• Tidak ada hasil yang ditemukan

EKONOMI MAKRO dan siklus (17)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EKONOMI MAKRO dan siklus (17)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

1.RUANG LINGKUP EKONOMI MAKRO

Ekonomi makro atau makro-ekonomi adalah studi tentang ekonomi secara keseluruhan. Makro-ekonomi menjelaskan perubahan ekonomi yang mempengaruhi banyak masyakarakat, perusahaan, dan pasar. Ekonomi makro dapat digunakan untuk menganalisis cara terbaik untuk memengaruhi target-target kebijaksanaan seperti pertumbuhan ekonomi, stabilitas harga, tenaga kerja dan pencapaian keseimbangan neraca yang berkesinambungan.

Selain itu, model ekonomi makro yang ada beserta prediksi-prediksinya, pada umumnya digunakan oleh pemerintah dan korporasi besar untuk membantu pengembangan dan evaluasi kebijakan ekonomi dan strategi bisnis.

Dengan demikian ilmu ekonomi makro menganalisis mengenai keseluruhan kegiatan dari perekonomian yang sifatnya global dan tidak memperhatikan kegiatan perekonomian yang dilakukan oleh unit-unit perekonomian kecil.

Tujuan dari ilmu ekonomi makro yaitu untuk dapat memahami peristiwa-peristiwa ekonomi dan untuk memperbaiki kebijakan ekonomi pada suatu negara

2.PERMASALAHAN EKONOMI MAKRO

a. Masalah Kemiskinan dan Pemerataan

(2)

tahun 1997, jumlah penduduk miskin pada akhir tahun itu melonjak menjadi sebesar 47 juta jiwa atau sekitar 23,5% dari jumlah keseluruhan penduduk Indonesia. Pada akhir tahun 2000, jumlah penduduk miskin turun sedikit menjadi sebesar 37,3 juta jiwa atau sekitar 19% dari jumlah

seluruh penduduk Indonesia.

Dari segi distribusi pendapatan nasional, penduduk Indonesia berada dalam kemiskinan. Sebagian besar kekayaan banyak dimiliki kelompok berpenghasilan besar atau kelompok kaya Indonesia.

b. Krisis Nilai Tukar

Krisis mata uang yang telah mengguncang Negara-negara Asia pada awal tahun 1997, akhirnya menerpa perekonomian Indonesia. Nilai tukar rupiah yang semula dikaitkan dengan dolar AS secara tetap mulai diguncang spekulan yang menyebabkan keguncangan pada perekonomian yang juga sangat tergantung pada pinjaman luar negeri sector swasta. Pemerintah menghadapi krisis nilai tukar ini dengan melakukan intervensi di pasar untuk menyelamatkan cadangan devisayang semakin menyusut. Pemerintah menerapkan kebijakan nilai tukar yang mengambang bebas sebagai pengganti kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali.

c. Masalah Utang Luar Negeri

Kebijakan nilai tukar yang mengambang terkendali pada saat sebelum krisis ternyata menyimpan kekhawatiran. Depresiasi penurunan nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing terutama dolar ASyang relative tetap dari tahun ke tahun menyebabkan sebagian besar utang luar negeri tidak dilindungi dengan fasilitas lindung nilai (hedging) sehingga pada saat krisis nilai tukar terjadi dalam sekejap nilai utang tersebut membengkak. Pada tahun1997, besarnya utang luar negeri tercatat 63% dari PDB dan pada tahun 1998 melambung menjadi 152% dari PDB. Untuk mengatasi ini, pemerintah melakukan penjadwalan ulang utang luar negeri dengan pihak peminjam. Pemerintah juga menggandeng lembaga-lembaga keuangan internasional untuk membantu menyelesaikan masalah ini.

d. Masalah Perbankan dan Kredit Macet

(3)

Goncangan yang terjadi pada system perbankan menimbulkan goncangan yang lebih besar pada system perbankan secara keseluruhan, sehingga perekonomian juga akan terseret ke jurang kehancuran. Alasan-alasan di atas menyebabkan pemerintah memutuskan untuk menyelamatkan bank-bankyang mengalami masalah likuiditas tersebut dengan memberikan bantuan likuiditas. Namun untuk mengendalikan laju inflasi, bank sentral harus menarik kembali uang tersebut melalui operasi pasar terbuka. Hal ini dilakukan dengan meningkatnya suku bunga SBI. Kebijakan ini kemudian menimbulkan dilema karena peningkatan suku bunga menyebabkan beban bagi para peminjam (debitor). Akibatnya tingkat kredit macet di system perbankan meningkat dengan pesat. Dilema semakin kompleks di saat system perbankan mencoba mempertahankan likuiditasyang mereka miliki dengan meningkatkan suku bungan simpanan melebihi suku bunga pinjaman sehingga mereka mengalami kerugian yang berakibat pengikisan modal yang mereka miliki.

