Pengembangan Ekonomi Lokal di Uchiko Town, Jepang : Agrikultur
Sebagai Sektor Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal
Perencanaan Wilayah dan Kota ITS | 2016
Pengem
KuasaNya, Makalah yang berjudul Penerapan “Pengembangan Ekonomi Lokal di
Uchiko Town, Jepang : Agrikultur Sebagai Sektor Pembangunan Ekonomi Masyarakat Lokal” ini dapat terselesaikan dengan baik. Makalah ini dibuat dalam rangka tugas mata kuliah Ekonomi Wilayah, yang memuat analisis sektor unggulan ekonomi wilayah di Uchiko Town beserta kajian konsep pembangunan ekonomi lokal yang telah diterapkan di Uchiko Town. Banyak pihak yang turut serta membantu dalam penyusunan makalah ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih kepada :
1. Bapak Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic.Rer.Reg.. selaku dosen mata kuliah
Ekonomi Wilayah yang telah memberikan banyak dukungan kepada penyusun serta memberikan masukan yang berarti sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Profesor Takahiro Nakaguchi selaku pembimbing dan supervisor yang telah
banyak memberikan ide dan materi dalam penyusunan makalah ini
3. Orang tua yang telah memberikan dukungan bagi penyusun dalam
menyelesaikan makalah.
4. Pihak-pihak lain yang memberikan kontribusi dalam penyelesaian makalah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan penulis demi perbaikan makalah di masa mendatang. Penulis berharap makalah ini dapat berguna bagi para pembaca dan masyarakat pada umumnya.
Saitama, Mei 2016
Pengem
1.2. SEKILAS TENTANG TULISAN INI ... 5
1.3. TUJUAN DAN SASARAN ... 5
1.4. METODOLOGI ... 6
1.5. SISTEMATIKA PELAPORAN ... 7
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
2.1. OTONOMI DAERAH ... 8
2.2. ADMINISTRASI PEMBANGUNAN ... 8
2.3. PEMBANGUNAN DAERAH ... 9
2.4. PENGEMBANGAN EKONOMI LOKAL ... 9
2.5. PEMBERDAYAAN ... 10
III. GAMBARAN UMUM ... 11
3.1. GAMBARAN UMUM WILAYAH ... 11
3.2. POPULASI ... 11
3.3. KETENAGAKERJAAN DI UCHIKO TOWN ... 13
IV. PEMBAHASAN ... 14
4.1. PERIODE SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI LOKAL DI UCHIKO TOWN ... 14
4.2. ANALISIS LOCATION QUOTIENT ... 18
4.3. TANTANGAN DAN PERMASALAHAN PEMBANGUNAN EKONOMI LOKAL DI UCHIKO TOWN ... 24
V. REKOMENDASI ... 29
VI. PENUTUP ... 31
Pengem
Jepang merupakan sebuah negara yang menerapkan otonomi kepada daerah atau desentralisasi. Otonomi daerah Jepang yang lebih dikenal dengan istilah “Zenso” merupakan
proses yang dibangun
berkesinambungan dengan sejumlah tahapan. Hingga saat ini Jepang sebagai negara maju masih terus
melakukan reformasi administrasi
sebagai proses menuju sistem otonomi daerah ideal. Tentunya, hal ini didesain untuk mencapai kemandirian lokal
dalam mengembangkan potensi
pembangunan daerah demi
tercapainya keseimbangan
pembangunan.
Namun disisi lain, Otonomi daerah yang selain membuka peluang bagi pemerataan daerah, juga menuntut pemerintah daerah untuk mampu mandiri secara ekonomi maupun keuangan. Untuk itu maka pemerintah daerah harus mampu memobilisasi sumber daya yang dimilikinya, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia (Munir, 2008). Setelah usai Perang Dunia II, Jepang telah
mampu memperlihatkan dampak
positif dari sistem otonomi daerah dengan mengoptimalkan pemanfaatan
potensi yang dimilikinya guna
mensejahterakan masyarakat. Selain itu
pemerintah juga mengimbanginya
dengan pembangunan infrastruktur fisik maupun infrastruktur sosial yang
dikelola dengan sangat baik,
menjadikan negara Jepang diantara negara-negara maju lainnya memiliki nilai paling tinggi dalam hal tingkat
pemerataan hasil-hasil
pembangunannya.
Hal penting lainnya yang menjadi pertimbangan pembangunan daerah adalah bagaimana wilayah dapat tumbuh dan berkembang secara mandiri berdasarkan potensi sosial
ekonomi dan karakteristik yang
dimilikinya. Artinya dalam konteks pengembangan sosial ekonomi saat ini, arah yang dituju dalam pengembangan wilayah adalah wilayah harus mandiri dan memiliki daya saing sehingga mampu berintegrasi kedalam sistem
perekonomian regional, nasional
maupun global. Pengembangan
Pengem
Strategi pengembangan wilayah
bertumpu pada sumber daya lokal ini
dikenal sebagai konsep
pengembangan ekonomi lokal (PEL). PEL hakekatnya merupakan proses yang mana pemerintah daerah dan/ atau kelompok berbasis komunitas mengelola sumber daya yang ada dan masuk kepada penataam kemitraan baru dengan sektor swasta, atau di
antara mereka sendiri, untuk
menciptakan pekerjaan baru dan merangsang kegiatan ekonomi wilayah. Ciri utama pengembangan ekonomi lokal adalah pada titik beratnya pada kebijakan “endogeneous development´ menggunakan pogensi sumber daya
manusia, institusional dan fisik
setempat. Orientasi ini mengarah
kepada fokus dalam proses
pembangunan untuk menciptakan
lapangan kerja baru dan merangsang pertumbuhan kegiatan ekonomi (Blakely, 1989).
Uchiko Town merupakan wilayah perdesaan di Jepang yang berada di dalam Ehime Prefecture, yang dalam sejarah perjalanan wilayahnya telah
mengalami pelesuan kegiatan
ekonomi. Bukanlah kegagalan
pemerataan yang telah diupayakan selama ini, namun karena Uchiko Town selama hampir 50 tahun terakhir telah “ditinggalkan” oleh penduduk lokalnya. Pada tahun 1970, pemerintah daerah
sudah mulai menginisiasi
pengembangan ekonomi berbasis
partisipasi masyarakat dengan
mengelola bangunan bersejarah
sebagai daya tarik wisata, yang
kemudian pada tahun 1997 dilanjutkan
dengan partisipasi masyarakat
dibidang agrikultur karena
pengembangan ekonomi berbasis
pariwisata ternyata belum cukup untuk
menstimulasi pergerakan ekonomi
disana. Pada kenyataannya, sampai sekarang trend penduduk di Uchiko Town masih terus berkurang dari tahun ke tahun.
