• Tidak ada hasil yang ditemukan

problematika pendidikan era reformasi reformasi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "problematika pendidikan era reformasi reformasi"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH

PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DALAM REFORMASI DAN

KONSEPSI PENDIDIKAN INDONESIA MASA DEPAN

Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah:

Filsafat Pendidikan

Dosen Pengampu : Afiful Ikhwan,M.Pd.

Oleh :

Yuni Anjarwati 2013471906

Rochmad Jaeni 2013471953

(Kelompok:11)

Prodi Pendidikan Agama Islam/Madin B Semester IV

Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah (STAIM)

(2)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan sehingga kami bisa menyelesaikan pembuatan makalah dengan judul Problematika pendidikan dalam reformasi dan konsepsi pendidikan Indonesia masa depan. Makalah ini untuk memenuhi tugas dari bapak Afiful Ikhwan,M.Pd.I selaku dosen matakuliah Filsafat Pendidikan semester genap.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Nurul Amin, M.Ag, selaku ketua STAI Muhammadiyah Tulungagung.

2. Bapak Afiful Ikhwan,M.Pd.I, selaku dosen pengampu Filsafat Pendidikan STAI Muhammadiyah.

3. Pihak-pihak terkait yang telah banyak membantu dalam penyelesaian makalah ini.

(3)

DAFTAR ISI

COVER JUDUL ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan Masalah ... 2

BAB II PEMBAHASAN ... 2

A. Problematika Pendidikan dalam era Reformasi ... 2

B. Konsepsi pendidikan Indonesia Masa depan ... 3

BAB III PENUTUP ... 11

Kesimpulan ... 11

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Dalam bidang pendidikan nasional telah muncul berbagai pendapat dan pandangan mengenai perlunya reformasi pendidikan nasional. Maraknya tuntutan reformasi total dalam kehidupan berbangsa termasuk di dalamnya reformasi pendidikan nasional semakin lama semakin perlu. Proses pendidikan merupakan salah satu tuntutan konstitusi yang mengatakan bahwa tujuan untuk membangun negara yang merdeka ini untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Era reformasi dimulai tahun 1998 sejak tumbangnya rezim Orde Baru di Indonesia yang telah berkuasa lebih dari tiga dasawarsa. Jatuhnya Soeharto dari kekuasaan pada 21 Mei 1998 digantikan oleh B.J Habibie. Sehingga era reformasi dimulai sejak masa pemerintahan B.J Habibie.Sistem pendidikan nasional sangat erat kaitannya dengan kehidupan politik bangsa. Selama Orde Baru telah tercipta suatu kehidupan yang tidak sesuai dengan cita-cita UUD 1945. Ternyata pemerintahan yang represif telah menghasilkan manusia-manusia Indonesia yang tertekan, tidak kritis, bertindak dan berpikir dalam acuan suatu struktur kekuasaan yang hanya mengabdi kepada kepentingan sekelompok kecil rakyat Indonesia. Era reformasi menuntut kembali kedaulatan rakyat yang telah hilang itu.

Dengan sendirinya pula pendidikan nasional haruslah dikembalikan fungsinya kepada memberdayakan masyarakat yaitu mengembalikan kedaulatan rakyat untuk membangun dirinya sendiri. Pendidikan nasional perlu direformasi untuk mewujudkan visi baru masyarakat Indonesia yaitu suatu masyarakat madani Indonesia.

(5)

mengalami krisis moral. Untuk mengatasi masalah pendidikan tersebut maka sangat perlu diadakan perubahan dan rancangan yang lebih bagus lagi dalam bidang pendidikan masa depan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa saja problematika pendidikan dalam era reformasi? 2. Bagaimana konsepsi pendidikan Indonesia masa depan?