e. Masalah Inflasi

Masalah inflasi yang terjadi di Indonesia tidak terlepas kaitannya dengan masalah krisis nilai tukar rupiah dan krisis perbankan yang selama ini terjadi. Pada tahun 2004 tingkat inflasi Indonesia pernah mencapai angka 10,5%. Ini terjadi karena harga barang-barang terus naik sebagai akibat dari dorongan permintaan yang tinggi. Tingginya laju inflasi tersebut jelas melebihi sasaran inflasi BI sehingga BI perlu melakukan pengetatan di bidang moneter. Pengetatan moneter tidak dapat dilakukan secara drastic dan berlebihan karena akan mengancam kelangsungan proses penyehatan perbankan dan program restrukturisasi perusahaan.

f. Pertumbuhan Ekonomi dan Pengangguran

(4)

3.PERANAN PEMERINTAH DI BIDANG

EKONOMI

Peranan pemerintah dalam suatu Negara sangat penting terutama dalam bidang ekonomi, karena tidak ada satupun Negara yang menyelenggarakan kegiatan perekonomian tanpa melimbatkan pemerintah. Kalau diibaratkan rumah tangga, maka pemerintah adalah kepala rumah tangga yang berfungsi sebagai pemimpin yang melakukan upaya agar terjadi keseimbangan ekonomi

sehingga dapat memenuhi kebutuhan para pelaku ekonomi didalamnya yang terdiri dari produsen, konsumen dan lembaga penunjang lain.

Dalam ekonomi modern saat ini, peranan pemerintah perekonomian yaitu :

1. Menentukan dan menerapkan dasar hukum yang melandasi suatu sistem perekonomian

2. Menentukan besaran subsidi maupun pajak

3. Memproduksi komoditas tertentu dan menyediakan berbagai fasilitas seperti kredit, lembaga penjamin simpanan atau asuransi

4. Membeli komoditas tertentu termasuk yang diproduksi oleh perusahaan swasta

5. Menyelenggarakan sistem jaminan sosial seperti memelihara anak-anak terlantau atau fakir miskin

6. Menentukan seberapa besar sumber daya yang dimiliki untuk digunakan memproduksi barang-barang publik maupun barang-barang individu

7. Berperan sebagai stabilisator agar perekonomial berjalan normal dan stabil. Jika terjadi permasalahan di satu sektor harus dijaga agar tidak merembet ke sektor lain.

8. Di sektor fiskal, pemerintah akan melakukan berbagai upaya untuk penggalangan sumber dana dari dalam negeri terutama melalui kegiatan perpajakan.

9. Sedangkan di sektor moneter, pemerintah akan memelihara kebutuhan jumlah uang beredar dipasaran dan juga menjaga jumlah cadangan devisa yang diperlukan untuk membiayai kegiatan impor dan lalu lintas pertukaran mata uang asing.

4.TUJUAN DAN INSTRUMEN EKONOMI

MAKRO

(5)

 Tingkat dari pendapatan nasional dapat meningkat.

 Untuk meningkatkan kapasitas produksi.

 Keadaan dari perekonomian yang stabil.

 Tingkat dari kesempatan kerja dapat meningkat.

 Supaya distribusi dari pendapatan lebih merata.

 Neraca pembayaran Internasional atau luar negri yang seimbang.

 Supaya dapat menciptakan pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi.

 Tingkat dari inflasi yang sangat rendah, dll.

2. Tujuan Akhir Kebijakan Ekonomi Makro

Tujuan akhir kebijakan ekonomi makro adalah : (1) price level stability, (2) high employment level, (3) long-term economic growth, dan (4) exchange rate stability (Thomas, 1997:448). Empat variabel ekonomi makro inilah yang paling berpengaruh terhadap kehidupan manusia secara keseluruhan, sehingga prilakunya perlu diamati dan dikendalikan. Di bawah ini diuraikan lebih rinci tentang variabel-variabel tersebut.

2.1. Price Level Stability (Stabilitas Tingkat Harga Umum) Hal-hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan inflasi:

 Kenapa inflasi perlu dikendalikan

 Apa penyebab inflasi

 Bagaimana menghitung inflasi

 Macam-macam inflasi

 Dampak inflasi

 Otoritas moneter dan inflasi

Inflation targeting

(6)

 Kurva Phillips dan inflasi

 Inflasi dan Fisher Equation

The cost of inflation

 Inflasi dan IPM

 Inflasi dan defisit APBN

 Pertumbuhan uang beredar, suku bunga dan inflasi

2.2. High Employment Level (Tingginya Tingkat Kesempatan Kerja) Beberap hal yang perlu dijelaskan berkaitan dengan kesempatan kerja:

 Peran pemerintah dalam perluasan kesempatan kerja

 Pendekatan demand dan supply of labor dalam perluasan kesempatan kerja

 Pemberdayaan masyarakat desa dalam upaya perluasan kesempatan kerja

Human capital sebagai upaya efektif perluasan kerja

 Keuangan negara dan kesempatan kerja

 Kebijakan ketenagakerjaan

 Serikat kerja

 Hubungan industrial

 Sistem ekonomi dan kesempatan kerja

 Distribusi pendapatan fungsional dan kesempatan kerja

 Laju pertumbuhan penduduk dan kesempatan kerja

 Pandangan terhadap penduduk

 Elastisitas kesempatan kerja

2.3. Long-Term Economic Growth

(7)

meninggalkan sektor pertanian, (8) kenaikannya riil, (9) penyumbang terbesar PDB adalah warga domestik, bukan asing, dan lainnya.