PEL sudah menjadi alternatif
pengembangan wilayah di Uchiko Town semenjak tahun 1970, dan perjalanan implementasi PEL di Uchiko Town sangat menarik untuk dibahas bahkan kasus studi ini telah menarik berbagai ahli ekonomi di Jepang. Pendekatan pengembangan ekonomi lokal adalah salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas daerah namun
dalam implementasinya ternyata
ditemui tantangan pengembangan ekonomi daerah yang ternyata juga didukung oleh teori yang berkembang belakangan ini. Makalah ini akan
mengkaji bagaimana kinerja
pengembangan ekonomi lokal di Uchiko Town sepanjang sejarahnya, dimulai dengan indentifikasi sektor
unggulan disana. Temuan-temuan
yang ada pada makalah ini diharapkan
akan menambah titik pandang
pengembangan ekonomi daerah yang perlu diperhatikan atau bahkan harus
dirubah dalam perencanaan
Pengem
1.2.1. Tulisan ini akan memberikan gambaran perjalanan
pengimplementasian PEL di Uchiko Town, maka dari itu dalam penyusunannya analisis historikal sangat dibutuhkan. Dengan kata lain, PEL juga bisa disimpulkan bukanlah konsep pengembangan wilayah baru di Jepang. Meskipun bukan dikenal dengan istilah PEL pada masa pertama kali konsep pengembangan ekonomi ini diberlakukan pada masanya, tetapi bisa dikatakan PEL sudah dijalankan semenjak 40 tahun yang lalu.
1.2.2. Penurunan jumlah penduduk di wilayah ini merupakan
perhatian utama dalam penyusunan makalah ini. PEL yang telah diterapkan selama ini salah satunya bertujuan untuk meningkatkan lapangan pekerjaan di wilayah studi.
1.2.3. Makalah ini memaparkan analisis ekonomi sektor unggulan
“Location Quotient” untuk menganalisis sektor unggulan yang ada di Uchiko Town, yang kemudian bisa dikembangkan dengan cara partisipatif masyarakat lokal.
1.2.4. Makalah ini berfokus pada identifikasi masalah ekonomi
wilayah yang terjadi di Uchiko Town, serta masalah atau kendala apa yang menyebabkan PEL di Uchiko Town sampai saat ini belum mampu meredam isu penurunan penduduk disana. Padahal dari segi infrastruktur fisik, Uchiko Town sudah memiliki infrastruktur penunjang kegiatan ekonomi yang amat baik semenjak waktu yang lama. Di Indonesia, selama ini investasi pembangunan prasarana perkotaan diaggap sebagai solusi pembangunan kota, untuk mendorong bergerak atau tumbuhnya ekonomi daerah. Pada studi kasus ini, pembaca dimungkinkan untuk melihat sudut pandang lain yang terjadi pada negara maju seperti Jepang tentang pertumbuhan ekonomi daerah.
1.3.1. Tujuan
Adapun tujuan dari tulisan ini secara umum yakni :
Pengem
1. Merumuskan perjalanan sejarah pengimplementasian PEL
di Uchiko Town
2. Mengidentifikasi sektor unggulan di Pembangunan
Ekonomi Lokal di Uchiko Town
3. Merumuskan tantangan dan permasalahan ekonomi
wilayah di Uchiko town dalam pengimplementasian PEL
4
Sasaran 1. Perjalanan sejarah pengimplementasian PEL di Uchiko Town
Input Data : Literatur buku, jurnal, dokumen Comprehensive Planning Uchiko Town, dan literatur lainnya yang relevan
Output: Deskripsi mengenai historic perjalanan pengimplementasian PEL di Uchiko Town
Metode Analisis : Content Analisis dan Analisis deskriptif
Sasaran 2. Mengidentifikasi sektor unggulan di Uchiko Town
Input Data : Data statistik tenaga kerja industri di Uchiko Town
Output: Penentuan sektor basis / sektor unggulan di Uchiko Town
Metode Analisis : Analisis Ekonomi Wilayah LQ (Location Quotient)
Sasaran 3. Identifikasi tantangan dan permasalahan ekonomi wilayah di Uchiko Town dalam pengimplementasian PEL
Input Data : Hasil sasaran 1 dan 2, Transkrip wawancara
Output: Deskripsi mengenai permasalahan ekonomi wilayah di Uchiko Town beserta faktor-faktor yang menjadikan pengimplementasian PEL di Uchiko Town belum mampu menjadi pembangkit kegiatan ekonomi di wilayah tersebut.
Pengem
pendahuluan yang berisi tentang latar
belakang masalah penulisan dan
penggambaran fokus dari isi makalah ini. Selain itu juga dipaparkan mengenai tujuan dan sasaran beserta metodologi apa yang dipakai dalam penyusunan makalah yang mengkaji tentang pengembangan ekonomi lokal di Uchiko Town ini.
1.5.2. Bab II Tinjauan Pustaka : Bab ini berisikan
telaah pustaka yang berkaitan dengan tema yang diangkat dari penulisan makalah ini yaitu mengenai Pengembangan Ekonomi Lokal, yang tentunya menjadi bahan penting dalam pertimbangan analisis pada penyusunan makalah ini.
1.5.3. Bab III Gambaran Umum : Merupakan bab
yang berisi sekilas tentang gambaran umum di Uchiko Town. Gambaran umum akan memuat isu-isu ekonomi yang diangkat pada pembahasan makalah ini. Selain itu, akan dipaparkan pula perjalanan sejarah PEL yang sudah dijalankan Uchiko Town selama 40 tahun.
1.5.4. Bab IV Pembahasan: Bab ini memaparkan
analisis ekonomi wilayah yang bertujuan menentukan sektor unggulan di Uchiko Town menggunakan analisis LQ. Bab ini juga memaparkan kendala-kendala atau masalah pengembangan ekonomi wilayah di Uchiko Town.
