• Tidak ada hasil yang ditemukan

Masuknya Tergugat Intervensi pada Gugata

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Masuknya Tergugat Intervensi pada Gugata"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Masuknya Tergugat Intervensi pada Gugatan PTUN (Studi

Kasus Buruh Kontrak Alih-daya di PTUN Bandung)

Tugas Mata Kuliah Peradilan Tata Usaha Negara 26 Nopember 2012

Disusun Oleh:

Sentot E Baskoro – 102.0612.032

(2)

Masuknya Tergugat Intervensi pada Gugatan PTUN (Studi

Kasus Buruh Kontrak Alih-daya di PTUN Bandung)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pengadilan Tata Usaha Negara Bandung dalam sidang putusannya tanggal 26 April 2012 menolak gugatan yang dilakukan oleh perusahaan PMA PT. Iwata Indonesia yang berlokasi di kawasan industri Sentul - Bogor, terhadap Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinsosnaker Kabupaten Bogor nomor 566.6236/Wasnaker/2011 tanggal 29 Nopember 2011 tentang penetapan status hubungan kerja kontrak (PKWT) di PT. Kreatif Fortuna Bingkai (perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh) menjadi pekerja tetap (PKWTT) pada PT. Iwata Indonesia sejak pekerja mulai bekerja dan mewajibkan kepada PT. Iwata Indonesia untuk membayar kekurangan hak pekerja meliputi upah, THR, cuti tahunan dan premi Jamsostek. Dalam gugatannya PT. Iwata Indonesia mengklaim bahwa pihaknya tidak bertanggung jawab atas masa kerja dan hak-hak pekerja subkontrak eks-PT. Kreatif Fortuna Bingkai sebagaimana tercantum dalam Penetapan Disnaker Kabupaten Bogor terkait status hubungan kerja dan tanggung jawab PT. Iwata Indonesia atas kekurangan pembayaran hak pekerja subkontrak tersebut.

Majelis Hakim PTUN Bandung yang diketuai oleh Disiplin F. Manao, S.H., M.H dalam sidang pembacaan Putusan menegaskan bahwa berdasarkan bukti-bukti yang diajukan oleh PT. Iwata Indonesia maupun pekerja selaku Tergugat II Intervensi, secara yuridis pekerja kontrak atau alih-daya (outsourcing) tersebut adalah Karyawan PT. Iwata Indonesia, dan karenanya berdasarkan pertimbangan hukum atas prosedur, kewenangan dan substansi Penetapan Disnaker Kabupaten Bogor, gugatan perusahaan dinyatakan ditolak.

Pada gugatan tersebut dimasukkan Tergugat II Intervensi yang terdiri dari beberapa orang yang tidak disebutkan namanya secara rinci. Adanya penambahan tergugat pada proses perkara di PTUN ini menarik perhatian penulis untuk membuat makalah yang berjudul “Masuknya Tergugat Intervensi pada Gugatan PTUN (Studi Kasus Buruh Kontrak Alih-daya di PTUN Bandung).”

(3)

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang penulis angkat, sesuai dengan latar belakang masalah di atas, yaitu:

1. Apa yang dimaksud dengan Tergugat Intervensi?

2. Bagaimana proses masuk dan peran Tergugat Intervensi ini dalam perkara PTUN ini?

1.3. Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penulisan yang penulis angkat yaitu: 1. Untuk mengetahui yang dimaksud dengan Tergugat Intervensi.

2. Untuk mengetahui proses masuk dan peran Tergugat Intervensi ini dalam proses perkara PTUN ini.

1.4. Metode Penulisan

Dalam menyusun tulisan makalah ini, digunakan metode normatif dengan menggunakan sepenuhnya data sekunder seperti pencarian informasi serta data yang didapat dari berbagai sumber seperti internet dan media massa seperti koran dan majalah, yang meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan lain-lain. Menurut Prof. CFG Sunaryati Hartono, bahan hukum primer terdiri dari Undang-undang Dasar dan berbagai dokumen resmi yang memuat ketentuan hukum, seperti Undang-undang, Peraturan pemerintah Pengganti Undang-uandang, dan lain sebagainya.

