• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengelolaan Pelayanan dan Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Perkemihan: Batu Ginjal (Urolithiasis) di Ruangan Rindu B2 B RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

Webmaster. Batu Saluran Kemih. Diunduh dari : http://www.medicastore.com. Last update : Juni 2012.

(2)

Lampiran 1

INSTRUMEN SISTEM MANAJEMEN KEPERAWATAN

1. MAN I

a. Staffing

1. Berapa jumlah seluruh tenaga perawat di ruangan RB2 B? 2. Bagaimana jenjang pendidikannya?

3. Berapa lama masa kerjanya?

4. Bagaimana proses rekrutmen pegawai di ruangan RB2 B? 5. Apakah ada tenaga honorer di Ruangan RB2 B?

6. Bagaimana proses seleksi yang dilakukan untuk menempatkan pegawai honorer di ruangan RB2 B?

7. Apa kriteria pegawai yang akan ditempatkan di ruangan RB2 B?

8. Bagaimana cara mengorientasikan dan berapa lama mengorientasikan pegawai baru?

9. Pernahkah staf mengikuti pelatihan khusus di bidang keperawatan?

10.Bagaimana syarat/kriteria pegawai yang mendapatkan tugas belajar ataupun pendidikan dan pelatihan dalam pengembangan ilmu keperawatan?

11.Apakah ada subsidi yang diberikan rumah sakit/pemerintah untuk peningkatan pendidikan di ruangan RB2 B?

12.Berapa perbandingan jumlah pasien dengan tenaga perawat di ruangan RB2 B?

(3)

b. Directing

1) Berapa kali kepala ruangan mengikuti pelatihan tentang manajemen keperawatan?

2) Berapa kali kepala ruangan merencanakan pertemuan dengan staff? 3) Bagaimana kepala ruangan merencanakan peningkatan SDM staf di

ruangan RB2 B

4) Bagaimana kepala ruangan memberi teguran kepada staff yang melakukan kesalahan?

5) Bagaimana cara kepala ruangan memberi pujian kepada staffnya yang melakukuan tugas dengan baik?

c. Controlling

1) Adakah sistem penilaian terhadap kinerja perawat di Ruangan RB2 B, bagaimana pelaksanaanya?

2) Adakah penilaian khusus tehadap kinerja perawatan di Ruangan RB2 B?

3) Berapa kali dilakukan penilaian terhadap kinerja tersebut? 4) Siapa yang melakukan penilaian terhadap kinerja tersebut?

2. METODE

a. Planning

1) Apakah di Ruangan RB2 B mempunyai Visi, Misi serta Motto Keperawatan?

2) Apakah di Ruangan RB2 B mempunyai standar asuhan keperawatan ? Bagaimana Pelaksanaannya?

b. Organizing

(4)

3) Apakah alasan penggunaan metode penugasan keperawatan tersebut? 4) Ketetapan apa yang digunakan dalam penentuan Ka Tim dan perawat

pelaksana?

5) Bagaimana deskripsi kerja karu, katim dan perawat pelaksana?

6) Bagaimana sistem pendelegasian tugas yang dilakukan di Ruangan RB2 B?

7) Bagaimana cara karu atau katim dalam mendelegasikan tugasnya? 8) Jika karu/katim berhalangan, kepada siapa dilimpahkan wewenang dan

tanggung jawab untuk melaksanakan tugas keperawatan? 9) Siapa saja sasaran pelayanan kesehatan di Ruangan RB2 B?

10)Bagaimana pelaksanaan pendidikan kesehatan pada pasien di ruangan? 11)Bagaimana pengklasifikasian pasien yang akan ditempatkan di

Ruangan RB2 B?

c. Directing

1) Bagaimana gaya kepemimpinan Karu di Ruangan RB2 B? 2) Apakah gaya kepemimpinan tersebut telah dijalankan?

3) Masalah apa yang biasanya menjadi konflik di Ruangan RB2 B?

4) Bagaimana cara kepala ruangan menyelesaikan konflik yang ada di Ruangan RB2 B?

5) Menurut kepala ruangan apakah cara tersebut sudah efektif?

6) Kendala apa saja yang dihadapi kepala ruangan dalam menjalankan tugasnya?

d. Controlling

1) Bagaimana fungsi pengendalian mutu (GKM) di Ruangan RB2 B apakah berjalan atau tidak?

2) Kapan saja kepala ruangan melakukan supervisi?

(5)

4) Apakah dokter melakukan visite setiap hari?

5) Adakah monitor terhadap harapan-harapan dan kepuasan pasien tentang pelayanan Keperawatan di Ruangan RB2 B?

Jika ada, jelaskan! Kapan (frekwensinya) dan bagaimana pelaksanaannya?Jika tidak ada, jelaskan kenapa!

6) Bagaimana kolaborasi dan koordinasi dengan tim kesehatan lain? 7) Adakah supervisi bidang keperawatan ke ruangan-ruangan?

3. MATERIAL

1. Bagaimana kelengkapan logistik/ inventaris di Ruangan RB2 B?

2. Berapa jumlah bed yang tersedia dalam ruangan, bagaimana cara perawatan dan pangamprahannya ?

3. Berapa jumlah tabung oksigen/ regulator, kondisinya dan bagaimana cara perawatan dalam ruangan RB2 B?

4. Berapa jumlah alat EKG, kondisinya dan bagaimana cara perawatan dalam ruangan RB2 B?

5. Berapa jumlah standard infus yang ada, berapa yang tidak dapat digunakan dan bag cara perawatannya?

6. Bagaimana cara penyimpanan obat-obatan, siapa yang bertanggung-jawab dalam pengamprahan obat-obatan tersebut?

7. Berapa jumlah alat-alat medis seperti gunting, klem, pinset dll yang tersedia dalam ruangan?

8. Bagaimana cara perawatan alat-alat medis seperti pinset, gunting , klem dll, pensterilan dan pengamprahannya serta penyimpanannya ? 9. Berapa jumlah alat-alat tenun yang ada dalam ruangan seperti laken,

sarung bantal dll?

(6)

Lampiran 2

Kumpulan evaluasi Diagnosa Keperawatan YANG SERING MUNCUL

Pada pasien di Rindu B 2 B

Sebagai panduan dalam pendokumentasian evaluasi keperawatan pada pasien bedah urologi, bedah plastik dan bedah cartho&vaskular

“PELAYANAN TEPAT, PASIEN SELAMAT”

(7)

Medan

2012

Diagnosa: Nyeri S:

Nyeri pada area abdomen

Nyeri pada area Suprapubik

Nyeri pada area Dada

Nyeri pada area area luka bakar

Skala nyeri : 0 (Tidak nyeri), 1-3 (Nyeri sedang), 4-6 (Nyeri sedang), 7-10 (Nyeri berat)

O:

฀ Gelisah

฀ Merintih kesakitan ฀ Menangis

฀ Menarik nafas panjang ฀ Gerakan menghindar nyeri

฀ Tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh meningkat ฀ Wajah nyeri

฀ Perubahan nafsu makan

฀ Perilaku menjaga atau melindungi ฀ Gangguan tidur

A: Gangguan rasa nyaman: Nyeri P:

฀ Kaji nyeri meliputi: lokasi, keparahan/skala nyeri (0-10), kualitas nyeri, frekuensi nyeri.(mis; nyeri post operasi pada area abdomen, skala nyeri 6 (sedang), nyeri dirasakan seperti ditusuk).