Perlu juga dijelaskan hal-hal sebagai berikut:

 Kenapa laju pertumbuhan ekonomi menjadi tujuan kebijakan ekonomi ?

 Apa manfaat dihitungnya pendapatan nasional

 Makna politis dari pendapatan nasional

 Kinerja ekonomi dan PDB

Income percapita

 Struktur ekonomi

 Inflasi dan PDB

Aggregate supply dan demand

2.4. Exchange Rate Stability

Nilai tukar merupakan nilai uang secara eksternal, yang tinggi rendahnya berdampak pada berbagai aspek ekonomi dan sosial lainnya, misalnya: (1) impor dan ekspor, (2) APBN dan APBD, (3) kesehatan dan pendidikan, (4) transportasi, (5) industri dalam negeri, (6) politik, (7) daya beli masyarakat, (8) dunia perbankan, (9) sektor pertanian, kelautan, peternakan dst, (10) sektor properti , dan sebagainya.

Perlu dijelaskan pula hal-hal sebagai berikut:

 Nilai tukar nominal dan riil

 Devaluasi, apresiasi dan depresiasi mata uang domestik terhadap mata uang asing

 Determinan nilai tukar

 Cadangan devisa dan nilai tukar

 Kebijakan nilai tukar

 Sistem nilai tukar

(8)

 Mekanisme transmisi kebijakan moneter dan nilai tukar (pass through effect)

 Dll

5.PERMINTAAN DAN PENAWARAN

AGREGAT

Adapun yang dimaksud dengan penawaran agregat adalah (aggregate supply,AS) adalah jumlah seluruh barang akhir dan jasa-jasa di dalam perekonomian yang dijual atau ditawarkan oleh perusahaan-perusahaan (firms) pada berbagai tingkat harga. Dengan perkataan lain, dapat dikatakan bahwa penawaran agregat itu pada dasarnya merupakan nilai total dari seluruh barang akhir dan jasa yang dihasilkan di dalam perekonomian.

Penawaran agregat didalam suatu perekonomian di pengaruhi oleh beberapa factor sebagai berikut :

 Besarnya angkatan kerja (size of the labor force).

 Besarnya stok kapital (size of capital stock).

 Keadaan atau tingkat teknologi (state of technology).

 Tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment).

 Harga faktor-faktor produksi.

Berkaitan dengan penawaran agregat ini barangkali penting untuk dibedakan antara penawaran agregat jangka panjang (short-run aggregate supply,SRAS) dan penawaran agregat jangka panjang (long-run aggregate supplay,LRAS).pengertian yang telah dikemukakan di atas adalah dalam artian penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply). Sedangkan penawaran agregat jangka panjang( lomg run aggregate supply ) lebih menunjuk kepada jumlah output riil yang ditawarkan ketika upah dan harga-harga telah disesuaikan sedemikian rupa sehingga masing-masing perusahaan memproduksi output yang memaksimumkan keuntunganya dan perekonomian berada pada tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level).

1. Permintaan Agregat

(9)

Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya permintaan agregatif, diantaranya tingkat harga secara umu, jumlah uang yang beredar nominal, jumlah obligasi pemerintah, defisit tertimbang dan pemanfataan tenaga kerja secara penuh dan lain-lain.

Dalam pembahasan ini, akan menganalisis pengaruh perubahan harga secara umum terhadap permintaan agregatif disini di tunjukkan oleh besarnya pendapatan nasional (Y).

Dengan demikian kurva permintaan agregatif dapat digunakan untuk melihat hubungan antara tingkat harga dengan besarnya pendapatan nasional.

Perubahan tingkat harga akan mempengaruhi keseimbangan melalui pengaruhnya terhadap penawaran uang riil. Jumlah penawaran uang riil adalah sebagai berikut :

M’s = Ms

P

Dimana Ms adalah penawaran uang mnominal dan p adalah tingkat harga. Jelas bahwa kenaikan tingkat harga akan menurunkan penawaran uang riil dan penurunan tingkat harga umum akan meningkatkan penawaran uang yang sesungguhnya. Pada ekonomi islam, peningkatan

penawaran uang riil karena penurunan tingka harga akan berakibat meningkatnya jumlah uang tunai yang di pegang oleh perorangan maupun perusahaan. Oleh karena mereka berkepentingan untuk mengurangi jumlah uang tunai agar zakat dab biaya lainya yang di kenakan atas penarikan modalnya dapat di bayar dari keuntungan, bukan dari modal itu sendiri, maka mereka akan mencairkan tabunganya.

