• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gotong Royong Headlines 25 Fakta Tentang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Gotong Royong Headlines 25 Fakta Tentang"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

Gotong Royong

»

Headlines

25 Fakta Tentang Gerwani

Jumat, 8 November 2013 | 8:27 WIB · 0 Komentar

Pasca peristiwa G30S 1965, cerita mengenai Gerakan Wanita Indonesia

(Gerwani) hampir semuanya berbau fitnah. Kehadiran sejumlah anggota

Gerwani di Lubang Buaya, Jakarta, pada malam 1 Oktober 1965,

dikaitkan dengan keterlibatannya dalam peristiwa G30S 1965.

Sejak itu, kampanye fitnah tentang Gerwani mengalir deras.Gerwani difitnah menyilet kemaluan para Jenderal dan mencungkil matanya. Tak hanya itu, kehadiran Gerwani di Lubang buaya juga dikaitkan dengan pesta seks bebas dan tarian seksual “Harum Bunga”.

Propaganda fitnah itu awalnya dilancarkan oleh koran-koran milik Angkatan Bersenjata. Propaganda itu kemudian dipahatkan melalui diorama di museum Lubang Buaya. Lalu, sejak tahun 1980-an, fitnah itu dikemas melalui film Pengkhianatan G30S/PKI. Cerita fitnah itu juga diawetkan melalui penulisan buku-buku sejarah versi Orba.

(2)

Berikut ini 30 fakta tentang Gerwani yang kami himpun dari berbagai kesaksian dan dokumen yang sudah terpublikasi luas, baik melalui penerbitan buku-buku, jurnal, maupun internet.

1. Sebagian besar pendiri Gerakan Wanita Sedar (Gerwis), yang kelak berganti nama menjadi Gerwani, adalah perempuan-perempuan revolusioner yang pernah terlibat dalam perjuangan melawan kolonialisme dan revolusi bersenjata pasca

Proklamasi 17 Agustus 1945. Pemimpin terkemuka Gerwis, yakni SK Trimurti, sudah terlibat dalam pergerakan anti-kolonial bersama Bung Karno sejak tahun 1930-an. Pasca Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, ia ditunjuk sebagai Menteri Perburuhan pertama dalam sejarah Republik; Tokoh pendiri lainnya, Salawati Daud, adalah walikota Makassar yang pertama di bawah pemerintahan RI sekaligus Walikota perempuan pertama di Indonesia. Ia aktif di pergerakan anti-kolonial sejak tahun 1930an. Tak hanya mengorganisir perlawanan, Salawati Daud turut bergerilya dan mengangkat senjata melawan Belanda; Tokoh Gerwani yang lain, seperti Soedjinah, Umi Sardjono, Soelami, dan lain-lain, juga tercatat ikut memanggul senjata membela kemerdekaan Republik Indonesia pasca Proklamasi 17 Agustus 1945.

2. Gerwis, yang berdiri tanggal 4 Juni 1950, aktif dalam kampanye dan aksi-aksi menuntut pembatalan hasil Konferensi Meja Bundar (KMB), menentang

kembalinya modal asing, dan mengutuk peristiwa reaksioner peristiwa 17 Oktober 1952 (upaya sejumlah perwira AD mengkudeta Bung Karno dan membubarkan parlemen).

3. Pada tahun 1952, Gerwis aktif dalam memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti di Semarang, Kendal, Tanjung Morawa (Sumut), Brastagi (Sumut), dan lain-lain. 4. Pada tahun 1955, Gerwani (Cat: Gerwis berganti nama menjadi Gerwani di

kongres II tahun 1954) aktif memperjuangkan Undang-Undang Perkawinan yang demokratis. Di DPR, Ketua Umum Gerwani Umi Sardjono menegaskan bahwa perjuangan mengesahkan UU perkawinan harus dipandang sebagai perjuangan melengkapi revolusi nasional.

5. Pada tahun itu juga Gerwani mengadvokasi seorang perempuan bernama Maisuri, yang dipenjara karena menolak kawin paksa dan memilih lari dengan pacarnya. Gerwani juga mengecam dan mengusut tuntas kasus pembunuhan Attamini, seorang perempuan dari keluarga miskin di Malang, oleh seorang pedagang kaya keturunan Arab.