฀ Ukur tekanan darah, nadi, pernafasan dan suhu tubuh

฀ Kaji isyarat ketidaknyamanan nonverbal (mis: gelisah, mual, menyeringai, pucat, manarik diri, mondar-mandir).

฀ Berikan lingkungan yang nyaman dan aman bagi pasien (mis; perubahan posisi, mesase punggung).

฀ Ajarkan teknik relaksasi dan distraksi.

฀ Kolaborasi dalam pemberikan terapi analgesik, sesuai indikasi Ketorolac 30 mg atau Tramadol 50mg

฀ Laporkan kepada dokter DPJP jika tindakan pengatasan terhadap nyeri tidak berhasil, konsul : manajemen nyeri.

(8)

S:

฀ Demam ฀ Mual O:

฀ Kulit hangat bila disentuh ฀ Kulit memerah

฀ Suhu tubuh meningkat di atas rentang normal

(Suhu normal dewasa 36,4-37,2 C dan anak usia 5-11 tahun 37,2-37,5 C)

฀ Frekuensi napas meningkat ฀ Kejang/konvulsi

฀ Tekanan darah meningkat

฀ Takikardia (peningkatan denyut nadi > 100/menit pada dewasa)

A: Hipertermi P:

฀ Kaji tanda hipertermia seperti Demam contoh temp. 39 C

Peningkatan frekuensi pernapasan (takipnea)

Perubahan tekanan darah dan berkeringat banyak (aritmia) ฀ Pantau tekanan darah, nadi, dan pernapasan

฀ Pantau turgor kulit dan kelembapan membran mukosa

฀ Pantau suhu tubuh pasien minimal setiap dua jam, sesuai kebutuhan ฀ Lepaskan pakaian yang berlebihan dan menutupi pasien dengan kain

tipis

฀ Kompres pasien dengan menggunakan waslap dingin dan diletakkan pada aksila, dahi, leher, dan lipatan paha

฀ Anjurkan untuk meningkatkan asupan cairan oral

฀ Kolaborasi dalam pemberikan obat antipiretik sesuai dengan kebutuhan seperti:

Paracetamol tablet Xyllo:della

Diagnosa: Perubahan Nutrisi: Kurang dari Kebutuhan Tubuh S:

฀ Nyeri luka operasi ฀ Nyeri abdomen

฀ Melaporkan perubahan sensasi rasa misalnya makanan terasa pahit, makanan tidak enak

฀ Tidak selera makan O:

(9)

฀ Luka, rongga mulut inflamasi

฀ Konjungtiva dan membrane mukosa pucat ฀ Diare lebih dari 3x sehari

฀ Bising usus yang hiperaktif (normal 8-12 kali/menit) A: Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

P:

฀ Ketahui makanan kesukaan pasien

฀ Timbang BB pasien setiap ______ hari/minggu/bulan ฀ Ciptakan lingkungan yang menyenangkan untuk makan ฀ Hindari prosedur invasif sebelum makan

฀ Berikan pasien minuman atau camilan bergizi, tinggi protein, tinggi kalori yang siap dikonsumsi, bila memungkinkan

฀ Berikan informasi pada pasien/keluarga tentang makanan yang bergizi dan tidak mahal.

฀ Kolaborasi dalam pemasangan NGT (Naso Gastic Tube) ** Mual/Muntah

฀ Catat warna, jumlah, dan frekuensi muntah

฀ Minimalkan faktor-faktor yang dapat menimbulkan mual dan muntah ฀ Tawarkan hygiene mulut sebelum makan

฀ Kolaborasi memberikan obat antiemetik dan analgesik sebelum makan atau sesuai dengan jadwal yang dianjurkan misalnya Ranitidin ** Kehilangan Nafsu Makan

฀ Minimalkan atau menghilangkan faktor-faktor yang dapat berpengaruh terhadap hilangnya nafsu makan pasien

฀ Anjurkan pasien untuk memakan makanan seperti buah-buahan segar atau jus buah, bila memungkinkan

฀ Berikan makanan bergizi, tinggi kalori dan tinggi protein yang bervariasi.

Diagnosa: Perubahan Eliminasi Urin S:

฀ Susah berkemih

฀ Nyeri pada saat BAK (dysuria) ฀ Berkemih tidak puas

฀ BAK terputus-putus O:

฀ Urine sedikit, contoh: volume urine: 600cc/12jam ฀ Urine berwarna merah

฀ Kateter terpasang

฀ Mengedan saat berkemih (hesistansi)

(10)

฀ Berkemih yang sering pada malam hari (Nokturia)

฀ Kesulitan untuk berkemih walaupun sudah ada dorongan kuat untuk berkemih (Retensi)

฀ Hasil laboratorium (ureum dan serum kreatinin, elektrolit serum, Berat jenis urin, albumin)

A: Perubahan Eliminasi Urine P:

฀ Pantau eliminasi urin, meliputi : frekuensi, konsistensi, bau, volume dan warna.

฀ Anjurkan kepada pasien dan keluarga untuk mencatat haluaran urin bila diperlukan,

฀ Anjurkan kepada pasien untuk minum 200 mL cairan pada saat makan, di antara waktu makan dan di awal

฀ Anjurkan pasien mengkonsumsi cairan per oral: ___cc untuk siang hari;___cc untuk malam hari.

฀ Lakukan stimulasi kandung kemih dengan menempelkan es ke abdomen, menekan bagian dalam paha atau mengalirkan air.

฀ Kolaborasi dalam pemasangan kateter

฀ Kolaborasi dalam pemberian obat diuretik misalnya : Furosemid, Lasix.

Diagnosa: Kerusakan Intergritas Kulit

S:

฀ Ada luka operasi ฀ Ada luka bakar

฀ Kulit terasa panas, gatal pada area luka O:

฀ Ada luka pada kulit

฀ Adanya jaringan nekrotik pada kulit ฀ Kerusakan pada lapisan kulit

A : Kerusakan Intergritas Kulit P:

฀ Lakukan perawatan luka dengan teknik steril

฀ Ajarkan perawatan luka insisi pembedahan, termasuk tanda dan gejala infeksi, cara untuk mempertahankan luka insisi tetap kering ketika mandi.

฀ Lakukan perawatan luka atau kulit secara rutin yang dapat dilakukan meliputi :

Atur posisi pasien secara sering

Pertahankan jaringan sekitar terbebas dari drainase dan kelembaban yang berlebihan

(11)

฀ Konsultasikan pada dokter tentang implementasi pemberian makanan dan nutrisi secara enteral dan palenteral

฀ Ajarkan kepada klien dan keluarga tentang teknik pencegahan infeksi (mencuci tangan)

Diagnosa: Gangguan Pertukaran Gas S:

฀ Frekuensi nafas cepat dan dalam (Dispnea) ฀ Sakit kepala pada saat bangun

฀ Gangguan penglihatan O:

฀ Frekuensi pernafasan meningkat

฀ Irama pernafasan tidak teratur (irregular) ฀ Warna kulit tidak normal (pucat dan kehitaman) ฀ Sianosis

฀ Keringat yang berlebihan (Diaforesis) ฀ Cuping hidung mengembang

฀ Gelisah

฀ Penurunan kesadaran

฀ Peningkatan denyut nadi (Takikardia)

฀ Hiperkapnia (Peningkatan PCO2 >45 mmHg)