Sedangkan bahan sekunder adalah seperti textbook (buku atau literatur yang terkait dengan obyek penulisan), laporan penelitian dan lain sebagainya. Bahan-bahan tersebut dipergunakan untuk memberikan informasi atau hal-hal yang berkaitan dengan bahan hukum primer serta implementasinya.

Selain bahan hukum tersebut, bahan lain yang juga dipergunakan adalah bahan hukum tertier, yang berfungsi untuk memberikan petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer ataupun bahan hukum sekunder.

(4)

BAB II

PEMBAHASAN

1.1. Duduk Perkara

Obyek gugatan dalam perkara ini adalah Surat Keputusan Tata Usaha Negara berupa Penetapan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi Kabupaten Bogor Nomor : 566.6236/Wasnaker/2011 tanggal 29 Nopember 2011 tentang Penetapan Kasus Pekerja PT. Iwata Indonesia d/h PT. Kreatif Fortuna Bingkai yang diterbitkan oleh Tergugat. Adapun duduk perkaranya adalah kenyataan bahwa PENGGUGAT adalah perusahaan yang didirikan berdasarkan hukum Indonesia dan jumlah tenaga kerja saat ini adalah ± 250 (lebih kurang dua ratus lima puluh) tenaga kerja.

Dalam prakteknya PENGGUGAT telah menyerahkan sebagian pekerjaannya kepada PT. Kreatif Fortuna Bingkai (selanjutnya disebut PT. KFB) sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian Kerjasama mengenai Pekerja Borongan antara PT. Iwata Indonesia dengan PT. KFB tertanggal 2 Januari 2008 yang ditandatangani oleh Kuniyoshi Yamamoto mewakili PT. Iwata Indonesia dan Arie Imam Sulistyo mewakili PT. KFB.

Adapun inti dari Perjanjian Kerjasama mengenai Pekerja Borongan tersebut adalah Penggugat telah menyerahkan sebagian pekerjaan kepada PT. KFB terbatas kepada pekerjaan Wood Working, Pekerjaan Sub Assembly dan Pekerjaan Assembly.

Kemudian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Perjanjian Kerjasama tersebut maka Penggugat memiliki kewajiban untuk membayar sejumlah uang atas jasa yang dilakukan oleh PT. KFB kepada Penggugat. Dikarenakan sifat dari Perjanjian Kerjasama tersebut adalah bersifat borongan maka hak dari Penggugat adalah terselesaikannya seluruh order pekerjaan oleh PT. KFB sebagaimana dimintakan oleh Penggugat. Di lain pihak Penggugat memiliki kewajiban untuk membayar sejumlah uang jasa atas borongan pekerjaan yang dilakukan oleh PT. KFB. Berangkat dari kondisi tersebut, maka posisi dari Penggugat adalah pemberi pekerjaan/borongan atau dengan kata lain Penggugat hanya bersifat menunggu hasil pekerjaan yang dilakukan oleh PT. KFB, sedangkan mengenai siapa yang mengerjakan dan bagaimana hasil pekerjaan adalah menjadi tanggung jawab dari PT. KFB.

Dengan demikian, Perjanjian Kerjasama mengenai Pekerja Borongan tersebut membuktikan adanya hubungan hukum perdata yang terjadi antara Penggugat dengan PT. KFB.