Dengan begitu investasi berhubungan dengan tingkat keuntungan yang di harapkan, dan melalui proses pengandaan akan meningkatkan pendapatan nasional. Sebagian dari uang yang diiaktifkan itu mungkin diarahkan kepada peningkatan konsumsi dan ini juga akan menaikkan pendapatan nasional.[2]

1. Keseimbangan Jangka Pendek Pada Keseimbangan Permintaan-Penawaran Agregat

Keseimbangan jangka pendek antara penawaran agregat dan permintaan agregat ditunjukkan dengan gambar sebagai berikut.

(10)

Sebaliknya, apabila tingkat harga berada di bawah tingkat harga keseimbangan, misalnya P2, maka disini akan terjadi ketidakseimbangan dimana jumlah output yang diminta adalah lebih besar daripada jumlah output yang ditawarkan (artinya terjadi kelebihan permintaan atau Excess demand).Dalam kondisi yang demikian, tingkat harga akan naik karena orang ingin untuk membeli banyak barang daripada yang ditawarkan orang lain. Kenaikan harga ini akan terus berlangsung sampai mencapai kembali tingkat harga keseimbangan (P0) di titik E.5

1. Keseimbangan Jangka Panjang Pada Keseimbangan Permintaan-Penawaran Agregat

Keseimbangan Jangka Panjang Pendek pada Keseimbangan Permintaan agregat (AD) dan Penawaran Agregat (AS) ditunjukkan pada gambar berikut. Pada gambar 7.5.a, ditunjukkan dimana keseimbangan mula-mula terjadi di atas tingkat output natural rate (above full

employment output), yaitu pada titik A, yang merupakan titik perpotongan antara SRAS0 dengan AD. Karena tingkat output (Y0) keseimbangan lebih besar daripada tingkat output kesempatan kerja penuh (natural rate,YN) maka pengangguran yang terjadi (actual) akan menjadi lebih kecil daripada tingkat pengangguran alamiah (natural rate level) dan kekakuan berlebihan (ecxcessive tightness) terjadi di pasar tenaga kerja. Kekakuan di pasar tenaga kerja tersebut akan mendorong upah atau biaya tenaga kerja mengalami dan menggeser kurva SRAS ke dalam yaitu ke SRAS1. Oleh karena itu, keseimbangan kini berada pada titik B dan output turun ke Y1. Karena output agregat (Y) masih di atas tingkat alamiah yaitu Y1 > Y, maka upah teru menerus naik, yang pada akhirnya menngeser kurva SRAS ke SRAS2. Keseimbangan tercapai di titik C yaitu pada garis vertikal YN dan sekaligus merupakan titik keseimbangan jangka panjang. Karena output berada pada tingkat alamiah, maka tidak akan terdapat tekanan lebih lanjut atas upah untuk naik dan begitu juga kecenderungan lebih lanjut bagi kurva SRAS untuk bergeser.

Gambar 7.5.a. menunjukkan bahwa perekonomian tidak akan tetap pada tingkat output yang lebih tinggi daripada tingkat alamiah (natural rate) sebab kurva SRAS akan bergeser ke dalam (ke kiri), menaikkan tingkat harga, dan menyebabkan perekonomian bergerak ke atas sepanjang kurva (AD) sampai mencapai titik C pada garis vertical pada tingkat output alamiah (YN), yang tersebut menunjukkan jumlah output yang ditawarkan di dalam jangka panjang untuk setiap harga, dan dapatkita sebut sebagai kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS).

Pada gambar 7.5.b, ditunjukkan dimana keseimbangan terjadi di bawah output tingkat alamiah (below employment output). Karena penganguran actual lebih tinggi dari pada tingkat

penganguran alamiah (natural rate of employment), maka upah akan turun, yang selanjutnya bergeser kurva SRAS ke luar atau ke kanan sampai mencapai SRAS2. Perekonomian bergerak turun sepanjang kurva AD sampai mencapai keseimbangan jangka panjangnya yaitu di titik perpotongan antara kurva ADdan kurva LRAS pada YN. disini seperti halnya pada gambar 7.5.b, perekonomian akan berhenti ketika output telah kembali lagi ke tingkat alamiah (natural rate).

1. Permintaan-Penawaran agregat dalam pandangan klasik

(11)

tingkat kesempatan kerja penuh (full employment level). Mengenai factor yang mempengaruhi permintaan agregat (AD) menurut pandangan kaum klasik secara actual hanyalah faktor jumlah uang beredar (money supply). Perubahan di dalam permintaan agregat.

Kebijakan fiskal (perubahan di dalam pengeluaran pemerintah dan atau pajak) menurut kaum klasik tidak mempunyai pengaruh terhadap permintaan agregat dan output. Hal tersebut disebabkan karena adanya crowding-outeffect dari ekspansi fikal terhadap investasi swasta. Kenaikan di dalam pengeluaran pemerintah (G) atau penurunan di dalam pajak (T) menurut kaum Klasik akan menyebabkan tingkat bunga naik, yang pada gilirannya menurunkan investasi swasta (I), dan bahkan juga pengeluaran konsumsi (C).

