DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Calon Anggota Komnas HAM periode 2012-2017
DATA PRIBADI
NAMA DHIA PREKASHA YOEDHA
ALAMAT RUMAH Jln.Pare I Blok D6 No.20 Sektor I.6 Griya Loka, BSD City.
Kelurahan Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, Tangerang Selatan 15318 ALAMAT DI JAKARTA Gang Penegak I No.5 Matraman Raya.
Kelurahan Palmeriam, Kecamatan Matraman, Jakarta Timur 13140 TEMPAT & TGL LAHIR Jakarta, 24 Juli 1955
JENIS KELAMIN Laki Laki
TELEPON RUMAH 021 – 5378685
TELEPON SELULAR 0816 1990 232 & 0821 1062 1657 & 0878 7150 2025 EMAIL dpy@journalist.com; dpy08161990232@gmail.com;
yodansasia@yahoo.com.au;
PENDIDIKAN FORMAL
TAHUN
MULAI SELESAITAHUN NAMA UNIVERSITAS / SEKOLAH TEMPAT GELAR
1995 1999 Universitas Indonesia – Pasca Sarjana Pengkajian Ketahanan Nasional ( Thesis Tidak Selesai ) Jakarta
-1978 1980 Universitas Indonesia – Filsafat s/d Tk V ( Tidak Melanjut )Fakultas Sastra ( Fakultas Ilmu Budaya ) Jakarta
-1974 1985 Universitas Indonesia – KriminologiFakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jakarta Drs
1973 1973 SMAN V Filial ( Sekarang SMAN XXX ) Jakarta Pusat. Jakarta
-1971 1972 SMA St Fransiskus, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Jakarta
-1968 1970 SMP St Fransiskus I, Kramat Raya, Jakarta Pusat. Jakarta -1960 1967 TK/SR/SD Trisula -Yayasan PerWaRI, Salemba, Jakarta Pusat. Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL TAHUN
MULAI
TAHUN SELESAI
NAMA PROGRAM & INSTITUSI PEYELENGGARA TEMPAT
1976 1976 Pelatihan Kejuruan Pertanian BLKP Depnakertrans,
Lembang, Jawa Barat
1977 1977 Kuliah Kerja Nyata
UNIVERSITAS INDONESIA Pandeglang, Banten
1978 1978 Latihan Dasar Militer
MenWa UNIVERSITAS INDONESIA RinDaM V Jaya Condet, Jakarta 1980 1980 Penataran P4 Tk Nasional Angkatan IV
Penyelenggara Menpora & BP7 Cibubur, Jakarta
1985 1985 Penataran Kewaspadaan Nasional Tk Nasional Angkatan II Penyelenggara Menpora & Lemhanas
Cibubur, Jakarta
1987 1987 Diklat PRECISISION JOURNALISM,
PusDikLat LitBang skh KOMPAS
RUMAH ANGGREK Palmerah, Jakarta 1990 1990 Kursus Singkat Jurnalisme Moneter
Penyelenggara Bank Indonesia & PerBaNaS Puncak, Jawa Barat 1991 1991 Kursus Hukum Bisnis di (IBLAM)
Institute Business, Legal & Management Hotel WisataJakarta 1992 1992 English for Journalis by ELTI
a refreshing course for Kompas editor Redaksi KOMPAS,Palmerah, Jakarta 1993 1993 Kursus singkat Jurnalisme Hukum, dsbl
Penyelenggara Lembaga Pers Dr Soetomo
LPDS , Jakarta
PENGALAMAN DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA *) TAHUN
MULAI SELESAITAHUN LEMBAGA / INSTANSI ALAMAT / TELP JABATAN TUGAS / TANGGUNGJAWAB
1992 1995 SK KOMPAS Jl Palmerah
Selatan 26-28 Jakarta Pusat
Staf Redaksi Peliput Masalah Hukum dan Pemberitaan Kegiatan KomNas HAM
1
1993 1996 DPP Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (SBSI) sektor Pers, Penerangan & Grafika
Jl. Tegalan dan Jl. Kayu Ramin, Utan Kayu, Jakarta Timur
Ketua / Pendiri SBSI SPPG
Penyadaran Hak-hak Buruh di sektor PPG
( khususnya jurnalis dan para pekerja pers) 1995 1996 ALIANSI JURNALIS
INDEPENDEN ( AJI )
Melawan Pembungkaman Pers, Sosialisasi Hak Asasi Kebebasan Berpendapat
1996 1998 Dipaksa Orba MUNDUR dari Profesi Jurnalis karena bertahan di AJI, SBSI & “Civil Society”
Dari berbagai lokasi dan terus berpindah alamat
Penggerak berbagai aksi Advokasi HAM / ProDemokrasi
Membangun jaringan kerja lintas SARA untuk melawan intimidasi/aksi teror sistimatis dari penguasa Orba saat itu.
