EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI
INDONESIA
EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI
INDONESIA
Oleh Sudaryanto dan Herman
Mahasiswa S2 Administrasi Publik STIAMI JAKARTA
Oleh Sudaryanto dan Herman
Setiap manusia pasti membutuhkan
tempat
untuk
tinggal
dan
menghabiskan waktu bersama
orang-orang tercinta, itulah mengapa rumah
menjadi kebutuhan pokok manusia.
Seperti layaknya kebutuhan pokok
lainnya, pemenuhan atas kebutuhan
rumah sebagai tempat tinggal harus
dan mutlak untuk dipenuhi
II. TINJAUAN KONSEPTUAL
1. Pendekatan Ekonomi liberal klasik :
Pandangan Robert Malthus, yang mengatakan untuk mengelola negara maka pemerintah harus memperhatikan bahwa kemampuan pemerintah menyediakan kebutuhan sandang dan papan hanya sebesar deret hitung sedangkan pertumbuhan kelahiran manusia berdasarkan deret ukur, untuk itu perlu adanya pembatasan kelahiran, yang secara teori dapat dilakukan dengan positif chek maupun “moral ristrain”
2. Pendekatan Gabungan antara Liberalisme dan Sosialisme, dimana untuk rumah Tipe sedang dan besar diserahkan kepada mekanisme pasar, sedangkan pemerintah hanya mengatur dan turut campur tangan dalam penyediaan perumahan dan permukiman untuk masyarakat yang berpenghasilan rendah (mbr) melalui subsidi bunga program fpp dan bantuan langsung, melalui program perumaan swadaya dan perumahan formal.
• PERAN STRATEGIS RUMAH
Perumahan dan permukiman selain merupakan salah satu
kebutuhan dasar manusia, juga mempunyai fungsi yang
sangat strategis dalam perannya sebagai pusat pendidikan
keluarga, persemaian budaya, dan peningkatan kualitas
generasi
yang
akan
datang,
serta
merupakan
pengejawantahan jati diri. Terwujudnya kesejahteraan
rakyat dapat ditandai dengan meningkatnya kualitas
kehidupan yang layak dan bermartabat, antara lain melalui
pemenuhan kebutuhan papannya. Dengan demikian
upaya menempatkan bidang perumahan dan permukiman
sebagai salah satu sektor prioritas dalam pembangunan
manusia Indonesia yang seutuhnya adalah sangat
strategis
PERAN PEMERINTAH
DIBIDANG PERUMAHAN
MENURUT UNDANG-UNDANG
PERAN PEMERINTAH
DIBIDANG PERUMAHAN
MENURUT UNDANG-UNDANG
• Pasal 28 H ayat (1) perubahan kedua Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengamanatkan bahwa, ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
• UU Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman Pasal 5 setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat , aman serasi, dan teratur
• Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40 yang menyatakan bahwa, ”Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak”.
• PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pasal 7 ayat (1) merupakan urusan wajib oleh Pemda Tk I dan II
• Pasal 8 (1) Penyelenggaraannya berpedoman pada standar pelayanan minimal
• Pasal 9 ayai (1) Menteri/Kepala Lembaga Non Dep menetapkan NSPK Urusan Wajib dan Urusan Pilihan.
• Pasal 28 H ayat (1) perubahan kedua Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945, mengamanatkan bahwa, ”Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan”.
• UU Nomor 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman Pasal 5 setiap warga negara mempunyai hak untuk menempati/atau menikmati dan/atau memiliki rumah yang layak dalam lingkungan yang sehat , aman serasi, dan teratur
• Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia pasal 40 yang menyatakan bahwa, ”Setiap orang berhak untuk bertempat tinggal serta berkehidupan yang layak”.
• PP 38 Tahun 2007 Tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota Pasal 7 ayat (1) merupakan urusan wajib oleh Pemda Tk I dan II
• Pasal 8 (1) Penyelenggaraannya berpedoman pada standar pelayanan minimal
SASARAN STRATEGIS PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
SASARAN STRATEGIS PEMBANGUNAN
PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Isu Strategis
Penyelengg araan Perumahan
dan
Permukiman
Pemberdayaan
Masyarakat dan
para pelaku kunci
lainnya
Memfasilita si dan mendorong terciptanya iklim yang
kondusif
Aspek
Kelembagaan baik dari Sisi Penyediaan dan
Pembiayaan Mengoptimal
kan
pendayaguna an sumber
III. ANALISA PERMASALAHAN DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
III. ANALISA PERMASALAHAN DALAM PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Belum
terlembaganya
sistem
penyelenggara
an perumahan
dan
permukiman
(Supply Deman
dan pola
pembiayaan
Rendahnya
tingkat
pemenuhan
kebutuhan
perumahan
yang layak dan
terjangkau.
