam beberapa skenario.
Prakiraan penjualan dan daur hidup industri
a. Tahap permulaan : masa-masa awal perkembangan sebuah industri, pertumbuhan penjualan sangat kecil, dan profit yang dihasilkan kemungkinan akan menunjukkan angka negatif karena perusahaan harus mengeluarkan dana yang cukup besar untuk menutupi biaya promosi dan pengembangan produk di awal-awal pertumbuhan industri.
b. Tahap pertumbuhan : penjualan tumbuh sangat cepat, permintaan meningkat, persaingan belum begitu ketat, profit tumbuh dengan tinggi. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan cenderung lebih besar dari pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
c. Tahap kedewasaan : pertumbuhan penjualan mulai menurun, banyak pesaing mulai masuk dan permintaan relatif stabil. Oleh karena itu, profit akan mengalami penurunan dan menuju tingkat keuntungan yang normal. Pertumbuhan industri pada tahap ini sedikit lebih besar dari pertumbuhan secara keseluruhan.
d. Tahap stabil : tahap yang paling panjang dalam daur hidup industri. Pada tahap ini investor mengestimasi pertumbuhan penjualan secara mudah karena penjualan berkorelasi tinggi dengan kondisi ekonomi. Namun besarnya pertumbuhan penjualan
masing-masing perusahaan secara individual dalam suatu industri akan berbeda-beda satu dengan yang lain, tergantung dari kemampuan manajerial dari masing-masing perusahaan.
e. Tahap penurunan : tingkat penjualan dan profit industri semakin menurun, perusahaan ada yang mulai keluar dari industri dan investor mulai berpikir untuk mencari alternatif industri lain yang lebih menguntungkan. Pertumbuhan industri pada tahap ini akan jauh di bawah pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
3.5 ESTIMASI EARNING MULTIPLIER SUATU INDUSTRI
multiplier industri, seperti dividend-payout ratio (DPR), tingkat return yang
diisyaratkan dalam industri (k), dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen industri yang diharapkan (g).
Analisis makro mengasumsikan adanya hubungan antara perubahan dalam k dan g untuk industri tertentu dengan pasar keseluruhan. Asumsi ini sama halnya dengan hubungan antara perubahan dalam P/E rasio industri dengan P/E pasar secara keseluruhan. Sebelum menggunakan analisis makro untuk mengestimasi earning multiplier untuk industri, diperlukan suatu usaha mengevaluasi terlebih dahulu
kualitas hubungan antara rasio P/E industri yang akan dianalisis dengan P/E pasar. Disamping itu perlu dilengkapi dengan pasar mikro.
Estimasi earning multiplier industri dengan analisis mikro yang dilakukan dengan cara mengestimasi tiga variabel yang menentukan earning multiplier industri (dividend-payout ratio, tingkat return yang diisyaratkan dan tingkat pertumbuhan earning dan dividen yang diharapkan) dan membandingkan ketiga variabel tersebut dengan P/E pasar. Dari hasil analisis tersebut, selanjutnya dapat diketahui apakah earning multiplier industri akan berada di atas, di bawah ataupun
sama dengan earning multiplier pasar.
4. Rekomendasi
Rekomendasi yang dapat diberikan dalam menganalisa industri sebaiknya di gunakan langkah langkah dan mengikuti cara yang terbaik seperti diatas agar kita dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dan agar meminimalisasi risiko yang ada.Investor harus selalu melaksanakan praktik-praktik terbaik dalam pengelolaan terhadap risiko, dan dibutuhkan kejelian dan ketelitian untuk menentukan pembentukan saham yang optimal.
5. Kesimpulan
bisa mengetahui jenis industri apa saja yang memberikan prospek paling menjanjikan ataupun sebaliknya. Setalah melakukan analisis industri, investor nantinya akan menggunakan informasi tersebut sebagai masukan untuk mempertimbangkan saham-saham dari kelompok industri mana sajakah yang akan dimasukkan dalam portofolio yang akan dibentuknya.
6. Daftar Pustaka
1. Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study of
Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of Internet
Banking and Commerce.Vol.22, No. 3,2017.
2. Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset
Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting
the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of
Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189
3. Kisman, Z. Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories and
Evidence. Transylvanian Review. Vol XXIV, No. 08,2016.
4. Gunawan, Agus. 2015. Makalah Sektor Indutri di Indonesia, (Online),
(http://pakguruhonorer.blogspot.co.id), diakses 28 Oktober 2017.
5. Machmud, Amir. 2016. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga.
Bandung. 2017. Klasifikasi Industri di Indonesia, (Online),