• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah dan Biologi Sistem Saraf

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah dan Biologi Sistem Saraf"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Seluruh aktivitas didalam tubuh manusia diatur oleh sistem saraf. Dengan kata lain, sistem saraf berperan dalam pengontrolan tubuh manusia. Denyut jantung, pernafasan, pencernaan, dan urinaria dikontrol oleh sistem saraf. Sistem saraf juga mengatur aliran darah, dan konsentrasi osmotik darah.

Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Kemudian otak akan meneruskan rangsangan tersebut ke organ yang bersangkutan.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan sistem saraf? 2. Apa saja kelainan pada sistem saraf?

C. Tujuan Makalah

1. Untuk mengetahui kelainan-kelainan pada sistem saraf.

(2)

BAB II PEMBAHASAN A. Penyakit Epilepsi

1. Pengertian penyakit Epilepsi

Epilepsi (berasal dari kata kerja Yunani Kuno yang berarti "menguasai, memiliki, atau menimpa") adalah sekelompok gangguan neurologis jangka panjang yang cirinya ditandai dengan serangan-serangan epileptik. Serangan epileptik ini episodenya bisa bermacam-macam mulai dari serangan singkat dan hampir tak terdeteksi hingga guncangan kuat untuk periode yang lama. Dalam epilepsi, serangan cenderung berulang, dan tidak ada penyebab yang mendasari secara langsung sementara serangan yang disebabkan oleh penyebab khusus tidak dianggap mewakili epilepsi.

Dalam kebanyakan kasus, penyebabnya tidak diketahui, walaupun beberapa orang menderita epilepsi sebagai akibat dari cedera otak, stroke, kanker otak, dan penyalahgunaan obat dan alkohol, di antaranya. Kejang epileptik adalah akibat dari aktivitas sel sarafkortikal yang berlebihan dan tidak normal di dalam otak.[4] Diagnosisnya biasanya termasuk menyingkirkan kondisi-kondisi lain yang mungkin menyebabkan gejala-gejala serupa (seperti sinkop) serta mencari tahu apakah ada penyebab-penyebab langsung. Epilepsi sering bisa dikonfirmasikan dengan elektroensefalografi (EEG).

Dalam praktik, epilepsi didefinisikan sebagai dua atau lebih serangan epilepsi, yang terpisah lebih dari 24 jam, tanpa sebab yang jelas; sementara, serangan epilepsi didefinisikan sebagai tanda dan gejala sementara yang dihasilkan oleh aktivitas listrik abnormal di dalam otak. Epilepsi juga dapat dilihat sebagai gangguan dimana seseorang sudah mengalami paling tidak satu kejang epilepsi dengan risiko berkelanjutan untuk serangan selanjutnya.

(3)

2. Diagnosa penyakit Epilepsi

Dalam mendiagnosis epilepsi, hal utama yang akan dipelajari dokter adalah riwayat kesehatan dan pola hidup pasien. Dokter akan menanyakan mengenai ciri-ciri kejang yang dialami pasien.

Jika pasien tidak ingat mengenai detail kejang yang dialaminya, dokter bisa menanyakan hal tersebut kepada keluarga pasien.Jika pengecekan riwayat kesehatan dirasa tidak cukup untuk mendiagnosis epilepsi, dokter kemudian akan melakukan tes untuk memastikannya.

Tes tersebut di antaranya pemindaian dengan pencitraan resonansi magnetik atau MRI scan, yakni pendeteksian adanya cedera atau kelainan pada otak sebagai penyebab kejang.

Tes lainnya adalah Electroencephalogram atau EEG, yakni sebuah tes untuk memeriksa adanya gangguan pada impuls atau aktivitas elektrik di dalam otak yang mungkin menjadi penyebab terjadinya kejang.

3. Cara Pengobatan penyakit Epilepsi

Epilepsi memang tidak bisa disembuhkan, namun tersedia sejumlah obat-obatan anti-epilepsi yang dapat mengendalikan kejang. Banyak penderita epilepsi yang kejangnya berkurang, atau bahkan tidak mengalami kejang sama sekali selama bertahun-tahun setelah menjalani terapi pengobatan dengan obat anti epilepsi (OAE).

Dalam menentukan OAE yang paling cocok dengan pasien, dokter akan menyesuaikannya dengan usia, kondisi, dan frekuensi kejang yang dialami pasien. Selain itu, jika pasien sedang mengalami masalah kesehatan lainnya, dokter akan menyesuaikan OAE agar tidak bersinggungan dengan kinerja obat-obatan lainnya yang sedang dikonsumsi pasien.

Agar kejang dapat dicegah secara maksimal, pasien disarankan untuk selalu meminum obat sesuai dengan yang diresepkan dokter secara teratur. Selain itu, jika pasien ingin berhenti mengonsumsi atau beralih ke jenis OAE lainnya, sebaiknya tanyakan dahulu kepada dokter.

Segera beri tahu dokter jika Anda mengalami migrain, perubahan suasana hati, depresi, atau bahkan keinginan untuk bunuh diri setelah mengonsumsi OAE.

Berikut ini adalah jenis-jenis OAE yang telah tersedia pada saat ini:  Phenobarbital

(4)

Sodium valproateVigabatrinTopamaxTiagabineOxcarbazepineLevetiracetamLamotrigineGabapentin

Beberapa efek samping OAE yang umum dialami adalah mual, pusing, perubahan suasana hati, sakit perut, dan peningkatan berat badan. Sedangkan efek samping OAE yang tergolong parah, namun jarang terjadi adalah radang pada hati, ruam tingkat parah, depresi, dan pikiran untuk bunuh diri.