฀ Hipoksemia (Penurunan saturasi oksigen (PO2) dalam darah) ฀ Hasil lab menunjukan nilai AGDA tidak normal

(nilai normal: pH 7,35-7,45; PO2 80-100mmHg; PC02 35-45mmHg; HCO3 22-26 mmol/L, BE -2-(+2)

Alkalosis pH> 7,45

Alkalosi respiratorik pH >7,4; PCO2<35mmHg Alkalosis metabolik HCO3 > 26 mmol/l

Asidosis pH <7,35

Asidosis respiratorik pH < 7,35 PCO2 >42 mmHg Asidosis metabolik pH< 7,35 dan HCO3 >28 mmol/l A: Gangguan Pertukaran Gas

P:

฀ Observasi bunyi paru ; frekuensi napas, kedalaman,dan usaha pernapasan

฀ Pantau status mental misalnya tingkat kesadaran somnolen ฀ Observasi adanya sianosis

฀ Pantau status pernapasan dan oksigenasi

(12)

฀ Kolaborasi dalam pemberian terapi oksigen

฀ Kolaborasi dalam pemberian obat yang diresepkan (misalnya, natrium bikarbonat untuk mempertahankan keseimbangan asam-basa)

฀ Kolaborasi dalam pemberian bronkodilator, aerosol, dan nebulasi ultrasonik sesuai dengan keperluan pasien ( cnth: Ventolin)

฀ Lakukan konsultasi dengan dokter tentang kebutuhan akan pemeriksaan gas darah arteri (GDA) dan penggunaan alat bantu yang dianjurkan sesuai dengan adanya perubahan kondisi pasien

Diagnosa: Gangguan Perfusi Jaringan Serebral S:

฀ Mengungkapkan nyeri kepala secara verbal ฀ Mengungkapkan kelelahan dan kelemahan

฀ Mengungkapkan dispnea (nafas cepat dan dalam) secara verbal O:

Penurunan Kesadaran

Kelemahan ektermitas atau kelumpuhan

Tidak terjadi perubahan reaksi pupil

Kesulitan menelan

Perubahan respon motorik 1 : tidak ada respon

2 : extensi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada)

3 : flexi abnormal (tangan satu atau keduanya posisi kaku diatas dada)

4 : tubuh menjauhi stimulus saat diberi rangsangan 5 : menjangkau stimulus saat diberi rangsangan nyeri 6 : mengikuti perintah

A: Gangguan perfusi jaringan serebral P:

฀ Ukur tanda vital : suhu badan, tekanan darah, nadi, respirasi ฀ Observasi status cairan termasuk asupan dan haluaran

฀ Observasi ukuran, bentuk, kesimetrisan, dan reaksivitas pupil, ฀ Pantau refleks korneal, batuk dan muntah

(13)

฀ Kolaborasi dalam pemberikan obat yang menyebabkan hipertensi untuk mempertahankan tekanan perfusi serebral

฀ Kolaborasi dalam pemberikan obat-obatan untuk meningkatkan volume intravaskuler

฀ Kolaborsi dalam pemberikan obat diuretik dan osmotik misalnya ; Furosemid

฀ Tinggikan bagian kepala tempat tidur 0 sampai 45 derajat, bergantung pada kondisi klien dan permintaan medis

Diagnosa: Ansietas S:

฀ Banyak bertanya tentang penyakitnya/ tindakan yang akan dilakukan O:

฀ Gelisah ฀ Cemas

฀ Tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu meningkat ฀ Berkeringat dingin

A: Ansietas P:

฀ Kaji tingkat kecemasan pasien.

฀ Yakinkan pasien dengan menyentuh, saling memberi empatik, dorong pasien untuk mengekspresikan perasaannya.

฀ Sediakan pengalihan melalui televisi, radio, permainan, terapi okupasi.

฀ Berikan lingkungan yang tenang

฀ Beri dorongan kepada keluarga untuk menemani pasien

฀ Berikan informasi tentang diagnosa dan perawatan, instruksikan tentang teknik relaksasi, jelaskan semua prosedur.

฀ Kolaborasi dalam pemberian pengobatan untuk mengurangi ansietas, sesuai dengan kebutuhan

Diagnosa : Defisit perawatan Diri S:

Tidak mampu melakukan perawatan diri secara mandiri O: ketidakmampuan untuk :

฀ Menyuapkan makanan dari piring ke mulut

฀ Menguyah makanan

฀ Meletakkan makanan ke piring

฀ Memegang alat makan

฀ Menelan makanan

Ketidakmampuan dalam melakukan :  Mengeringkan badan

(14)

 Membersihkan anggota tubuh A: Defisit perawatan Diri

P:

฀ Libatkan keluarga dalam perawatan diri

฀ Ajarkan pasien menggunakan metode alternative untuk makan/minum.

฀ Sediakan makanan dalam porsi kecil

฀ Berikan dukungan kemandirian dalam makan dan minum, bantu pasien jika perlu

฀ Ajarkan pasien/keluarga penggunaan metode alternatif untuk mandi dan hygiene mulut

฀ Tawarkan pengobatan nyeri sebelum mandi

฀ Mandirikan pasien dalam melakukan mandi dan hygiene mulut, bantu pasien hanya jika diperlukan

Diagnosa : Resiko Infeksi S:

฀ Luka terasa gatal ฀ Luka terasa panas ฀ Luka terasa nyeri O:

฀ Terdapat kerusakan integritas kulit

฀ Pengetahun yang kurang untuk menghindari infeksi (kurang pengetahuan mengenai pentingnya mencuci tangan)

฀ Malnutrisi (Nilai albumin) ฀ Penurunan nilai Hb, leukosit A:Resiko infeksi

P:

฀ Anjurkan klien/keluarga untuk menjaga hygine pribadi untuk melindungi tubuh terhadap infeksi

฀ Ajarkan pasien teknik mencuci tangan yang benar

฀ Ajarkan kepada pengunjung untuk mencuci tangan sewaktu masuk dan meninggalkan ruangan pasien

฀ Pertahankan teknik isolasi, bila diperlukan ฀ Batasi jumlah pengunjung bila diperlukan

฀ Ajarkan kepada pasien dan keluarga tanda/gejala infeksi dan kapan harus melapor ke pusat kesehatan

(15)

Lampiran 3

PERAWAT RB2 B

1. SAPA

(Menyapa pasien dengan kata sapaan selamat pagi, selamat siang, dan selamat malam)

2. Cuci tangan dengan 6 langkah benar 3. Bed to bed

a. Senyum dengan manis, menyapa dengan ramah, sentuh dengan lembut b. Perkenalkan diri pada pasien

c. Menanyakan nama pasien, tanggal lahir dan no RM d. Melihat ID bagde (gelang tangan pasien) yang terdiri dari :

Warna biru = pasien pria

Warna pink = pasien wanita

Warna kuning = pasien resiko cedera jatuh

Warna merah = pasien dari alergi e. Menanyakan keluhan pasien

Data Subjektif = keluhan yang dikatakan pasien

Data Objektif = keluhan yang dapat dilihat oleh perawat f. Mengukur Vital Sign

Tekanan Darah (TD)

Temperatur

Pernafasan

Pulse (Nadi)

g. Merumuskan masalah berdasarkan data subjektif dan data objektif Contoh : Pola nafas tidak efektif, dan perubahan pola eliminasi

h. Planning (perencanaan tindakan yang akan dilakukan untuk mengatasi masalah yang ada/ diagnosa yang ditemukan)

i. Action (melakukan tindakan sesuai dengan planning yang sudah dibuat)

RM 14 ditulis dengan pena warna hijau 4. Menerima pasien baru

Memperkenalkan diri

Melakukan edukasi yang terdiri dari : a. Tata tertib

b. Hak dan kewajiban pasien c. Manajemen nyeri

(16)

Melakukan tahap 1 sampai 3 seperti yang tertera di atas.