6. Gerwani paling keras menentang poligami, perkawinan anak-anak, dan pelecehan terhadap perempuan. Bagi Gerwani, pengertian kemerdekaan nasional

sepenuhnya meliputi juga penghapusan terhadap poligami, kawin paksa, pelacuran dan beban kerja ganda.

(3)

8. Pada tahun 1957, Gerwani aktif mendukung gerakan buruh untuk menasionalisasi perusahaan asing, terutama perusahaan milik Belanda. Langkah ini sekaligus upaya pemerintahan Bung Karno untuk melikuidasi sisa-sisa ekonomi kolonial. Dalam kampanye nasionalisasi terhadap perusahaan minyak Caltex, Gerwani dan SOBSI menggalang pembantu rumah tangga untuk memboikot majikan mereka. Aksi itu meluas ke restoran dan toko-toko untuk menolak melayani orang asing. 9. Pada tahun 1960-an, Gerwani berkampanye untuk ketersediaan pangan dan

sandang bagi rakyat. Tak hanya itu, gerwani rajin melakukan aksi demonstrasi untuk menentang kenaikan harga bahan pokok. Salah satu demonstrasi besar yang digalang Gerwani untuk menolak kenaikan harga terjadi pada tahun 1960. Bung Karno merespon aksi tersebut dan berjanji menurunkan harga dalam tiga tahun. 10. Di desa-desa, anggota Gerwani giat bekerjasama dengan Barisan Tani Indonesia

(BTI) untuk membela dan memperjuangkan hak-hak kaum tani, seperti hak atas tanah, pembagian hasil panen yang adil, dan lain-lain. Gerwani juga menggelar kursus dan pelatihan bagi perempuan tani di desa-desa. Gerwani juga aktif memperjuangkan dilaksanakannya UU Pokok Agraria (UUPA) 1960 dan UU Perjanjian Bagi Hasil (PBH).

11. Gerwani aktif memperjuangkan hak-hak buruh perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani berhasil mendesak Kongres Wanita Indonesia (Kowani) untuk

mengadopsi piagam hak-hak perempuan, yang di dalamnya ada bab khusus tentang hak buruh perempuan, seperti hak yang sama antara laki-laki dan perempuan dalam memasuki semua pekerjaan dan promosi jabatan, kesetaraan upah, dan penghapusan segala bentuk diskriminasi di tempat kerja. Gerwani dan SOBSI juga kerap menggelar aksi bersama menuntut upah yang sama, cuti menstruasi dan hamil, hak perempuan mendapat promosi dan perlakuan yang sama di tempat kerja.

12. Pada tahun 1962, Gerwani mendukung politik Bung Karno untuk mengganyang negara boneka bentukan Inggris di Malaya, yakni federasi Malaysia. Tak hanya berkampanye dan menggelar aksi demonstrasi, Gerwani juga menyetorkan anggotanya untuk menjadi sukarelawati dan dipersiapkan untuk dikirim dalam operasi Trikora.

13. Gerwani aktif menentang pemberontakan PRRI/Permesta, yang dibelakangnya adalah kepentingan imperialisme AS. Bagi Gerwani, meneruskan revolusi berarti melawan PRRI/Permesta.

14. Pada tahun 1960, Gerwani aktif mendukung kampanye pemberantasan Buta Huruf (PBH) yang diserukan oleh Bung Karno. Untuk keperluan itu, Gerwani mendirikan banyak sekali tempat-tempat belajar dan menggelar kursus-kursus PBH.

15. Gerwani aktif dalam memperjuangkan hak-hak anak-anak. Gerwani, misalnya, mendirikan fasilitas pengasuhan untuk anak-anak. Salah satunya adalah tempat penitipan anak. Pada pertengahan 1960, Gerwani punya 1.500 balai penitipan anak semacam itu. Pada tahun 1963, Gerwani resmi mendirikan Yayasan Taman Kanak-Kanank (TK) Melati, yang pengurusnya bekerja penuh mengurus

(4)

kemanusiaan, cinta kebenaran dan keadilan, cinta persahabatan dan perdamaian, dan cinta alam sekitar.

