• Tidak ada hasil yang ditemukan

Artikel Tentang Obligasi l Tentang Obligasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Artikel Tentang Obligasi l Tentang Obligasi"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN SYARI’AH Tentang :

OBLIGASI (SUKUK)

Oleh Kelompok V

Delli Ridha Hayati : 312.228 Erni Hasmita : 312.249

Deskia Fresky : 312.307

Robi Yunitriasdi : 312.117

Adrianto : 311.182

Dosen Pembimbing HURIYATUL AKMAL.M.Si

JURUSAN EKONOMI ISLAM (EKI C) FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN) IAIN IMAM BONJOL PADANG

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga kita bisa menjalani kehidupan ini sesuai dengan ridhonya.

Salawat dan salam semoga tetap tercurah kepada pemimpin umat yakni Nabi Muhammad SAW yang telah membimbing manusia dari zaman jahiliyah ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan seperti saat sekarang ini.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membimbing dalam pembuatan makalah ini sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Dalam pembuatan makalah ini mungkin masih banyak kesalahan dalam penulisan ataupun dalam presentasi.

Oleh karena itu penulis mohon kritik dan saran yang membangun sehingga penulis dapat memperbaikinya untuk masa yang akan datang.

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

Obligai islam berbeda denganobligasi kovensional. Semenjak ada konvergensi pendapat bahwa bunga adalah riba, maka instrumen-instrumen yang punya komponen bunga (interset-bearing instrumens) ini keluar dari daftar investasi halal. Karena itu, dimunculkan alternatif yang dinamakan obligasi syariah (sukuk)

Istilah tersebut sudah dikenal sejak abad pertengahan, diaman umat islam mengguanaknnya di dalam konteks perdagangan internasional

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN

Obligasi adalah surat hutang jangka panjang yang dikeluarkan oleh peminjam, dengan kewajiban untuk membayar kepada pemegang saham sejumlah bunga tetap yang telah ditetapkan sebelumnya.

Menurut Drs BambangRiyanto, definisi obligasi adalah sebagai berikut:1

obligasi adalah suatupengakuan hutang yang dikeluarkan oleh pemerintah atau persahaan atau lembaga-lembaga lainnya sebagai pihak yang berhutang yang mempunyai nilai nominal tertentu dan kesanggupan untuk membayar bunga secara periodic atau dasar persentase tertentu yang tetap

Secara umum dapat juga diartikan obligasi adalah surat utag jangka panjang yang diterbitkan oleh suatu lembaga, dengan nilai nominal dan waktu jatuh tempo tertentu. Penerbit obligasi bisa perusahaan swasta, BUMN atau pemerintah, baik pemerintah pusat maupun daerah.

Salah satu instrument investasi yang dikenal di pasar modal selama ini adalah obligasi. Model investasi ini didefinisikan sebagai surat berharga jangka panjang yang bersifat utang dan dikeluarkan oleh emiten dengan kewajiban membayar bunga untuk periode tertentu dan melunasi pokoknya pada saat jatuh tempo kepada pemegang obligasi. Praktinya berbasis utang dan bunga yang identik dengan riba sehingga diperlukan model investasi yang saling menguntungkan dan sejalan dengan prinsip syariah.

Obligasi syariah di dunia internasional dikenal dengan sukuk. Sukuk barasal dari bahasa Arab“sak” (tunggal) dan sukuk (jamak) yang memiliki arti mirip dengan sertifikat atau note2.

Merujuk kepad Fatwa Syariah Nasional No:32/DSN-MUI/IX/2002, “obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar

(5)

pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.3

Penerbitan obligasi syariah muncul sehubungan dengan berkembangnya institusi-institusi keuangan syariah, seperti asuransi syariah, dana pension syariah, dan reksa dana syariah yang membtuhkan alternatif penempatan investasi. Investor obligasi syariah tidak hanya berasal dari institusi-institusi syariah saja, tetapi juga investor konvensional produk sayariah dapat dinikmati dan digunakan siapapun, sesuai falsafah syariah yang sudah seharusnya member manfaat kepada yang sudah seharusnya member manfaat. Investor konvensional akan tetap bisa berpartisipasi dalam obigasi syariah.

