• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BIJI KAPULAGA (Amomum cardamomum Auct. Non L) TERHADAP Pengaruh Pemberian Infusa Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct. Non L) Terhadap Peningkatan Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Beserta Profil Klt.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BIJI KAPULAGA (Amomum cardamomum Auct. Non L) TERHADAP Pengaruh Pemberian Infusa Biji Kapulaga (Amomum Cardamomum Auct. Non L) Terhadap Peningkatan Waktu Renang Mencit Putih Jantan Galur Swiss Beserta Profil Klt."

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BIJI KAPULAGA

(

Amomum cardamomum

Auct. Non L) TERHADAP

PENINGKATAN WAKTU RENANG MENCIT PUTIH

JANTAN GALUR SWISS BESERTA PROFIL KLT

NASKAH PUBLIKASI

Oleh:

NAUFAL SATRIA HUTOMO

K100110074

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

SURAKARTA

(2)
(3)

PENGARUH PEMBERIAN INFUSA BIJI KAPULAGA

(Amomum cardamomum Auct. Non L) TERHADAP PENINGKATAN WAKTU RENANG MENCIT PUTIH JANTAN GALUR SWISS BESERTA PROFIL KLT

The Effect Of Giving Cardamomum Seed Infusion (Amomum cardamomum Auct. Non L) For Increasing Swimming Time Of White Male Mice Swiss Strain and TLC

Profile

Naufal Satria Hutomo dan Tanti Azizah Sujono, M.Sc., Apt.

Fakultas Farmasi, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Kartasura Surakarta 57102

ABSTRAK

Kapulaga (Amomum cardamomum Auct. Non L) merupakan salah satu tanaman berkhasiat, pada bagian bijinya banyak terkandung senyawa sineol. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian infusa biji kapulaga (Amomum cardamomum Auct. Non L) terhadap peningkatan waktu renang mencit putih jantan galur swiss beserta profil KLT. Penelitian ini menggunakan pretest and posttest design. Metode yang digunakan adalah metode uji renang (swim test).Sebanyak 25 ekor mencit dibagi ke dalam 5 kelompok perlakuan. Mencit kelompok 1 (kontrol positif) mendapat perlakuan kafein (0,4 %, 2 mg/20 gBB). Kelompok II (kontrol negatif) mendapat perlakuan aquadest (0,5 ml/20 gBB). Kelompok III mendapat perlakuan dengan infusa biji kapulaga (10%, 50 mg/20 gBB). Kelompok IV mendapat perlakuan dengan infusa biji kapulaga (20%, 100 mg/20 gBB) dan Kelompok V mendapat perlakuan dengan infusa biji kapulaga (40%, 200 mg/20 gBB) yang diberikan secara per oral. Data yang diamati adalah waktu renang mencit sebelum dan sesudah diberi perlakuan. Hasilnya, bahwa dengan pemberian infusa biji kapulaga 10%, 20%, 40% dan pemberian kafein 0,4% mampu meningkatkan daya tahan pada mencit putih jantan galur swiss yang diperoleh dari peningkatan waktu renang, masing-masing 1,85±0,56, 3,38±1,20, 3,87±1,42 dan 1,98±0,44 menit. Semakin tinggi konsentrasi maka semakin meningkat waktu renangnya. Dari hasil identifikasi kandungan senyawa menggunakan kromatografi lapis tipis menunjukkan adanya golongan senyawa terpenoid dalam infusa biji kapulaga.

Kata kunci: biji Kapulaga, Amomum cardamomum Auct. Non L., Infusa, uji renang.

ABSTRACT

Cardamom (Amomum cardamomum Auct. Non L) is one of the nutritious plants, on the seeds contained many sineol compound. This study goals to determine the effect of infusion of cardamom seeds (Amomum cardamomum Auct. Non L) of the increase in swimming time white male mice swiss strain and TLC profile. This study used pretest and posttest design. The method used swimming test (swim test). A total of 25 mice were divided into five treatment groups. One group of mice (positive control) are treated caffeine (0.4%, 2 mg / 20 gBW). Group II (negative control) treated distilled water of (0.5 ml / 20 gBW). Group III treated with infusion of cardamom seeds (10%, 50 mg / 20 gBW). Group IV infusion treated with cardamom seeds (20%, 100 mg / 20 gBW) and Group V treated with infusion of cardamom seeds (40%, 200 mg / 20 gBW) given orally. Observed data is swimming time of mice before and after being treated. The result, that the administration of cardamom seeds infusion 10%, 20%, 40% and 0.4% caffeine can increase endurance white male mice swiss strain obtained from the increase in swimming time, each 1.85 ± 0.56, 3.38 ± 1.20, 3.87 ± 1.42 and 1.98 ± 0.44 minutes. The higher of concentration, the more increased swimming time. From the results identification of compounds using thin layer chromatography showed the compound terpenoids in infusion cardamom seeds.