16. Gerwani aktif berkampanye untuk pemberantasan korupsi hingga ke akar-akarnya. Gerwani menuding korupsi sebagai salah satu biang kerok kenaikan harga-harga. Beberapa aksi demonstrasi yang digalang Gerwani berisi tuntutan penghapusan korupsi dan retooling aparatur negara.

17. Gerwani aktif menentang pelacuran. Bagi Gerwani, pelacuran bukan kesalahan perempuan, kondisi sosial dan ekonomi-lah yang memaksa mereka menjadi pelacur. Gerwani yakin, pelacuran akan lenyap di Indonesia apabila sosialisme sudah dipraktekkan.

18. Gerwani juga aktif menentang pornografi dan memboikot film-film yang merendahkan martabat perempuan. Pada tahun 1950-an, Gerwani aktif

berkampanye menentang film-film yang mempromosikan kebudayaan imperialis, terutama film-film Amerika Serikat (AS). Salah satu film yang diprotes berjudul

Rock ‘n Roll, yang dianggap bisa meracuni pikiran anak-anak muda. Film lain yang diprotes semisal Rock Around the Clock (1956) dan Don’t Knock the Rock.

Selanjutnya, dalam kerangka melawan kebudayaan imperialis, Gerwani mendukung berdirinya Lembaga Film Rakyat.

19. Hingga Januari 1964, Gerwani mengklaim punya anggota sebanyak 1.750.000 orang. Dan mereka yakin, pada akhir 1965 bisa melipatkan gandakan anggota menjadi 3 juta orang. Tak hanya itu, cabang-cabang Gerwani juga berdiri di hampir semua daerah.

20. Gerwani aktif dalam kampanye dan menggelar aksi-aksi menentang

imperialisme, seperti aksi menentang aksi imperialisme Belanda saat kampanye Trikora, lalu aksi menentang kolonialisme Inggris melalui kampaye Dwikora, menuntut nasionalisasi perusahaan milik negara-negara imperialis, dan mengecam keterlibatan imperialisme AS dalam pemberontakan PRRI/Permesta.

21. Gerwani memiliki majalah bulanan bernama Api Kartini, yang mengulas banyak persoalan: dari pergerakan perempuan, situasi ekonomi-politik nasional, budaya, masalah-masalah perempuan, resep masakan, jahit-menjahit, dan lain-lain. Anggota redaksinya terdiri dari: Maasje Siwi S, S Sijah, Darmini, Parjani Pradono, SK Trimurti. Turut membantu redaksi, antara lain: Rukiah Kertapati, Sugiarti Siswadi, Mr Trees Sunio, Sulami, Rukmi B Resobowo, Siti Suratih, Sulistyowarni, Sutarni, Sudjinah, dan Sarini.

22. Gerwani aktif berkampanye tentang perlunya gerakan politik perempuan dan mendorong perempuan masuk ke gelanggang politik. Gerwani berharap lebih banyak wanita yang menjadi anggota DPR dan DPRD, kepala desa, Bupati, Gubernur, Menteri, dan lain-lain. Pada pemilu 1955, sejumlah pimpinan Gerwani masuk daftar calon anggota DPR melalui PKI, seperti Salawati Daud, Suharti Suwarto, Ny. Mudigdo, Suwardiningsih, Maemunah, dan Umi Sardjono. 23. Gerwani aktif dalam Gerakan Perempuan Internasional, khususnya melalui

(5)

penghapuasan diskriminasi rasial dan fasisme, dan mengecam agresi imperialis di berbagai negara seperti Vietnam, Laos, Kamboja, dan lain-lain.

24. Gerwani mendukung konsep Bung Karno mengenai Demokrasi Terpimpin, Manipol (Manifesto Politik) dan Dekrit Presiden Soekarno untuk kembali ke UUD 1945.