Sedangkan menyangkut penawaran agregat (AS), kaum klasik tidak membuat pembedaan antara kurva penawaran agregat jangka pendek (SRAS) dan kurva penawaran jangka panjang (LRAS). Bagi kaum klasik hanya ada satu kurva penawaran agregat yaitu kurva peenawaran agregat yang tegak lurus atau vertical, yang menunjukkan bahwa jumlah output barang atau jasa yangsama akan ditawarkan berapapun harganya. Dengan perkataan lain, jumlah output barang atau jasa yang ditawarkan itu tidak bergantung pada tingkat harga. Kurva penawaran agregat kaum klasik didasarkan pada asumsi bahwa pasar tenaga kerja berada pada kseimbangan dengan kesempatan kerja (employment) berada dalam kondisi full employment. Dalam pandangan klasik, kurva SRAS selaulu bergerak ka arah tingkat output full employment untuk berpotongan antara kurva LRAS. Dengan perkataan lain, keseimbangan di tentukan oleh perpotongan antara kurva AD dan kurva LRAS.

Dengan perkataan lain, keseimbangan ditentukan oleh perpotonngan antara kurva permintaan agregat (AD) dengan kurva penawaran agregat jangka panjang (LRAS). Di dalam model makro ekonomi klasik, keseimbangan terjadi dimana kekuatan permintaan agregat (AD) dan penawaran agregat (AS) adalah seimbang. Permintaan agregat menurut kaum klasik hanya bergantung pada tingkat teknologi dan sekaligus merupakan tingkat output atau GNP riil kesempatan kerja penuh (full employment level of real GNP).

1. Permintaan-Penawaran agregat dalam pandangan Keynes

Di dalam model makro ekonomi Keynes, faktor paling penting yang menentukan tingkat permintaan agregat (AD) adalah kebijakan fiskal (fiscal policy). Sedangkan kebijakan moneter atau perubahan dalam jumlah uang beredar (money supply) menurut Keynes pengaruhnya terhadap permintaan agregat adalah lemah dan bahkan dapat dikatakan tidak ada. dalam model Keynes, perubahan dalam jumlah uang beredar mempengaruhi permintaan agregat melalui efeknya atas investasi. Pengaruh uang beredar terhadap investasi bersifat tidak langsung (indirect), yaitu melalui tingkat bunga. Menurut Keynes, suatu kenaikan di dalam jumlah uang beredar tidak mepunyai pengaruh yang berarti terhadap penurunan dalam tingkat bunga, dan tingkat bunga itu sendiri menurut Keynes pengaruhnya terhadap investasi adalah lemah.

(12)

diminta pada tingkat harga yang berlaku. Pemikiran yang melandasi kurva penawaran agregat Keynes dan pengikutnya (Keynesian) disebabkan oleh terdapatnya penganguran, perusahaan dapat memperoleh sebanyak mungkin tenaga kerja tingkat upah yang berlaku. Biaya produksi rata-rata mereka karenanya diasumsikan tidak berubah walau terjaddi perubahan dalam tingkat outputnya. Mereka menawarkan berapapun yang diminta pada tingkat harga yang berlaku. Kurva penawaran agregat jangka pendek (short-run aggregate supply curve,SRAS) menurut Keynes hanya akan bergeser secara perlahan apabila suatu perekonomian berada di luar tingkat pengangguran alamiah (natural rate of unemployment). Pergeseran yang lamban dari kurva penawaran agregat jangka pendek menurut Keynes terjadi sebagai akibat dari adanya perubahan upah dan harga yang lamban (ingat asumsi ‘sticky prices and wages’). Menurut model Keynes, kalau jumlah pengangguran besar (berada di atas natural rate), akan menyebabkan atau mendorong penyesuain yang sangat lambat di dalam upah relative terhadap harga-harga. Hal yang sama terjadi apabila jumlah pengangguran berada dibawah tingkat alamiah dimana tekanan bagi upah untuk meningkatkan lebih cepat kecil sekali.

Secara grafik, pandangan kaum klasik dan Keynes tentang penawaran agregat dan permintaan agregat, dapat digambarkan sebagai berikut.

Dari gambar A diatas ditunjukkan bahwa permintaan agregat klasik merupakan fungsi dari jumlah uang beredar (Ms). Dengan perkataan lain, perubahan permintaan agregat (AD) hanya terjadi perubahan di dalam peubah jumlah uang beredar (money supply). Only monetary factors shift tha classical agregat demand cruve. sedangkan gambar yang B ditunjukkan bahwa

permintaan agregat (AD) tidak hanya dipengaruhi oleh peubah jumlah uang yang beredar (Ms), tetapi juga dipengaruhi oleh pengeluaran pemerintah (G0), investasi otonom (I0) dan pajak (T0). Perbedaan factor penentu permintaan agregat di dalam model Klasik dan Keynes menghasilkan perbedaan penting di dalam penjelasan mereka menyangkut sumber-sumber instabilitas di dalam perekonomian dan jenis kebijakan stabilitas yang harus di ambil untuk mengatasi instabilitas tersebut.