C. Tujuan Masalah

(6)

BAB II PEMBAHASAN

A. Problematika Pendidikan dalam Era Reformasi

Reformasi merupakan pembaharuan, perubahan paradigma lama kedalam paradigma baru sebagai langkah perbaikan terhadap kondisi sebelumnya. Politik pendidikan pada era reformasi didasarkan pada UU Sisdiknas No.20 tahun 2003 yang menyatakan bahwa tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat, dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuannya untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.1

Sistem pendidikan era reformasi diatur dalam UU no.20 tahun 2003 diuraikan dalam indikator akan keberhasilan/kegagalannya. Maka lahirlah peraturan pemerintah no.19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan yang kemudian dijelaskan dalam Permendiknas RI. Namun pada akhirnya pelaksanaan pendidikan di era reformasi mengalami banyak problematika yang beragam. Dewasa ini dunia pendidikan kita mengalami empat krisis pokok yaitu: kualitas, relevansi atau efisiensi eksternal, elitisme dan manajemen.

a. Kualitas Pendidikan

Tidak mudah menentukan karakteristik atau ukuran yang digunakan untuk mengukur kualitas pendidikan. Namun beberapa indikator dapat digunakan sebagai tanda yang memberitahu tentang kekhawatiran kita mengenai mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia. Beberapa indikator itu diantaranya ada mutu guru yang masih rendah pada semua jenjang pendidikan, alat-alat bantu proses pembelajaran seperti buku teks, peralatan laboratorium dan bengkel kerja belum memadai.2

Selain itu dari proses pendidikan era reformasi ini telah menghasilkan juga potret kondisi bangsa juga generasinya yang

1,Staff.uny.ac.id/sites/default/files/penelitian/Dr.Sunarso plit,polpend 2012/pdf.diakses 27 maret 2015 pukul06.00wib.

(7)

mengalami krisis moral. Muhyidin Albarois dalam bukunya, Mendidik Generasi Bangsa (2012b), menjelaskan enam kerusakan moral secara umum yang dialami bangsa kita,yaitu:

Pertama, “prestasi” bangsa Indonesia dimata dunia. Saat ini dunia mengenal bangsa Indonesia dengan “prestasi” yang amat memalukan yaitu korupsi. Mengutip hasil survei Political and Economic Risk Consultancy

(PERC) tahun 2010, menunjukkan Indonesia negara terkorup di Asia Pasifik, mengungguli 15 negara lain. Data lain dari World Economic Forum (WEF), melalui survey global competitivenes index pada 2010, menempatkan Indonesia pada rangking 44 dari 139 negara didunia. Sebelumnya survei ini menempatkan korupsi Indonesia pada rangking 54 (2009), rangking 55 (2008,2007) dan rangking 50 (2006).3

Kedua, pejabat publik yang tunamoral, baik dari kalangan eksekutif, legislatif maupun yudikatif. Dalam ungakapan Buya Syafii Maarif (2005), mereka menganut paham “mumpungisme”. Jabatan bukan dipandang sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan, melainkan sebagai kesempatan untuk meraup sebanyak-banyaknya keuntungan pribadi.

Ketiga, penegakan hukum yang timpang. Keadilan dinegeri ini harus dibayar dengan harga mahal. Hukum hanya berlaku tegas pada rakyat kecil dan miskin, seperti kasus pencurian semangka di Kediri, kasus pemungutan sisa kapas di Tegal yang mana mereka melakukan itu karena masalah perut. Ketika mereka tidak mampu menebus perkaranya mereka mendapat hukuman yang tak sebanding dengan yang diambil/dicurinya. Namun ketika keatas hukum sangat tumpul, lihatlah para pelaku korupsi dinegeri ini yang telah merugikan negara milyaran bahkan triliunan. Mereka ada yang lolos dan ada yang dihukum dengan hukuman yang sangat ringan dibanding perbuatan mereka yang telah mencuri uang rakyat dengan jumlah yang fantastis.