Menurunnya
kualitas
lingkungan
permukiman
KELEMBAGAA N
KETERPADUA N
PENANGANAN
LANJUTAN ANALISA PERMASALAHAN
DATA EMPIRIS KONDISI UMUM PERUMAHAN DI INDONESIA LANJUTAN ANALISA PERMASALAHAN
DATA EMPIRIS KONDISI UMUM PERUMAHAN DI INDONESIA
Keterbatasan penyediaan rumah, jumlah kekurangan rumah
(backlog) mengalami peningkatan dari 5,8 juta unit pada tahun 2004 menjadi 7,4 juta unit pada akhir tahun 2009
• Prningkatan jumlah rumah tangga
yang menempati rumah yang tidak layak huni dan tidak
didukung oleh prasarana, sarana lingkungan dan utilitas umum yang memadai
• Menurut Data Statistik
Kesejahteraan Rakyat, 2008, sebanyak 13,8% rumah tangga masih menghuni rumah tidak layak huni dengan lantai tanah, 12,4% dengan dinding belum permanen, dan 1,2% tinggal di rumah yang beratapkan daun.
• Rumah milik sendiri yang
dilengkapi dengan kepemilikan bukti hukum berupa Sertifkat, akte jual Beli, Girik dari 74,49% tahun 2004 mejadi 77,94%
(2007)
• Sebagian Pekerja PNS/Swasta
LANJUTAN ANALISA PERMASALAHAN -
MENGAPA TERJADI
BACKLOG ?
LANJUTAN ANALISA PERMASALAHAN -
MENGAPA TERJADI
BACKLOG ?
FAKTOR PENYEBAB BACKLOG ANTARA LAIN DAPAT DIGAMBARKAN SEBAGAI BERIKUT:
1. Pertumbuhan penduduk;
2 Pertumbuhan Ekonomi 3. Keterbatasan Lahan
Supply < Demand
• Pasar dan sistem
pembiayaan blm mantap
• Perkim bukan prioritas
daerah
• Belum mantapnya
kelembagaan
• Belummantapnya
No Pelaku Peran
1 Pemerintah
Pusat 1. Menyediakan buku pedoman dan panduan penyusukan Indek keterjangkauan (IK) 2. Fasilitasi dan Pendampingan IK
3. Menyusun IK Untuk Tingkat Nasional 2. Pemerintah
Provinsi 1. Mengkoordinasikan dan memfasilitasi IK lintas wilayah 2. Menyusun IK di tingkat provinsi
3. Pemerintah
Kota/Kabupaten 1. Menyusun IK di tingkat Kabupaten/Kota dan kawasan 2. Menyediakan data , data harga rumah
standar RSH, Data Harga Lahan, Data Harga Material Pokok
4. BPS Mengeluarkan data rumah tamgga yang
memiliki rumah dan rumah tangga yang tidak memiliki rumah, data penghasilan dan
konsumsi rumah tangga 5 Pengembang
Asosiasi Harga stock rumah, menyusun IKPT (Rasio Pengeluaran Perumahan dan transportasi dibandingkan penghasilan keluarga)
6. Bank/Lembaga Keuangan
Penerbit KPR
1. Data jumlah dan nilai KPR yang diterbitkan 2. Data Persyaratan KPR (Suku bunga,Tenor,
Uang Muka).
LANJUTAN ANALISA PERMASALAHAN-
PERAN
LANJUTAN PEMBAHASAN-
RENDAHNYA TINGKAT PEMENUHAN
KEBUTUHAN PERUMAHAN YANG LAYAK DAN
TERJANGKAU
LANJUTAN PEMBAHASAN-
RENDAHNYA TINGKAT PEMENUHAN
KEBUTUHAN PERUMAHAN YANG LAYAK DAN
TERJANGKAU
Dibutuhkan stimulan dan keterpaduan
penanganan dengan melibatkan Pemerintah Daerah, Swadaya, Formal, Kemitraan,
kelembagaan dan Pembiayaan. KEGIATAN YANG DILAKSANAKAN
• Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (Bedah rumah) realisasi sampai dengan tahun 2014 sebanyak 660.918 unit rumah;Fasilitasi Pra Sertifkasi Hak Atas tanah dan Pendampingan Pasca sertifkasi 44.241;Fasilitas
Pembangunan PSU Realisasi 62.909 Unit;
• KPRS/KPRS Mikro melalui Koperasi (Pembiayaan) sekarang diganti Program FLPP target sd 2014 sebanyak 1.350.000 unit.
