MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN TEORI 1. MODEL INTERAKSI SOSIAL
Model ini didasari oleh teori belajar Gestalt (field theory). Model interaksi sosial menitikberatkan hubungan yang harmonis antara individu dengan masyarakat. Pokok pandang Gestlat adalah objek atau peristiwa tertentu akan dipandang sebagai suatu keseluruhan yang terorganisasikan. Makna suatu ojek / peristiwa adalah terletak pada keseluruhan bentuk (gestalt) dan bukan bagian-bagiannya. Pembelajaran akan lebih bermakna bila materi diberikan secara utuh, bukan bagian-bagian. Aplikasi teori Gestalt dalam pembelajaran adalah :
a) Pengalaman (insight/tilikan). b) Pembelajaran yang bermakna. c) Perilaku bertujuan.
d) Prinsip ruang hidup (life space).
Model interaksi sosial ini mencakup strategi pembelajaran sebagai berikut:
1) Kerja Kelompok, bertujuan mengembangkan keterampilan berperan serta dalam proses bermasyarakat dengan cara mengembangkan hubungan interpersonal dan discovery skills dalam bidang akademik.
2) Pertemuan Kelas, bertujuan mengembangkan pemahaman mengenal diri sendiri dan rasa tanggung jawab, baik terhadap diri sendiri maupun terhadap kelompok.
3) Pemecahan Masalah Sosial atau Sosial Inquiry, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memecahkan masalah-masalah sosial dengan cara berpikir logis
4) Bermain Peranan, bertujuan untuk memberikan kesempatan kepafda peserta didik menemukan nilai-nilai sosial dan pribadi melalui situasi tiruan.
5) Simulasi Sosial, bertujuan untuk membantu siswa mengalami berbagai kenyataan sosial serta menguji reaksi mereka
Tabel Rumpun Model Interaksi Sosial
NO Model Tokoh Tujuan
1 Penentuan Kelompok
Herbert Telen dan John Dewey
demokratis melalui penekanan yang dikombinasikan pada keterampilan-keterampilan antar prinbadi
(kelompok) dan keterampilan-keterampilan penentuan akademik. Aspek perkembangan pribadi merupakan hal yang penting dalam model ini.
2 Inquiri Sosial Byron Massialas dan Benjamin cox
Pemecahan masalah sosial, terutama melalui penemuan sosial dan penalaran logis.
Perkembangan keterampilan antar pribadi dan kelompok melaui kesadaran dan keluwesan pribadi.
4 Jurisprudensial Donald Oliver dan James P.Shaver
Dirancang terutama untuk mengajarkan kerangka acuan yurisprudensial sebagai cara berpikir dan penyelasaian isu-isu sosial.
5 Bermain Peran Fainnie Shatel dan George Fhatel
Dirancang untuk mempengaruhi siswa agar menemukan nilai – nilai pribadi dan sosial. Perilaku dan nilai – nilainya diharapkan anak menjadi sumber penemuan berikutnya.
6 Simulasi Sosial Serene Bookock dan Harold Guetzkov
Dirancang untuk membantu siswa mengalami bermacam – macam proses dan kenyataan sosial, dan untuk menguji reaksi mereka, serta untuk memperoleh konsep
Model ini berdasarkan teori belajar kognitif (Piaget) dan berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi yang dapat memperbaiki kemampuannnya. Pemrosesan informasi merujuk pada cara mengumpulkan/menerima stimulasi dari lingkungan : mengorganisasi data, memecahkan masalah, menemukan konsep dan menggunakan simbol verbal dan visual. Teori pemrosesan informasi/kognitif dipelopori oleh Robert Gagne (1985) yang terdiri dari delapan fase proses pembelajaran yaitu :
1) Motivasi 2) Pemahaman 3) Pemerolehan 4) Penahanan
5) Ingatan Kembali 6) Generalisasi 7) Perlakuan 8) Umpan Balik
Model Proses Informasi ini meliputi beberapa strategi pembelajaran diantaranya:
1) Mengajar Induktif, yaitu untuk mengembangkan kemampuan berpikir dan membentuk teori.
2) Latihan Inquiry, yaitu untuk memcari dan menemukan informasi yang memang diperlukan.