Perbedaan Obligasi Konvensional dengan Obligasi Syariah atau sukuk yaitu:4

Deskripsi Sukuk (obligasi sayriah) Obligasi konvensional Penerbit Pemerintah,korporasi Pemerintah,korporasi

Pembayaran pokok Bullet atau amortisasi Bullet atau amortisasi Penggunaan hasil

penerbitan

Harus sesuai islam Bebas

kepemilikan atas nama (nama pemiliknya tertera disertifikat obligasi) ditentukan diawal (hanya

Interest bersifat tetap, fixed ditentukan lebih dulu besarnya [pada saat perjanjian dan sudah pasti

3 Nurul Huda, dkk, Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis, (Jakarta: Kencana Penada Media Group,2010) 239.

(6)

disepakati proporsi pembahagian hasil apabila memperoleh keuntungan dimasa datang.

dapat dihitung secara Matematika

Resiko Mudah diketahui, karena tingkat return dangt hawalah (pengalihan hutang piutang kepada pihak lain denga tanggungan bagi hasil)

Dapat diperjual belikan secara langsung karena siapapun yang membawa berhak dan sah untuk memillikinya.

Tidak semua emiten yang bisa menerbitkan obligasi syariah. Untuk menerbitkan obligasi syariah ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Beberap persyaratan berikut yang harus dipenuhi:5

1. Aktivitas utama (core business) yang halal, tidak bertentangan dengan sustansi Fatwa no. 20/DSN-MUI/IV/2001. Fatwa tersebut menjelaskan bahwa jenis kegiatan usaha yang bertentangan dengan syariat islam diantaranya adalah:

 Usaha perjudian dan permainan yang tergolong judi atau perdagangan yang dilarang.

 Usahan lembaga keuangan konvensional (ribawi), termasuk perbankan dan asuransi konvensional.

 Usaha yang memproduksi, mendistribusikan, serta memperdagangkan makanan dan minuman haram.

 Usaha yang memproduksi, mendistribusi, dan atau menyediakan barang-barang ataupun jasa yang merusak moral dan bersifat mudarat.

2. Peringkat investment grade:

 Memiliki fundamental usaha yang kuat  Memiliki fundamental keuangan yag kuat  Memiliki citra yang baik bagi public.

3. Keuangan tambahan jika termasuk dalam komponen Jakarta Islamic indeks.

(7)

Adapun pihak ynag terkait dengan penerbitan sukuk: 1. Obligor,

Adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang dietrbitkan sampai dengan sukuk ynag jatuh tempo. Dalam hal ini sovereign (yanhg berkuasa) sukuk, obligornya dalah pemerintah.

2. Special Purpose Vehicle (SPV)

Adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk dengan fungsi: - Sebagai penerbit sukuk.

- Sebagai counterpart pemerintah dalam transaksi pengalihan aset.

- Bertindak sebagai wali amanat ( trustee) untyuk mewakili kepentingan investor.

3. Investor

Adalah pemegang sukuk, yang memiliki hak atas imbalan, margin, dan nilai nominal suku sesuai partisipasi masing-masing.

B. DASAR HUKUM SUKUK (OBLIGASI SYARIAH) 1) Al-Qur’an

Adapun dalil yang berkenaan dengan kebolehan Sukuk (obligasi syariah) penyusun sarikan dari Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Berikut dalil-dalilnya:

Firman Allah SWT, QS. Al-Ma’idah 1:

ددووققعقلاوبد اووفقوواا اوونقمااءا نايوذدللاالااهايلقاااويا

Hai orang – orang yang beriman, penuhilah akad-akad itu Firman Allah SWT, QS. Al-Isra’ : 34:

للووئقسوما نااكا داهوعالاو نلااد ددهوعالاوبد اووفقووااوا

(8)

Firman Q.S. al-Baqarah 275 :

ههططط

ه ببخختخيخ ِيذذططلبا مهُوططقهيخ َاططمخكخ لبإذ نخُوططمهُوقهيخ لخ َاططبخررلا نخُولهكهأأططيخ نخيذذططلبا