25. Gerwani merupakan pendukung setia Bung Karno. Gerwani juga mati-matian membela politik Bung Karno yang anti-imperialis dan anti-kolonialis, tidak hanya dalam kata-kata dan statemen politik, tetapi dalam aksi dan tindakan politik. Misalnya, Gerwani menyetorkan kadernya sebagai sukarelawati dalam proses perjuangan pembebasan Irian Barat dan menggagalkan pembentukan negara Boneka Inggris di Malaya. Tak hanya itu, pasca peristiwa G30S 1965, ketika kekuasaan Bung Karno sudah di ujung tanduk, sejumlah aktivis Gerwani di persembunyian menerbitkan buletin bernama PKPS (Pendukung Komando Presiden Soekarno) untuk menggalang massa mempertahankan Bung Karno.

Yani Mulyanti, kontributor Berdikari Online

Artikel Terkait:

 Gerwani Memerangi Pelacuran Dan Pornografi

 Bung Karno Dan Gerakan Wanita

 Perempuan Perlu Membangun Organisasi Massa

 Soedjinah, Perempuan Pejuang Dan Pendukung Bung Karno

 Salawati Daud, Walikota Perempuan Pertama Di Indonesia

Sumber Artikel: http://www.berdikarionline.com/gotong-royong/20131108/25-fakta-tentang-gerwani.html#ixzz2st2vJ6Fn

Follow us: @berdikarionline on Twitter | berdikarionlinedotcom on Facebook

(6)

Parlemen atau Soviet?

Tan Malaka (1921)

Kata Pengantar dari Penerbit tahun 1987

Sehubung banyaknya permintaan dari Keluarga Besar Murba untuk buku Parlemen atau Soviet karya Tan Malaka tahun 1921 maka kami terbitkan kembali dalam bentuk foto copy dimana ejaan kata-kata lama telah dirubah dengan ejaan baru.

Perlu kami catatkan bahwa almarhum Tan Malaka pada tahun 1927 telah mendirikan PARI (Partai Republik Indonesia) yang dengan sendirinya telah keluar dari PKI (Partai Komunis Indonesia) dan seterusnya tulisan-tulisan almarhum Tan malaka sesudah tahun 1927 berkembang ke arah Nasional Revolusioner. Demikianlah para pembaca yang arif dan budiman mengetahui dan memahami! Terima kasih!

Jakarta, 20 Mei 1987

Pimpinan Yayasan Massa.

---PENDAHULUAN UNTUK PENJELASAN

Pertama-tama perlu dicatat dan diingat bahwa karya “Parlemen Atau Soviet” ini dituliskan Tan Malaka di Semarang, Oktober 1921. Artinya: 66 tahun lalu (1921-1987) atau lebih dari setengah abad. Dalam edisi ini istilah sengaja tidak dirubah, untuk menunjukkan keasliannya.

Namun demikian diberikan kata pengantar “Beberapa Catatan” (pada halaman I) oleh seketariat Departemen Pendidikan Kader Dewan Partai Murba, pada penerbitannya tanggal 15 September 1961, tepat 25 tahun atau seperempat abad yang lalu. Disamping itu dilengkapi dengan KOSAKATA, pada halaman 171 - 181 untuk memberi keterangan mengenai kata, istilah atau ungkapan dalam buku ini, agar dapat membantu para pembaca - terutama dari generasi-generasi muda - untuk dapat memahami isi buku ini lebih baik.

Berpangkal tolak dari penjelasan di atas pembaca diharap menempatkan isi buku ini sesuai dengan zaman ketika karya ini ditulis. Pembaca juga jangan melupakan pada usia berapa Tan Malaka menghasilkan karyanya ini. Ialah pada usia muda, baru 24 tahun, karena dia dilahirkan di Suliki, Sumatara Barat, tahun 1897.

(7)

Negeri) di Haarlem untuk menjadi guru mengajar anak-anak buruh perkebunan Senebah Mij, Deli Serdang, Sumatera Timur, dan kemudian pindah ke Semarang tahun 1921, bergerak dalam bidang pendidikan rakyat sebagai guru sekolah yang didirikan oleh Sarekat Islam Semarang dan VSTP (Sarekat Buruh Kereta Api), yang dipimpin oleh Semaun.