4. Cara pencegahan penyakit Epilepsi

Walaupun banyak kasus yang tidak dapat dicegah, usaha untuk mengurangi cedera kepala, yaitu dengan penanganan yang baik untuk wilayah sekitar kepala saat kelahiran, dan menekan parasit dari lingkungan seperti misalnya cacing pita dapat memberikan hasil yang efektif.[3] Langkah yang dilakukan di salah satu wilayah Amerika Tengah utuk menurunkan tingkat infeksi cacing pita telah berhasil menurunkan kasus baru epilepsi hingga 50%.

B. Penyakit Self Injury

1. Pengertian penyakit Self Injury

Self injury atau self harm (menyakiti/melukai diri sendiri) merupakan tindakan menimbulkan luka-luka pada tubuh diri sendiri secara sengaja. Tindakan ini dilakukan tidak dengan tujuan bunuh diri tetapi sebagai suatu cara untuk melampiaskan emosi-emosi yang terlalu menyakitkan untuk diekspresikan dengan kata-kata. Self injury dapat berupa mengiris, menggores kulit atau membakarnya, melukai atau mememarkan tubuh lewat kecelakaan yang sudah direncanakan sebelumnya. Dalam kasus-kasus yang lebih ekstrim mereka bahkan mematahkan tulang-tulang mereka sendiri, memakan barang-barang yang berbahaya, mengamputasi tubuh mereka sendiri, atau menyuntikkan racun ke dalam tubuh.

(5)

terdapat kecenderungan semakin meningkatnya jumlah remaja dan dewasa muda yang melakukan self injury sehingga topik ini harus dipahami dengan lebih baik.

Secara ringkas self injury didefinisikan sebagai mekanisme coping yang digunakan seorang individu untuk mengatasi rasa sakit secara emosional atau menghilangkan rasa kekosongan kronis dalam diri dengan memberikan sensasi pada diri sendiri. Self injury merupakan mekanisme coping yang kejam dan merusak namun banyak orang melakukannya karena memang mekanisme tersebut bekerja dan bahkan bisa menyebabkan kecanduan.

Menurut Patti Adler, seorang professor sosiologi di University Colorado, melihat perihal menyakiti diri sendiri sebagai semacam "pertolongan diri", daripada ekspresi yang mendekati bunuh diri. Melukai diri, menurutnya, cenderung mengarah pada mengurangi ketegangan, euforia, perasaan seksual yang meningkat, kemarahan, kepuasan keinginan menghukum diri sendiri, keamanan, keunikan, manipulasi orang lain, dan membantu dari perasaan depresi, kesepian, kehilangan, dan keterasingan. Oleh karena itu, self injury dibedakan dari bunuh diri walau keduanya sama-sama menyebabkan luka fisik pada tubuh. Perilaku ini bertujuan untuk mencapai pembebasan dari emosi yang tak tertahankan, perasaan bahwa dirinya tidak nyata, dan mati rasa.

2. Cara Pengobatan penyakit Self Injury

Bisa Disembuhkan Untuk penanganan kasus ini dibutuhkan perhatian ekstra. Self injury kerapkali menimbulkan kesulitan, baik untuk diri sendiri (sang pelaku) maupun psikiater yang bertugas menjadi terapisnya. Sangat berbahaya jika mereka tidak ditangani secara tepat. Bisa-bisa, perilaku self-injury berubah menjadi usaha bunuh diri beneran.

Luka-luka fisik yang terdapat dalam tubuh pelaku self-injury membuat mereka sungkan untuk mencari pertolongan. Ketika luka-luka tersebut sudah sangat parah, barulah mereka datang ke unit gawat darurat.

Terapi terbaik untuk seorang pelaku self-injury adalah dengan

(6)

 mencoba aktivitas bersama-sama dengan teman seperti piknik atau olahraga bersama

 menyibukkan diri anda dengan kegiatan sosial atau melakukan hobi anda untuk mengalihkan perhatian anda dari tindakan menyakiti diri sendiri  menenangkan diri sendiri dengan meditasi, yoga atau berdoa

 beristirahat yang cukup.

C. Penyakit Skizofrenia

1. Diagnosa penyakit Skizofrenia

Skizofrenia didiagnosis berdasarkan kriteria dari panduan Asosiasi Psikiatri Amerika Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders , versi DSM-IV-TR, atau dari Organisasi Kesehatan Dunia International Statistical Classification of Diseases and Related Health Problems, yaitu ICD-10. Kriteria ini menggunakan pengalaman swalapor dari penderita dan kejanggalan perilaku yang dilaporkan, yang kemudian diikuti dengan penilaian klinis oleh seorang profesional bidang kesehatan mental. Gejala yang dikaitkan dengan skizofrenia berlangsung dalam suatu rangkaian kesatuan dalam populasi dan harus mencapai suatu tingkat keparahan sebelum diagnosis ditegakkan. Sampai dengan 2009 belum ada tes yang objektif.

a. Kriteria

Kriteria ICD-10 biasanya digunakan di negara-negara Eropa, sementara kriteria DSM-IV-TR digunakan di Amerika Serikat dan seluruh dunia, dan sering digunakan dalam studi-studi riset. Kriteria ICD-10 memberi penekanan pada gejala peringkat pertama Schneiderian. Pada praktiknya, kesepakatan antara kedua sistem adalah tinggi.