1998 1999 FORUM WACANA UI
(Forum MahasisWA PasCA SarjaNA bersama La Ode Ida, Arif Mudatsir M Fajrul Rahman Satrio Arismunan dar,Efendi Gazali
Galang Mahasiswa S2 / S3 lintas kampus mendukung Tuntutan Gerakan Reformasi Hak hak Politik, Hukum dan Ekonomi yang dilancarkan Mahasiswa S1 se-Indonesia
1998 1999 Resmi jadi jurnalis kembaii di Majalah manajemen mutu appraisal, lingkungan
EKOLITA setelah 3 tahun dipasung Rezim OrBa via larangan dari PWI Jaya
PT Surveyor Indonesia, di jln Warung Buncit & Gd. Adhi Graha
Pemberitaan kampanye ihwal hak-hak konsumen, hak hak ulayat dan indigenous people dalam konteks lingkungan hidup.
2002 2002 www.detakanalisis.com media online khusus analisis tentang fakta konspirasi di balik berita
Gd. Poros
Mendorong transparansi clean government dengan memperkuat hak hak publik untuk mengontrrol
2006 2007 Majalah Berita Mingguan PILARS
Gd. Artha Graha. SCBD Semanggi
Redaktur Laporan Utama
Bersambung 2011 2012 KPAI dan Konsorsium
ABH (Reformasi Sistem Perlindungan Anak yang Berhadapan dengan Hukum - ABH)
Jl. Teuku Umar 8-10 Menteng, Jakarta Pusat
Koordinator Jaringan Media untuk
Konsorsium ABH
Mengawal Pembahasan “RUU SIstem Peradilan Anak” di DPR, agar tidak menjadi Produk Hukum yang Melanggar HAM.
*) Untuk Pengalaman di Bidang HAM Lihat juga Tambahan INFORMASI KHUSUS di Halaman 4 dan 5 Formulir ini PUBLIKASI DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA 10 TAHUN TERAKHIR **)
JUDUL MEDIA TAHUN
TERBIT
KETERANGAN
97,05% Mahasiswi di Yogyakarta Hilang Kegadisannya (?): Tanggung Jawab Jurnalis dan
Penyesatan Pendapat Umum ***)
www.detakanalisis.com Jakarta, Jum'at, 02/08/2002. 15.35
Materi Bahasan:
Perlindungan Hak Publik, Kode Etik Peneliti dan Jurnalis, Hak Jawab
Profesionalisme dan Kinerja Organisasi Jurnalis ( Profesionalism and Performance of Journalist Organizations)
Di dalam buku The
Industrialization of Media in
Democatizing Indonesia,
Journal article by Ariel Her Yanto and Stanley Yoseph Adi, catatan kaki 27 halaman 81 in Contemporary Southeast Asia, Vol 23, 2001
Unpublished paper presented at Seminar Eavaluasi Organisasi Jurnalis, Jakarta, Aliansi Jurnalis Independen 7 August 2000
Terkutip sebagai berikut:
“ …One the earliest and most actived advocated of unionization for the journalist under the New Order is Dhia Prekasha Yoedha, see Dhia Prekasha Yoedha, Profesionalisme dan Kinerja Organisasi Jurnalis
(Profesionalism and Performance of Journalist Organizations)
Unpublished paper presented at Seminar Eavaluasi Organisasi Jurnalis, Jakarta, Aliansi Jurnalis Independen 7 August 2000 “
**) Untuk Publikasi di Bidang HAM, Lihat juga Tambahan INFORMASI KHUSUS di Halaman 6 Formulir ini.
***) Terlampir di Lampiran II dalam Tambahan INFORMASI KHUSUS di Halaman 7 Formulir ini
Demikian CV ini dibuat dengan data dan informasi yang sebenarnya.