ل

ب طحخأخوخ َاطبخررلا له ثأمذ عهطيأبخلأا َامخنبإذ اأُولهَاقخ مأههنبأ

خ بذ كخلذذخ س

ر

مخلأا ن

خ مذ ن

ه َاط

خ يأشبلا

َاططمخ ههططلخفخ ى

خ هختخنَاططفخ هذبررب نمر ةةظ

خ عذُوأمخ ههءَاجخ نمخفخ َابخررلا مخربحخوخ عخيأبخلأا ههلللا

َاططهخيفذ مأططهه رذَاططنبلا ب

ه َاح

خ ططص

أ أ

خ كخئذطططلخوأأهفخ دخَاعخ نأمخوخ هذلللا ىلخإذ ههرهمأأخوخ ف

خ لخس

خ

ن

خ ودهلذَاخخ

“orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” ( Al-Baqarah 275)

2) Hadits

Hadis Nabi SAW yang digunakan sebagai dalil dasar sukuk ini ialah hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amar bin ‘Auf,

:

امارح للحأا وأا للح مرلح احلوص لا نيملسملوا نيب زئاج حلوصللا م ص هللا لوسر لاق ينازملا فوع نب ورمع نع

)

ىذمرتلا ماما هاور امارح للحأ وأ للح مرلح اطرش لإ مهدطورش ىلاع نوملسملواو)

“Perjanjian boleh dilakukan di antara kaum muslimin kecuali perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.”

(9)

“tidak boleh memnahayakan (merugikan) diri sendiri maupun orang lain”

C. KAIDAH FIQIH

Terdapat lima kaidah yang digunakan, yaitu :6

1. Pada dasarnya semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.

2. Kesulitan dapat menarik kemudahan. 3. Keperluan dapat menduduki posisi darurat.

4. Sesuatu yang berlaku berdasarkan adat/ kebiasaan sama dengan sesuatu yang berlaku berdasarkan syara (selama tidak bertentangan dengan syariah).

5. Pendapat para ulama tentang obligasi syariah meliputi obligasi yang menggunakan prinsip mudharabah, murabahah, muyarakah, istishna, ijarah dan salam.

D. FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL

Untuk menerbitkan obligasi syariah, beberapa persyaratan harus dipenuhi, yakni aktivitas utama (core business) yang halal, dan tidak bertentangan dengan substansi fatwa DSN.

Fatwa dewan syariah nasional No 32/DSN/IX/2002 tentang Sukuk (Obligasi syari`ah) adalah surat berharga berjangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikelurkan emitten kepada pemegang obligasi syariah, tersebut berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.7

 Ketentuan Umum

o Obligasi yang tidak dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang bersifat utang dengan kewajiban membayar berdasarkan bunga.

o Obligasi yang dibenarkan menurut syariah, yaitu obligasi yang berdasarkan prinsip syariah

o Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi

(10)

syariah berupa bagi hasil, margin, fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

 Ketentuan Khusus

o Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, antara lain: - Mudharabah

- Musyarakah - Murabahah - Salam - Istishna’ - Ijarah

o Jenis usaha yang dilakukan oleh emiten (mudharib) tidak boleh bertentangan dengan syariah dengan memperhatikan substansi Fatwa DSN-MUI Nomor 20/DSNMUI/IV/2001 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.

o Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan oleh emiten (mudharib) kepada pemegang obligasi syariah mudharabah harus bersih dari unsure non halal.

 Penyelesaian Perselisihan

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau terjadi perselisihan \, maka penyelesaian dapat dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syariah setelah musyawarah tidak menghasilkan kesempatan.