Menurut edisi keempat yang direvisi dari Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR), agar bisa didiagnosis menderita skizofrenia, tiga kriteria diagnostik harus dipenuhi:

1. Gejala karakteristik: Dua atau lebih dari gejala berikut, masing-masing hadir dengan frekuensi sering selama periode satu bulan (atau kurang, jika gejala berkurang karena pengobatan).

 Waham

 Halusinasi

(7)

 Perilaku yang tidak teratur secara kasar (misalnya berpakaian yang tidak sesuai, sering menangis) atau perilaku katatonik

 Gejala negatif: Tumpulnya emosi (kurang atau menolak memberikan respons emosional), alogia (kurang atau menolak bicara), atau avolisi (kurang atau menolak motivasi)

Jika waham dinilai aneh, atau halusinasi meliputi mendengar satu suara yang berpartisipasi dalam komentar yang terus menerus terhadap tindakan pasien atau mendengar dua atau lebih suara yang bercakap-cakap satu sama lain, hanya gejala di atas yang diperlukan. Kriteria bicara tidak teratur hanya dipenuhi jika cukup parah untuk mengganggu komunikasi secara substansial.

2. Disfungsi sosial atau okupasional: Selama suatu waktu yang signifikan sejak mulainya gangguan, satu atau lebih daerah fungsi seperti kerja, hubungan interpersonal, atau perawatan diri, menjadi sangat rendah dibandingkan level yang dicapai sebelum gangguan.

3. Durasi yang signifikan: Tanda-tanda gangguan yang kontinu bertahan selama setidaknya enam bulan. Periode enam bulan ini harus termasuk setidaknya satu bulan gejala (atau kurang, jika gejala berkurang karena pengobatan).

b. Subtipe

DSM-IV-TR mengandung lima subklasifikasi skizofrenia, meskipun para pengembang DSM-5 merekomendasikan agar subklasifikasi ini dihilangkan dari klasifikasi yang baru:

 Tipe paranoid: Terdapat waham atau halusinasi auditori, tetapi tidak ada gangguan pemikiran, perilaku yang tidak teratur, atau ketumpulan afektif. Waham yang ada merupakan waham menyiksa dan/atau waham kebesaran, tetapi sebagai tambahan, dapat juga hadir tema-tema lain seperti kecemburuan, religiusitas, atau somatisasi. (Kode DSM 295.3/kode ICD F20.0)

 Tipe tidak teratur : Diberi nama skizofrenia hebefrenik dalam ICD. Gangguan

pemikiran dan ketumpulan afektif hadir secara bersamaan. (Kode DSM 295.1/kode ICD F20.1)

 Tipe katatonik : Subjek mungkin hampir tidak bisa bergerak atau menampakkan gerakan gelisah tanpa sebab. Gejala dapat termasuk stupor katatonik dan fleksibilitas lilin. (Kode DSM 295.2/kode ICD F20.2)

(8)

 Tipe residual: Gejala positif hadir hanya dalam intensitas rendah. (Kode DSM 295.6/kode ICD F20.5)

Kriteria ICD-10 memberikan dua subtipe tambahan:

 Depresi pascaskizofrenia: Episode depresi yang terjadi setelah sakit skizofrenia, yakni ketika beberapa gejala skizofrenia ringan mungkin masih dapat ditemukan. (ICD code F20.4)

 Skizofrenia sederhana: Gejala negatif dan dominan berkembang perlahan-lahan

dan progresif tanpa riwayat episode psikotik. (kode ICD F20.6)

Diagnosis banding

Gejala psikotik dapat ditemukan pada beberapa gangguan mental lainnya, termasuk gangguan bipolar, gangguan kepribadian borderline/perbatasan, intoksikasi obat danp sikosis dipicu obat. Waham ("non-bizarre"/tidak aneh) juga ditemukan pada gangguan waham, dan menarik diri dari lingkungan sosial pada gangguan kecemasan sosial,gangguan kecemasan menghindar dan gangguan kepribadian skizotipik. Skizofrenia sering ditemukan bersamaan dengan gangguan obsesif-kompusif (OCD) dan cukup bermakna dibandingkan dengan yang dapat terjadi secara murni kebetulan, meskipun sulit untuk membedakan antara obsesi yang terjadi pada OCD dengan waham skizofrenia.

Diperlukan pemeriksaan fisik umum dan neurologis lebih lanjut untuk menyingkirkan penyakit yang kadang dapat menyebabkan gejala psikotik mirip skizofrenia, sepertigangguan metabolik, infeksi sistemik, sifilis, infeksi HIV, epilepsi, dan lesi otak. Kemungkinan delirium perlu disingkirkan, yang dapat dibedakan melalui halusinasi penglihatan, onset akut, dan tingkat kesadaran yang naik turun, dan menandakan adanya penyakit medis yang mendasarinya. Penyelidikan biasanya tidak perlu diulang untuk relaps, kecuali apabila terdapat indikasi medis yang spesifik atau kemungkinan efek samping dari obat antipsikotik.

2. Cara

Pengobatan

penyakit Skizofermia

Pengobatan psikiatri lini pertama untuk skizofrenia adalah obat antipsikotik, yang dapat mengurangi gejala positif psikosis dalam waktu sekitar 7-14 hari. Namun, obat antipsikotik gagal untuk menghilangkan gejala negatif dan gangguan kognitif secara bermakna. Penggunaan jangka panjang menurunkan risiko relaps.