(4)

PENDAHULUAN

Di zaman modern saat ini manusia dituntut untuk lebih bekerja keras dalam memenuhi target suatu pekerjaannya agar hasil pekerjaan tersebut optimal. Dengan adanya tuntutan tersebut manusia diharuskan dapat berpikir cepat serta berkonsentrasi dengan baik, hal ini menyebabkan konsentrasi manusia dalam bekerja akan terkuras habis untuk memenuhi hal tersebut. Hal ini yang menyebabkan beberapa orang mengalami puncak atas kejenuhan akan aktivitas tersebut sehingga menimbulkan rasa penat dan kantuk (Hardinge & Shryock, 2003). Psikostimulansia dapat meningkatkan aktivitas psikis, yaitu dapat menghilangkan rasa penat serta dapat meningkatkan kemampuan sesesorang dalam berkonsentrasi. Berkurangnya konsentrasi disebabkan oleh kurangnya istirahat fisik atau mental serta banyaknya pekerjaan fisik yang dilakukan (Marbun, 1993).

Beberapa obat yang dapat meningkatkan kewaspadaan seperti kafein diyakini dapat meningkatkan kembali konsentrasi dan dapat merangsang sistem saraf pusat yang berkurang akibat pekerjaan fisik, mental serta tenaga. Kafein merupakan turunan xantin yang memiliki efek mengurangi rasa kantuk. Pada orang lelah yang mengkonsumsi kafein gejala kelelahan akan hilang dan kemampuan psikis serta kewaspadaan akan meningkat karena kafein bekerja pada korteks serebri. Namun, pada orang yang tidak lelah tetapi segar tidak akan dipengaruhi kemampuannya jika menggunakan kafein (Mutschler,1986). Beberapa produk tanaman herbal diyakini memiliki efek mengurangi rasa lelah pada manusia (Jung et al., 2006). Dalam jurnal penelitian (Widowati et al., 1999) diketahui bahwa golongan senyawa minyak atsiri seperti terpenoid dan terpineol bermanfaat untuk mengurangi kelelahan dan meningkatkan kewaspadaan. Minyak atsiri golongan terpen dan terpineol banyak terkandung dalam berbagai jenis tanaman. Hal ini yang mendorong masyarakat Indonesia untuk menggunakan jenis tanaman herbal sebagai jalan alternatif dalam pengobatan secara alami (Wijayakusuma, 2000).

(5)

melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh pemberian infusa biji kapulaga (Amomum cardamomum Auct. Non L) terhadap waktu renang pada mencit putih jantan galur swiss beserta profil KLT. Digunakan infusa, karena cara untuk membuat sediaan ini mudah serta praktis. Dari penelitian tersebut diharapkan nantinya dapat menambah wawasan tentang manfaat tanaman kapulaga.

METODE PENELITIAN Kategori Penelitian

Dalam penelitian ini desain penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental dan rancangan penelitian yang digunakan yaitu pretest-postest.

Alat

Alat yang akan digunakan pada penelitian ini yaitu alat penumbuk, kompor listrik, batang pengaduk, labu takar (pyrex) dan kain flannel, Stopwatch, Reservoir ukuran 50 cm x 30 cm x 25 cm, Jarum peroral, Spuit injeksi, Timbangan hewan uji (Triple Beam Balance MB-2610), panci infusa, alat-alat gelas dan termometer.

Bahan

Bahan-bahan yang diperlukan dalam penelitian ini ialah biji kapulaga yang sudah dikeringkan. Hewan uji yang digunakan yaitu mencit putih jantan galur Swiss, berumur 2-3 bulan dengan bobot 30-40 gram yang diperoleh dari Laboratorium Fakultas Farmasi Universitas Muhammadiyah Surakarta dan bahan lain yang digunakan ialah kafein 0,4 % b/v dengan dosis 100 mg/Kg BB dan aquadest.

Jalannya Penelitian

Tanaman kapulaga diambil dari Sleman, Yogyakarta. Bagian yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji yang masih segar untuk kemudian dilakukan determinasi. Determinasi dilakukan di Laboratorium Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pengetahuan, Universitas Muhammadiyah Surakarta.

(6)

volume infusa yang dikehendaki. Untuk kontrol positif, dibuat larutan kafein dengan menimbang secara seksama kafein sejumlah 40 mg kemudian dilarutkan dengan aquadest secukupnya dalam labu takar hingga 10 mL. Dosis yang digunakan 100 mg/Kg BB. Dalam pengujian efek stimulan infusa biji kapulaga pada mencit putih digunakan metode uji renang. Desain eksperimental yang digunakan ialah pre-test and post-test (Schuyler, 1975).