3) Inquiry Keilmuan, bertujuan untuk mengajarkan sistem penelitian dalam disiplin ilmu, dan diharapkan akan memperoleh pengalaman dalam domain – domain disiplin ilmu lainnya.
4) Pembentukan Konsep, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir induktif, mengembangkan konsep dan kemampuan analisis.
5) Model Pengembangan, bertujuan untuk mengembangkan intelegensi umum, terutama logis, aspek sosial dan moral.
6) Advanced Organizer Model, bertujuan untuk mengembangkan kemampuan memproses informasi yang efisien untuk menyerap dan menghubungkan satuan ilmu pengetahuan secara bermakna.
Implikasi teori belajar kognitif (Piaget) dalam pembelajaran diantaranya :
(b) Guru harus dapat membantu anak agar dapat berinteraksi dengan lingkungan belajarnya sebaik mungkin.
(c) Bahan yang harus dipelajari hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing. Beri peluang kepada anak untuk belajar sesuai dengan tingkat perkembangannya. (d) Di kelas, berikan kesempatan pada anak untuk dapat bersosialisasi dan diskusi
sebanyak mungkin.
Tabel 4.2 Rumpun-rumpun Prosesan Informasi
NO. MODEL TOKOH TUJUAN
1. Model berpikir induktif
Hilda Taba Dirancang untuk
pengembangan proses mental induktif dan penalaran
akademik / pembentukan teori.
2. Model latihan inkuiri
Richard Suchman Pemecahan masalah sosial , terutama melalui penemuan sosial dan penalaran logis. 3. Inkuiri ilmiah Joseph.J.Schwab Dirancang untuk mengajar
sistem penelitian dari suatu disiplin tetapi juga
diharapkan untuk mempunyai efek dalam kawasan-kawasan lain (metode-metode sosial mungkin diajarkan dalam upaya meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial). 4. Penemuan
konsep
Jerome Bruner Dirancang terutama untuk mengembangkan penalaran induktif , juga untuk
perkembangan dan analisis konsep.
5. Pertumbuhan kognitif
Jean Piaget Irving Sigel
Dirancan untuk
Lawrence Kohlberg
pribadi dan sosial. Perilaku dan nilai-nilainya diharapkan anak menjadi sumber bagi penemuan berikutnya. 6. Model penata
lanjutan
David Ausubel Dirancang untuk meningkatkan efisiensi kemampuan pemrosesan informasi untuk menyerap dan mengaitkan bidang-bidang pengetahuan. 7. Memori Harry Lorayne
Jerry Lucas
Dirancang untuk
meningkatkan kemampuan mengingat.
Klasifikasi model-model pembelajaran berbasis Teori Pemrosesan Informasi menurut Kauchak dan Eggen (1996) yaitu :
1) Inductive Models (Model-Model Pembelajaran /Model-Model Pengajaran Induktif), misalnya:
Model Pembelajaran Induktif (The Inductive Model)
Model Penguasaan Konsep (The Concept Attainment Model) Model Pembelajaran Integratif (The Integrative Model)
2) Deductive Models (Model-Model Pembelajaran /Model-Model Pengajaran Deduktif), misalnya:
Model Pengajaran Langsung untuk Mengajarkan Keterampilan Prosedural (Direct Instruction Procedural Skills Model)
Model Pengajaran Langsung bentuk Ceramah atau Diskusi (Direct Instruction Lecture Discussion Model)
3) Inquiry Models (Model-Model Pembelajaran /Model-Model Pengajaran Inkuiri), misalnya:
Model Pembelajaran Inkuiri-Umum (The General Inquiry Model) Model Pembelajaran Inkuiri-Suchman (The Suchman Inquiry Model) 4) Cooperative Models (Model-Model Pembelajaran Kooperatif), misalnya:
3. MODEL PERSONAL ( PERSONAL MODELS )