Lampiran 4

DAFTAR INVENTARIS DI RUANGAN RAWAT INAP RINDU B 2B

(17)

31 Irigator (Klisma) Kecil 1 buah 1 buah - -

32 Regulator Central 3 buah 3 buah - -

33 Regulator Biasa 4 buah 4 buah - -

34 Pispot 8 buah 8 buah - -

35 Krenda Plastik 6 buah 6 buah - -

36 Kulkas 1 buah - 1 buah -

37 Lemari laken 2 buah - 2 buah -

38 Lemari Alat 2 buah - 2 buah -

39 Keranjang Sampah 17 buah 17 buah - -

40 Jam Dinding 3 buah - 3 buah -

(18)
(19)

Lampiran 6

Daftar Nama mahasiswa Yang Bertanggung Jawab di Ruang RB2 B RSUP H Adam Malik Medan

No Nama Mahasiswa Ruang Urologi Ruang bedah

plastik

Ruang carto/vaskuler

Ruang Luka bakar

III. 3 III.4 II.4 III.5 II.5 III.6 II.6 III.7 II.7

(20)

Lampiran 5

Daftar Nama Pegawai RB 2 B yang Bertanggung Jawab di Ruang RB2 B RSUP H Adam Malik Medan Tanggal ...bulan. ...20..

N o

Nama Pegawai Ruang Urologi Ruang Bedah Plastik & Carto/Vaskuler

Pelaksana I Pelaksana II

PJ III.3 III.4 II.4 PJ III.5 II.5 III.6 II.6 III.7 II.7

Tim 1 P S M P S M

1 Meri Lusiana S,Kep Ns

2 Iramawati

3 Rismauli Siahaan S,Kep

4 Laing Bresman saragih, Amk

2 Uliana Tambunan S,Kep

3 Narko B padang S, Kep, Ns

9 Tonggo Hutabaluan, S, Kep

(21)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

INFEKSI NOSOKOMIAL

A. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan keluarga dan pasien mengerti dan memahami tentang Infeksi Nosokomial.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 30 menit, peserta penyuluhan akan dapat:

a. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan defenisi infeksi nosokomial b. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara penularan infeksi

nosokomial

c. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara pencegahan dari infeksi nosokomial

d. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan 6 tekhnik cara cuci tangan yang baik dan benar

B. Pokok Bahasan

Infeksi Nosokomial C. Sub Pokok Bahasan

(22)

2. Cara Penularan Infeksi Nosokomial 3. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial

4. 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

D. Sasaran Penyuluhan

Keluarga dan pasien yang di rawat di ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

E. Waktu dan tempat

 Hari/tanggal : Selasa, 19 Juni 2012

 Waktu : 15 Menit

 Tempat : Ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

F. Metode

 Ceramah  Demonstrasi  Tanya Jawab

G. Media dan alat

(23)

I. KegiatanPenyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Metode Kegiatan

sasaran

Media dan alat Pendahuluan 1. Memberi salam pembuka

2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan pokok

bahasan dan tujuan penyuluhan

Ceramah Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan

Leaflet

Penyajian 1. Menjelaskan Pengertian infeksi nosokomial 2. Menjelaskan cara

penularan infeksi nosokomial 3. Menjelaskan cara

pencegahan dari infeksi nosokomial

4. Menjelaskan dan mendemonstrasikan 6 tekhnik cara mencuci tangan yang baik dan benar

Ceramah

Penutup 1. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya 2. Memberikan pertanyaan

kepada pasien serta keluarga

Diskusi Umpan balik Leaflet

J. Evaluasi

1. Struktur

 Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan  Media dan alat memadai

 Setting sesuai dengan kegiatan 2. Proses

(24)

 Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat diskusi

3. Hasil

 Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi

K. Materi Penyuluhan

A. Pengertian Infeksi Nosokomial

Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang tersebut dirawat di rumah sakit dan mulai menunjukkan suatu gejala selama seseorang itu dirawat atau setelah selesai dirawat disebut infeksi nosokomial. Secara umum, pasien yang masuk rumah sakit dan menunjukkan tanda infeksi yang kurang dari 72 jam menunjukkan bahwa masa inkubasi penyakit telah terjadi sebelum pasien masuk rumah sakit, dan infeksi yang baru menunjukkan gejala setelah 72 jam pasien berada dirumah sakit baru disebut infeksi nosokomial.

(25)

B. Cara Penularan Infeksi Nosokomial

Cara penularan infeksi nosokomial bisa berupa infeksi silang (Cross infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang didapat dari orang atau penderita lain di rumah sakit secara langsung atau tidak langsung. Infeksi sendiri (Self infection, Auto infection) yaitu disebabkan oleh kuman dari penderita itu sendiri yang berpindah tempat dari satu jaringan ke jaringan yang lain. Infeksi lingkungan (Environmental infection) yaitu disebabkan oleh kuman yang berasal dari benda atau bahan yang tidak bernyawa yang berada di lingkungan rumah sakit. Misalnya lingkungan yang lembab dan lain-lain (Depkes RI, 1995).

Menurut Jemes H,Hughes dkk, yang dikutip oleh Misnadiarli 1994, tentang model cara penularan, ada 4 cara penularan infeksi nosokomial yaitu kontak langsung antara pasien dan personil yang merawat atau menjaga pasien. Seterusnya, kontak tidak langsung ketika objek tidak bersemangat/kondisi lemah dalam lingkungan menjadi kontaminasi dan tidak didesinfeksi atau sterilkan, sebagai contoh perawatan luka paska operasi. Selain itu, penularan cara droplet infection dimana kuman dapat mencapai ke udara (air borne) dan penularan melalui vektor yaitu penularan melalui hewan/serangga yang membawa kuman (Depkes RI, 1995). C. Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial

Pencegahan dari infeksi nosokomial ini diperlukan suatu rencana yang terintegrasi, monitoring dan program yang termasuk :

(26)

b) Mengontrol resiko penularan dari lingkungan.

c) Melindungi pasien dengan penggunaan antibiotika yang adekuat, nutrisi yang cukup, dan vaksinasi.

d) Membatasi resiko infeksi endogen dengan meminimalkan prosedur invasif.

e) Pengawasan infeksi, identifikasi penyakit dan mengontrol penyebarannya. Terdapat berbagai pencegahan yang perlu dilakukan untuk mencegah infeksi nosokomial. Antaranya adalah dikontaminasi tangan dimana transmisi penyakit melalui tangan dapat diminimalisasi dengan menjaga hiegene dari tangan. Tetapi pada kenyataannya, hal ini sulit dilakukan dengan benar, karena banyaknya alasan seperti kurangnya peralatan, alergi produk pencuci tangan, sedikitnya pengetahuan mengenai pentingnya hal ini, dan waktu mencuci tangan yang lama. Penggunaan sarung tangan sangat dianjurkan apabila melakukan tindakan atau pemeriksaan pada pasien dengan yang dirawat di rumah sakit (Louisiana, 2002).