Sesuai dengan masa penulisannya dan usia penulisnya, maka isi dan sifat buku ini berlaku sebagai pengenalan sejarah badan legislatif, pendalaman hakekat masalahnya dan perkembangannya, serta perbandingan dan peneracaan untuk Indonesia dalam kerangka sejarah politik dan kepartaian yang ada, dengan kacamata penglihatan 1921.

Dengan memperhatikan dan mempertimbangkan hal-hal di atas ini, pembaca akan dapat memahami isi buku ini sesuai dengan keadaan zamannya dan proporsi tingkat

pertumbuhan pikiran penulisnya.

Karena keadaan berkembang terus sesuai dengan kodrat dan hukum sejarah. Dan pikiran Tan Malaka juga tidak berhenti sampai di situ saja, melainkan menjadi makin matang dan makin kaya sejalan dengan pertumbuhan pengalamannya dan keadaan sekelilingnya, di dalam maupun di luar Indonesia. Hindia Belanda tidak memberi kesempatan Tan Malaka mengembangkan diri di tanah airnya sendiri.

Tahun 1921 itu juga Tan Malaka juga aktif dalam perjuangan buruh. Dia pernah menjadi wakil ketua Serikat Buruh.Pelikan (tambang) Cepu, yang didirikan Semaun. Dalam tahun ini pula Kongres PKI memilihnya menjadi ketua mewakili Semaun yang sedang berada di luar negeri. Karena kegiatannya yang terus meningkat, hingga melibatkan diri dalam pemogokan buruh, maka tanggal 2 Maret 1922, Tan Malaka akhirnya ditangkap dan dibuang ke Kupang (Timor); tapi kemudian dalam bulan ini juga keputusan dirubah menjad “externering” atau pengasingan ke Negeri Belanda.

Baru hanya sekitar satu tahun saja Tan Malaka mulai bergerak kiprah secara terbuka di tanah airnya sendiri, sudah terus dibuang oleh pemerintah Hindia Belanda. Maka tamatlah perjuangan Tan Malaka di Indonesia waktu itu.

Dalam Perang Dunia II, ketika Hindia Belanda diduduki Balatentara Dai Nippon maka Tan Malaka berhasil menyelundup masuk kembali ke Indonesia, mulai 1936 menyusup dari Cina melalui Burma masuk Singapura – sebelum pecah perang – dan setelah pecah perang meninggalkan Singapura tahun 1942, melalui Penang berlayar ke Medan, terus ke Padang dan akhirnya tiba di Jakarta, tahun 1943 menyamar bekerja sebagai buruh

(romusah) pada tambang batubara di Bayah, Banten, dengan nama Husein.

Tan Malaka menolak pemberontakan 1926 yang dicetuskan oleh pimpinan PKI. Sejak itu bersama dengan beberapa teman sepahamnya, dia memisahkan diri keluar dari PKI.

(8)

ketersendiriannya, “keaseliannya” yang kemudian menjadi ciri khas haluan perjuangannya.

Akhirnya Tan Malaka dkk bukan hanya keluar secara formal dari PKI. Mereka malahan mendirikan partai tandingan menghadapi PKI, yang telah hancur lebur dan kacau balau akibat pemberontakan 1926. Di Bangkok tahun 1927 Tan Malaka dkk

memproklamasikan pendirian PARTAI REPUBLIK INDONESIA, PARI, berdasarkan Manifesto Bangkok yang menjelaskan pembentukan partai politik baru yang bergerak secara ilegal itu.

Jadi, pada usia 30 tahun (1897-1927) Tan Malaka mulai mempertegas dan

mengkongkritkan pandangan, pendirian dan sikapnya, secara ideologis, politis dan organisatoris.