(9)

obat tipik atau antipsikotik atipik/tidak khas. Keduanya memiliki angka putus obat dan kekambuhan gejala apabila obat tipik digunakan pada dosis rendah hingga sedang. Respon yang baik ditemukan pada 40–50%, respon sebagian pada 30–40%, dan resistensi terhadap pengobatan (gagal menunjukkan respon gejala yang memuaskan setelah enam minggu pengobatan menggunakan dua atau tiga obat antipsikotik yang berbeda) pada 20% orang Klozapin adalah pengobatan yang efektif bagi mereka yang tidak menunjukkan respon pengobatan yang baik terhadap obat lain, namun memiliki potensi efek samping berat yaitu agranulositosis (jumlah sel darah putih menurun) pada 1–4%.

Berdasarkan pertimbangan efek samping, obat antipsikotik tipik memiliki efek samping ekstrapiramidal yang lebih tinggi, sedangkan obat atipik menyebabkan kenaikan berat badan yang bermakna, diabetes, dan risiko sindrom metabolik. Obat atipik memiliki efek samping ekstrapiramidal yang lebih sedikit, namun perbedaannya tidak besar. Beberapa obat atipik seperti quetiapine dan risperidon terkait dengan risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan dengan obat antipsikotik tipik perfenazin, sedangkan klozapin terkait dengan risiko kematian yang lebih rendah. Belum jelas apakah obat antipsikotik yang lebih baru menurunkan kemungkinan terjadinya sindrom keganasan neuroleptik, suatu gangguan neurologis yang jarang namun berat.

Untuk orang-orang yang tidak bersedia atau tidak mungkin meminum obat secara teratur, dapat digunakan bentuk sediaan obat antipsikotik kerja panjang depot untuk mengendalikan penyakit. Obat-obat ini menurunkan risiko peningkatan ke derajat yang lebih berat dibandingkan dengan obat minum. Saat digunakan bersama dengan intervensi psikososial, obat ini dapat meningkatkan kepatuhan jangka panjang terhadap pengobatan.

3. Cara pencegahan penyakit Skizofermia

(10)

psikotik yang dipicu ganja diikuti oleh terjadinya kondisi psikotik persisten pada sekitar setengah kasus.

Penelitian teoretis berlanjut pada strategi yang mungkin dapat menurunkan angka kejadian skizofrenia. Salah satu pendekatan berusaha memahami apa yang terjadi pada tingkat genetik dan neurologis yang dapat menyebabkan penyakit, sehingga dapat dikembangkan intervensi biomedis. Namun, efek genetik yang bermacam-macam dan bervariasi, masing-masing dalam skala kecil, yang berinteraksi dengan lingkungan, membuat hal ini menjadi sulit. Kemungkinan lain, strategi kesehatan masyarakat dapat secara selektif mengatasi faktor sosioekonomi yang dikaitkan dengan angka kejadian skizofrenia yang lebih tinggi pada beberapa kelompok, misalnya terkait imigrasi, etnisitas, atau kemiskinan. Strategi berskala populasi dapat menyediakan layanan untuk memastikan kehamilan yang aman dan pertumbuhan yang sehat, termasuk di area perkembangan psikologis seperti kecerdasan sosial. Namun, belum cukup bukti untuk menerapkan ide yang demikian untuk saat ini, dan sejumlah masalah yang lebih luas memang tidak spesifik pada skizofrenia

D. Penyakit Alzeimer

1. Pengertian penyakit Alzeimer

(11)

2. Diagnosa penyakit Alzeimer

Penyakit Alzheimer yang terdiagnosis sejak dini dapat membuat penderita memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan persiapan serta perencanaan untuk masa depan, dan yang lebih terpenting lagi adalah mendapatkan penanganan yang lebih cepat yang dapat membantu.

Dalam mendiagnosis penyakit Alzheimer, dokter akan bertanya terlebih seputar gejala yang dirasakan pasien atau mengenai riwayat kesehatan keluarganya. Tidak ada tes medis khusus untuk membuktikan seseorang mengidap Alzheimer. Pemeriksaan atau tes dilakukan untuk memastikan bahwa kondisi pasien bukan disebabkan oleh penyakit lain. Pemeriksaan lebih lanjut bisa meliputi:

Pemeriksaan darah di laboratorium. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui apakah ada kondisi lain selain penyakit Alzheimer yang menyebabkan pasien mengalami penurunan daya ingat atau kebingungan, misalnya seperti gangguan tiroid.

Pemeriksaan kesehatan saraf. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui seberapa baik fungsi saraf pasien, misalnya dengan menguji keseimbangan, koordinasi, daya refleks, kemampuan mendengar atau melihat, dan kekuatan otot saat bangun dari duduk atau pun berjalan.

Pemeriksaan mental dan neuropsikologi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan berpikir, daya ingat, serta fungsi mental si pasien, dengan mengacu pada umur serta tingkat pendidikannya.

Pemindaian otak. Pemeriksaan ini dilakukan guna mengetahui adanya kelainan di dalam otak yang mungkin dapat menjadi faktor pemicu penyakit Alzheimer. Pemindaian otak dapat dilakukan dengan menggunakan resonansi magnetik atau disebut MRI scan, dan juga dengan menggunakan sinar X atau disebut CT scan.

Biasanya pemeriksaan lebih lanjut untuk mendeteksi penyakit Alzheimer tersebut dilakukan oleh dokter spesialis, misalnya spesialis saraf.