Keynes percaya bahwa instabilitas di dalam permintaaan investasi merupakan penyebab utama dari fluktuasi siklis di dalam tingkat pendapatan. Perubahan otonom didalam permintaan investasi yang di sebabkan oleh perubahan di dalam ekspektasi menyebabkan pergeseran di dalam fungsi permintaan agregat, yang pada giliranya juga mempengaruhi instabilitas di dalam tingkat harga dan output. Oleh karena itu, kebijakan fiscal menurut Keynes harus digunakan untuk menciptakan stabilitas dalam permintaan agregat, meskipun permintaan investasi tidak stabil.

1. Pergeseran Kurva Permintaan Dan Penawaran Agregat

2. Pergeseran Kurva Permintaan Agregat

(13)

2. Pergeseran Kurva Penawaran Agregat

Tidak hanya pergeseran di dalam kurva AD yang dapat menjadi sumber fluktuasi di dalam output agregat (siklus bisnis), tetapi juga bisa terjadi karena pergeseran di dalam kurva penawaran agregat. Kurva penawaran agregat dapat bergeser karena factor-faktor yang mempengaruhi biaya pruduksi, sebagai berikut :

1. Kekuatan Pasar Tenaga Kerja

Ketika output agregat berada di atas tingkat output natural rate (Y > Yn), maka kurva penawaran agregat (SRAS) akan bergeser ke dalam atau ke kiri ; ketika output agregat berada di bawah tingkat output alamiah (Y<Yn), maka kurva SRAS akan bergeser ke luar atau ke kanan.

1. Tingkat Harga yang Diharapkan

Perubahan di dalam tingkat harga yang di harapkan (expected price level) akan menyebabkan kurva SRAS bergeser ke kanan tau ke kiri ; semakin besar kenaikan yang diharapkan di dalam tingkat harga (yaitu semakin tinggi tingkat harga yang di harapkan), maka semakin besar pergeseran ke dalam dari kurva SRAS tersebut.

1. Dorongan upah

Keberhasilan para pekerja untuk mendorong upah (wages push) naik juga akan menyebabkan kurva SRAS bergeser ke dalam (inward shift) atau ke kiri.

1. Perubahan dalam biaya produksi yang tidak terkait dengan upah

Suatu guncangan penawaran yang negatip (negative supply shock) yang menaikan biaya produksi akan mendorong kurva SRAS bergeser ke dalam atau ke kiri, sementara suatu guncangan penawaran yang positip (positive supply shock) yang menurunkan biaya produksi akan menggeser kurva SRAS ke luar.

Dapat di tunjukkan bagaimana respons output agregat dan tingkat harga apabila terjadi

pergeseran kurva SRAS, Misalakan perekonomian mula-mula berada pada tingkat output natural rate yaitu dititik A. ketika kurva penawaran agregat (SRAS) mebgalami pergeseran dari SRAS0 ke SRAS1 yang disebababkan oleh adanya guncangan penawaran yang negatip (negative supply shock), maka perekonomian akan bergerak dari titik A ke titik B , dimana tingkat harga naik tetapi output agregat turun. Situasi dimana harga naik tetapi output Negara turun, disebut dengan istilah stagflasi (stagflasion) yaitu kombinasi antara stagnasi (pengangguran) dan inflasi yang tinggi. Ditunjukkan dengan gambar 7.7 berikut.

[3]

(14)

Teori penawaran agregat adalah teori yang paling kontraversial dan paling lemah diantara semua teori ekonomi makro yang ada. Kesulitanya adalah sebagai berikut. Dari sudut tinjauan yang logis dan sederhana, teori klasik mengenai penawaran – bahwa pasar tenaga kerja selalu bersifat bebas dan bahwa output selalu berada pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh – adalah asumsi yang mengada-ada. Betapapun, jika output berada dibawah tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, maka terdapat sejumlah tenaga kerja yang ingin bekerja tetapi tidak dapat

memperoleh pekerjaan. Untuk memperoleh pekerjaan, mereka bersedia menerima upah riil yang lebih rendah. Kebanyakan ilmu ekonomi mikro menegaskan bahwa pasar berada hampir

mendekati titik keseimbangan (permintaan sama dengan penawaran) dan, jika tidak, sekurang-kurangnya bergerak menuju titik itu. Dengan demikian, para ekonom memiliki bias karena bisa menyukai keseimbangan.

1. Output tidak selalu berada pada tingkat penggunaan tenaga kerja penuh. Tingkat pengangguran selalu berbeda, dan kadang-kadang sangat tinggi ; seringkali terdapat sejumlah orang yang ingin bekerja tetapi tidak dapat menemukanya, dan karenanya, jumlah penawaran tenaga kerja melibihi jumlah yang diminta.

2. Lebih lanjut, kalau output selalu berada pada tingkat pengguanaan tenaga kerja penuh, maka perubahan jumlah peredaran uang hanya akan mempengaruhi harga, bukan output: uang selalu bersifat netral. Tetapi perubahan kebijakan moneter seringkali terlihat sebagai tidak netral. Penurunan pertumbuhan uang secara tajam, misalnya, ketika pemerintah berusaha memotong tingkat inflasi, seringkali memicu terjadinya resesi. Menyebabkan terjadinya pertumbuhan output riil secara sangat cepat.