Dalam perjuangan kemerdekaan sejak 1945 pertentangan PKI cs dan Tan Malaka dkk mewarnai masa sejarah permulaan revolusi. PKI bersatu dengan PSI dengan Sayap Kirinya, menyetujui dan mendukung Persetujuan Linggarjati 1947. Tan Malaka dkk menolak dan menentangnya. PKI melalui gembongnya Mr. Amir Syarifuddin yang menjadi Perdana Menteri RI waktu itu menandatangani Perjanjian Renville 1 Januari 1948. Sedangkan Tan Malaka bersama GRR menolak dan menentangnya.

Pokoknya PKI dan kawan-kawan mempelopori politik kompromi dengan imperialisme Belanda dengan mendukung Maklumat 1 dan 3 November 1946 Wakil Presiden

Muhammad Hatta, yang dengan landasan itu membuka kompromi tidak berprinsip dengan Belanda. Sedangkan Tan Malaka dengan Persatuan Perjuangan menolak dan menentang haluan seperti itu dan memperjuangkan prinsip berunding dengan Belanda, setelah Belanda terlebih dahulu mengakui Proklamasi Kemerdekaan RI 17 Agustus 1945 dan tentara mereka meninggalkan wilayah Indonesia. Untuk mewarisi haluan Persatuan Perjuangan dan meneruskan tujuan perjuangannya pada tanggal 7 November 1948, Tan Malaka mempelopori pendirian Partai Murba di Yogyakarta, yang merupakan fusi tiga partai, ialah Partai Rakyat, Partai Buruh Merdeka, dan Partai Rakyat Jelata.

Pendirian Partai Murba ini merupakan perkembangan pikiran Tan Malaka secara ideologis, politis dan organisatoris. Bagaimana isi dan bentuk kulminasi ini? Untuk mudah dan tegasnya kita kutip pidato Presiden Soekarno kepada Kongres ke-V Partai Murba tanggal 15-17 Desember 1960 di Bandung sbb:

“Saya kenal almarhum Tan Malaka. Saya baca semua ia punya tulisan-tulisan. Saya berbicara dengan beliau berjam-jam. Dan selalu di dalam pembicaraan-pembicaraan saya dengan almarhum Tan Malaka ini, kecuali tampak bahwa Tan Malaka adalah pecinta Tanah Air dan Bangsa Indonesia, ia adalah Sosialis yang sepenuh-penuhnya.”

Dan siapa tidak kenal Pahlawan Proklamator Sukarno yang menilai Pahlawan

(9)

Karenanya kiranya rumusan Bung Karno di atas tidak perlu komentar lagi. Dengan karyanya “Madilog” Tan Malaka memperkenalkan cara berpikir Ilmiah kepada rakyat Indonesia. “Thesis” menunjukkan jalan sosialisme sebagai dasar dan pokok pemecahan masalah Indonesia. Kedua karya inilah yang mencerminkan puncak pertumbuhan dan perkembangan pikiran Tan Malaka, yang bersifat filsafat dan berisi idiologi. Sementara itu “Dari Penjara ke Penjara”, karya otobiografi Pahlawan Kemerdekaan ini

mencerminkan pandangan dan perjalanan hidup Tan Malaka sebagai konsekuensi filsafat dan ideologinya sendiri.

Dr. Harry Albert Poeze memerincikan dan melengkapi riwayat hidup dan perjuangan Tan Malaka dalam karya ilmiah dengan judul:

“TAN MALAKA, PEJUANG KEMERDEKAAN INDONESIA, RIWAYAT HIDUP DARI 1897 SAMPAI 1945”.

Suatu desertasi akademis untuk memperoleh gelar doktor dalam ilmu sosial pada Universitas Amsterdam tahun 1976, yang aslinya ditulis dalam bahasa Belanda.

Kelanjutan karya Dr. Poeze ini akan dilengkapkan dengan periode 1945-1949 sampai Tan Malaka mati tak tentu kuburnya dan hilang tak tentu rimbanya jsutru di tanah airnya sendiri, yang belum menyadari kebenaran pemikir dan pejuang rakyat Indonesia, dengan kedalaman dan kejauhan pandangan yang jauh mendahului zamannya ini.