E. PROSES PENERBITANOBIGASI SYARIAH

Penerbitan obligasi syariah dapat dilihat dari gambar dibawah ini:8

8 Op.cit, Nurul Huda, Mustafa Edwin Nasution,) hlm 90-91

PENAWARAN DOKUMEN

EMITEN UNDER WRITER INVESTOR

DANA

(11)

Berdasarkan gambar diatas, maka daapt dijelaskan langkah-langkah umum untuk penerbitan obligasi syariah sebagai berikut:

1. Emiten menyerahkan dokumen yang diperlukan untuk penerbitan obligasi syariah kepada underwriter (wakil dari emiten)

2. Underwriter melkukan penawaran kepada investor

3. Bila investor tertarik, maka akan menyerahkan dananya kepada emiten melalui underwriter

4. Emiten akan membayarkan bagi hasil dan pembayaran pokok pada investor.

Pada obligasi syariah, selain proses diatas, maka sebelumnya harus dilakukan pula opini syariah, yang dilakukan oleh Dewan Syariah Nassional dengan tahapan sebagai berikut

UNDERWRITER MUI PRESENTASI BADAN

PELAKSANA HARIAN DSN

(DEWAN SYARIAH NASIONAL)

OPINI SYARIAH RAPAT TIM AHLI

Berdasarkan gambar dapat dijelaskan proses dari opini syariah:

1. Emiten melalui underwriter menyerahkan proposal atau surat pemberitahuan penerbitan obligasi syariah kepada Majelis Ulama Indonesia.

2. Presentasi proposal diakukan di Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional 3. Dwan Syariah Nasional mengadakan rapat dengan tim ahli Dewan Pengawas Syariah

(DPS), hasil rapat akan menyatakan opini syariah terkait proposal yang diajukan. Contoh obligasi

F. JENIS-JENIS OBLIGASI SYARIAH

(12)

obligasi ini yang paling banyak dipergunakan adalah obligasi dengan insturmen prinsip mudharabah dan ijarah.

Jenis-jenis obligasi Syariah yaitu: 1) Obligasi Syariah Mudharabah

yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad mudarabah yang merupakan satu bentuk kerjasama, yang satu pihak menyediakan modal (rabb al-mal) dan pihak lain menyediakan tenaga dan keahlian (mudarib), keuntungan dari kerjasama tersebut akan dibagi berdasarkan perbandingan yang telah disetujui sebelumnya. Kerugian yang timbul akan ditanggung sepenuhnya oleh pihak penyedia modal.

Fatwa Dewan Syariah Nasinal Nomor 33/DSN-MUI/IX/2002 tanggal 14 September 2002 tentang obligasi Syariah Mudharabah

 Ketentuan Umum

o Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah yang dikeluarkan oleh emiten kepada pemegang obligasi syariah syariah dengan kewajiban membayar pendapatan berupa bagihasil, margin, fee, serta mengembalikan dana tersebut kepada para investornya pada saat jatuh tempo. o Obligasi mudharabah adalah obligasi syariah yang berdasarkan akad mudharabah

dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah nasional Mui Nomor 7/DSN- MUI/IV/2000 tentang pembiayaan mudharabah.

o Emiten obligasi syariah mudharabah bertindak sebagai mudharib, sedanhgkan pemegang obligasi sebagai shahibul maa.

 Ketentuan khusus

o Akad yang digunakan dalam obligasi syariah mudharabah adalah akad mudharabah

(13)

o Penapatan (hasil) investasi yang dibagikan oleh emiten (mudharib) kepada pemegang obligasi (shahibul maal) harus bersih dari unsure non halal.

o Nisab keuntungan dalam obligasi syariah mudharabah ditentukan sesuai kesepakatan, sebelum emisi(penerbitan0 dilakukan

o Pembagian pendapatan (hasil) dapat dilkaukan secara periodic sesuai kesepakatn dengan ketentuan pada saat jatuh tempo diperhitungkan secara keseluruhan

o Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah Nasional MUI sejak proses emisi obligassi dimulai.

o Bila emiten (mudharib) lalai atau melanggar perjanjian, maka mudharib berkewajiban menjamin pengembaliandana mudharabah. Shabibul maal dapat meminta mudharib untuk membuat surat pengakuan utang.

o Jika emiten ( mudharib) diketahui lalai atau melanggar perjanjian kepada pihak lain, maka pemegang obligasi (shahibul maal) dapat menarik dananya.

o Kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dialihkan keada pihaklain bila disepakati dalam akad.