1.5.5. Bab V Rekomendasi : Pada bab ini, berisi
rumusan rekomendasi untuk keberlanjutan pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town di masa mendatang
1.5.6. Bab VI Penutup : Bab ini merupakan bab
terakhir pada makalah ini, yang berisi tentang
kesimpulan dan beberapa lesson learned
Pengem
Berdasarkan UU Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5 memberikan definisi Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Jepang merupakan negara yang juga menjalankan sistem otonomi daerah.
Di Jepang, pemerintahan membentuk sebuah hubungan yang bersifat horizontal sebagai bentuk implementasi penyelenggaraan pemerintahan, misalnya dalam proses komunikasi, akusisi, merangkul oposisi, hingga proporsi kewenangan satu sama lain. Pemerintah pusat maupun pemerintah daerah pada dasarnya sama baiknya jika dianalisis sebagai kelompok kepentingan daripada dipandang sebagai organ administratif semata. Pemerintah lokal dalam hal ini yang berperan sebagai kelompok kepentingan karena mereka mampu mempengaruhi pemerintah pusat dan mampu merumuskan dan melaksanakan kebijakan-kebijakan baru yang populer didalam kehidupan masyarakat. Pemerintah daerah yang memiliki kewenangan (desentralisasi) dan payung hukum dari pemerintah pusat sebagai sebuah pemerintahan yang otonom, namun menjadi ironis jika mereka dalam melaksanakan pemerintahannya tidak memiliki pengaruh dan kewenangan yang cukup luas dalam menyelenggarakan pemerintahannya. Sisi pengaturan hubungan kelembagaan antara pemerintahan pusat dan daerah dapat dikatakan menjadi vital untuk menjelaskan pengalaman inisiatif kebijakan yang dilakukan pemerintahan lokal di Jepang.
Pengem
disebut the development of administration (pembangunan administrasi), yang
kemudian lebih dikenal dengan istilah “Administrative Reform” (Reformasi
Administrasi). 2) perumusan kebijaksanaankebijaksanaan dan program-programa pembangunan di berbagai bidang serta pelaksanaannya secara efektif. Ini disebut the administration of development (Administrasi untuk pembangunan). Administrasi untuk pembangunan (the development of administration) dapat dibagi atas dua, yaitu: (a)
Perumusan kebijaksanaan pembangunan, (b) Pelaksanaan kebijaksanaan
pembangunan secara efektif. 3) penapaian tujuan-tujuan pembangunan tidak mungkin terlaksana dari hasil kegiatan pemerintahan saja. Faktor yang lebih penting adalah membangun partisipasi masyarakat.
Menurut Tjokrowidjoyo (1995) Pembangunan Daerah dapat dilihat dari berbagai aspek, yaitu: 1) segi pembangunan sektoral, pencapaian sasaran pembangunan dilakukan melalui berbagai pembangunan sektoral yang dilaksanakan di daerah. Pembangunan sektoral disesuaikan dengan yang dimiliki oleh masing-masing daerah; 2) segi pembangunan Wilayah, yang meliputi perkotaan dan pedesaan sebagai pusat dan lokasi kegiatan sosial ekonomi wilayah; dan 3) segi pemerintahnnya, agar tujuan pembangunan daerah dapat berhasil dengan baik maka pembangunan daerah perlu berfungfi dengan baik karena itu pembnagunan merupakan usaha-usaha untuk mengembangkan dan mempererat pemerintah dalam rangka makin mantapnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung jawab. Sedangkan menurut Arsyad (1999) menyatakan bahwa faktor penentu utama pertumbuhan ekonomi suatu daerah adalah berhubungan langsung dengan permintaan akan barang dan jasa dari luar daerah. Menurut Glasson (1990) konsep dasar basis ekonomi membagi perekonomian menjadi dua sektor yaitu: 1) Sektor-sektor basis adalah sektor-sektor yang mengekspor barang-barang dan jasa ke tempat di luar batas perekomian masyarakat yang bersangkutan atas masukan barang dan jasa mereka kepada masyarakat yang datang dari luar perbatasan perekonomian masyarakat yang bersangkutan. 2) Sektor-sektor bukan basis adalah sektor-sektor yang menjadikan barang-barang yang dibutuhkan oleh orang yang bertempat tinggal di dalam batas perekonomian masyarakat bersangkutan.
4
Pengem
membangun kesempatan-kesempatan ekonomi yang cocok dengan SDM, dan mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam dan kelembagaan secara lokal.
Menurut Blakely dalam Supriyadi (2007) dalam keberhasilan pengembangan ekonomi lokal dapat dilihat dari beberapa indikator, yaitu: 1) perluasan kesempatan bagi masyarakat kecil dalam kesempatan kerja dan usaha; 2) perluasan bagi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan; 3) keberdayaan lembaga usaha mikro dan kecil dalam proses produksi dan pemasaran; dan 4) keberdayaan kelembagaan jaringan kerja kemitraan antara pemerintah, swasta, dan masyarakat lokal.
Dalam kaitannya dengan teori pertumbuhan ekonomi, maka Krugman (1994) mengatakan bahwa investasi sumber daya manusia menjadi lebih penting peranannya dalam pembangunan. Sumber daya manusia yang berkualitas bagi negara sedang berkembang merupakan faktor penting dalam upaya untuk mengejar ketertinggalan pembangunan dengan negara lain. Era informasi dan teknologi yang berkembang dewasa ini semakin membuktikan bahwa penguasaan, teknologi yang baik akan berdampak pada kualitas maupun kuantitas pembangunan itu sendiri. Agar teknologi dapat dikuasi, maka dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam konteks proses produksi, maka adanya penguasaan tehnologi yang baik, maka akan mendorong terjadinya inovasi tehnologi. Inovasi tehnologi tersebut pada akhirnya dapat menyebabkan penemuan produk produk baru dan cara produksi yang lebih efisien (Barro dalam Romer).
Pengem
Uchiko Town merupakan sebuah kawasan perdesaan yang terletak di Ehime Prefektur, Kita District, Jepang. Uchiko Town. Uchiko Town dikenal dengan ciri khasnya sebagai desa tradisional yang dikelilingi oleh pemandangan alam yang indah.