Untuk melengkapkan “Thesisnya” Tan Malaka merumuskan gagasan “Gabungan Aslia” - Asia-Australia - sebagai konsepsi untuk penyusunan tata politik dunia baru; makin lama makin jelas perdamaian dunia tidak mungkin dipertahankan dalam konfigurasi dan susunannya yang ada sampai menjelang tibanya Abad ke-XXI dewasa ini.

Dalam mencari dan mendapatkan alternatif untuk perbaikan dan kemajuan pengisian dan pelaksanaan kemerdekaan Indonesia, kiranya karya-karya Tan Malaka penting untuk dipelajari dan dikaji kembali, sekurang-kurangnya sebagai bahan bandingan, baik segi nasional maupun segi internasionalnya. Dan kemudian dikembangkan.

Yang jelas cara berpikir dan cara bekerja – ilmiah yang memenuhi prinsip, norma, nilai dan metode ilmiah – sangat mendesak diperlukan selama ini. Disamping watak dan iman pemikir dan pemimpin serta pejuang Tanah Air dan Rakyat Indonesia tercinta, yang taat dan konsekuen sepenuhnya dengan cara berpikir dan cara bekerja ilmiah tersebut.

Jakarta, 3 April 1987.

W. Suwarto, ex-ketua umum Partai Murba, kongres ke-V 1960, Bandung, ex-anggota DPA RI.

(10)

---BEBERAPA CATATAN

Buku “Parlemen atau Soviet” ini ditulis Tan Malaka 40 tahun yang lalu, tahun 1921 di Semarang, yakni masa tahun-tahun pertama masuknya ajaran Marxisme ke Indonesia. Walaupun umurnya sudah tua, ditulis 40 tahun yang lalu, tetapi isi buku ini (seperti juga isi semua buku-buku Tan Malaka yang lain) selalu segar dan hangat dan merangsang buat masa sekarang inipun.

Khususnya buat masa sekarang di waktu bangsa dan rakyat Indonesia tengah menjari tiang-tiang baru yang kokoh dan tepat sesuai dengan kepentingan rakyat di lapangan ketata-negaraan dengan mengadakan lembaga-lembaga negara, maka buku “Parlemen atau Soviet” ini merupakan buku yang tidak boleh ditinggalkan untuk dipelajari dengan seksama, merupakan buku yang memberi pedoman tegas kepada wakil-wakil rakyat yang hendak ikut menentukan haluan negara.

Itulah sebabnya buku ini kai terbitkan, walaupun sementara baru stensilan.

Sebagai partai yang didirikan oleh Tan Malaka, maka Partai kita bukan saja mempunyai hak tetapi-pun mempunyai kewajiban untuk mengumpulkan semua tulisan-tulisan Tan Malaka dalam berbagai bentuk dan ukuran, kemudian memilihnya dan menerbitkannya supaya terbaca luas oleh massa Murba.

Sudah tentu masuk kewajiban kita pula melengkapi tulisan-tulisan tersebut dalam segi-segi teknis supaya sesuai dengan zaman sekarang.

Panitia Pengumpulan tulisan-tulisan Tan Malaka yang dibentuk oleh Partai kita itu sedang melangkah bekerja.

Walaupun buku “Parlemen atau Soviet” ini ditulis Tan Malaka yang kita kenal tidak saja sebagai penulis revolusioner yang memiliki gaya-bahasa istimewa, tetapipun terkemuka dalam hal bahasa, akan tetapi karena perkembangan bahasa Indonesia amat cepat dalam tahun-tahun Perang Dunia II ini, maka bahasa dalam buku ini sudah banyak yang ketinggalan zaman.

Dan karena terburu-burunya percetakan (stensil) buku ini, maka penerbitan buku ini tanpa mengubah istilah-istilah yang sudah kuno yang seharusnya diganti, tetapi tidak, hanya ejaannya saja diganti menurut sistem sekarang. Sehingga dengan demikian

pembaca akan membaca buku ini persis seperti buku aslinya. Memang di antara kita pasti merasa lebih puas jika membaca buku ini seperti aslinya, tetapi dibalik itu pasti

menjumpai kesulitan-kesulitan, pembacaan tidak akan lancar.