1.2. Tergugat Intervensi

(5)

Bahwa dalam Gugatannya Penggugat mengakui telah menyerahkan sebagian pekerjaannya kepada PT. Kreatif Fortuna Bingkai (selanjutnya disebut sebagai PT. KFB) sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian Kerjasama Mengenai Pekerja Borongan antara PT. Iwata Indonesia dengan PT. KFB tertanggal 2 Januari 2008 yang ditandatangani oleh Kuniyoshi Yamamoto mewakili PT. Iwata Indonesia dan Aria Iman Sulistyo mewakili PT. KFB terbatas kepada Pekerjaan Wood Working, Pekerjaan Sub Assembly dan Pekerjaan Assembly

1.3. Proses Tergugat Intervensi

Proses dimulai dari perjuangan lebih dari 140 pekerja kontrak (PKWT) di PT. KFB, sebuah perusahaan dalam perusahaan PT. Iwata Indonesia yang melakukan praktek pemborongan akal-akalan dalam bentuk penyediaan jasa pekerja dan buruh sejak tahun 2003, yang didukung oleh lebih dari 100 orang pekerja tetap (PKWTT) dan bergabung dengan SP KAHUTINDO PT. Iwata Indonesia dengan melakukan upaya advokasinya mulai bulan April 2011.

Dalam persidangan diajukan fakta bahwa perusahaan melakukan praktek akal-akalan adalah PT. KFB tidak memiliki ijin untuk melakukan praktek labour supplier dan tidak melaporkan perjanjian kerjanya ke Disnaker, bahkan direktur PT. KFB adalah juga karyawan PT. Iwata Indonesia dengan jabatan manajer yang di PHK dari PT. Iwata Indonesia pada saat kasus ini dalam proses pemeriksaan sekitar akhir Juli 2011.

Karena permintaan untuk berunding dengan perusahaan untuk menyelesaikan masalah ini terus-menerus tidak membuahkan hasil, lebih dari 200 pekerja tetap dan kontrak yang tergabung dalam PUK SP KAHUTINDO PT. Iwata melakukan mogok kerja selama 3 (tiga) hari pada 30 Mei sampai 1 Juni 2011, hasilnya Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan Dinsosnaker Kabupaten Bogor menerbitkan Penetapan nomor: 566/3284/Wasnaker/2011 tanggal 1 Juni 2011 tentang Penetapan karyawan PT. KFB selaku perusahaan penyedia jasa pekerja atau buruh kepada PT. Iwata Indonesia selaku perusahaan penerima kerja. tanggal 1 Juli 2011 dengan alasan efisiensi terhadap seluruh pekerja tetap (PKWTT) yang mogok kerja termasuk seluruh pengurus SP KAHUTINDO.

(6)

(diluar jam kerja), dengan menawarkan pesangon dalam jumlah besar apabila pekerja mau menerima tawaran PHK, dan 98 pekerja tetap (PKWTT) yang di PHK pun satu-persatu menerima tawaran perusahaan.

Upaya advokasi yang dilakukan oleh DPP FSP KAHUTINDO tidak berhenti disini, dengan kuasa penuh dari pekerja eks kontrak (PKWTT) PT. KFB, setelah dilayangkan 2 kali somasi agar perusahaan bersedia merundingkan pelaksanaan penetapan pegawai pengawas ketenagakerjaan tanggal 1 Juni 2011, pada tanggal 24 Oktober 2011 dilakukan kembali pengaduan ke Dinsosker Kabupaten Bogor untuk dilakukan pemeriksaan terhadap PT. Iwata Indonesia yang tetap tidak melaksanakan Penetapan tersebut.

Setelah dilakukan pemeriksaan sesuai dengan mekanisme yang berlaku, Pegawai pengawas ketenagakerjaan Dinsosnaker Kabupaten Bogor menerbitkan kembali Penetapan Nomor: 566.6236/Wasnaker/2011 yang memperkuat penetapan tanggal 1 Juni 2011.

Pada saat mulai dilakukan penyidikan oleh PPNS Dinsosnaker Kabupaten Bogor karena pengusaha tidak juga melaksanakan penetapan tersebut setelah batas waktu 1 (satu) minggu, pada tanggal 15 Desember 2012 perusahaan memberitahukan bahwa mereka telah mendaftarkan gugatan terhadap pegawai pengawas ketenagakerjaan Dinsosnaker Kabupaten Bogor atas penetapan yang dibuatnya di PTUN Bandung.