Sudah lebih dari 50 tahun lamanya, trend penduduk di Uchiko Town selalu mengalami penurunan setiap tahunnya. Berikut merupakan tabel jumlah penduduk di Uchiko Town dari beberapa periode tahun (1995, 1980, dan 2005). Desa ini menyimpan banyak
bangunan tua dari Periode Edo
(1603 – 1867) dan Periode Meiji
(1868 – 1912). Uchiko Town juga
dikatakan sebagai daerah preservasi bangunan bersejarah
Sumber:
Halseth, Greg. 2010. The Next Rural Economy: Constructing Rural Place in Global Economic. CABI Publishing. North America
Pengem
Uchiko Town bukanlah satu-satunya wilayah perdesaan yang mengalami penurunan penduduk di Jepang. Trend penduduk di Jepang memang memperlihatkan pola dimana wilayah perdesaan cenderung banyak mengalami penurunan penduduk, sementara wilayah perkotaan mengalami sebaliknya.
Di Uchiko town sendiri, penurunan penduduk dimulai pada tahun 1955. Sampai dengan tahun 2005 (50 tahun kemudian), Jumlah penduduk diwilayah ini sudah berkurang kurang lebih 50 % dari jumlah semula. Namun, jumlah penduduk dari kelompok usia tidak produktif (>65 Tahun) meningkat sebanyak tiga kali lipat dari 50 tahun. Fenomena ini berarti menunjukan bahwa penduduk dengan umur produktif lah yang banyak memutuskan untuk meninggalkan Uchiko Town dan bermigrasi ke perkotaan.
Pola penurunan juga terlihat dari total pekerja di Uchiko Town selama 50 tahun terakhir. Namun jika dilihat berdasarkan klasifikasi industri, industri tersier (Industri layanan jasa) mengalami pola peningkatan jumlah pekerja. Sementara dua klasifikasi industri lainnya yaitu industri primer ( Industri pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan ) dan industri sekunder mengalami penurunan total pekerja.
Pengem
Gambar 2 Peta supply dan demand tenaga kerja, 2010 Sumber : OECD. (2014). Job Creation and Local Economic Development. OECD Publishing
Gambar 3 Peta tingkat pengangguran di Jepang, 2013 Sumber : OECD. (2014). Job Creation and Local Economic Development. OECD Publishing
Berikut ini merupakan ilustrasi peta yang menggambarkan supply dan demand tenaga kerja di Jepang pada tahun 2010.
Pengem
Menanggapi penurunan jumlah penduduk pada tahun 1955, pemerintah lokal menginisiasi program yang berfokus pada sumber daya sejarah dan budaya, dan memulai program preservasi bangunan tua pada tahun 1970. Pemerintah lokal memindahkan fokus sektor utama yang semula merupakan agrikultur karena sektor ini tidak mampu lagi menarik penduduk lokal untuk berkerja pada sektor ini. Program preservasi ini dengan cepat menstimulasi program parallel di daerah sekitarnya. Uchiko mulai bisa menggerakan kegiatan ekonomi daerahnya dengan menarik banyak turis setiap tahunnya.
Tahun 1980 Pemerintah daerah sudah memulai program yang
melibatkan partisipasi masyarakat. Strateginya adalah
pengembangan sumber daya manusia dan kelembagaan melalui pelatihan dan penyuluhan pada masyarakat lokal untuk mengelola sektor pariwisata sejarah dan budaya di Uchiko Town. Pada tahun 1987, pemerintah membangun sebuah penginapan “private inn” yang memanfaatkan bangunan yang semula merupakan gudang pertanian dan mempercayakan pengelolaannya seutuhnya kepada masyarakat lokal. Butuh waktu kurang lebih dua tahun bagi
Pengem
komunitas masyarakat lokal untuk mencapai kesimpulan bahwa
kegiatan ekonomi lokal ini merupakan sesuatu yang
menyenangkan, membawa keuntungan, membawa kepada perasaan yang lebih bahagia karena mereka bisa kenal lebih baik dengan nilai-nilai sejarah dan budaya di daerahnya (Kaneko, 2011).
Meskipun industri dengan sektor pariwisata ini sudah cukup bisa menstimulasi roda kegiatan ekonomi disana, namun ternyata belum cukup
mampu menggantikan
aktivitas ekonomi dari sektor unggulan sebelumnya yaitu
agrikultur. Tahun 1986,
dibentuk sebuah komunitas, yang membuka “Intellectual Rural School”, yaitu sebuah forum yang mendiskusikan
sebuah opsi bahwa kegiatan agrikultur di Uchiko Town harus di revitalisasi. Kepada dari forum itu merupakan wali kota Uchiko Town, dan anggotanya adalah masyarakat lokal. Selama diskusi pihak-pihak lain dari luar Uchiko Town juga didatangkan untuk membahas isu-isu ekonomi wilayah yang relevan. Pemerintah juga banyak melakukan diskusi dengan pihak swasta yang bekerja di pabrik-pabrik industri pengolahan hasil pertanian. Hal-hal yang diskusikan dalam forum ini
adalah mengenai branding produk hasil pertanian,
distribusi hasil produk olahan pertanian, dan lain sebagainya. Sampai saat ini ”sekolah” ini masih dibuka, dimana menjadi tempat pelatihan bagi para petani untuk menjalankan pengembangan ekonomi lokal.
Tahun 1990, komunitas agrikultur yang kemudian berinisiatif untuk merestorasi/memulihkan sungai fumoto (sungai yang mengaliri desa Uchiko Town yang dahulu menjadi sumber air untuk kegiatan pertanian di Uchiko Town). Biaya untuk merestorasi sungai tersebut berasal dari pemerintah daerah, dan juga biaya mandiri dari komunitas lokal.
Gambar 4 Sepanjang jalan bangunan bersejarah di Uchiko Town Sumber: Dokumentasi penulis
Pengem
Dalam rangka mempersiapkan mengembalikan sektor unggulan agrikultur di Uchiko Town selanjutnya, maka pemerintah membangun infrastruktur berupa kincir air di tahun yang sama. Seiringan dengan kegiatan ini, komunitas agrikultur di Uchiko Town terus berkembang, menunjukan semangat penduduk lokal untuk kembali bekerja dibidang pertanian.
Tahun 1992. Pemerintah lokal membuat rencana strategi untuk pembaruan sektor agrikultur di Uchiko Town. Rencana ini mencakup konsep “Fruit Park” yang mempunyai tiga tujuan : (1) Mengkombinasikan sektor industri agrikultur dengan industri jasa, (2) Untuk memajukan keberagaman bentuk dari pertukaran antara Uchiko Town dengan area perkotaan melalui aktivitas agri-tourism, dan (3) Untuk mengembangkan sektor pertanian melalui jaringan informasi.