Perkasa tertegun-tegun, sebentar-sebentar berhenti untuk merenungkan kata, ungkapan atau kalimat yang agak sukar dimengerti.

(11)

Jakarta, 15 September 1961.

Sekretariat DEPENKA

DEWAN PARTAI “PARTAI MURBA”

(12)

PERJUANGAN KITA

Monday, March 11, 2013

KATA -KATA BERSAYAP DARIPADA TAN MALAKA

Tan Malaka quotes

“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki

oleh pemuda.”

Tan Malaka

“Sedangkan sebetulnya cara mendapatkan hasil itulah yang

lebih penting daripada hasil sendiri.

(bab 3, ilmu alam -science page 99)”

Tan Malaka

,

Madilog

“Ingatlah! Bahwa dari dalam kubur, suara saya akan lebih

keras daripada dari atas bumi”

Tan Malaka

“Kalau suatu negara seperti Amerika mau menguasai

samudra dan dunia, dia mesti rebut Indonesia lebih dahulu

buat sendi kekuasaan. (Pendahuluan - Melihat ke muka

page 35-36)”

Tan Malaka

,

Madilog

“BERGELAP-GELAPLAH DALAM TERANG,

BERTERANG-TERANGLAH DALAM GELAP ! ”

Tan Malaka

(13)

ujung senapan tentara republik yang didirikannya.”

Tan Malaka

“Jeruk sebagai benda, lembu sebagai benda, bumi dan

bintang sebagai benda, ya, "engkau" sebagai benda, tak ada

buat saya. Yang ada cuma ide, pikiran, pengertian,

gambaran dari jeruk, lembu, bumi, bintang dan engkau.

"Engkau",kata hume, cuma "ide" buat saya.

Dengan begitu Hume yang membatalkan benda dan

mengaku ide saja, membatalkan adanya diri sendiri,

mengakui, bahwa sebetulnya dia sendiri tak ada.

(bab 2 filsafat - page 35)”

Tan Malaka

,

Madilog

“Bila seseorang ingin menaiki tangga sosial dan

kebudayaan mestilah merdeka lebih dulu dan pengetahuan

tentang kemerdekaan, di Baratlah dilahirkan dan

dipergunakan.”

Tan Malaka

“Bahwa kebiasaan menghafal itu tidak menambah

kecerdasan, malah menjadikan saya bodoh, mekanis,

seperti mesin.(Pendahuluan - Perpustakaan page 24)”

Tan Malaka

,

Madilog

“Modal bisa memenjarakan manusia, membuat manusia

bekerja tanpa henti dari jam 5 subuh sampai jam 8 malam

untuk kekayaan oranglain.”

Tan Malaka

Referensi

Dokumen terkait

Peraturan Yang Mengatur Tentang Perlindungan Hukum Terhadap Pekerja Seks Komersial (PSK) Di Tinjau Dari Aspek Kesehatan Reproduksi Di Pasar Kembang (SARKEM)

1) Smith in Henrawati (2007) defines the vocabulary into two types. First is general vocabulary that is used in all kinds of students and second one is technical vocabulary that

Bagian Kelima : Tommy Tomato dan Kara Carrot akan menjelaskan manfaat yang di dapat dari mengkonsumsi sayuran organik.. Ending : Tokoh karakter akan pamit dengan

Sedangkan jenis penelitian verifikatif digunakan untuk menguji kebenaran hipotesis seberapa besar pengaruh social marketing campaign terhadap proses pengambilan keputusan

Siapapun yang menganggap dirinya mencintai Allah, namun tidak berada di jalan yang telah ditetapkan oleh Nabi Allah Muhammad shallallâhu ‘alaihi wa sallam (al-tharîqah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan tentang pengaruh hasil belajar dengan menggunakan pembelajaran cooperative tipe make a match terhadap siswa SMK, bahwa

senyawa awa ya yang ng dih dihasi asilka lkan n ole oleh h mi$ mi$roo roorga rganism nisme e tert tertent entu u yan yang g mem mempun punyai yai kemapuan

[r]