Tempat Tanggal Bulan Tahun
Jakarta 27 Januari 2012
Tanda Tangan
( Dhia Prekasha Yoedha ) Nama Lengkap
CATATAN :
Formulir dapat diisi langsung dengan menggunakan komputer (MS Word) atau menggunakan pena.TAMBAHAN INFORMASI KHUSUS
LAMPIRAN I
PENGALAMAN Dhia Prekasha Yoedha DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA
TAHUN JENIS KEGIATAN TEMPAT/ LOKASI
LEMBAGA / INSTANSI
PERAN / POSISI TUGAS / TANGGUNG
JAWAB
1992 Membentuk Serikat Buruh Sejahtera
DPP SBSI SPPG Ketua DPP SBSI SPPG didampingi Wakil Ketua,Satrio Arismunandar dan Sekjen En Jakob Ereste. terbuai mithos diri sebagai Profesi, tapi wajib sadar telah dijadikan ‘buruh’ dalam era industri media.
1992 Advokasi 54 pekerja pers harian sore Suara Pembaruan/SP korban Skorsing akibat bersengketa dengan manajemen PT Sinar Kasih.
Hotel Nirwana, Kampung Melayu, Jakarta markas pekerja pers di jajaran redaksi Suara dan Penerbit SK Suara Pembaruan
Menggugat sikap sdr. Dr Albert Hasibuan SH yang akibat Role Conflict sebagai anggota Komnas malah melanggar HAM dan hak-hak pekerja pers.
Hak Asasi Manusia II Dibuka PresidenRI Soeharto di Istana Merdeka Jakarta
Penyelenggara Komnas HAM & Deplu RI 1995 Konferensi Jurnalis
se-Asia Pasifik Pnompenh, Kampuchea Penyelenggara IFJ International Federation of Journalist
Presidium AJI /
Ketua Delegasi Pemakalah/Penggalang dukungan internasional untuk Kebebasan Pers & Hak hak Pekerja Pers di Indonesia. 1996 Konferensi Buruh
Grafika Asia Pasifik Manila, Filipina PenyelenggaraIGF International Graphics
Federation
Ketua DPP SBSI
jelang Matatuli 27 Juli 1996.
TAHUN JENIS KEGIATAN TEMPAT/
LOKASI LEMBAGA /INSTANSI PERAN / POSISI
TUGAS / TANGGUNG
JAWAB 1998 Kerjasama Penelitian /
FocusGroupDiscussion Reformasi Pemisahan Polri dari ABRI menjadi Penegak Kamtibmas Sipil
Jakarta, Penyelenggara Mabes Polri & Forum Wacana penegak hukum / Kamtibmas yang mematuhi HAM. 1999 Semiloka Gabungan
tentang Reformasi & Redefinisi Posisi TNI/POLRI di dalam Era Reformasi Bersama wakil mahasiswa dari 2000 Seminar Internasional
Penyelesaian Konflik UU Intelejen yang demokratis dan menghormati HAM sebagai salah satu payung hukum
2001 Semiloka Internasional
Kode Etik Jurnalistik Hotel RegencyKuningan, Jakarta, dibuka Independen - YJI
Pengarah dan Nara sumber Loka Karya 3 hari yang dikuti oleh wakil-wakil media massa dari 21 provinsi se Indonesia
Hukum / Kode Etik Jurnalistik wajib melindungi media dan kepentingan publik dari aksi premanisme atas media maupun premanisme oleh media.
LAMPIRAN II
PUBLIKASI karya-karya Dhia Prekasha Yoedha DI BIDANG HAK ASASI MANUSIA
JUDUL MEDIA TAHUN TERBIT KETERANGAN
Konspirasi Penguasa dan Pengusaha dalam Oligopoli Media memanipulasi pers dan informasi public
Buku Seri Laporan dan Catatan Keadaan HAM di Indonesia 1994
Penerbit Divisi Khusus
YLBHI Jakarta, 1995 Kata Pengantar Mulyana W Kusuma; Materi Bahasan: Hak Jurnalis,
Hak Pengusaha Media Hak Publik Pembaca, dll Siapa Memeras Keringat
Siapa Buku Seri IGAUAN DARI ISSUE DAN SALEMBA Rangkuman karya lepas Alumni UI Soe Hok Gie Sjahrir, Moh Iksan, Hariman Siregar, Chatib Basri dll
Penerbit Badan Otonom ECONOMICA FEUI, DEPOK 1995
Kata Pengantar: Prof DR Dorodjatun Koentjorojakti. Materi Bahasan: Hak Berusaha, Hak Publik
Akuntabilitas Profesi ICMI: Menggaruk
Kegatalan Umat Buku Seri IGAUAN DARI ISSUE DAN SALEMBA Rangkuman karya lepas Alumni UI Soe Hok Gie Sjahrir, Moh Iksan, Hariman Siregar Chatib Basri, dll
Penerbit Badan Otonom ECONOMICA FEUI, DEPOK 1995
Kata Pengantar: Prof DR Dorodjatun
Koentjorojakti. Materi Bahasan: Hak Identitas, Hak Berbicara,
Peran Cendekiawan dan Dinamika Masyarakat Yogya & Pustaka Republika 1996.