Sebenarnya kebanyakan fakta lebih mendukung kurva penawaran agregat Keynesian ketimbang pandangan klasik tentang hal yang sama. Kenaikan permintaan agregat, misalnya, yang terjadi karena terjadi kebijaksanaan fiscal dan moneter yang ekspansioner, dalam jangka pendek lebih cenderung akan meningkatkan output riil ketimbang harga.

Betapapun, asumsi bahwa harga-harga bersifat tetap, yang mendasari fungsi penawaran Keynesian cukup merepotkan. Bila harga-harga tetap dan pasar tidak berada pada kondisi keseimbangan, orang dapat menarik keuntungan dengan mengubah harga. Pada penganggur bersedia bekerja dengan upah yang lebih rendah dari upah yang diterima oleh orang-orang yang sekarang sedang bekerja. Para pengusaha sangat senanag menerima tenaga kerja dengan upah yang lebih rendah. Mengapa majikan dan para pengangguran tidak segera bergabung dan sepakat dengan tingkat upah yang lebih rendah dan mengatasi masalah pengangguran bersama? Dengan kata lain, mengapa pasar tenaga kerja tidak bergeser cepat kearah keseimbangan?

Ada dua pendekatan yang dikenal dalam menerangkan dekatnya hubungan jangka pendek antara upah dan harga, ketidaknetralan uang dalam jangka pendek dan tingkat pengangguran yang tinggi yang sangat variabel, berikut pembahasan yang lebih sistematis :

Pendekatan aliran Keynesian modern

(15)

bukanya bersifat tetap. Kurva penawaran agregat dianggap hampir datar dalam jangka pendek dan mendekati vertical dalam jangka panjang. Perhatian terutama tertuju pada upah dan proses penyesuaianya untuk menjelaskan mengapa penyesuaian tidak segera terjadi atau paling tidak mengapa ia tidak cepat.

Pendekatan klasik baru

Pendekatan-pendekatan klasik modern siap untuk mengasumsikan bahwa pasar tidak selalu berada dalam kondisi keseimbangan. Sebaliknya pendekatan-pendekatan klasik baru menganut asumsi yang berlawanan dengan itu. Kita telah mengembangkan satu dari pendekatan klasik baru,yakni pendekatan keseimbangan harapan yang rasional, yang kita gunakan untuk fungsi penawaran lucas.

Pendekatan ini seringkali disebut pendekatan keseimbangan informasi pasar yang tidak

sempurna. Sebagaimana yang telah kita lukiskan dalam bagian sebelumnya, ia tidak menegaskan bahwa orang mau melakukan kesalahan yang sangat tolol dalam memutuskan lamanya waktu untuk bekerja dan jumlah output yang mereka hasilkan. Sebaliknya orang berusaha melakukan yang terbaik untuk memahami situasi kalau mereka menyadari bahwa mereka tidak memiliki informasi yang di perlukan untuk membuat keputusan yang tepat.[4]

6. SIKLUS ALIRAN PENDAPATAN DAN INTERKASI PASAR

(16)

Sebuah model yang menggambarkan bagaimana interaksi antar pelaku ekonomi menghasilkan pendapatan yang digunakan sebagai pengeluaran dalam upaya memaksimalkan nilai kegunaan masing-masing pelaku ekonomi.

1. Sektor Rumah Tangga

Sektor ini memiliki faktor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk proses produksi barang dan jasa privat (sektor perusahaan) maupun barang dan jasa publik (sektor pemerintah). Faktor-faktor produksi tersebut adalah;

 kesediaan untuk bekerja (tenaga kerja), hasil yang didapat disebut gaji  barang modal (misalnya tanah), diperoleh pendapatan sewa

 uang dan kesediaan untuk menaggung resiko yang dihadapi perusahaan dengan membeli saham. Pembagian keuntungan/deviden yang didapat

2. Sektor Perusahaan

(17)

perusahaan memperoleh pendapatan dari sektor pemerintah (garis 5) yang merupakan konsumsi pemerintah, dan dari permintaan sektor luar negeri yang merupakan ekspor sektor perusahaan (garis 7). Selain melakukan pembayaran untuk sektor rumah tangga (garis 1), perusahaan juga membayar pajak kepada pemerintah (garis 6).

3. Sektor Pemerintah

Fungsi utama pemerintah adalah menyediakan barang publik. Untuk menjalankan fungsinya, pemerintah melakukan pengeluaran berupa pembelian barang dan jasa dari sektor perusahaan (garis 5) dan pengeluaran-pengeluaran untuk sektor rumah tangga (garis 2). Karena barang publik tidak dapat disediakan sepenuhnya lewat mekanisme pasar, pmerintah harus menarik pajak dari sektor rumah tangga (garis 3) dan sektor perusahaan (garis 6).