3. Cara Pengobatan penyakit Alzeimer

(12)

Jenis obat-obatan yang biasanya diresepkan oleh dokter untuk penyakit Alzheimer adalahrivastigne, galantamine, donepezil, dan memantine. Keempat obat ini mampu meredakan gejala demensia dengan cara meningkatkan kadar dan aktivitas kimia di dalam otak.

Rivastigne, galantamine, dan donepezil biasanya digunakan untuk menangani penyakit Alzheimer dengan tingkat gejala awal hingga menengah. Sedangkan memantine biasanya diresepkan bagi penderita Alzheimer dengan gejala tahap menengah yang tidak dapat mengonsumsi obat-obatan lainnya. Memantine juga dapat diresepkan pada penderita Alzheimer dengan gejala yang sudah memasuki tahap akhir.

Selain melalui obat-obatan, pengobatan psikologis juga dapat diterapkan untuk menangani penyakit Alzheimer.

Stimulasi kognitif. Metode ini bertujuan meningkatkan daya ingat, kemampuan berkomunikasi, serta kemampuan dalam memecahkan masalah.  Terapi relaksasi dan terapi perilaku kognitif. Metode ini bertujuan mengurangi halusinasi, delusi, agitasi, kecemasan, depresi yang dialami oleh penderita Alzheimer.

(13)

makanan sehat yang rendah lemak, serta kaya serat dan omega-3, lebih sering bersosialisasi, melakukan kegiatan yang dapat menstimulasi pikiran seperti mengisi teka-teki silang atau membaca buku.

Jika Anda menderita penyakit Alzheimer atau memiliki keluarga yang menderita penyakit ini, lakukanlah tips berikut ini di rumah.

 Buatlah catatan mengenai hal-hal yang ingin Anda lakukan, dan tempel catatan tersebut di pintu, kulkas, dekat televisi, atau di mana pun yang mudah Anda lihat.

 Setel alarm pada jam atau ponsel sebagai pengingat, atau beri tahu orang yang Anda percaya mengenai rencana kegiatan yang akan Anda lakukan, dan mintalah pada mereka untuk mengingatkan.

 Simpan kontak kerabat, teman-teman, atau orang-orang yang Anda butuhkan di buku telepon dan di ponsel.

 Simpan kunci di tempat yang biasanya Anda ingat dan mudah terlihat.  Setel tanggal secara tepat pada ponsel agar Anda tidak lupa dengan hari atau

bila perlu mulailah berlangganan surat kabar tiap hari.

 Tempelkan label pada tiap wadah tertutup agar Anda tidak lupa isinya, misalnya pada laci atau lemari makanan.

 Pasang pegangan pada tangga atau kamar mandi untuk menghindari terjatuh.

 Kurangi jumlah cermin karena dapat membuat penderita Alzheimer kebingungan atau bahkan ketakutan.

 Atur perabotan agar tidak mengganggu dan membahayakan gerak penderita.

4. Cara pencegahan penyakit Alzeimer

Hingga kini belum ada cara pasti dalam mencegah penyakit Alzheimer karena penyebabnya yang belum diketahui. Namun dengan makin banyaknya informasi yang didapat dari penelitian, bukan tidak mungkin suatu saat nanti cara mencegah atau pun mengobati Alzheimer dapat ditemukan.

Penyakit jantung sering dikaitkan dengan risiko mengidap penyakit Alzheimer. Jika seseorang memiliki risiko tinggi terkena penyakit jantung, maka dirinya pun lebih rentan terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah beberapa langkah berikut ini agar jantung tetap sehat dan terhindar dari risiko terkena penyakit Alzheimer.

(14)

 Berhenti merokok dan batasi konsumsi minuman keras.

 Jika Anda menderita stroke, diabetes, hipertensi, atau kolesterol tinggi, teraturlah dalam mengonsumsi obat yang disarankan oleh dokter, serta menjalani nasihat dari dokter mengenai pola hidup sehat.

 Jika Anda mengalami kelebihan berat badan atau obesitas, berusahalah untuk menurunkan berat badan secara aman.

 Pastikan Anda selalu rutin memeriksakan tekanan darah, serta kadar kolesterol dan gula secara teratur agar Anda selalu waspada.

 Berolahraga secara rutin sedikitnya dua setengah jam tiap minggu, seperti bersepeda atau berjalan kaki.

Umumnya, orang-orang yang aktif secara sosial, fisik, dan mental tidak akan mudah terkena penyakit Alzheimer. Karena itu lakukanlah hal-hal yang menyenangkan yang dapat menstimulasi gerak tubuh dan pikiran Anda. Misalnya dengan mengikuti gerak jalan, menulis blog santai, membaca, bermain musik, dan bermain bulu tangkis.

E. Penyakit Parkinston

1. Pengertian penyakit Parkinston

Penyakit Parkinson adalah degenerasi sel saraf secara bertahap pada otak bagian tengah yang berfungsi mengatur pergerakan tubuh. Gejala yang banyak diketahui orang dari penyakit Parkinson adalah terjadinya tremor atau gemetaran. Tapi gejala-gejala penyakit Parkinson pada tahap awal sulit dikenali, misalnya:

 Merasa lemah atau terasa lebih kaku pada sebagian tubuh.  Gemetaran halus pada salah satu tangan saat beristirahat.

Setelah gejala awal di atas, maka akan muncul gejala-gejala yang akan dialami oleh penderita penyakit Parkinson:

 Tremor makin parah dan menyebar.  Otot terasa kaku dan tidak fleksibel.  Pergerakan menjadi lambat.