(27)

dipakai untuk melindungi kulit dan pakaian selama kita melakukan suatu tindakan untuk mencegah percikan darah, cairan tubuh, urin dan feses (Louisiana, 2002).

Pembersihan yang rutin sangat penting untuk meyakinkan bahwa rumah sakit sangat bersih dan benar-benar bersih dari debu, minyak dan kotoran. Administrasi rumah sakit harus ada waktu yang teratur untuk membersihkan dinding, lantai, tempat tidur, pintu, jendela, tirai, kamar mandi, dan alat-alat medis yang telah dipakai berkali-kali. Usahakan pemakaian penyaring udara, terutama bagi penderita dengan status imun yang rendah atau bagi penderita yang dapat menyebarkan penyakit melalui udara. Kamar dengan pengaturan udara yang baik boleh menurunkan resiko terjadinya penularan tuberkulosis. Selain itu, rumah sakit harus membangun suatu fasilitas penyaring air dan menjaga kebersihan pemprosesan serta filternya untuk mencegah terjadinya pertumbuhan bakteri. Toilet rumah sakit juga harus dijaga, terutama pada unit perawatan pasien diare untuk mencegah terjadinya infeksi antar pasien. Permukaan toilet harus selalu bersih dan diberi disinfektan (Wenzel, 2002).

D. 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar

(28)

Berikut adalah langkah melakuka

Tuangkan cairan cuci tangan pada telapak tangan (hand rub) atau bisa menggunakan sabun dan air mengalir (hand wash) lalu ikuti gerakan cuci tangan pada gambar dibawah

1. Telapak tangan dengan telapak tangan

2. Telapak tangan kiri diatas punggung tangan kanan dan sebaliknya 3. Telapak dan jari saling terkait

4. Punggung jari pada telapak satunya dengan jari saling mengunci 5. Jempol kiri digosok memutar dan sebaliknya

(29)

Bila menggunakan air dan sabun setelah selesai mencuci tangan tiriskan tangan dengan mengangkat kedua tangan atau dengan kain yang bersih ( Admin, 2010).

Daftar Pustaka

Depkes RI. (1995).Infeksi Nosokomial. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Admin. (2010). Cara Pencegahan Infeksi Nosokomial. Diakses dari

(30)

Lampiran 9

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“PENGENDALIAN INFEKSI”

A. Persiapan

Persiapan kegiatan penyuluhan pengendalian infeksi dilakukan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala ruangan dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui media leaflet.

Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu Defenisi Infeksi Nosokomial, Cara Penularan Infeksi Nosokomial, Cara Pencegahan dari Infeksi Nosokomial dan 6 Tekhnik Cara Mencuci Tangan yang Baik dan Benar. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.

B. Pelaksanaan

(31)

Waktu : 09.00-selesai

Tempat : Ruang RB2 B

Dan dilaksanakan oleh:

1. Moderator : Vina Prismawati Sagala, S.Kep 2. Penyuluh : Nuraidar, S.Kep

Penyuluhan dimulai setelah melakukan operan bed to bed bersama kepala ruangan. Penyuluhan diberikan kepada seluruh pasien dan keluarga yang terdapat di sembilan ruangan rawat inap RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai infeksi nosokomial dan juga tentang cara cuci tangan, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan. Kemudian dilakukan pendemostrasian mengenai 6 langkah mencuci tangan yang benar.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

 Kegiatan dilaksanakan di Sembilan ruang rawat inap RB2B yaitu kamar III3, III4, II4, III5, II5, III6, II6, III7 dan II7

 Penyuluhan dimulai pukul 09.00 WIB selama 30 menit dan diakhiri pada pukul 09.30 WIB.

(32)

2. Evaluasi Proses

 Penyuluhan dimulai sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan sebelumnya. Durasi waktu penyuluhan sesuai dengan yang direncanakan yaitu 30 menit.

 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang pengendalian infeksi.

 Peserta dapat menjawab pertanyaan yang diajukan 80% dengan benar.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penyuluhan pengendalian infeksi dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi kembali 6 langkah cuci tangan yang benar.

2. Saran

(33)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MANAGEMENT NYERI (PAIN MANAGEMENT)

A. TUJUAN

1. Tujuan Instruksional Umum

Setelah dilakukan penyuluhan selama 15 menit, diharapkan keluarga dan pasien mengerti dan memahami tentang manajemen nyeri.

2. Tujuan Instruksional Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 15 menit, peserta penyuluhan akan dapat:

1. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan defenisi manajemen nyeri 2. Pasien dan keluarga dapat menyebutkan faktor yang mempengaruhi

nyeri

3. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan cara mengkaji persepsi Nyeri 4. Pasien dan keluarga dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan cara

mengatasi nyeri

B. Pokok Bahasan

Manajemen Nyeri

C. Sub Pokok Bahasan

(34)

2. Menyebutkan faktor yang mempengaruhi nyeri 3. Menjelaskan cara mengkaji persepsi Nyeri 4. Menjelaskan cara mengatasi nyeri

D. Sasaran Penyuluhan

Keluarga dan pasien yang di rawat di ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

E. Waktu dan tempat

 Hari/tanggal : Rabu, 13 Juni 2012

 Waktu : 15 Menit

 Tempat : Ruang RB2 B RSUP Haji Adam Malik Medan

F. Metode

 Ceramah  Demonstrasi  Tanya Jawab

G. Media dan alat

(35)

I. Kegiatan Penyuluhan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Metode Kegiatan

sasaran

Media dan alat Pendahuluan 2. Memberi salam

pembuka

2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan pokok

bahasan dan tujuan penyuluhan

Ceramah Menjawab salam Memperhatikan Memperhatikan

Leaflet

Penyajian 1. Menjelaskan pengertian

manajemen nyeri 2. Menyebutkan faktor

yang mempengaruhi nyeri

3. Menjelaskan cara mengkaji persepsi Nyeri

4. Menjelaskan cara mengatasi nyeri

Penutup 3. Memberikan kesempatan kepada pasien dan keluarga untuk bertanya 4. Memberikan

pertanyaan kepada pasien serta keluarga

Diskusi Umpan balik Leaflet

J. Evaluasi

1. Struktur

 Kesiapan mahasiswa memberikan materi penyuluhan  Media dan alat memadai

 Setting sesuai dengan kegiatan 2. Proses

(36)

 Peserta penyuluhan mengikuti kegiatan dengan aktif

 Peserta penyuluhan menanyakan tentang hal-hal yang diajukan oleh penyuluh pada saat diskusi

3. Hasil

 Peserta penyuluhan mampu menjawab pertanyaan yang diajukan oleh penyuluh pada saat evaluasi.

K. Materi Penyuluhan

Pengertian Nyeri

Nyeri adalah pengalaman sensoris dan emosional yang tidak mnyenangkan yang disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual.

Nyeri adalah suatu perasaan menderita secara fisik dan mental atau perasaan yang bisa menimbulkan ketegangan.