Kata Pengantar
Prof DR Dawam Rahardjo Rangkuman Hasil simposium
Majelis Sinergi Kalam ICMI Materi Bahasan:
Hak Berbicara Hak Berserikat dsb Memperjuangkan Pers
Bebas di Masa Transisi
Dalam Buku BERSIKAP INDEPENDEN Pedoman Meliput Pemilu di Masa
Demokrasi Transisi.
Penerbit PACT & AJI Jakarta 1999
Materi Bahasan: Hak Berpendapat Hak Memilih Hak Dipilih dsb Politik Anti Cina di Balik
Kepentingan Politik Ekonomi Orde Baru
Dalam Jurnal Konfrontasi No.I
Jakarta 1999. Materi Bahasan: Politik Diskriminasi, Pelanggaran HAM Berat
Politik Anti Cina di Balik Kepentingan Politik
Editor: J.Bebari & Albertus Sugeng; & DR. Kusnanto Anggoro Profesionalisme dan
Kinerja Organisasi Jurnalis
( Profesionalism and Performance of Journalist Organizations ) article by Ariel Her Yanto and Stanley Yoseph Adi, in presented at Seminar Eavaluasi Organisasi Jurnalis, Jakarta, Aliansi Jurnalis Independen 7 August 2000
Terkutip sebagai berikut:
“... One the earliest and most actived advocated of unionize- tion for the journalist under the New Order is Dhia Prekasha Yoedha, see Dhia Prekasha Yoedha,Profesionalisme dan Kinerja Organisasi Jurnalis ( Profesionalism and Performan ce of Journalist Organizations)
Unpublished paper presented at Seminar Evaluasi Organisasi Jurnalis Jakarta,
Aliansi Jurnalis Independen 7 August 2000 “
LAMPIRAN III
CONTOH KARYA TULISAN
97,05% Mahasiswi di Yogyakarta Hilang Kegadisannya(?)
Tanggung Jawab Jurnalis dan Penyesatan Pendapat Umum
Jum'at, 02/08/02.15.35
detakanalisis--Jumat pagi tatkala hampir isi semua berita utama media cetak maupun siaran masih bergelut dengan kejadian di seputar Sidang Tahunan MPR dan juga kunjungan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell, sebaliknya media online terbesar dan pertama di Indonesia www.detik.com
justru bersikap sebaliknya dengan menurunkan berita seronok dengan judul yang sangat sensasional: 97,05% Mahasiswi di Yogyakarta Hilang Kegadisannya sebagaimana dilaporkan oleh Reporter: Bagus Kurniawan.dan yang ditutup dengan initial (bgs, ani) sebagai tim penulis.
Manusia mana (sudah tentu yang memahami bahasa Indonesia, sic) yang tidak segera terbetot matanya untuk segera mengikuti berita itu. Paling tidak kalaupun dia tidak sempat membacanya sampai habis dan tuntas, niscaya makna dan muatan pernyataan 97,05% Mahasiswi di Yogyakarta Hilang Kegadisannya sudah membenam di benak kepalanya. Sehingga di alam bawah sadar pun dia cenderung mempersepsikan bahwa hampir 100 persen mahasiswi di Yogyakarta dipastikan tidak perawan lagi. Atau dengan kata lain hanya tinggal sekitar 2,95 % mahasiswi di Yogyakarta yang masih perawan.
Apakah memang demikian? Ternyata tidak.