 Berkurangnya keseimbangan dan juga koordinasi tubuh.

Penderita penyakit ini juga bisa mengalami gejala fisik dan psikologis lain seperti depresi,konstipasi, sulit tidur atau insomnia, kehilangan indera penciuman atau anosmia, bahkan muncul masalah daya ingat.

(15)

Pada tahap awal, penyakit Parkinson sangat sulit untuk didiagnosis. Hingga saat ini, belum ada satu tes khusus untuk memastikan adanya penyakit Parkinson tapi dokter akan memeriksa gejala yang muncul, riwayat kesehatan, dan melakukan beberapa tes mental atau fisik sederhana.

Tidak ada tes darah maupun tes laboratorium yang bisa memastikan diagnosis penyakit Parkinson. Oleh karena itu, deteksi dini terhadap penyakit ini makin sulit. Tes lain seperti CT scan dan juga MRI bisa dilakukan untuk memastikan gejala yang ada bukan karena penyakit lain.

Saat penyakit Parkinson bertambah parah, terkadang gejalanya sulit untuk dikenali, dan bisa disalahartikan dengan penyakit lainnya. Gejala tremor bisa tidak terlihat ketika pasien duduk, dan perubahan postur yang terjadi bisa dianggap sebagai akibat dari osteoporosis. Perlu diketahui, ada beberapa penderita penyakit Parkinson yang tidak memiliki gejala tremor.

Dokter akan mengamati gejala pada pasien selama beberapa waktu. Gejala seperti tremor, kekakuan otot, serta lambatnya gerakan akan diperhatikan. Pemeriksaan fisik seperti gerakan refleks, keseimbangan, kekuatan otot, dan fungsi otak juga akan dilakukan oleh dokter.

Diagnosis penyakit Parkinson akan berdasarkan pada penelitian dokter akan sifat dan gerakan pasien serta tes fisik dan mental yang dilakukan.

3. Cara Pengobatan penyakit Parkinston

Pengobatan yang dilakukan untuk penyakit Parkinson difokuskan untuk meredakan gejala yang muncul dan juga menjaga agar pasien bisa tetap beraktivitas sehari-hari semaksimal mungkin. Hingga kini, belum ada obat yang bisa menyembuhkan penyakit ini sepenuhnya.

Pada tahap awal penyakit Parkinson, pengobatan mungkin tidak perlu dilakukan, mengingat gejala yang terjadi masih ringan. Tapi pertemuan rutin dengan dokter dianjurkan untuk mengawasi kondisi kesehatan Anda.

Pelajari dan tanyakan risiko dan manfaat tiap jenis pengobatan yang dilakukan untuk penyakit Parkinson. Dengan ini, Anda bisa lebih mudah dalam menentukan dan mengikuti proses pengobatan yang ada.

Terapi untuk Penyakit Parkinson

Berikut ini adalah beberapa terapi yang disarankan untuk membantu meredakan gejala yang muncul akibat penyakit Parkinson:

(16)

mempertahankan kelenturan tubuh. Terapi ini akan melatih kemampuan dan stamina agar penderita bisa melakukan aktivitas tanpa bergantung kepada orang lain.

Perubahan menu makanan. Salah satu gejala dari penyakit Parkinson adalah terjadinya konstipasi. Kondisi ini bisa dikurangi dengan lebih banyak mengonsumsi air dan makanan berserat tinggi. Jika penderita mengalami tekanan darah rendah terutama saat bangkit berdiri, asupan garam bisa ditingkatkan untuk membantu mengatasinya.

Terapi wicara. Penderita penyakit Parkinson cenderung mengalami kesulitan atau bermasalah dalam berbicara. Jika diperlukan, ahli terapi wicara bisa membantu meningkatkan cara berbicara.

Obat-obatan Penyakit Parkinson

Gejala-gejala utama, seperti tremor dan gangguan pada pergerakan tubuh, bisa dikurangi dengan obat-obatan. Tapi tidak semua obat cocok untuk semua orang, dan reaksi terhadap obat itu juga berbeda-beda. Berikut ini adalah obat-obatan yang biasa diberikan:

Levodopa. Obat ini diserap oleh sel-sel saraf dalam otak dan diubah menjadi senyawa kimia dopamine. Dengan meningkatkan kadar dopamine, levodopa membantu mengatasi gangguan pergerakan tubuh. Jenis obat levodopa yang lain yang dipakai untuk mengatasi gangguan suasana hati adalah duodopa.

Dopamine agonist. Obat ini berfungsi untuk menggantikan dopamine di

dalam otak dengan efek yang sama seperti

levodopa. Dopamine agonist umumnya digunakan pada tahap awal Parkinson karena efek samping yang ditimbulkan tidak sekuat levodopa.  Monoamine oxidase-b inhibitors (MAO-B). Obat ini berfungsi

menghambat senyawa kimia otak yang menghancurkan dopamine. Yang termasuk dalam MAO-B adalahselegiline dan rasagiline. MAO-B bisa dikonsumsi bersamaan dengan levodopa ataudopamine agonist. Obat ini membantu meredakan gejala penyakit Parkinson, meski dampaknya tidak sekuat levodopa.

(17)

Untuk mengetahui dosis, aturan pakainya, tanyakan kepada dokter yang menangani Anda. Selain itu, tanyakan tentang efek dan risiko dari masing-masing obat-obatan terhadap tubuh Anda.