• Rusunawa/Rusunami dan PSU Perumahan (khusus untuk Rusunami Subsidi tlh dihentikan Tahun 2011) target sd (2014) 380 TB
• Hasilitasi Kemitraan, CSR dan Yayasan;
• Fasilitasi Oleh Instansi Lain (Depsos) dan Pembangunan Rumah Komersil oleh Swasta.
• Kemampuan Pendanaan oleh Pemerintah untuk
penyediaan perumahan sangat kecil +/- hanya 350.000 unit/tahun sementara backlog. Sangat besar sekitar 7,4 juta jadi dibutuhkan waktu 21 tahun lebih (asumsi
LANJUTAN- PEMBERDAYAAN MASYAAKAT
Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Perumahan dan Permukiman dilaksanakan melalui swadaya masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) melalui kegiatan Swakelola kegiatan Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya (BSPS)
• Swakelola dilaksanakan oleh kelompok masyarakat penerima bantuan
• Masyarakat penerima bantuan di SK kan oleh PPK kemuadian dilakukan pencairan dana 100% selanjutnya dana di tampung di bank;
• Bank penyalur menerbitkan rekening setiap MBR Penerima Bantuan dengan penarikan bantuan diatur, tahap 1 sebesar 50% dari total dana bantuan dan penarikan dana tahap 2 sisanya sebesar 50% dilakukan apabila pembangunan rumah/perbaikan rumah telah mencapai progres 30%.
LANJUTAN ASPEK EKONOMI POLITIS DALAM PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
LANJUTAN ASPEK EKONOMI POLITIS DALAM PENYEDIAAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN
Adannya fasilitas untuk anggota parlemen
sebagai bentuk perjuangan bagi wilayah yang diwakili dengan disediakan bantuan aspirasi ( Dana Bantuan Aspirasi)
Adannya fasilitas untuk anggota parlemen
sebagai bentuk perjuangan bagi wilayah yang diwakili dengan disediakan bantuan aspirasi ( Dana Bantuan Aspirasi)
Pembangunan Rusunawa untuk TNI /Polri, Rusunawa Mahasiswa (Universitas Negeri dan Swasta), Rusunawa Pekerja,(Kawasan Industri), Rusunawa Pesantren dan Rusunawa Pemda.
Rusunawa relokasi untuk warga yang di bantaran kali ciliwung.
Pembangunan Rusunawa untuk TNI /Polri, Rusunawa Mahasiswa (Universitas Negeri dan Swasta), Rusunawa Pekerja,(Kawasan Industri), Rusunawa Pesantren dan Rusunawa Pemda.
Rusunawa relokasi untuk warga yang di bantaran kali ciliwung.
Keberpihakan pada Warga di daerah perbatasan, dengan menyediakan rumah khusus perbatasan, penyediaan rumah khusus untuk nelayan dan rumah khusus ex pengunsi Timor Timur dan rumah korban bencana alam seperti bajir, kebakaran, gempa buli dll.
LANJUTAN -PENDEKATAN LIBERALISME PADA EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA LANJUTAN -PENDEKATAN LIBERALISME PADA EKONOMI POLITIK PEMBANGUNAN PERUMAHAN DAN PERMUKIMAN DI INDONESIA
Untuk pembangunan kawasan hunian mewah dan apartemen pemerintah melepaskan lewat mekanisme pasar yang dilaksanakan oleh pengembang besar
Para pembeli tipe rumah ini adalah kaum the have di Indonesia yang terdiri dari pengusaha, profesional baik dari dalam dan luar negeri, untuk kalangan ini rumah adalah istana, maka unsur yang sangan di utamakan adalah kenyamanan, keamanan dan prifacy, sedangkan harga tidak masalah.
Fungsi rumah buat kalangan ini selain sebagai hunian, rumah berfungsi juga investasi, maka banyak iklan properti yang mengatakan investasi sekarang dan tunggu satu atau dua tahun harga akan naik fantastis dan kekayaan pun cepat bertambah.
Untuk pembangunan kawasan hunian mewah dan apartemen pemerintah melepaskan lewat mekanisme pasar yang dilaksanakan oleh pengembang besar
Para pembeli tipe rumah ini adalah kaum the have di Indonesia yang terdiri dari pengusaha, profesional baik dari dalam dan luar negeri, untuk kalangan ini rumah adalah istana, maka unsur yang sangan di utamakan adalah kenyamanan, keamanan dan prifacy, sedangkan harga tidak masalah.