 Penyelesaian perselisihan

Jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajiban atau terjadi perselisihan, maa penyelesaian dapat silakuakan melalui BAdan Arbitrasi Syariah setelah musyawarah tidak menghasilkan kesepakatan

2) Obligasi syariah ijarah

Adalah suatu sertifikat yang memuat nama pemilik nya (investor) dan melambangkan kepemilikan terhadap aset yang bertujuan untuk disewakan, atau kepemilikikan manfaat dan kepemilikan jasa sesuai jumlah efek yang dibeli denagn harapan mendapatkan keuntungan dari hasil sewa yang berhasil direalisasikan berdasar transaksi ijarah.

(14)

o Oblligasi syariah ijarah adalah obligasi syariah berdasarkan akad ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa Dewan Syariah nasional MUI Nomor 09/DSN/MUI/IV/2000 tentang pembayaran ijarah

o Pemegang obligasi syariah ijarah (OSI) dapat bertindak sebagai musta’jir (penyewa) dan dapat pula bertindak sebagai mu’jir (pemberi sewa)

o Emiten dalam kedudukannya sebagai wakil emegang OSI dapat menyewa ataupun sebagai wakil pemegang OSI dapat menyewa ataupun penyewaaannya bertindak sebagai penyewa.

 Ketentuan khusus

o Akad yang digunakan dalam obligasi Syariah Ijarah adalah ijarah dengan memperhatikan substansi Fatwa MUI /IV/2000 tentang Fatwa DSN-MUI Nomor 9/DSN-DSN-MUI/IV/2000 tentang pembiayaan ijarah, terutama mengenai rukun dan syarat akad

o Objek ijarah harus berupa manfaat yang dibolehkan

o Emiten dalam kedudukannya sebagai penerbit oblligas i dapat mengeluarkan OSI untuk asset yang telah ada ataupun asset yang akan diadakan untuk disewakan.

o Pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah Nasional MUI, sejaak proses emisi OSI dimulai.

o Kepemilikan obligasi syariah dapat dipindahkan kepada pihak lain, selam disepakati dalam akad.

 Penyelesaian perselisihan

Jika salah satu pihak tidak menunaikan keajiban atau terjadi perselisihan, maka penyelesaiannya dapat dilakuan melalui BAdan Arbitasi Syariah setelah musyawarah tiak disepakati.

(15)

Terutama investor yang paradigmanya masih konvensional konservatif dan lebih menyukai fixed income.

3) Obligasi Musyarakah

Yaitu obliogasi yang diterbitkan berdasarkan pejnanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek ynag telah ada, atau membiayai kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul ditanggung bersama sesuai jumalah partisipasi modal masing-masing pihak.

4) Istisna’

Yaitu obligasi yang diterbitkan brdasarkan perjanjian atau akad istisna dimana para pihak menye[pakati jual beli dalam rangka pembiayaan suatu proyek atau barang. Adapun harga, waktu penyerahan, dan spesifikasi barang, atau proyek ditentukan terlebuih dahulu berdasarkan kesepakatan.

G. KINERJA OBLIGASI SYARIAH

Obligasi syariah sebagai bentuk pendanaan ( financing) dan sekaligus investasi (investmen) memungkinkan beberapa bentuk struktur yang dapat ditawarkan untuk tetap menghindarkan pada riba.

Oblligasi syariah harus memnuhi criteria sebagai instrument yang bisa dikategorikan dalam pasar modal syariah. Dalam fatwa Dewan Syariah nasional No.32/DSN-MUI/IX/2002, ada beberapa point yang harus diperhatikan dalam operasional obligasi syariah, diantaranya:9

a. Jenis usaha adalah halal yang tidak bertentangan dengan syariah halal yang tidak bertentangan dengan syariah serta tetap memperhatikan sustansi fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia No.20/DSN-MUI/IV/2001 tentang pedoman pelaksanaan investasi. Hal ini sangat sesuai dengan ajaran islam, yang menyuruh umatnya untuk berusaha dan bekerja dalam ruang lingkup halal sekaligus baik, serta menjauhi langkah-langkah syaitan.

b. Pendapatan (hasil) investasi yang dibagikan haruss bersih dari unsure non halal. Bahwa pendapatan atau (hasil) investasi yang dibagikan emiten (nudharib) kepada pemegaang obligasi syariah mudharabah (shahibul maal) harus bersih dari unsur non halal.