Pada tahun 1994, desa ini memulai percobaan sekaligus latihan bersama dengan petani lokal, untuk menjual produk hasil pertaniannya sendiri, dan
menjalankan pasar mandiri.
Pada tahun ini leih dari 70 petani
yang berpartisipasi, dan
setengahnya adalah petani
perempuan. Tahun ini petani lokal masih mengalami kesulitan
dan harus menghadapi
tantangan yang amat besar. Awalnya, petani tersebut bahkan tidak tau bagaimana cara mendisplay produk-produk mereka, bagaimana cara menaruh label harga, bagaimana cara berbicara dengan pelanggan, dan tantangan lainnya. Namun mereka berusaha untuk mengatasi semua masalah itu satu-persatu. Proses ini terus dibimbing dan dikontril oleh pihak pemerintah yang memberikan pelatihan.
Pengem
seluruhnya dijalankan oleh petani lokal yang
komunitasnya bernama “Uchiko Fresh Park Karari”. Pasar ini baru seutuhnya sempurna setahun setelahnya, yaitu pada tahun 1977. Setelah 10 tahun pasar ini berdiri, Karari disebut sebagai model terbaik dari pasar petani yang ada di Jepang.
Tahun 2006, hasil perhitungan memprediksikan bahwa sejak awal tahun “Karari Farmers Market” berdiri sampai pada tahun 2006 telah menjual setidaknya produk
pertanian senilai 746 juta yen. Selama
perkembangannya, Karari Market juga melakukan inovasi-inovasi baru untuk terus mempertahankan daya jual pasarnya. Karari juga menjual hasil produk olahan pertanian baru seperti roti panggang, manisan buah, bahkan sosis. Kemudian, Karari juga membuka fasilitas restoran yang buka
wisata sendiri. Komunitas petani yang bekerja di pasar
ini juga membuat event dan festival yang
memungkinkan turis untuk ikut berpartisipasi. Maka dari itu, tujuan terciptanya kombinasi sektor “Agri-Tourism” di Uchiko Town sudah sukses terlaksana. Penting bagi pemerintah daerah untuk turut memelihara lingkungan heritage untuk dijadikan tonjolan wisata yang
Pengem
berkarakter dengan dipadukannya bersama pasar petani tersebut.
Selain itu, sentuhan teknologi informasi juga sudah mengiringi perkembangan pasar petani tersebut. Pasar
ini sudah menggunakan sistem barcode untuk
pembayarannya.
Periode Karakteristik PEL
1970 -1980 Sektor Agrikultur sebagai sektor utama, namun terjadi pergeseran tren daya saing sektor dimana sektor pariwisata mulai berkembang
1980 - 1990 Restorasi sektor Agrikultur melalui PEL patisipatif dari masyarakat lokal. Pembangunan infrastruktur
pendukung sektor dan tetap mempertahankan karakteristik dari budaya lokal
1990 – 2000 Perkembangan sektor agrikultur yang sesuai dengan tantangan perkembangan zaman di berbagai sistem PEL mulai dari SDM, Produk maupun Kelembagaan yang ditandai dengan adanya “Karari Farmers Market”
2000 - sekarang Inovasi dan Keberlanjutan Agri-Toursim Sumber : Penulis, 2016
4
Miller & Wright (1991), Isserman (1997), dan Hood (1998) mengemukakan bahwa metode LQ digunakan untuk mengidentifikasi komoditas unggulan di suatu wilayah. LQ merupakan alat pengembangan ekonomi yang lebih sederhana dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Teknik LQ merupakan salah satu pendekatan yang umum digunakan dalam model ekonomi basis sebagai langkah awal untuk memahami sektor kegiatan yang menjadi pemacu pertumbuhan. Teknik ini menyajikan perbandungan relatif antara kemampuan suatu sektor daerah yang diselidiki dengan kemampuan yang sama pada daerah yang lebih luas. Satuan yang digunakan sebagai ukuran untuk menghasilkan koefisien LQ adalah tenaga kerja, hasil produksi, atau satuan lain yang bisa digunakan sebagai kriteria.
Pengem
Dalam perhitungan analisis sektor unggulan Uchiko Town, penyusun menggunakan Ehime Prefektur sebagai wilayah referensi.
Sebagai
D Construction E Manufacture F Electricity, Gas, Heat Supply and Water G Information and Communication Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor
7,261 50,904 5,267 97,270 129 3,354 607 9,245
6,350 42,721 5,153 90,956 141 3,204 507 7,165
118 746 81 1,127 4 13 2 12
98 637 98 1,194 4 4 2 10
D Construction E Manufacture F Electricity, Gas, Heat Supply and Water G Information and Communication Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor
Sebagai
D Construction E Manufacture F Electricity, Gas, Heat Supply and Water G Information and Communication Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor
118 746 81 1,127 4 13 2 12
98 637 98 1,194 4 4 2 10
H Transport and Postal
Activities I Wholesale and Retail
J Finance and
Insurance K Real Estate
L Scientific and Development Research Institute
L Scientific and Development Research Institute
M Accommodations, Eating and Drinking Service
N Living-related and Personal Service and
Amusement Services O School Education Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company
Sebagai
P Medical Services and Public Health Q Compound Services R Miscelaneous Service S Local Government Service Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor Total Company Total Labor
4,672 86,379 847 9,191 4,829 41,249 720 21,599
5,496 102,635 696 8,780 4,728 40,398 656 19,981
60 830 22 215 76 389 20 241
Pengem
Analisis LQ dilakukan pada data dengan tahun 2009, dan lima tahun setelahnya yakni Tahun 2014. Berikut merupakan tabel hasil analisis LQ pada setiap tahun tersebut:
Sumber: Hasil Analisis, 2016
Dari tabel tersebut, maka bisa disimpulkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:
- Sektor agrikultur memiliki nilai LQ yang jauh lebih besar dibandingkan dengan
sektor-sektor basis lainnya seperti “Mining and Quarrying of stone and gravel
industry”, “Construction Industry”, “Compound Service Industry” dan sektor lainya yang punya nilai LQ > 1,25. Artinya, sektor agrikultur / sektor pertanian adalah sektor basis yang menjadi sektor unggulan di Uchiko Town. Dengan nilai LQ yang cukup dominan dibandingkan dengan sektor lain, tentunya hal ini membuktikan bahwa secara fisik maupun ekonomi potensi sumber daya alam untuk pertanian di Uchiko Town memiliki perkembangan yang selalu diperhatikan oleh pemerintah. Terlihat dari periode 1955-1980 hingga
Nilai LQ
2009 2014
A Agriculture and Forestry 5.773692004 5.198237787
B Fisheries -
C Mining and Quarrying of stone and
gravel 3.706862481 2.370771599
D Construction 1.439591474 1.45818186
E Manufacture 1.138144355 1.283768285
F Electricity, Gas, Heat Supply and Water 0.380743627 0.122090298
G Information and Communication 0.127504843 0.136488944
H Transport and Postal Activities 0.73989435 0.572327452
I Wholesale and Retail 0.98901666 0.878236627
J Finance and Insurance 0.648768315 0.533903128
K Real Estate 0.437310112 0.309584578
L Scientific and Development Research
Institute 0.358268284 0.348757067
M Accommodations, Eating and Drinking
Service 0.603769526 1.297498672
N Living-related and Personal Service and
Amusement Services 0.824056523 0.919322078
O School Education 1.140900842 1.08124998
P Medical Services and Public Health 0.943891921 1.160554314
Q Compound Services 2.297883689 1.447979806
R Miscelaneous Service 0.926378625 0.728652232
S Local Government Service 1.096063579 1.140387294
Pengem
sekarang sektor ini selalu menjadi sektor yang memiliki dominansi yang cukup besar terhadap kontribusi di pertumbuhan ekonomi.