Atas gugatan yang dilakukan oleh perusahaan, PTUN Bandung menerbitkan Putusan Sela Nomor: 126/G/2011/PTUN-BDG tanggal 24 Januari 2012 yang mengabulkan permohonan penundaan penggugat.

Selanjutnya 91 (sembilan puluh satu) pekerja ex-kontrak PT. KFB mengajukan sebagai pihak tergugat II Intervensi yang dikabulkan oleh PTUN pada tanggal 22 Februari 2012, sehingga upaya advokasi bisa dilakukan di PTUN dalam kapasitas sebagai pihak bersama dengan tergugat I Pegawai pengawas ketenagakerjaan Dinsosnaker Kabupaten Bogor.

(7)

BAB III

PENUTUP

2.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini, yaitu

1. Tergugat Intervensi adalah masuknya pihak ketiga ke dalam proses perkara yang sedang berjalan, baik sebagai penggugat ataupun tergugat, yang terjadi atas prakasa sendiri ataupun atas prakasa hakim yang memeriksa perkara. Dalam hal ini tergugat Interventie adalah 91 pekerja ex-kontrak PT. KFB

2. Tergugat Intervensi dalam perkara ini adalah masuk atas permintaannya sendiri dan berfungsi sebagai pihak yang turut berkepentingan agar keputusan yang telah dibuat oleh Tergugat tidak dibatalkan.

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat penulis berikan yaitu:

1. Bagi para pihak yang berperkara di PTUN, dapat secara bijak menggunakan hak mengajukan Intervensi baik sebagai penggugat maupun tergugat guna memperkuat posisi mempertahankan kepentingan dalam perkara tersebut.

(8)

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Rolaswati, Devi Kantini, Modul Hukum Acara PTUN, FH UPNVJ, Jakarta, 2012.

Setiadi, Wicipto, Hukum Acara Peradilan Tata Usaha Negara, Suatu Perbandingan, Raja Garfindo Persada, Jakarta, 1994.

B. Perundangan

Undang-Undang no. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Undang-Undang no. 9 tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang Undang no. 5 tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

Undang-Undang no. 51 tahun 2009 tentang Perubahan Atas Undang Undang no. 9 tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara

C. Internet

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 2 Ayat (1) : Yang dimaksud dengan jasa pelayanan Kemetrologian adalah keseluruhan tindakan yang dilakukan oleh pegawai yang berhak terhadap alat-alat UTTP dalam

Puji dan Syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadapan Allah Swt. atas karunia dan lindungan- Nya sehingga Jurnal Teknik Vol. 1 Bulan Januari 2015 dapat diterbitkan. Menghasilkan

Tulislah nomor Tulislah nomor peserta Saudara dan peserta Saudara dan kode naskah pada lembar kode naskah pada lembar jawaban di tempat jawaban di tempat yang disediakan,

penggolongan peserta didik berdasarkan karakteristik mereka masing-masing dengan mengkondisikan peserta didik demikian, maka peserta didik akan lebih mudah dalam

riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit terdahulu, diagnosis masuk, diagnosis utama/ akhir, diagnosis komplikasi, dan diagnosis lain serta tindak lanjut tidak

Di Indonesia, penelitian mengenai hubungan antara rentang tangan dan fungsi paru pada anak yang menderita penyakit asma belum pernah dilakukan Melalui

Penelitian ini mau mencari jawab atas permasalahan yang dirumuskan seperti berikut: “Apakah terdapat perbedaan penerimaan daerah saat PBB dikelola oleh pemerintah pusat dengan

Sedangkan keefektifan penggunaan alat percobaan pesawat sederhana berbasis peralatan budaya tradisional sebagai media pembelajaran untuk meningkatkan motivasi belajar siswa