Faktor yang mempengaruhi nyeri :

1. Usia

2. Jenis Kelamin 3. Kebudayaan 4. Makna Nyeri 5. Perhatian 6. Ansietas 7. Keletihan

(37)

10.Dukungan Keluarga dan Sosial

Cara Mengkaji Persepsi Nyeri

a. Intensitas nyeri

 Individu dapat diminta untuk membuat tingkatan nyeri pada skala verbal,(0 -10)

 0 = tidak ada nyeri,

 1-3 nyeri ringan dan pasien dapat berkomunikasi dengan baik

 4-6 nyeri sedang, secara langsung masih bisa mendesis, menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat mengikuti perintah dengan baik  7- 10 = nyeri hebat, dimana tidak dapat mengeikuti perintah tapi masih

respon terhadap tindakan, tidak dapat dilatasi dengan nafas dalam dan pengalihan perhatian, dan tidak mampu untuk berkomunikasi.

b. Karakteristik nyeri.

c. Faktor-faktor yang meredakan nyeri (misalnya gerakan, kurang bergerak, pengerahan tenaga, istirahat, obat-obat bebas)

d. Efek nyeri terhadap aktifitas kehidupan sehari- hari (misalnya tidur, nafsu makan, konsentrasi, interaksi dengan orang lain, gerakan fisik, bekerja, dan aktivitas-aktivitas santai).

e. Kekhawatiran individu tentang nyeri. Cara mengatasi nyeri:

a. Teknik latihan pengalihan  Menonton TV

(38)

b. Stimulasi kulit

 Menggosok secara halus pada daerah nyeri  Menggosok punggung

 Menggunakan air hangat dan dingin  Mendengarkan music

c. Teknik relaksasi

 Menganjurkan pasien untuk menarik napas

 Mengisi paru-paru dengan udara, menghembuskannya secara perlahan, melemaskan otot-otot tangan, kaki, perut, dan punggung. d. Kompres hangat atau dingin

 Caranya gunakan handuk yang telah dibasahi air hangat atau air dingin kemudian ditempelkan pada area yang nyeri.

e. Imajinasi terbimbing

 Yaitu dengan mengarahkan pasien membayangkan sesuatu yang dapat membuatnya nyaman membayangkan sesuatu tempat yang memberikan dirinya tenang, seperti sawah yang terhampar luas dengan hijaunya dedauanan padi.

f. Posisi tidur yang nyaman

Dapat mengurangi stress (penekanan pada luka, dengan cara:  Beri bantal tambahan untuk menyokong tubuh

(39)

Daftar Pustaka

Daniel, R. (2004) nursing fundamentals: caring & clinical desicion making. Clifton par,NY: Delmar Learning

(40)

Lampiran 12

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“MANAJEMEN NYERI”

A. Persiapan

Persiapan kegiatan penyuluhan manajemen nyeri dilakukan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala ruangan dan juga Clinical Instructur dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui media leaflet. Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu pengertian manajemen nyeri, faktor yang mempengaruhi nyeri, cara mengkaji persepsi nyeri, cara mengatasi nyeri. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.

B. Pelaksanaan

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah keluarga akan dapat memahami penanganan dan mendemonstrasikan manajemen nyeri, Adapun penyuluhan tentang manajemen nyeri dilakukan pada:

Hari/ Tanggal : Kamis, 14 Juni 2012 Waktu : 10.00-10.30 WIB

(41)

Dan dilaksanakan oleh:

Penyuluh : Nuraidar, S.Kep

Penyuluhan dimulai setelah melakukan operan bed to bed bersama kepala ruangan. Penyuluhan diberikan kepada Ny. R dan keluarga yang berada di kamar II.4 RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai manajemen nyeri, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

 Kegiatan dilaksanakan di ruang rawat inap RB2 B yaitu kamar II.4

 Penyuluhan dimulai pukul 10.00 WIB selama 20 menit dan diakhiri pada pukul 10.20 WIB.

 Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang  Media yang digunakan berupa leaflet.

2. Evaluasi Proses

(42)

 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang manajemen nyeri

 Peserta dapat mengulangi kembali bagaimana cara mengatasi nyeri.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penyuluhan manajemen nyeri dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi bagaimana cara mengatasi nyeri yang dirasakan oleh Ny R.

2. Saran

(43)

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

RANGE OF MOTION (ROM)

1. Tujuan Instruksional

A. Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan diharapkan pasien atau anggota keluarga dapat membantu melakukan latihan ROM dengan benar di Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan.

B. Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan diharapkan mampu :

1. Menyebutkan pengertian ROM 2. Menyebutkan tujuan ROM 3. Menyebutkan jenis ROM

4. Menyebutkan Sendi yang digerakan 5. Menyebutkan indikasi latihan ROM

6. Mengajarkan Latihan Pasif Anggota Gerak Atas 7. Mengajarkan Latihan pasif anggota gerak bawah

8. Mengajarkan Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah

2. Pengorganisasian

(44)

Peserta Penyuluhan : pasien atau anggota keluarga yang mengalami hambatan mobilisasi ditempat tidur di Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan.

3. Strategi Kegiatan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Media/ Alat

Kegiatan Peserta Metode Waktu Pendahuluan 1. Membuka pertemuan

dengan memberi salam 2. Memperkenalkan diri

kepada peserta

3. Menjelaskan TIU/TIK

- 1. Mendengarkan 2. Mendengarkan 3. Mendengarkan

Diskusi 3’

Penyajian 1. Menyebutkan pengertian ROM

2. Menyebutkan tujuan ROM

3. Menyebutkan jenis ROM

4. Menyebutkan Sendi yang digerakan

5. Menyebutkan indikasi latihan ROM

6. Mengajarkan Latihan Pasif Anggota Gerak Atas

7. Mengajarkan Latihan pasif anggota gerak bawah

8. Mengajarkan Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah

Leaflet 1. Mendengarkan 2. Mendengarkan 3. Mendengarkan 4. Mendengarkan 5. Mendengarkan

6. Latihan

7. Latihan

8. Latihan

Diskusi 15’

Penutup 1. Memberi kesempatan bertanya pada peserta 2. Membuat kesimpulan 3. Menutup penyuluhan

- 1. Tanya jawab 2. Mendengarkan 3. Mendengarkan

Diskusi 2’

4. Sasaran Penyuluhan

(45)

5. Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Rabu, 13 Juni 2012 Waktu : 20 Menit

Tempat : Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan

6. Metode

Diskusi dan stimulasi

7. Media dan Alat

Leaflet

8. Evaluasi

Kriteria Hasil : Diharapkan pada proses penyuluhan berlangsung dengan baik, peserta berpartisipasi dalam penyuluhan dengan bertanya, menjawab dan antusias serta peserta dapat memahami materi penyuluhan serta pasien atau anggota keluarga dapat melakukan latihan ROM dengan benar di Ruang RB 2 B RSUH Adam Malik Medan.

9. Materi Penyuluhan

(46)

1. Pengertian

Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif (Potter and Perry, 2006).

2. Tujuan

Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot. Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi (Potter and Perry, 2006).

3. Jenis ROM

ROM pasif : Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot 50 %

ROM aktif : Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 % D. Jenis gerakan Fleksi Ekstensi Hiper ekstensi Rotasi Sirkumduksi Supinasi Pronasi Abduksi Aduksi Oposisi (Potter and Perry, 2006).

4. Sendi yang digerakan

1. ROM Aktif Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.

(47)

a. Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)

b. Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi bahu)

c. Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi) d. Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi) e. Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi,

oposisi)

f. Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)

g. Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi) h. Jari kaki (fleksi/ekstensi)

5. Indikasi

1. Stroke atau penurunan tingkat kesadaran 2. Kelemahan otot

3. Fase rehabilitasi fisik

4. Klien dengan tirah baring lama (Potter and Perry, 2006)

6. Latihan Pasif Anggota Gerak Atas

• Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu :

o Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memengang lengan.