Keempat, masyarakat yang kalap. Seperti, aksi tawuran antar pelajar, antarwarga, antar mahasiswa. Pemberitaan lain konflik antar etnis

(8)

di Sampit, isu Sara di Ambon, pembantaian dukun santet di Banyuwangi. Ada lagi seorang ibu muda yang membunuh tiga anaknya dirumah kontrakannya di Bandung.4

Kelima, guru yang tak patut ditiru. Sebuah pepatah Jerman mengatakan, “Kalau engkau mau membangun bangsamu, bangunlah terlebih dahulu pendidikanmu.” Jika ingin membangun pendidikan bangsa peran guru tidak boleh diabaikan, sebab merekalah ujung tobaknya. Dalam ungkapan Jawa, guru sosok yang digugu lan ditiru artinya diikuti omongannya dan diteladani perbuatannya.Faktanya, banyak guru menurut data Kemdiknas sekarang Kemdikbud tahun 2010 dalam sehari ada 500 ribu guru membolos atau mangkir mengajar tanpa alasan yang jelas. Hilangnya keteladanan dalam kerja keras, kepercayaan diri, malas membaca dan kejujuran. Contohnya, kasus pemalsuan dan jual beli sertifikat ( untuk keperluan sertifikasi guru), jual beli ijazah (untuk meraih gelar S-1), plagiarisme karya tulis ilmiah, hingga bersekongkol dalam mencurangi Ujian Nasional.

Keenam, generasi muda yang sakit. Hal yang memprihatinkan dari generasi muda yang memiliki moralitas mencapai titik nadir. Kasus contekan massal dalam Ujian Nasional, penganiayaan dan kekerasan di lingkungan sekolah, kehamilan diluar nikah, aborsi yang cenderung meningkat, narkoba dan minuman keras juga pencurian dengan pelaku remaja.Semua itu menunjukkan generasi bangsa penerus bangsa ini telah mengalami sakit yang harus segera disembuhkan.5

b. Relevansi Pendidikan

Relevansi pendidikan atau efisiensi eksternal suatu sistem pendidikan, diukur antara lain dari keberhasilan sistem itu dalam memasok tenaga-tenaga terampil dalam jumlah yang memadai bagi kebutuhan sektor pembangunan. Namun faktanya, semakin besar pengangguran lulusan sekolah menengah dan pendidikan tinggi. Masalah tidak relevannya pendidikan kita disebabkan adanya kesenjangan “supply” sistem pendidikan dengan “demand” tenaga yang dibutuhkan oleh berbagai sektor

(9)

ekonomi. Dalam hal ini berkaitan juga dengan isi kurikulum yang tidak sesuai dengan perkembangan ekonomi atau kemajuan iptek.6

c. Elitisme

Elitisme dalam pendidikan maksudnya ialah kecenderungan penyelenggaraan pendidikan oleh pemerintah menguntungkan kelompok masyarakat yang kecil atau mampu. Mahalnya biaya pendidikan membuat masyarakat miskin tidak mampu melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini pemerintah memberi subsidi pendidikan yang lebih besar pada pendidikan tinggi dibanding pendidikan dasar. Pada kenyataannya sebagian besar mahasiswa itu berasal dari golongan menengah keatas yang lebih mampu dibanding dengan keluarga para siswa SD yang banyak dari golongan menengah bawah.

d. Manajemen Pendidikan

Sebagai suatu industri pengembangan dalam hal ini sumberdaya manusia, pendidikan harus dikelola secara profesional. Ketiadaan manajer pendidikan profesional mengharuskan kita mengadakan terobosan untuk membawa pendidikan sejalan dengan langkah-langkah pendidikan yang semakin cepat. Peta permasalahan pendidikan ini sangat kompleks yang bukan hanya masalah teknis tapi juga kegiatan perencanaan, pendanaan dan efifiensi dari sistem itu sendiri. SISDIKNAS perlu ditata kembali atau direstrukturisasi agar pendidikan mampu mengikuti cepatnya laju pembangunan. Memasuki era pembangunan nasional jangka panjang kedua yaitu masyarakat industri modern yang membuka dimensi persoalan baru yang perlu ditanggulangi.7