Dalam uji waktu renang pada mencit putih yang digunakan metode uji renang (Griffith, 1949). Pertama, hewan uji dibagi dalam 5 kelompok dengan masing-masing terdiri atas 5 ekor mencit putih jantan. Kemudian, hewan uji masing-masing dipuasakan selama 6 jam sebelum uji perlakuan. Selanjutnya, masing-masing mencit dimasukkan dalam reservoir air berupa tangki air dengan ukuran panjang 50 cm, lebar 30 cm dan tinggi 25 cm. Dengan ketinggian air 18 cm pada suhu 25°C, kemudian diberi gelombang buatan yang berasal dari pompa udara (Turner, 1965).

Setelah timbul lelah, yang ditandai dengan hewan uji membiarkan kepalanya berada di bawah permukaan air selama lebih dari 7 detik dengan posisi tubuh vertikal (tegak) kemudian hewan uji diangkat dari reservoir lalu dicatat waktu lelah pertama (t1)

(Jung et al, 1996). Selanjutnya, hewan uji diistirahatkan selama 24 jam agar tidak bias untuk mengurangi berbagai pengaruh variabel. Setelah 24 jam diistirahatkan. Kemudian, hewan uji dipuasakan selama 6 jam. Setelah itu, hewan uji diberi perlakuan dosis yakni 3 kelompok pertama diberi infusa biji kapulaga dengan 3 peringkat dosis yang disesuaikan dengan uji orientasi, 1 kelompok sebagai kontrol positif dan 1 kelompok sebagai kontrol negatif.

Kelompok I : diberi perlakuan larutan kafein 0,4 % (2 mg/20 gBB) sebagai kontrol positif Kelompok 2 : diberi perlakuan aquadest (0,5 ml/20 gBB) sebagai kontrol negatif

Kelompok 3 : infusa biji kapulaga dengan konsentrasi 10% (50 mg/20 gBB) Kelompok 4 : infusa biji kapulaga dengan konsentrasi 20% (100 mg/20 gBB) Kelompok 5 : infusa biji kapulaga dengan konsentrasi 40% (200 mg/20 gBB)

Kemudian, hewan uji diistirahatkan selama 30 menit hal ini dimaksudkan agar efek obat bekerja dengan baik kemudian hewan uji direnangkan dan dicatat waktu lelah kedua (t2). Data yang diharapkan ialah adanya selisih waktu lelah renang pada mencit sebelum

dan sesudah diberi sediaan.

Analisis Data

(7)

homogenitasnya dilakukan dengan uji Levene Statistic dan didapat hasilnya tidak homogen.

Data yang diperoleh tidak homogen dan terdistribusi normal maka dilanjutkan dengan uji non parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test. Uji ini digunakan untuk menganalisis hasil-hasil pengamatan yang berpasangan dari dua data apakah berbeda atau tidak.

HASIL DAN PEMBAHASAN Determinasi Tanaman

Determinasi tanaman ini dilakukan untuk memastikan apakah tanaman yang digunakan dalam penelitian ini sesuai dengan kunci determinasi. Pada penelitian ini bagian tanaman yang digunakan ialah biji kapulaga ( Amomum cardamomum Auct. Non L.) . Determinasi tanaman ini dilakukan di Laboratorium FKIP biologi UMS dengan menggunakan literatur Flora of Java (Backer dan van den Brink,1968) . Rincian hasil determinasi adalah sebagai berikut :

1b_2b_3b_4b_12b_13b_14b_17b_18b_19b_20b_21b_22b_23b_24b_25b_26b_27b_799b_ 800b_801b_802b_806b_807b_809b_810b_811a_812b_815b……...

996b, 997b, 998a, 999a,... → Familia : Zingiberaceae 1a, 2b, 6c, 11a, 12b,... → Genus : Amommum

1b, 3a, 4a, 5a... → Spesies : Amommum compactumSoland. Ex Maton

Dari hasil determinasi tanaman tersebut dapat dipastikan bahwa tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesies Amomum cardamomum Auct. Non L.

A. Orientasi Waktu Istirahat

Pada penelitian ini hewan uji diorientasikan dengan direnangkan 3 kali berturut-turut dengan jarak waktu 24 jam. Pada waktu lelah pertama hewan uji diistirahatkan selama 24 jam agar hasil dari uji renang yang didapatkan tidak bias karena pengaruh beberapa variabel, serta memastikan apakah hewan uji sudah mengembalikan stamina sama seperti sebelum direnangkan. Data hasil orientasi waktu istirahat dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil data orientasi waktu istirahat mencit selama 24 jam