Model ini bertitik tolak dari teori Humanistik yaitu berorientasi terhadap pengembangan diri individu dan perkembangan kelakuan. Tokoh humanistik adalah Abraham Maslow (1962), R.Rogers,C.Buhler dan Arthur Comb. Menurut teori ini , guru harus berupaya menciptakan kondisi kelas yang kondusif, agar siswa merasa bebas dalam belajar dan mengembangkan dirinya, baik emosional maupun intelektual. Teori humanistik timbul sebagai gerakan memanusiakan manusia. Pada teori humanistik ini, pendidik seharusnya berperan sebagai pendorong, bukan menahan sensitifitas siswa terhadap perasaannya. Implikasi teori humanistik dalam pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Bertingkah laku dan belajar adalah hasil pengamatan;
b. Tingkah laku yang ada , dapat dilaksanakan sekarang (learning to do); c. Semua individu memiliki dorongan dasar terhadap aktualisasi diri;
d. Sebagian besar tingkah laku individu adalah hasil dari konsepsinya sendiri; e. Mengajar adalah bukan hal penting , tapi belajar siswa adalah sangat penting
(learn how to learn);
f. Mengajar adalah membantu individu untuk mengembangkan suatu hubungan yang produktif dengan lingkungannya dan memandang dirinya sebagai pribadi yang cakap;
Model pembelajaran personal ini meliputi strategi pembelajaran sebagai berikut :
1) Pembelajaran non-direktif, bertujuan untuk membentuk kemampuan dan perkembangan pribadi (kesadaran diri, pemahaman dan konsep diri);
2) Latihan kesadaran, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan interpersonal atau kepedulian siswa;
3) Sintetik, untuk mengembangkan kreatifitas pribadi dan memecahkan masalah secara kreatif;
4) Sistem konseptual, untuk meningkatkan kompleksitas dasar pribadi yang luwes.
Tabel Rumpun Model Personal
NO MODEL TOKOH TUJUAN
direktif kemampuan untuk perkembangan pribadi dalam arti kesadaran diri, pemahaman diri , kemandirian dan konsep diri.
2. Latihan kesadaran
Fritz Perls Willian Schultz
Meningkatkan kemampuan seseorang untuk eksplorasi diri dan kesadaran diri. Banyak menekankan pada perkembangan kesadaran dan pemahaman antar pribadi.
3. Sintetik William Gordon Perkembangan pribadi dalam kreativitas dan pemecahan masalah kreatif.
4. Sistem-sistem konseptual
David Hunt Dirancang untuk meningkatkan kekomplekan dan keluwesan pribadi.
5. Pertemuan kelas William Glasser Perkembangan pemahaman diri dan tanggung jawab kepada diri sendiri dan kelompok sosial.
Selain, model diatas, model pembelajaran yang berkaitan dengan implementasi teori humanisme, yaitu :
1) Confluent Education
Confluent Education adalah pendidikan yang memadukan atau mempertemukan pengalaman-pengalaman afektif dengan belajar kognitif di dalam kelas. Hal ini merupakan cara yang bagus sekali untuk melibatkan para siswa secara pribadi di dalam bahan pelajaran.
2) Open Education
Open Education adalah proses pendidikan terbuka. Menurut Walberg dan Tomas(1972), Open Education itu memiliki delapan kriteria, yaitu:
(a) Kemudahan belajar tersedia
(b) Penuh kasih sayang, hormat, terbuka dan hangat (c) Mendiagnosa pristiwa-pristiwa belajar
(f) Mencari kesempatan untuk pertumbuhan profesional (g) Persepsi guru sendiri
(h) Asumsi tentang para siswa dan proses belajar, artinya suasana kelas hangat dan ramah, para siswa asyik melakukan sesuatu.
(i) Meskipun pendidikan terbuka memberikan kesempatan kepada para siswa untuk bergerak secara bebas di sekitar ruangan dan memilih aktifitas belajar mereka sendiri, namun bimbingan guru tetap diperlukan.