Operasi pada Penyakit Parkinson

Operasi hanya dianjurkan jika penanganan dengan obat-obatan pada penyakit Parkinson tidak bisa meredakan gejala yang muncul. Operasi ini dikenal sebagai deep brain stimulisation atau stimulasi otak dalam yang bekerja dengan merangsang bagian otak yang terganggu akibat penyakit Parkinson. Walau tidak menyembuhkan, prosedur ini mampu mengurangi gejala Parkinson bagi sebagian penderitanya.

Mengatasi Gejala Lain Akibat Penyakit Parkinson

Penyakit Parkinson dapat menimbulkan gejala lanjutan lain seperti depresi dan serangan kecemasan. Untuk mengatasinya, Anda bisa lakukan penanganan sendiri, terapi, atau dengan obat-obatan. Baca selengkapnya tentang pengobatan depresi.

Insomnia yang muncul akibat penyakit Parkinson bisa diatasi dengan cara mengatur rutinitas waktu tidur Anda. Terapi dan obat-obatan juga bisa membantu dalam mengatasi insomnia. Baca selengkapnya tentang pengobatan insomnia.

Untuk mengatasi gejala inkontinensia urin, Anda bisa berlatih cara mengencangkan otot panggul, menggunakan dengan obat-obatan dan operasi pada kasus yang parah.

Penderita Parkinson juga dapat mengalami disfagia atau kesulitan dalam menelan. Ketika ini terjadi, makanan akan perlu diproses dan dilembutkan sebelum diberi kepada penderita.

4. Cara pencegahan penyakit Parkinston

 Menghindari trauma otak dengan menghindari benturan yang keras karena pada dasarnya penyakit

 Meningkatkan latihan fisik dan aktivitas mental

 Menjauh dari zat beracun

 Menghindari kelelahan mental

 Membatasi asupan vitamin B6

 Mengenakan sesuatu yang sederhana

 Memiliki cara makan yang benar

(18)

 Mengkonsumsi teh hijau

 Menerapkan pola hidup yang sehat dan mengkonsumsi makanan bernutrisi

 Melakukan olahraga dengan teratur

 Pola Makan Pencegahan Parkinson

 Menghindari lemak hewani

 Menghindari Produk Susu

 Minum minumam berkafein

F. Penyakit Meningitis

1. Pengertian penyakit Meningitis

Meningitis adalah infeksi pada meninges (selaput pelindung) yang menyelimuti otak dan saraf tulang belakang. Ketika meradang, meninges membengkak karena infeksi yang terjadi. Sistem saraf dan otak bisa rusak pada beberapa kasus. Tiga gejala meningitis yang patut diwaspadai adalah demam, sakit kepala, dan leher yang terasa kaku.

Meningitis di Indonesia

Data meningitis di seluruh Indonesia belum ada yang tepat karena kasus meningitis sering kali disangka sebagai penyakit atau infeksi lain. Dilihat dari tingkat fatal penyakit meningitis, penyakit ini patut diwaspadai dan tidak boleh dianggap enteng.

Data penderita meningitis di Indonesia yang terbaru berasal dari kedokteran anak. Menurut data di rumah sakit rujukan nasional (RSCM), dalam satu tahun (Oktober 2003 hingga Oktober 2004) jumlah bayi penderita meningitis bakterialis berjumlah 18 jiwa dari total 3289 kelahiran dengan memenuhi kriteria positif pada pemeriksaan kultur cairan sumsum tulang belakang dan gambaran pleiositosis (peningkatan jumlah sel darah putih pada cairan sumsum tulang belakang).

(19)

Gejala Meningitis yang Terjadi pada Anak-anak

Penyakit ini sering diderita oleh bayi dan anak-anak, tapi semua orang di segala usia bisa mengidap meningitis juga. Tanda-tanda yang terjadi pada anak-anak adalah:

 Mereka mungkin merasa gelisah, tapi tidak ingin disentuh  Demam tinggi dengan tangan dan kaki terasa dingin

 Menangis seperti melengking (high pitched cry) secara terus menerus  Terlihat bingung, lemas, dan kurang responsif

 Beberapa anak akan mudah mengantuk dan sulit dibangunkan

 Mungkin ada ruam merah yang tidak hilang ketika gelas digulirkan dengan sedikit ditekan di atasnya

 Menolak menyusu atau makan disertai muntah  Kejang-kejang

 Demam dengan tinggi suhu 38°C atau lebih dengan kaki dan tangan terasa dingin

Terdapat kemungkinan bahwa tidak semua orang akan mengalami semua gejala-gejala di atas. Cari bantuan medis secepatnya jika Anda melihat (septikemia). Penderita meningitis bakterialis kebanyakan bayi berusia dibawah satu tahun.

(20)

Sedangkan penyebab meningitis virus adalah virus yang bisa menyebar melalui batuk, bersin dan lingkungan yang tidak higienis. Meningitis virus memiliki kesamaan gejala dengan flu. Anak berusia di bawah lima tahun dan seseorang dengan sistem kekebalan tubuh lemah memiliki risiko lebih besar untuk tertular meningitis virus.

Meningitis jamur

Meningitis jamur biasanya merupakan hasil dari menyebarnya jamur di sumsum tulang belakang melalui aliran darah. Resiko seseorang terkena meningitis jamur akan meningkat ketika sistem kekebalan tubuhnya terganggu, seperti pada penderita HIV dan kanker. Beberapa gejala meningitis jamur adalah penderita akan sensitif terhadap cahaya dan merasa kebingungan.