Berita berjudul 97,05% Mahasiswi di Yogyakarta Hilang Kegadisannya itu dibuka dengan teras berita (lead atau alinea pertama) sebagai berikut: “detikcom - Yogyakarta, Sungguh mencengangkan dan mengerikan mengetahui kehidupan seks mahasiswi di kota pelajar Yogyakarta. Suatu penelitian yang dilakukan oleh Lembaga Studi Cinta dan Kemanusiaan serta Pusat Pelatihan Bisnis dan Humaniora (LSCK PUSBIH) menunjukkan hampir 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanannya saat kuliah”
Lalu dilanjutkan dengan alinea berikut; yang berbunyi: “ Yang lebih mengenaskan, semua responden mengaku melakukan hubungan seks tanpa ada paksaan. Semua dilakukan atas dasar suka sama suka dan adanya kebutuhan. Selain itu, ada sebagian responden mengaku melakukan hubungan seks dengan lebih dari satu pasangan dan tidak bersifat komersil.”
Setelah itu baru masuk ke bridges (alinea penghubung dari teras berita ke tubuh berita) yang lazimnya berisikan keterangan tentang unsur siapa, di mana, dan kapan, dari pokok berita. Yaitu: “Hal itu dikemukakan Direktur Eksekutif LSCK PUSBIH, Iip Wijayanto, kepada wartawan di gedung Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), Jl. Malioboro, Yogyakarta, Kamis (1/8/2002)”
Dari situ www.detik.com baru mulai masuk ke unsur tubuh berita, yang berbunyi sebagai berikut: “Menurut Iip, penelitian itu dilakukan selama 3 tahun mulai Juli 1999 hingga Juli 2002, dengan melibatkan sekitar 1.660 responden yang berasal dari 16 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Yogya. Dari 1.660 responden itu, 97,05 persen mengaku sudah hilang keperawanannya saat kuliah.”
Kemudian diikuti alinea berikut: “Hanya ada tiga responden atau 0,18 persen saja yang mengaku sama sekali belum pernah melakukan kegiatan seks, termasuk masturbasi. ‘Ketiga responden itu juga mengaku sama sekali belum pernah mengakses tontonan maupun bacaan berbau seks,’ ungkapnya.” Dan seterusnya.
dari 1.660 mahasiswi di Yogyakarta yang dijadikan responden penelitian LSCK PUSBIH itu.
Karena itu, pertanyaan berikut adalah:
a. Apakah 1.660 mahasiswi di Yogyakarta yang dijadikan responden, kita sebut saja sebagai S (sample) di dalam penelitian ini, bisa serta merta 'dianggap' mewakili seluruh populasi mahasiswi atau sebut saja sebagai P (population) yang ada di Yogyakarta ?
b. Dapatkah dalam penelitian ini bisa diberlakukan prinsip Pars Pro Toto
atau sebagian mewakili keseluruhan atau dengan kata lain, apa yang terjadi di S berlaku juga bagi P?
c. Bukankah prinsip itu (S=P) hanya bisa diberlakukan jika memang memenuhi persyaratan prinsip dam teknis metodologi penelitian tertentu yang harus diuji validity dan reliability masing-masing lewat serangkaian
test pretest yang sangat ketat, terutama dalam menetapkan sample dan penarikan?
Tentang hal itu, LSCK PUSBIH seperti dikemukakan oleh Direktur Eksekutif-nya Iip Wijayanto niscaya tidak berani meEksekutif-nyatakan S = P. Apalagi, jika dia dicecar lebih jauh soal teknik sampling yang dipakainya untuk menetapkan penarikan 1.660 mahasiswi Yogyakarta yang dijadikan responden.
Contoh:
a.Apakah itu mengunakan teknik random sample (contoh secara acak) atau
stratified sample (contoh berstruktur sesuai pengelompokan kelas dan kategorisasi lain, agar responden yang ditetapkan menyerupai miniatur populasi yang diwakilinya) tertentu?
b.Kenapa harus 1.660 mahasiswi saja?
c.Siapa saja ke-1660 mahasiswi itu dan kenapa bisa mereka yang terpilih jadi responden?
Mengapa hal seperti itu harus dipertanyakan? Karena bisa jadi tanpa sadar sejak awal sudah ada kehendak untuk mengarahkan agar sample yang terpilih untuk dijadikan responden, bisa memberikan suatu jawaban tertentu yang dikehendaki peneliti. Dalam arti bisa saja ada bias di mindset (tata pikir) peneliti. Atau bias maupun kekeliruan menetapkan daerah penelitian serta obyek penelitian.