(48)

• Gerakan menekuk dan meluruskan siku :

o Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan meluruskan siku

• Gerakan memutar pergelangan tangan :

o Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan yang lainnya menggenggam telapak tangan pasien

o Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah dalam(telungkup)

• Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan:

o Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien

o Tekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah • Gerakan memutar ibu jari:

o Pegang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan lainnya memutar ibu jari tangan

o Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan

o Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan yang lainnya menekuk dan meluruskan jari-jari tangan (Potter and Perry, 2006)

7. Latihan pasif anggota gerak bawah

• Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha

(49)

o Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut yang lurus (Potter and Perry, 2006).

8. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah

• Latihan I

o Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas o Letakan kedua tangan diatas kepala

o Kembalikan tangan ke posisi semula • Latihan II

o Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat

o Kembalikan ke posisi semula • Latihan III

o Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas o Kembalikan ke posisi semula

• Latihan IV

o Tekuk siku yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat o Luruskan siku kemudian angkat ketas

o Letakan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur. • Latihan V

o Pegang pergelangan tangan yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat angkat ke atas dada

(50)

o Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan

o Putar ibu jari yang lemah mengunakan tangan yang sehat • Latihan VII

o Letakan kaki yang seht dibawah yang kontraktur

o Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki yang kontraktur

o Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.

• Latihan VIII

o Angkat kaki yang kontraktur mengunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3 cm

o Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi

o Kembali ke posisi semula dan ulang sekali lagi • Latihan IX

o Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan tangan satu

o Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasien o Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya

(51)

Lampiran 15

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“ROM (Range Of Motion)”

A. Persiapan

Persiapan kegiatan penyuluhan ROM (Range Of Motion) dilakukan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala ruangan dan juga Clinical Instructur dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui media leaflet. Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu pengertian ROM, tujuan ROM, jenis ROM, indikasi latihan ROM, Latihan Pasif Anggota Gerak Atas, Latihan pasif anggota gerak bawah, Mengajarkan Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.

B. Pelaksanaan

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah keluarga akan dapat memahami penanganan dan mendemonstrasikan ROM (Range Of Motion), Adapun penyuluhan tentang ROM (Range Of Motion) dilakukan pada:

(52)

Tempat : Ruang RB2 B/ Kamar II.4 Dan dilaksanakan oleh:

Penyuluh : Nuraidar, S.Kep

Penyuluhan diberikan kepada Ny. R dan keluarga yang berada di kamar II.4 RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai ROM, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

 Kegiatan dilaksanakan di ruang rawat inap RB2 B yaitu kamar II.4

 Penyuluhan dimulai pukul 11.00 WIB selama 20 menit dan diakhiri pada pukul 11.20 WIB.

 Peserta penyuluhan berjumlah 2 orang  Media yang digunakan berupa leaflet.

2. Evaluasi Proses

(53)

 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang ROM (Range Of Motion).

 Peserta dapat mengulangi dan melakukan demonstrasi ROM (Range Of Motion).

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

 Penyuluhan ROM (Range Of Motion) dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi dan melakukan demonstrasi ROM (Range Of Motion).

2. Saran

(54)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

TRIK-TRIK PENCEGAHAN BATU GINJAL BERULANG

2. Tujuan Instruksional

A. Umum

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan diharapkan pasien dapat melakukan cara pencegahan batu ginjal berulang di Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.

B. Khusus

Setelah mengikuti penyuluhan selama 20 menit, peserta penyuluhan diharapkan mampu :

9. Menyebutkan Definisi Batu Ginjal

10. Menyebutkan Gejala-gejala Batu Ginjal

11. Menyebutkan Hal-Hal Yang Menyebabkan Batu Ginjal 12. Menyebutkan Trik-Trik Pencegahan Batu Ginjal Berulang

3. Pengorganisasian

Penyuluh : Nuraidar

(55)

4. Strategi Kegiatan

Tahap Kegiatan Penyuluhan Media/ Alat

Kegiatan Peserta Metode Waktu Pendahuluan 1. Membuka pertemuan

dengan memberi salam

2. Memperkenalkan diri kepada peserta

3. Menjelaskan TIU/TIK

- 1. Mendengarkan

2. Mendengarkan 3. mendengarkan

Diskusi 2’

Penyajian 1. Menyebutkan definisi batu ginjal

2. Menyebutkan gejala-gejala batu ginjal 3. Menyebutkan hal-hal

yang menyebabkan batu ginjal

4. Menyebutkan trik-trik pencegahan batu ginjal berulang

Leaflet 1. Mendengarkan 2. Mendengarkan 3. Mendengarkan 4. Mendengarkan

Diskusi 15’

Penutup 1. Memberi kesempatan bertanya pada peserta 2. Membuat kesimpulan 3. Menutup penyuluhan

- 1. Tanya jawab 2. Mendengarkan 3. Mendengarkan

Diskusi 3’

10.Sasaran Penyuluhan

Ny R dan anggota keluarga Ny R di Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.

11.Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal : Jum’at, 29 Juni 2012 Waktu : 20 Menit

Tempat : Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.

12.Metode

(56)

13. Media dan Alat

Leaflet

14. Evaluasi

Kriteria Hasil : Diharapkan pada Proses penyuluhan berlangsung dengan baik, peserta berpartisipasi dalam penyuluhan dengan bertanya, menjawab dan antusias serta peserta dapat memahami materi penyuluhan serta pasien dapat melakukan cara pencegahan batu ginjal berulang di Ruang RB2 B Rumah Sakit Umum Adam Malik Medan.

15. Materi Penyuluhan

TRIK-TRIK PENCEGAHAN BATU GINJAL BERULANG

Definisi

(57)

Penyebab

Batu ginjal terutama disebabkan oleh kristalisasi kalsium oksalat (sejenis garam pada beberapa makanan) atau, yang lebih jarang, asam urat (limbah penguraian protein dalam tubuh). Konsumsi berlebihan makanan yang mengandung kalsium oksalat atau asam urat berisiko menimbulkan batu ginjal. Kurang mengkonsumsi cairan juga dapat menjadi penyebab. Bila kita kurang minum, air seni menjadi lebih kental sehingga memudahkan kristalisasi garam dan mineral. Kelainan metabolisme tertentu juga dapat membuat tubuh lebih mudah memproduksi batu ginjal.

Batu ginjal sering terulang pembentukannya, terutama bila faktor-faktor seperti pola makan dan pola minum seseorang tidak berubah. Pria dua kali lebih sering terkena dibandingkan wanita dan risikonya terus meningkat seiring usia. Gejala batu ginjal dirasakan 12% pria dan 5% wanita berumur 70 tahun.

Krisis kolik ginjal

Ketika batu ginjal tersangkut, terjadi situasi yang disebut krisis kolik ginjal. Ini adalah kedaruratan medis yang memerlukan tindakan segera untuk

menghilangkan sakit dan mencegah komplikasi yang terkait (pendarahan, infeksi ginjal, dll). Gejala krisis kolik ginjal adalah:

(58)

• buang air tidak lancar, hanya sedikit-sedikit yang keluar. Hal ini disebabkan oleh sumbatan batu ginjal dalam aliran air seni.