- Muncul 2 sektor basis yang baru dalam kurun waktu 5 tahun, yaitu
“Manufacture Industry” dan “Accommodations, Eating, and Drinking Service”. Apabila dikaitkan dengan periode sejarah perkembangannya, jelas bahwa penerapan Agri-Tourism akan menstimulasi berkembangnya sektor sektor sekunder yang kemudian akan berkembang menjadi sektor basis guna mendukung implementasi Agri-Tourism. Dari temuan hasil analisis ini, maka terbukti bahwasanya penerapan konsep Agri-Toursim telah meningkatkan potensi ekonomi lokal untuk dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi disektor sekunder yang mendukung sektor primer seperti pertanian.
- Meskipun begitu, apabila diperhatikan selama 5 tahun rata-rata nilai LQ pada
sektor basis mengalami penurunan. Maka dari itu, perlu dicari sebuah solusi pengembangan ekonomi lokal untuk terus mempertahankan atau meningkatkan kegiatan ekonomi di sektor unggulan di wilayah studi.
4
Mengembangkan ekonomi lokal berarti bekerja secara langsung membangun economic competitiveness (daya-saing ekonomi) suatu wilayah untuk meningkatkan ekonominya (Munir, Fitantom, 2007). Prioritasi ekonomi lokal pada peningkatan daya saing ini adalah krusial, mengingat keberhasilan (kelangsungan hidup) komunitas ditentukan oleh kemampuannya beradaptasi terhadap perubahan yang cepat dan meningkatnya kompetisi pasar. Hal ini yang menjadi salah satu faktor utama apabila melihat kembali ke sejarah perkembangan pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town dimana dalam kurun waktu hampir 50 tahun, terjadi pergeseran cara dalam membangun potensi ekonomi lokal di Uchiko Town. Dengan sektor unggulan yang selalu dominan yakni agrikultur, tidak memberikan implikasi bahwa sektor ini tidak dapat didukung dan berkolaborasi dengan sektor lainnya.
Pengem
masyarakat namun tetap fleksibel dalam menerima tantangan perkembangan masa depan.
Sampai saat ini, berdasarkan hasil analisis sektor unggulan dengan metode LQ, terlihat jelas bahwa sektor agrikultur adalah sektor basis yang mendominasi di Uchiko Town. Dari hal tersebut terindikasi bahwa Pembangunan Ekonomi Lokal yang mengutamakan karakteristik potensi SDM lokal telah terbangun dengan kokoh dalam kurun waktu hampir 50 tahun lamanya tanpa ada perubahan dan penurunan indikator karena adanya perkembangan zaman yang mempengaruhi perkembangan wilayah secara global. Tidak hanya itu, terindikasi juga bahwasanya, seiring perkembangan zaman, sektor basis pertanian telah menstimulasi tumbuhnya sektor-sektor pendukung lainnya yang juga menjadi sektor basis di Uchiko Town melalui konsep Agri-Tourism. Sektor-sektor tersebut misalnya seperti sektor jasa dan perdagangan, pariwisata dan lainnya.
Walaupun begitu, penurunan maginal terhadap kinerja beberapa sektor juga tetap terlihat. Hal inilah yang perlu diperhatikan guna menciptakan iklim ekonomi wilayah yang stabil dan progressif kedepannya. Berbagai elemen dan komponen dalam pembangunan ekonomi lokal harus terus dibangun. Dari kelembagaan misalnya, dengan adanya beberapa kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga yang mendukung kinerja pembangunan ekonomi lokal seperti farmer market harus selalu distimulasi agar terus berinovasi, tentunya seiiring dengan peningkatan kualitas SDM lokal.
Pada akhirnya, apabila dikaitkan dengan tren penurunan jumlah penduduk di Uchiko Town yang cukup signifikan, jelas bahwa hal ini memberikan permasalahan semakin berkurangnya tenaga kerja produktif yang dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kebutuhan tenaga kerja untuk pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town di masa mendatang. Bahkan sampai dengan saat ini, pekerja yang menjalankan “Karari Farmers Market” didominasi oleh penduduk dengan usia tidak produktif. Faktor-faktor yang mempengaruhi penurunan jumlah penduduk di Uchiko Town apabila dipandang dengan mengecualikan faktor demografi, tentunya bukan karena Uchiko Town tidak memiliki lapangan pekerjaan maupun daya tarik yang kurang, namun lebih kepada adanya daya tarik wilayah lain yang merupakan pusat perkotaan dengan berbagai akomodasi infrastruktur yang jauh lebih memadai yakni tentunya kota-kota besar di Jepang.