Contoh: penelitian buat melihat ketaatan beragama dengan indikator shalat lima waktu, yang sampling-nya oleh peneliti diarahkan di komunitas pesantren. Atau soal sejauh mana kebebasan ekspresi seksual dengan mengambil lokasi penelitian di daerah lokalisasi pelacuran. Kecenderungan seperti ini sering terjadi, terutama dalam kasus penelitian berdasarkan
order atau pesanan tertentu.
Mengingat Iip Wijayanto juga tak menyatakan bahwa S = P --dalam arti 97,05 persen mahasiswi yang ditemukan tidak perawan itu, terjadi dalam kasus 1.660 mahasiswi di Yogyakarta yang dijadikan responden penelitian LSCK PUSBIH-- maka pertanyaan berikut ini seharusnya dialamatkan kepada
www.detik.com. Yaitu:
a.Mengapa segegabah itu komunitas jurnalis di www.detik.com bisa lancang menyatakan: 97,05% Mahasiswi di Yogyakarta Hilang Kegadisannya sebagaimana tercermin dalam judul berita yang dilansir Jumat pagi (2/8) itu?
judul: 97,05% Mahasiswi Responden Penelitian di Yogyakarta Hilang Kegadisannya?
c.Mengapa di lead atau teras berita (yang merupakan intisari dan pokok utama isi berita) yaitu: " ... hampir 97,05 persen mahasiswi di Yogyakarta sudah hilang keperawanannya saat kuliah." tidak dicantumkan kata "dari 1.660 responden yang berasal dari 16 perguruan tinggi baik negeri maupun swasta di Yogya." sebagai pengganti kata mahasiswi setelah tulisan 97.05 persen?
d.Mengapa pencantuman S itu diabaikan? Padahal mengingat kemungkinan ada alasan teknis atau harus diedit ketat sesuai prinsip penulisan piramida terbalik -yang mewajibkan pencantuman isi unsur berita terpenting di bagian teratas dst berurutan sampai yang tidak penting di ekor terbawah tubuh berita,- demi mempertahankan keutuhan materi terpenting berita (meski cuma jadi filler atau berupa berita satu alinea saja), fakta S
wajib dicantumkan, bukan malah dikaburkan agar terkesan sebagai P.
e.Bukankah pengabaian hal itu bisa menciptakan missleading (pengecohan dan pemelintiran) dari persepsi pembaca sehingga akan berujung pada perancuan pendapat umum?
f.Bukankah pola penulisan breaking news (tidak berlaku mutlak untuk news analyses) sesuai karakteristik online news di dunia cyber media yang menuntut keringkasan materi dan kecepatan dan efisiensi waktu bagi para
hitter pembacanya, juga tetap wajib memenuhi prinsip akurasi,dan obyektivitas?
g.Sejauh mana para jurnalis (terutama di www.detik.com memahami dan menguasai prinsip dan teknik dalam precision journalism sebagai skill
(cabang keahlian) dalam pemberitaan yang memanfaatkan data statistik?
h.Bukankah jurnalis sesuai kode etik profesi juga harus mencegah timbulnya keresahan publik akibat kesimpangsiuran berita yang tidak jelas?
i.Apakah jurnalis dan media yang bersangkutan pernah menimbang, berapa puluh ribu mahasiswi yang ada di Yogyakarta, yang boleh jadi tergolong pada 2,95 persen hasil penelitian, kini harus repot menangkis kecurigaan publik, belum lagi kegundahan dari orang tuanya yang berpayah-payah membiayai mereka kuliah jauh-jauh ke 'kota pelajar' ini?
Rasanya, Budiono Darsono dan rekan-rekan di www.detik.com masih ingat bahwa sebagai jurnalis kita bukan hanya wajib profesional. Tapi seperti apa kata kode etik profesi kita, jurnalis juga harus bernurani. (dhia prekasha yoedha)
Outgoing mail is certified Virus Free.
Checked by AVG anti-virus system (http://www.grisoft.com). Version: 6.0.381 / Virus Database: 214 - Release Date: 8/2/02
Previous message: [Nasional] Tanggung Jawab Jurnalis dan Penyesatan Pendapat Umum
Next message: [Nasional] Tanggung Jawab Jurnalis dan Penyesatan Pendapat Umum