B. Konsepsi Pendidikan Indonesia masa depan

Pendidikan kita sampai saat ini, belum menunjang jiwa reformasi yang menginginkan masyarakat demokrasi, masyarakat terbuka, pemerintahan yang bersih (clean government), masyarakat transparan yang jauh dari kolusi ataupun untuk kepentingan kelompok sendiri. Pendidikan nasional kita telah terpisah dari kebudayaan, baik daerah maupun nasional. Untuk itu perlu dimasukkan kembali sehingga pendidikan benar-benar hidup, dihidupi dan menghidupi kebudayaan

6H.A.R.Tilaar,Manajemen Pendidikan Nasional,(Bandung:PT Remaja Rosdakarya,2008),hal.152.

(10)

nasional. Dari pergeseran paradigma masyarakat Indonesia dalam memasuki dijabarkan secara rinci dalam semua program pendidikan.

c. Prinsip-prinsip kehidupan nasional berdasarkan Pancasila perlu dilaksanakan dalam kehidupan kehidupan nyata dalam seluruh lembaga pendidikan. Toleransi, disiplin, keterbukaan dan menghilangkan sikap hidup eksklusif, serta rasa bangga menjadi orang Indonesia perlu ditanamkan dengan kokoh.8

d. Menghidupkan dan mengembangkan tata cara hidup demokrasi yang perlu dibudayakan dalam seluruh aspek proses pendidikan, yaitu:

- Semua warga negara mempunyai kesempatan yang sama tanpa diskriminasi dalam mendapatkan pendidikan yang diselenggarakan oleh negara. Pendidikan swasta dengan ciri khasnya mendapatkan tempat di dalam masyarakat demokrasi tanpa merugikan kepentingan bersama untuk seluruh bangsa.

- Pengakuan atas adanya perbedaan individu dan memberikan kesempatan yang sama untuk perkembangan seluruh peserta didik yang berbeda kemampuannya.

- Mengembangkan persaingan dalam kerjasama (competing within the sphere of cooperation) untuk mencapai sesuatu yang semakin baik

(11)

mematikan inisiatif dari bawah. Desentralisasi pengelolaan pendidikan diarahkan kepada otonomi yang luas kedalam masing-masing lembaga pendidikan.

f. Kelembagaan departemen pendidikan dan kebudayaan. Reorganisasi Departeman P dan K menjadi Departemen Pendidikan akan lebih menuntut pendidikan nasional itu haruslah didasarkan kepada kebudayaan nasional.9

Pendidikan nasional yang berakar dari dan untuk pengembangan kebudayaan nasional harus menumbuhkembangkan berbagai sikap manusia Indonesia masa depan. Salah satunya dengan konsepsi pendidikan Indonesia masa depan yang memungkunkan lahirnya masyarakat madani Indonesia yang dicita-citakan. Konsep itu terwujud kedalam berbagai sikap, yaitu:

a. Sikap demokratis

Konsep sikap demokratis ini selain mengenai pembentukan individu yang mempunyai harga diri, berbudaya, memiliki identitas sebagai bangsa Indonesia yang bhinneka. Juga menumbuhkan sikap kreatif , sanggup mengemukakan pendapat, menghargai perbedaan pendapat, semua itu perlu dimasukkan ke dalam proses belajar serta kurikulum. Pendidik jangan menjadi otoriter agar bisa menumbuhkan sikap demokratis dari para peserta didiknya.

b. Sikap toleran

Wajah budaya Indonesia yang bhinneka menuntut sikap toleran yang tinggi dari setiap anggota masyarakat. Dengan sikap toleran yang diwujudkan oleh semua lapisan masyarakat maka terbentuk masyarakat yang kompak tapi beragam sehingga kaya akan ide-ide baru.Menurut Juwono Sudarsono disamping sikap toleran juga penting sikap kompromi perlu dikembangkan dalam pendidikan.

c. Saling pengertian

Pendidikan nasional harus menampung akan kebutuhan masyarakat yang beragam. Keanekaragaman budaya daerah haruslah dikembangkan seoptimal mungkin sehingga nantinya dapat mewujudkan suatu budaya nasional. Saling pengertian hanya dapat ditumbuhkan apabila komunikasi antar penduduk dan antar etnis dapat