Meningitis parasit

Meningitis jenis ini disebabkan oleh parasit yang biasanya masuk ke dalam tubuh melalui hidung. Amuba yang menyebabkan meningitis parasit umumnya adalahNaegleria fowleri. Amuba ini biasanya ditemukan pada danau, sungai air tawar yang bersuhu hangat, sumber air panas bumi, kolam renang yang tidak dirawat, pemanas air dan tanah.

Meningitis Non-infeksi

Ada lebih dari satu faktor penyebab meningitis non-infeksi. Meningitis jenis ini tidak menular dan memiliki gejala umum yang sama seperti meningitis jenis lainnya.

2. Diagnosa penyakit Meningitis

Diagnosis meningitis sulit dilakukan karena gejalanya muncul secara tiba-tiba dan mirip dengan gejala flu. Disarankan untuk segera mencari bantuan medis jika melihat gejala meningitis, terutama jika terjadi pada anak-anak. Anda mungkin harus pergi ke IGD (Instalasi Gawat Darurat) rumah sakit terdekat kapan pun gejala tersebut muncul. Jangan menunggu munculnya ruam berwarna ungu karena tidak semua pengidap meningitis mengalami ruam pada tubuhnya.

3. Cara Pengobatan penyakit Meningitis

(21)

Kondisi pasien meningitis virus biasanya akan membaik dalam beberapa minggu. Penanganan meningitis virus bisa dilakukan dengan banyak istirahat dan minum obat pereda rasa sakit untuk sakit kepala. Sedangkan pengobatan meningitis pada pasien meningitis bakterialis, bisa dirawat dengan antibiotik atau obat-obatan untuk mengatasi infeksi yang disebabkan bakteri. Perawatan perlu dilakukan di rumah sakit. Untuk kasus yang lebih parah, disarankan dirawat di Unit Perawatan Intensif (ICU) agar fungsi vital tubuh bisa dipantau dengan saksama.

Vaksinasi Penyakit Meningitis

Di Indonesia, terdapat dua jenis vaksin meningitis, yaitu vaksin meningokokus polysakarida dan vaksin meningokokus konjugat. Vaksin meningokokus polysakarida bisa diberikan untuk usia berapa pun dan mampu memberi perlindungan sebesar 90-95 persen. Untuk anak di bawah usia 5 tahun, vaksin ini bisa bertahan 1-3 tahun. Sedangkan untuk dewasa akan melindungi selama 3-5 tahun. Untuk vaksin mengingokokus konjugat hanya untuk usia 11-55 tahun, biasanya diberikan pada jamaah haji dan tidak dianjurkan dijadikan sebagai imunisasi rutin.

4. Cara pencegahan penyakit Meningitis

(22)

BAB III PENUTUP A. Kesimpulan

Sistem koordinasi merupakan suatu sistem yang mengatur kerja semua sistem organ agar dapat bekerja secara serasi. Sistem koordinasi itu bekerja untuk menerima rangsangan, mengolahnya dan kemudian meneruskannya untuk menaggapi rangsangan. Setiap rangsangan-rangsangan yang kita terima melalui indera kita, akan diolah di otak. Namun, tak semua saraf bekerja dengan baik ketika terdapat kelainan seperti gangguan neurologis, gangguan mental, usia yang semakin bertambah menyebabkan kurangnya dopamine, penyakit menular maupun stroke ataupun kelainan pada pembuluh darah.

B. Saran

1. Diharapkan kepada semua pihak yang terkait dapat memberikan saran agar penyempurnaan makalah ini dapat terlaksana dengan baik.

2. Diharapkan agar makalah ini dapat diterima dengan baik meskipun dalam pengerjaannya terdapat banyak kesalahan.

(23)

DAFTAR PUSTAKA http://wikipedia.com

file:///H:/bio/Diagnosis%20Epilepsi%20-%20Alodokter_files/saved_resource(4).html

file:///H:/bio/Diagnosis%20Meningitis%20-%20Alodokter_files/push.html

(24)
(25)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pengujian simultan yang dilakukan penulis membuktikan adanya pengaruh faktor eksternal dan internal yang meliputi Return on Assets (ROA), Return on Equity

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraukan diatas, maka rumusan masalah yang akan dibahas adalah bagaimana cara memperkenalkan dan membangun sebuah sistem

Pengawasan (controlling) memiliki arti yaitu pengendalian. Menetapkan standar/ alat ukur, alat ukur atau standar yang ditetapkan dapat berupa rencana kerja, program kerjadan

Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. Pada kawasan tersebut terjadi genangan setinggi sekitar 40–60 cm dengan lama genangan 4-8 jam yang diakibatkan air dari saluran

(1) Bidang Pendapatan I mempunyai tugas pokok melaksanakan kegiatan pengelolaan Pajak Daerah Lainnya dan Retribusi Daerah Lainnya yang meliputi : pendataan

Merespon makna secara akurat, lancar dan berterima dalam teks lisan fungsional pendek sederhana (misalnya pengumuman, iklan, undangan dll.) resmi dan tak resmi dalam berbagai

7) Saat bertanding setiap peserta akan diawasi oleh satu orang marshall. 8) Skenario permainan atau game yang diterapkan adalah Sabotage. 9) Dalam skenario ini peserta hanya

Kemuadian, Pengujian variabel moderasi pada pengaruh pene- rapan e-filling terhadap kepatuhan wajib pajak orang pribadi dimana meng- indikasikan bahwa efek moderasi