3) Cooperative Learning
Cooperative Learning atau belajar kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk menigkatkan dorongan berprestasi siswa. Adapun teknik Cooperative Learning itu ada empat macam, yaitu:
TGT (Team-Games-Tournament)
Dalam teknik ini siswa yang kemampuan dan jenis kelaminnya berbeda-beda disatukan dalam tim yang terdiri dari empat sampai lima orang anggota. Setelah guru menyajikan bahan, tim lalu mengerjakan lembaran-lembaran kerja, saling mengajukan pertanyaan, dan belajar bersama untuk persiapan menghadapi turnamen atau pertandingan, yang biasanya diselenggaran sekali seminggu. Dalam turnamen itu ditentukan beranggotakan tiga orang siswa untuk bertanding melawan siswa-siswa yang kemampuannya serupa (atas dasar hasil minggu sebelumnya). Hasilnya siswa-siswa yang prestasi paling rendah pada setiap kelompok memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh poin bagi timnya sebagai siswa yang berprestasi paling tinggi.
STAD (Student Teams-achievement Divisions)
Teknik ini juga menggunakan tim yang terdiri dari empat sampai lima anggota tetapi kegiatan turnamen diganti dengan saling bertanya selama lima belas menit, pertanyaan-pertanyaan yang diajukan terlebih dahulu disusun oleh tim, skor-skor yang tertinggi memperoleh poin lebih dari pada skor-skor yang lebih rendah, kecuali itu juga digunakan “skor perbaikan”.
Jigsaw
kemudian siswa-siswa tersebut mempelajari bagian mereka masing-masing bersama-sama dengan anggota-anggota dari tim lain yang memiliki bahan yang sama. Setelah itu mereka kembali ke kelompoknya masing-masing dan mengajarkan bagian-bagian yang telah dipelajari bersama-sama dengan anggota tim lain itu kepada anggota-anggota timnya sendiri. Akhirnya, semua anggota tim dites mengenai seluruh bahan pelajaran.
GI (Group Investigation)
Group Investigation adalah teknik dimana siswa bekerja di dalam kelompok-kelompok kecil untuk menangani berbagai macam proyek kelas. Setiap kelompok membagi-bagi tugas tersebut menjadi sub topik-sub topik, kemudian setiap anggota kelompok melakukan kegiatan-kegiatan meneliti yang diperlukan untuk mecapai tujuan kelompok. Setelah itu setiap kelompok mengajukan hasil penelitiannya kepada kelas. Dalam metode ini, hadiah atau poin tidak diberikan.
4. MODEL MODIFIKASI TINGKAH LAKU (BEHAVIORAL)
Model ini bertitik tolak dari teori belajar behavioristik yaitu bertujuan mengembangkan sistem yang efisien untuk mengurutkan tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara memanipulasi penguatan (reinforcement). Model ini lebih menekankan pada aspek perubahan perilaku psikologis dan perilaku yang tidak dapat diamati. Karakteristik model ini adalah dalam hal penjabaran tugas-tugas yang harus dipelajari siswa lebih efisien dan berurutan. Ada empat fase dalam model modifikasi tingkah laku ini , yaitu :
1) Fase mesin pembelajaran (CAI dan CBI) 2) Penggunaan media ;
3) Pengajaran berprograma (linear dan branching); 4) Operant conditioning dan operant reinforcement. Tabel Rumpun Model Modifikasi Tingkah Laku
N O
MODEL TOKOH TUJUAN
1. Manajemen Kontingensi
B.F. Skinner Fakta-fakta, konsep, keterampilan.
3. Relaksasi (Santai)
Rimm & Masters Wolpe
Tujuan-tujuan pribadi
(mengurangi ketegangan dan kecemasan)
4. Pengurangan ketegangan
Rimm & Masters Wolpe
Mengalihkan kesantaian pada kecemasan dalam situasi sosial. 5. Latihan asertif
desensitasi
wolpe, lazarus, salter
Ekspresi perasaan secara langsung dan spontan dalam situasi sosial.
6. Latihan langsung
Gagne, Smith Pola-pola perilaku, keterampilan.
MODEL PEMBELAJARAN SENI DI SD
Berdasarkan hal yang di ungkapkan di atas, maka model pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran seni di SD, antara lain yaitu :
1. Model pembelajaran Bermain Peran 2. Model Pembelajaran Inkuiri
3. Model pembelajaran Open Education
4. Model pembelajaran kooperatif (Cooperative Learning), seperti TGT (Team-Games-Tournament), STAD (Student Teams-achievement Divisions), Jigsaw, dan GI (Group Investigation)