(12)

etrwujud dengan bebas dan intens. Pengembangan budaya daerah, pertukaran kunjungan antar masyarakat dan budaya daerah haruslah diintensifkan.

d. Berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa

Pendidikan agama di dalam sistem pendidikan nasional haruslah dilaksanakan dengan maksimal.Sehingga terwujud suatu kehidupan bersama yang mengandung unsur toleransi dan saling pengertian yang mendalam.Kita perlu menghindari ramalan Huntington yang memprediksi adanya konflik-konflik budaya dan agama sebagai pengganti konflik kekerasan senjata dalam kehidupan manusia pada milenium ketiga yang akan datang. Kita harus membentengi generasi penerus dengan akhlak tinggi, beriman dan bertaqwa.

e. Manusia dan mayarakat yang berwawasan global

Pendidikan nasional perlu mempersiapkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan, juga terampil dalam memecahkan masalah yang muncul akibat gelombang globalisasi. 10

BAB III PENUTUP

Kesimpulan

1. Problematika pendidikan dalam era reformasi mengalami empat krisis pokok, yaitu:

1) Kualitas pendidikan 2) Relevansi Pendidikan 3) Elitisme

4) Manajemen pendidikan

(13)

2. Konsepsi pendidikan Indonesia masa depan dituangkan kedalam enam sikap yang nantinya diharapkan lahir masyarakat madani Indonesia, sikap tersebut adalah:

1) Sikap demokratis 2) Sikap toleran 3) Saling pengertian

4) Berakhlak tinggi, beriman dan bertaqwa

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Albarobis Muhyidin dan Sutrisno, Pendidikan Islam Berbasis problem sosial, Jogjakarta: AR-Ruzz Media, 2012

H.A.R.Tilaar, Manajemen Pendidikan Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008

H.A.R.Tilaar, Pendidikan Kebudayaan dan Masyarakat Madani Indonesia, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002

Kholilah dan Muzakki akhmad, Ilmu Pendidikan Islam, Surabaya: Kopertais IV Press, 2013

Knight George R, Filsafat Pendidikan, Yogjakarta: Gama Media, 2007

Sunarso,Laplit Polpen 2012 dalam http://staff.uny.ac.id/sites/default/files.pdf

diunggah pada 2012

(15)
(16)

Referensi

Dokumen terkait

Bahrudin, kemudian beliau pindah ke daerah Cisitu Kaler, di sana beliau membuka Pesantren Gombong Sari untuk pengajian anak-anak dan warga sekitar (Fazari BA, 1996). Selanjutnya

Dalam penelitian ini, metode Agglomerative Hierarchical Clustering dapat dengan baik mengelompokkan jenis suara anggota baru penyanyi paduan suara mahasiswa Cantus

Secara alami, ekosistem dalam keadaan seimbang dan memiliki kemampuan untuk me- nye imbangkan diri terhadap gangguan lingkungan. Ekosistem memiliki kemampuan untuk

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan teknik analisis data model interaktif Miles dan Huberman (2015:12). Langkah- langkah analisis data yaitu pengumpulan

Pertama, menata landasan konstitusional dengan meluruskan kembali kehendak independensi peradilan, mengakui eksistensi organ negara independen di dalam konstitusi, hingga

Pada Halaman ini user dapat melihat lokasi aset bangunan pada peta yang ditandai dengan poligon, serta dapat melihat informasi terkait dengan aset tersebut yaitu dengan klik pada

Dengan membaca CINEMAGS, ingin mengetahui berbagai informasi mengenai peristiwa dan kondisi yang berkaitan dengan keadaan dunia mengenai film dan perfilman.. Dengan

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian oleh Zahtamal (2007) terhadap 152 responden yang me- nunjukkan bahwa hubungan antara umur dengan kejadian DM Tipe 2 pada