Pengem
tenaga kerja dan lumpuhnya kegiatan ekonomi. Sementara positifnya adalah, pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town telah menarik jumlah penduduk tidak menetap khususnya wisatawan, untuk mengunjungi wilayah ini, sementara dari penduduk tidak menetap dengan tujuan bekerja belum begitu terlihat potensinya. Hal inilah yang dapat dijadikan potensi utama bagi Uchiko Town agar dapat terus mempertahankan kinerja ekonomi tanpa perlu memperhatikan kekurangan tenaga kerja lokal. Tentunya hal ini diwujudkan
melalui strategi pengelolaan SDM untuk tenaga kerja dengan
mempertimbangkan tingkat penyerapan tenaga kerja lokal, pengangguran lokal dan kekurangan tenaga kerja. Selama tidak terjadi kekurangan tenaga kerja di Uchiko Town untuk membangun ekonomi lokal, jumlah penduduk yang menurun tidak menjadi masalah.
Tantangan kedepannya tentunya adalah melakukan proyeksi terkait kebutuhan tenaga kerja untuk membangun ekonomi lokal untuk beberapa tahun kedepan. Dengan mengetahui hal ini, dapat ditentukan waktu strategi pengelolaan SDM. Selain itu, perkembangan teknologi dan persaingan pasar menuntut Uchiko Town agar terus melakukan inovasi diberbagai komponen pembangunan ekonomi lokal. Berikut ini adalah tabel yang menunjukkan sejauh mana prinsip-prinsip PEL telah diimplementasikan di Uchiko Town :
Prinsip PEL Implementasi
Prinsip Ekonomi Prinsip ekonomi dalam pengembangan ekonomi lokal berbasis Agri-Touridm di Uchiko Town dapat terlihat dari beberapa aspek. Yang pertama, Uchiko Town telah menyediakan banyak produk yang dibutuhkan oleh pasar yaitu berupa bahan baku pertanian. Kedua, seperti yang sudah dipaparkan pada bagian sejarah pengembangan PEL di Uchiko Town, pengembangan ekonomi dari sektor agrikultur maupun tourism bukan hanya mampu menstimulasi kegiatan ekonomi di wilayah Uchiko Town saja, namun mampu mendorong kegiatan ekonomi di wilayah sekitarnya. Hal ini menunjukan bahwa adanya multiplier effect yang berdampak baik pada berbagai kluster kegiatan ekonomi yang ada.
Prinsip Kemitraan Sepanjang perjalanan sejarahnya, prinsip
kemitraan sudah terlihat jelas pada
pengimplementasian PEL di wilayah ini. Tanggung
jawab dari masing-masing stakeholders
Pengem
berperan aktif dalam bekerjasama untuk terus merencanakan program-program pengembangan ekonomi yang paling sesuai. Terlebih lagi, yang paling penting dari semuanya adalah bentuk kemitraan ini mengandalkan sumber daya lokal, bukan bantuan dari luar atau asing.
Prinsip Kelembagaan Prinsip kelembagaan harus ditandai dengan adanya fasilitas dialog diantara stakeholders utnuk menghasilkan ide dan inisiatif. Forum ini harus terorganisasi guna memfasilitasi komunikasi antar pemerintah, masyarakat dan stake holders dan
berbagai kelompok yang berkepentingan
terhadap penanganan masalah atau pengambilan keputusan. Pada studi kasus wilayaj Uchiko Town, forum dari “Intellectual Rural School” ini membawa Uchiko terhadap perubahan pengembangan ekonomi lokal karena terciptanya sebuah diskusi yang mampu mewadahi berbagai pendapat stakeholder untuk menentukan tujuan arah pengembangan sektor ekonomi yang lebih baik. Revitalisasi sektor agrikultur yang saat ini menjadi sektor utama di wilayah studi bahkan bermula dari forum ini. Selain itu pengembangan kelembagaan didasarkan atas kebutuhan dari kegiatan ekonomi yang sedang berlangsung. Misalnya ketika dilakukan restorasi sungai Fumamoto yang saat itu dilakukan oleh organisasi komunitas lokal yang
berangkat dari sebuah rencana akan
dikembalikannya kegiatan ekonomi di sektor agrikultur. Selain itu juga dilakukan mobilisasi sumber daya lokal untuk menunjang inisiatif yang diusulkan.
Sumber: Penulis, 2016
Pengem
penyediaan lapangan pekerjaan di wilayahnya. Tren penurunan penduduk di area perdesaan sudah menjadi tren umum pada desa dan kota kecil di Jepang, sehingga tantangan sebenarnya yang dihadapi Uchiko Town adalah bagaimana mempertahankan sektor unggulan ekonomi “Agri-Tourism” ini untuk masa mendatang, dengan melihat kenyataan bahwa kelompok penduduk yang mendiami Uchiko Town adalah penduduk dengan usia tidak produktif. Dengan penduduk lokal yang akan semakin berkurang jumlahnya, maka tidak ada cara lain selain memberdayakan sumber daya dari daerah lain untuk memulai menjalankan kegiatan ekonomi di wilayah studi. Tantangan ini sampai sekarang juga masih menjadi tanda tanya besar bagi pemerintah lokal maupun komunitas di Uchiko Town.Melihat penjelasan diatas, maka pengimplementasian PEL di Uchiko Town sudah mencapai pada pergeseran konsep pengembangan ekonomi lokal sebagai yang dikemukakan oleh Blakely (1989), yang tentunya konsep PEL yang dipegang oleh Uchiko Town berbeda dengan konsep PEL yang masih dipegang oleh Indonesia. Adapaun pergeseran konsep PEL yang dimaksud bisa dilihat pada tabel dibawah ini.
Komponen Konsep Lama Konsep Baru Lapangan Kerja Lebih banyak perusahaan
= lebih banyak lapangan kerja
Perusahaan yang
mengembangkan
pekerjaan berkualitas yang sesuai untuk penduduk setempat Aset lokasi Keuntungan komparatif
berdasar aset fisik
Daya saing berdasarkan kualitas lingkungan
Sumber daya Ketersediaan lapangan kerja
Pengetahuan sebagai
pembangkit ekonomi Sumber: Blakely, 1989
Pengem
Melalui beberapa rumusan rekomendasi dibawah ini, diharapkan hal tersebut dapat menjadi salah satu solusi aplikatif dalam menyelesaikan permasalahan terkait pembangunan ekonomi lokal saat ini di Uchiko Town untuk memberikan respon terhadap tantangan masa depan. Berikut ini adalah beberapa rekomendasi tersebut :
1. Perlunya perumusan kebijakan, strategi dan program strategis terkait dengan
kebijakan kependudukan untuk kepentingan Pembangunan Ekonomi Lokal yang bekerja sama dengan tingkat pemerintahan yang lebih tinggi guna menetap kan program-program yang dapat menstimulasi peningkatan jumlah penduduk lokal produktif kedepannya sesuai dengan kebutuhan dimasa mendatang
2. Melakukan inovasi pada bidang pengelolaan sumber daya manusia khususnya
pembukaan kesempatan kerja seluas-luasnya bagi penduduk daerah lain disekitarnya yang memiliki kapabilitas dan kemampuan khusus yang sesuai dengan perkembangan sektor di Uchiko Town. Hal ini dapat dilakukan melalui promosi pariwisata dan kerja sama institusi pendidikan maupun perusahaan dengan skala lokal, nasional hingga internasional.