• ada darah dalam air seni

Bila Anda terkena krisis kolik ginjal, Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter. Langkah terbaik biasanya adalah langsung ke bagian gawat darurat rumah sakit di mana tersedia peralatan yang lengkap untuk menangani krisis Anda. Anda akan mendapatkan penghilang nyeri yang disuntikkan agar rasa sakit Anda segera hilang. Dokter kemudian akan memeriksa keberadaan batu ginjal dengan pemeriksaan sampel darah dan urin serta ultrasound, CT Scan atau rontgen. Pemeriksaan ini membantu dokter menentukan tindakan apa yang sebaiknya diambil.

Jika batu ginjal cukup besar dan tidak dapat dikeluarkan melalui saluran kemih, Anda mungkin harus menjalani litotripsi atau operasi untuk menghilangkannya. Litotripsi menggunakan gelombang kejut atau laser untuk memecah batu ginjal tanpa pembedahan. Operasi yang disebut perkutaneus nefrolipotomi dilakukan bila batu ginjal terlalu besar atau berada di tempat yang

tidak memungkinkan pemecahan dengan litotripsi. Pencegahan

1. Minumlah air yang cukup. Minumlah setidaknya 2 liter air sehari atau

(59)

2. Minumlah sepanjang hari. Bila Anda minum hanya di pagi hari, air tersebut akan dibuang melalui kencing dalam dua jam berikutnya sehingga konsentrasi garam dan mineral di siang hari meningkat. Anda harus membiasakan minum lebih sering.

3. Pilih makanan yang kaya vitamin A. Asupan vitamin A sebesar 5000 IU

per hari (setara 60 gram mencegah pembentukan batu ginjal. Makanan yang kaya vitamin A adalah brokoli, melon, ikan, dan hati. Namun, berhati-hatilah jangan terlalu banyak mengkonsumsi makanan bervitamin A dari sumber hewani, karena kelebihan vitamin A justru menyebabkan masalah kesehatan lain.

4. Kurangi garam dalam makanan. Dengan mengurangi garam, Anda

mengurangi kadar kalsium dalam urin.

5. Jangan berlebihan mengkonsumsi susu dan produk susu (keju, yogurt,

es krim, dll) berkalsium tinggi. Kelebihan kalsium akan dibuang oleh tubuh melalui urin sehingga meningkatkan risiko batu ginjal.

6. Jangan berlebihan mengkonsumsi makanan yang mengandung

kalsium oksalat tinggi seperti cokelat, kacang, bayam, anggur, dll.

7. Jangan berlebihan mengkonsumsi vitamin C dan D karena dapat

(60)

8. Perbanyak mengkonsumsi makanan yang mengandung magnesium dan vitamin B6 karena dapat mengurangi kadar kalsium oksalat dalam air

seni.

9. KembangkanKalsium adalah unsur pembentuk tulang.

Dengan hidup aktif, Anda membantu pembentukan kalsium menjadi tulang. Sebaliknya, gaya hidup kurang gerak mendukung kalsium untuk beredar dalam darah dan berisiko menjadi kristal.

10.Kurangi peredaran asam urat. Semua hal yang dapat

DAFTAR PUSTAKA

Majalah Kesehatan Sumber Informasi Kesehatan Anda. (2011). Gejala dan Pencegahan Batu Ginjal. Diunduh dari

Y., Hadipratomo. (2008). Batu Ginjal, Penyebab dan Pencegahannya. Diunduh

dar

(61)

Lampiran 18

LAPORAN HASIL PELAKSANAAN PENDIDIKAN KESEHATAN

“TRIK-TRIK PENCEGAHAN BATU GINJAL BERULANG”

A. Persiapan

Persiapan kegiatan penyuluhan “Trik-Trik Pencegahan Batu Ginjal Berulang” dilakukan mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU dengan sebelumnya berkoordinasi dengan kepala ruangan dan juga Clinical Instructur dalam hal pengadaan penyuluhan di ruang RB2 B. Kemudian mahasiswa Profesi Ners Keperawatan USU mempersiapkan materi yang akan disampaikan melalui media leaflet. Materi penyuluhan yang dipersiapkan disesuaikan dengan susunan materi yang telah disusun dalam satuan acara pengajaran (SAP) yaitu definisi batu ginjal, gejala-gejala batu ginjal, hal-hal yang menyebabkan batu ginjal, trik-trik pencegahan batu ginjal berulang. Materi dipersiapkan dalam bentuk leaflet.

B. Pelaksanaan

Adapun tujuan umum dari pelaksanaan penyuluhan adalah keluarga akan dapat memahami tentang batu ginjal dan dapat mencegah batu ginjal berulang, Adapun penyuluhan tentang trik-trik pencegahan batu ginjal berulang dilakukan pada:

Hari/ Tanggal : Kamis, 5 Juni 2012 Waktu : 13.00-13.15 WIB

(62)

Dan dilaksanakan oleh:

Penyuluh : Nuraidar, S.Kep

Penyuluhan diberikan kepada Ny. R dan keluarga yang berada di kamar II.4 RB2 B. Materi disampaikan dengan baik. Penyuluhan dilakukan diawali dengan menanyakan kepada peserta tentang pengetahuan keluarga dan pasien mengenai penyebab batu ginjal, kemudian dilanjutkan dengan penjelasan dan diselingi dengan menanyakan pemahaman peserta tentang materi yang disampaikan.

C. Evaluasi

1. Evaluasi Struktur

 Kegiatan dilaksanakan di ruang rawat inap RB2 B yaitu kamar II.4

 Penyuluhan dimulai pukul 13.00 WIB selama 15 menit dan diakhiri pada pukul 13.15 WIB.

 Peserta penyuluhan berjumlah 3 orang  Media yang digunakan berupa leaflet.

2. Evaluasi Proses

(63)

 Kesiapan peserta baik dalam mengikuti penyuluhan dimana peserta antusias dalam mengikuti penyuluhan.

3. Evaluasi Hasil

 Seluruh peserta menyatakan mendapat pengetahuan yang lebih jelas tentang penyebab terjadinya batu ginjal.

 Peserta dapat mengulangi kembali bagaimana cara-cara mencegah batu ginjal berulang.

D. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Penyuluhan trik-trik pencegahan batu ginjal berulang dilakukan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Kegiatan penyuluhan berlangsung secara kondusif dan peserta dapat mengikuti penyuluhan dengan baik. Peserta dapat menjawab pertanyaan 80% dengan benar dan dapat mengulangi cara mencegah terjadinya batu ginjal berulang..

2. Saran

Referensi

Dokumen terkait

Praktik Belajar Lapangan Komprehensif (PBLK) bertujuan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengaplikasikan semua teori dan konsep yang telah diperoleh selama proses pendidikan

a. Dokumentasi harus dilakukan segera setelah pengkajian pertama dilakukan, demikian juga pada setiap langkah kegiatan keperawatan. Bila memungkinkan, catat setiap respon pasien

Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan perawat tentang manajemen nyeri pada pasien dan dapat dijadikan pedoman dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya

Tujuan : Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji Adam Malik yang menderita gangguan pendengaran

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji Adam Malik yang menderita gangguan pendengaran

Berdasarkan latar belakang diatas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut : Berapa besar proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji Adam

Tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk mengetahui berapa proporsi pasien hipertensi di poli ginjal hipertensi RSUP Haji Adam Malik Medan yang menderita

Dapat digunakan sebagai wacana dan pengetahuan tentang perkembangan ilmu keperawatan, khususnya asuhan keperawatan pada klien dengan kasus gangguan oksigenasi. Bagi