4. Sektor Luar Negeri

Sektor rumah tangga, perusahaan dan pemerintah merupakan perekonomian domestik. Perekonomian diatakan tertutup jika tidak melakukan interaksi dengan sektor luar negeri dalam perekonmian terbuka disederhanakan dengan mekanisme ekspor (garis 7) dan impor (garis 8). Sektor rumah tangga (households sector) : terdiri atas sekumpulan individu yang di anggap homogen dan identik. Di dalam sector rumah tangga memiliki factor-faktor produksi yang dibutuhkan untuk memproses barang dan jasa baik sector perusahaan maupun sector pemerintahaan.

Di dalam Sector perusahaan Factor –faktor produksi tersebut adalah kesedian untuk bekrja (tenaga kerja), Uang dan kesediaan untuk menanggung resiko yang dihadapi perusahaan dengan membeli saham. Keuntungan yang di dapat adalah gaji bagi yang bersedia bekerja,pendapatan bunga bagi yang meminjamkan uang (garis 1).

Sector pemerintahaan pendapatan bisa di dapat karena balas jasa atas factor produksi yang diberikan, sementara bunga bunga diperoleh jika indivudu bersedia memberikan pinjaman uangnya kepada pemerintah dengan membeli obligasi pemerintah. Ada juga pendapatan yang bukan karena balas jasa produksi disebut juga pendapatan nonbalas jasa (PNBJ)contoh negara maju yang memberikan tunjangan social bagi kelompok mayarakat yang kurang mampu atau sedang mengangur.(garis 2).

(18)

Sektor perusahaan (firms sector) : terdiri dari sekumpulan perusahaan yang memproduksi barang dan jasa. Pada Aliran pengeluaran sector rumah tangga (garis 4) merupakan aliran pendapatan sector perusahaan.selain dari sector rumah tangga,perusahaan juga memperoleh pendapatan dari sector pemerintah (garis 5) yang merupakan konsumsi pemerintah,dan dari permintaan luar negri merupakan eksport sector perusahaan (garis 7),selain pembayaran untuk sector rumah tangga (garis 1),dan pembara pajak kepada pemerintah ( garis 6).

Sektor pemerintahan (government sector ) memiliki kewenangan politik untuk mengatur kegiatan masyarakat dan perusahaan

Fungsi pemerintah sendiri adalah menyediakan barang public. Untk menjalankan fungsinya pemerinth melakukan pengeluran berupa pembelian barang dan jasa dari sector perusahaan ( garis 5) dan pengeluran puntksektor rumah tangga (garis 2) dan pemerintah harus penarikan pajak dari sector ramah tangga (garis3) dan sector perusahaan (garis6) agar barang public dapat disediakan sepenuhnya.

Sector luar negri sector perekonomian dunia, diaman perekonomian melakukan ekspor impor. Pada sector 1,2,3 melakukan perekonomian domestic.

Perekonomian tertutup jika tidak melakukan interaksi dengan sector luar negri Perekonomian terbuka jika melakukan interaksi dengan sector luar negri Tiga pasar utama

Dari uraian diatas bhwa tingkat harga ditentukan lewat mekanisme pasar,pasar-pasar dikelompokan menjadi tiga pasar utama:

Pasar barang dan jasa (goods and service market) : pertemuan antara permintaan dan penawaran barang dan jasa. Dalam perekonomian tertutup permintaan biasanya berasal dari sector rumah tangga dan pemerintahan.sedangkan penawaran berasal dari perusahaan namun dalam

perekonomian modern tidak sssemua perusahaan memproduksi sendiri bahan baku yang dipakai untuk memproduksi barang dan jasa

Pasar tenaga kerja ( labour market) : interaksi antara permintaan dan penawaran tenaga kerja. Dalam perekonomian tertutup penawaran berasal dari sector rumah tangga sedangkan

permintaan bersal dari sector perusahaan dan peemerintahan, dalam perekonomian terbuka penawaran tenaga kerja berasal dari luar negri kadang juga sebaliknya.

Pasar uang dan modal (money and capital market) : interaksi antara permintaan uang dengan penawaran uang. Yang dipeerjual belikan dalam pasar ini bukanlah fisik uang melainkan hak pengguna uang.

Referensi

Dokumen terkait

Keterbukaan merupakan ketertarikan untuk mengeksplorasi hal-hal baru (Abdullah, Omar &amp; Panatik, 2016). Seseorang yang memiliki keterbukaan dalam proses adaptasinya akan

probability sampling , seperti yang dijelaskan Sugiyono (2012, hlm. 122) bahwa “ teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan sama bagi setiap unsur

Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai infeksi nosokomial dan juga tentang cara cuci tangan,

Dengan konfigurasi elektron yang sudah penuh, gas mulia termasuk unsur yang stabil, artinya sukar bereaksi dengan unsur lain, sukar untuk menerima elektron maupun untuk

Sedangkan secara lebih rinci dapat disimpulkan: (1) Berdasarkan hasil analisis keterlaksanaan pembelajaran dengan menggu- nakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

Hal ini dilakukan untuk mengetahui kapasitas generator dalam pemenuhan kebutuhan listrik dalam kapal saat menggunakan electric heater. Karena BKI ( Biro Klasifikasi Indonesia

Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian oleh Chew GK tahun 2005 yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan bermakna secara statistik antara derajat

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas VIII SMP