3. Pembentukan kelembagaan khusus yang menangani terkait dengan
pengelolaan SDM untuk kepentingan pembangunan ekonomi lokal baik SDM lokal maupun SDM yang berasal dari luar wilayah Uchiko Town guna menciptakan sistem pengelolaan SDM yang baik dan dapat memberikan solusi kurangnya tenaga kerja produktif di Uchiko Town.
4. Memperluas jaringan kelembagaan khusus PEL yang bergerak disalah satu
Pengem
5. Perlunya peningkatan kualitas infrastruktur yang memungkinkan Uchiko Town
untuk dapat meningkatkan variasi sektor pendukung agrikultur khususnya yang berkaitan dengan Agri Tourism. Peningkatan kualitas infrastruktur ini hanya memungkinkan jika terjadi indikasi peningkatan jumlah penduduk dan peningkatan skala Uchiko Town yang infrastrukturnya tidak dapat lagi mengakomodasi kegiatan masyarakat yang ada, baik kegiatan ekonomi lokal maupun kegiatan lainnya yang berupa aktivitas produksi, pariwisata hingga aktivitas sehari-hari.
6. Perlunya kebijakan pengendalian terhadap kemungkinan tumbuh dan
berkembangnya kegiatan-kegiatan produksi ekonomi dibeberapa sektor yang berpotensi memberikan dampak buruk bagi kualitas lingkungan di Uchiko Town.
Pengem
Pembangunan ekonomi lokal yang telah diterapkan oleh pemerintah, masyarakat dan pihak swasta di Uchiko Town telah memberikan berbagai sudut pandang baru dalam usaha untuk mewujudkan kemandirian ekonomi lokal dengan memanfaatkan sumber daya manusia lokal dan potensi alam lokal. Proses perkembangan pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town telah berlangsung cukup lama walaupun baru terlihat daya saing sektor unggulannya pada awal tahun 1990. Sektor unggulan, daya saing, dan potensi lokal adalah komponen-komponen utama yang sangat menentukan keberhasilan pembangunan ekonomi lokal. Uchiko Town telah menunjukkan perjalanan pembangunan ekonomi lokalnya melalui berbagai proses dan tahap perubahan di berbagai elemen pembangunan ekonomi lokal. Adapun berikut ini adalah beberapa hal yang dapat disimpulkan terkait dengan implementasi pembangunan ekonomi lokal partisipatif di Uchiko Town :
1. Terdapat empat periode sejarah perkembangan pembangunan ekonomi lokal
di Uchiko Town yang secara umum menunjukkan bahwa Uchiko Town memiliki sektor basis dan unggulan pada sektor agrikultur dan seiiring perkembangan zaman, dua sektor yakni sektor agrikultur dan pariwisata dikolaborasikan sehingga terbentuk konsep pembangunan ekonomi lokal berbasis agro tourism di Uchiko Town yang juga memperlihatkan proses kerjasama pemerintah, masyarakat dan swasta serta terbentuknya berbagai kelembagaan untuk mendukung pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town.
2. Saat ini, sektor basis di Uchiko Town masih berada pada sektor Agrikultur
Pengem
3. Tantangan utama dari pembangunan ekonomi lokal di Uchiko Town adalah
terkait kebutuhan akan tenaga kerja lokal produktif yang diharapkan dapat tetap memberikan daya dukungnya dimasa depan untuk terus mendukung kegiatan ekobomi lokal di Uchiko Town. Meskipun begitu, tantangan ini dapat diselesaikan dengan solusi pengelolaan tenaga kerja dari daerah lain dengan memperhatikan prinsip PEL bahwa PEL mengutamakan pemanfaatan potensi SDM lokal untuk menggerakkan roda perekonomian di Uchiko Town
Adapun pembelajaran (Lesson learned) yang penyusun dapatkan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
- Konsep pengembangan ekonomi lokal di Uchiko Town ini memberikan
sejumlah besar “added value” kepada sumber daya alam melalui pengolahan dan pemasaran bagi manfaat komunitas lokal. Konsep ini bisa dikatalan
sebagai konsep swadaya lokal yaitu “kemampuan untuk berswasembada”.
- Pada tahap pengimplementasian PEL di wilayah studi, bisnis dinilai bukan
hanya menurut besaran jasa-jasa atau produk-produk yang dihasilkan tetapi juga berdasarkan multiplier-effect nya kepada ekonomi lokal.
- Pembangunan Ekonomi Lokal membutuhkan proses yang cukup panjang
Pengem
Blakely, Edward J. (1994). Planning Local Economic Development ; Theory and Practice. California. Sage Publications.
Glasson, John. (1990). An Introduction to Regional Planning Concepts, Theory and Practice. Melbourne, Hutchinson.
Halseth, Greg. 2010. The Next Rural Economy: Constructing Rural Place in Global Economic. CABI Publishing. North America
Kaneko, Hiromichi. (2011). Linking City and Farm Village : An Experiment to Rebuild Abundant Farm Community. DBJ Research Center on Global Warming. Discussion Paper Series No. 40
Munir, Risfan. (2007). Pengembangan Ekonomi Lokal Partisipatif : Masalah, Kebiajkan dan Panduan Pelaksanaan Kegiatan, LGSP.
Munir, Risfan. (2008). Perencanaan Pengembangan Ekonomi Lokal (Local Economic Development), Economic Development Specialist PERFORM PROJECT.
Soetomo (2011). Pemberdayaan Masyarakat. Mungkinkah Antitesisnya?. Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Sulistiyani, Ambar Teguh. (2004). Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan. Yogyakarta, Gaya Gava Media
Supriadi, Edy. (2007) Telaah Kendala Penerapan Pengembangan Ekonomi Lokal: Pragmatisme dalam Praktek Pendekatan PEL. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota 18 (2): 103-123.