(16)

c. Pendapatan (hasil) yang diperoleh pemegang obligasi syariah sesuai dengan akad yang digunakan.

d. Pemindahan kepemilikan obigasi syariah mengikuti akad-akad yang dignakan. Adapum tujuan dari sukuk antara lain:

 Memperluias basis sumber pembiayaan anggaran negara  Mendorong pengembangan pasar keuangan islam  Mengembangkan alternarif instrumen investasi  Mengoptimalkan pemanfaatan barang milik negara

 Memanfaatkan dana-dana masyarakat yang belum terjaring oleh sistem perbankan konvensional.

Keunggulan sukuk (obligasi syariah) dapat diidentifikasi antara lain:

 Memberikan pengahasulan berupa imbalan atau nisbah bagi hasil yang kompetitif dibandingkan dengan instrumen keuangan lain.

 Pembayaran imbalandan nilai nominal sampai dengan sukuk jatuh tempi dijamin oleh pemerintah.

 Dapat dijual belikan di pasar sekunder.

 Memungkinkandiperolehnya tambahan penghasilan berupa margin atau kapital gain  Aman dan terbebas dari riba (usury).

 Berinvestasi sambil emngikuti dan melaksanakan islam.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

(17)

Obligasi syariah adalah suatu surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten kepada pemegang obligasi syariah yang mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil/margin/fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo.

Akad yang dapat digunakan dalam penerbitan obligasi syariah, antara lain: - Mudharabah

- Musyarakah - Murabahah - Salam - Istishna’ - Ijarah

B. Saran

Dalam pembuatan makalah ini, pemakalah menyadari masih terdapat kekurangan dan kesalahan yang disebabkan keterbatasan pengetahuan yang pemakalah miliki. Oleh sebab itu, pemakalah meminta kritikan dan saran dari para pembaca.

DAFTAR KEPUSTAKAAN

Huda,Nurul dan Mustafa Edwin Nasution.Investasi pada Pasar Modal Syariah.Jakarta.Kencana.2008.

Huda,Nurul dan Mohammad Heykal.Lembaga Keuangan Islam Tinjauan Teoritis Dan Praktis.Jakarta.Kencana.2010.

(18)

Sutedi, Ardian. Aspek Hukum Obligasi dan Sukuk. Jakarta.Sinar Grafika.2009

Manulang marihot, Dearlina Sinaga,Pengantar Menajemen Keuangan,Yogyakarta.Andi.2005 Sutedi, Adrian, Pasar Modal Syariah.Jakarta, Sinar Grafika,2011.

Ikatan Bankir Indonesia, Memahami Bisnis Bank Syariah, Jakarta, PT Gramedia Pustaka Utama,2014.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan, yang meliputi analisis internal dan eksternal (IFE dan EFE Matriks), analisis SWOT dan analisis

Proses pembentukan biogas merupakan fermentasi anaerobik dimana digester yang digunakan kedap udara tidak terdapat oksigen sehingga telur cacing yang ada pada

Revitalisasi Penyuluh Agama Islam sebagaimana tercantum dalam rencana Kerja Pemerintah (RKP), merupakan amanah yang harus dijabarkan secara teknis dalam bentuk

Pada awalnya, penulis melakukan analisis isi sederhana pada Oktober 2014 edisi Semarang Metro koran Suara Merdeka sebagai data awal untuk melihat bagaimana porsi berita

Metode ini dianggap mampu menutupi kelemahan dari metode yang lebih dulu ada yaitu metode akuntansi biaya tradisional.Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis

Dan pengemasan jeroaan secara terpisah (kantong khusus) membuat daging lebih sehat. Panitia Idul Qurban DKM Al-Hidayah meneima titipan hewan qurbannya sebanyak 11

Norma subjektif dibangun oleh keyakinan normatif dan motivasi pencapaian, sehingga pembentukan norma subjektif diawali adanya keyakinan seseorang untuk melakukan atau

Peta di atas adalah peta kedalaman lapisan pada daerah penelitian dengan menggunakan metode ITM. Terlihat bahwa terdapat kedalaman yang cukup