IV SIMPULAN
1. Tidak semua masyarakat mampu mengakses fasilitas
pembangunan perumahan dan permukiman yang disediakan oleh Pemerintah hal ini disebabkan masih rendahnya alokasi anggaran untuk pembangunan perumahan dan permukiman; 2. Keterlibatan sumber pembiayaan murah dari CSR dan dana
lainnya masih sangat kecil dalam kegiatan perumahan dan permukiman
3. Banyak masyarakat yang miskin secara struktural dan tidak memiliki dokumen persyaratan untuk memperoleh bantuan,
seperti tidak punya KTP, tinggal di rumah daerah remote area, jalur hijau, bantaran sungai, pinggir rel kereta api yang tidak memungkinkan dapat bantuan
4. Program yang diluncurkan kurang tepat sasaran, misalnya rusunami pembelinya
sebagaian besar sudah memiliki rumah, sehingga rusunami bermotif investasi;
5. Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya, ada yang salah sasaran terutama yang melalui jalur aspirasi karena tanpa proses
seleksi dan bermotif balas jasa;
6. Banyak rusunawa yang belum dihuni, hal ini disebabkan tidak tersediannya fasilitas pendukung seperti sambungan listrik dan adanya kerusakan seperi bocor dan fasilitas air kurang
V. SARAN
V. SARAN
1. Untuk mempercepat penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat yang saat ini masih menempati rumah yang tidak layak huni dan kelompok yang belum memiliki rumah, maka pemerintah pusat perlu mendorong Pemerintah Daerah Tingkat I dan II untuk menaruh perhatian yang besar dalam urusan wajib pembangunan perumahan dan permukiman; 2. Untuk menghindari adanya motif investasi bagi masyarakat
yang memanfaatkan bantuan pemerintah melalui fasilitas subsidi bunga program FLPP, maka bank pelaksana dan Kementerian perlu menerapkan seleksi yang ketat;
3. Perlu mendorong peran serta swasta untuk turut serta
membatu pendanaan pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) melalui program CSR dan sejenisnya;
4. Perlu adanya land banking, untuk mensiasati kelangkaan tanah untuk itu perlu adanya koordinasi dengan Pemda Tingkat I dan II untuk membantu menyediakan tanah dimaksud.
5. Perlu program yang konsisten untuk mengatasi kawasan kumuh di sekitar bantaran sungai, pinggir rel kereta api, rumah di jalur hijau melaalui program relaokasi dengan menyediakan
rusunawa dengan harga yang terjangkau
6. Akhirnya perlu ada sinerji kerjasama semua pihak yang terkait (Stakeholders) untuk mengatasi kebutuhan rumah dan
mengatasi rumah kumuh dan tidak layak huni dengan politik anggaran yang berpihak pada Perumahan.
1. Untuk mempercepat penyediaan perumahan dan permukiman bagi masyarakat yang saat ini masih menempati rumah yang tidak layak huni dan kelompok yang belum memiliki rumah, maka pemerintah pusat perlu mendorong Pemerintah Daerah Tingkat I dan II untuk menaruh perhatian yang besar dalam urusan wajib pembangunan perumahan dan permukiman; 2. Untuk menghindari adanya motif investasi bagi masyarakat
yang memanfaatkan bantuan pemerintah melalui fasilitas subsidi bunga program FLPP, maka bank pelaksana dan Kementerian perlu menerapkan seleksi yang ketat;
3. Perlu mendorong peran serta swasta untuk turut serta
membatu pendanaan pembangunan rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah (miskin) melalui program CSR dan sejenisnya;
4. Perlu adanya land banking, untuk mensiasati kelangkaan tanah untuk itu perlu adanya koordinasi dengan Pemda Tingkat I dan II untuk membantu menyediakan tanah dimaksud.
5. Perlu program yang konsisten untuk mengatasi kawasan kumuh di sekitar bantaran sungai, pinggir rel kereta api, rumah di jalur hijau melaalui program relaokasi dengan menyediakan
rusunawa dengan harga yang terjangkau
6. Akhirnya perlu ada sinerji kerjasama semua pihak yang terkait (Stakeholders) untuk mengatasi kebutuhan rumah dan
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
SEKIAN DAN TERIMA KASIH
Referensi;
1. UU Dasar 1945 dan revisnya;
2. UU Nomor 4 Tahun 1992 Jo UU Nomor 1 Tahun 2012; 3. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional 5. RPJPN 2005 -2025;
6. Laporan Kinerja, Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tahun 2014;
7. Laporan akuntabilitas Kinerja Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014;
8. Materi Sosialisasi Kebijakan di Bidang Perumahan 2004 sd 2009.
Referensi;
1. UU Dasar 1945 dan revisnya;
2. UU Nomor 4 Tahun 1992 Jo UU Nomor 1 Tahun 2012; 3. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia; 4. UU Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional 5. RPJPN 2005 -2025;
6. Laporan Kinerja, Deputi Bidang Perumahan Swadaya Tahun 2014;
7. Laporan akuntabilitas Kinerja Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2010,2011,2012,2013 dan 2014;