Hewan uji T1 (menit) hari ke-1 T2 (menit) hari ke-2 T3 (menit) hari ke-3

1 4,36 3,96 4,18

2 4,80 5,28 4,18

3 3,12 5,95 4,03

(8)

berpa tu lelah ters tu istirahat

lum direnan ingkatkan w ode uji rena aan infusa b lelah pada gevaluasi ka Dalam p s dengan be mencit ya mpok perla ma 1 mingg suhu yang a an sebelum

unjukkan pe gan konsent

meter yang akuan. Hasi

at pada tabe

2. Data Waktu

Hewan uji ngan taraf k sebut tidak

24 jam sud ngkan.

an Mencit D

an ini dilaku damomum A erat badan ang dikelom akuan. Dala gu. Hal ini b ada di dalam m dan sesu

erilaku norm trasi 10%,

digunakan l data waktu el 2.

ukan untuk Auct. Non L nggunakan

uan untuk ang pada m

kan untuk m a yang berk (Jung et a ya tahan pad ni hewan uj ±30-40 g k n adalah dur

u peningkat da mencit (M uji yang dig kurang lebih ecara acak ukan penelit gar hewan u rium. Hewa ptasikan tid es RI, 1978) 40% yang rasi waktu l tan daya tah

Renang Tiap K

usa Biji Kapulaga T2 (menit)

i pengaruh p p waktu ren

i renang y hui apakah g dikendali ma waktu re ningkatkan k

Metode uji Matsumoto gunakan ada

h berumur 2 masing-ma tian ini hew uji mampu b an uji dikata

dak lebih ). Digunaka g sebelumn lelah renan han renang

Kelompok Perl

a konsentrasi 10 %

gujian stati p>0,05 yang

gga, dapat d a tahan hew

pemberian i nang pada m

yaitu suatu h efek ob ikan oleh s enang pada

kewaspadaa i renang in

et al, 1996) alah mencit 2 sampai 3 asing 5 eko wan percob beradaptasi akan sehat a dari 10% an sediaan i nya telah d ng sesudah tiap kelomp g berarti ket disimpulkan wan uji sama

infusa biji k mencit puti u metode bat bekerja

sistem sara mencit yan an serta men ni bertujua

).

t putih jant bulan seba or mencit d

(9)

H as dapat dis mperpanjang Hal ini di ulaga diketah 2010). Hal

ingkatkan r BA yang se 4).

Dari keti h paling ting tu sebelum tu yang lam

T1 (menit)

waktu lelah s waktu lelah s sil data yang

k SPSS Sta simpulkan b g waktu rena ikarenakan

hui dapat m ini sama d rasa lelah d ecara tidak

iga konsent ggi yaitu pad

dan sesud g diperoleh atistics vers

bahwa sedia ang lebih la adanya sen meningkatka dengan mek dikarenakan

langsung

trasi infusa b da pemberia dah pemberi

87 menit. S

usa Biji Kapulaga T2 (menit)

usa Biji Kapulaga T2 (menit)

rol Positif (Laruta T2 (menit) aan infusa ama diband ian mencit Sedangkan,

a konsentrasi 20 %

a konsentrasi 40 %

an Kafein 0,4 % b

if (Aquadest)

diuji secara ari data wak biji kapula dingkan kon enoid yang

daan serta m fein dalam stimulasi ne

si reseptor

ga yaitu 10% 40% ini dibu

mampu be , selisih wa

% ktu lelah in aga konsentr ntrol positif

terkandung aktu paling

it

it

it

it

engan meng nfusa biji K

rasi 40 % (kafein 100 g dalam in i rasa lelah gi rasa kan tama pada (Boutrel &

(10)

pemberian kontrol negatif (aquades) dengan selisih rata-rata waktu sebelum dan sesudah perlakuan mencit hanya mampu bertahan renang dengan selisih waktu renang 0,07 menit artinya dapat disimpulkan pada pemberian konsentrasi 10%, 20% dan 40% hasilnya signifikan dalam meningkatkan waktu renang terhadap kontrol negatif. Sehingga, disimpulkan semakin tinggi konsentrasi yang diberikan maka semakin meningkat lama waktu renang mencit. Dari data tersebut, kemudian dianalisis menggunakan uji Saphiro-Wilk untuk mengetahui data hasil penelitian terdistribusi normal atau tidak. Digunakan uji Shapiro-Wilk karena populasi hewan uji yang digunakan kurang dari 50 ekor dan dari hasil data yang diperoleh didapat nilai (P>0,05) yang berarti data terdistribusi normal. Data perlakuan dikatakan homogen menggunakan Levene test apabila nilai signifikan lebih besar dari 0,05. Dari hasil data diperoleh nilai signifikan (P<0,05) sehingga data tidak homogen. Karena, tidak homogen maka dilanjutkan dengan statistik non parametrik yaitu uji Wilcoxon Signed Rank Test.

Dari hasil analisis data menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test ini diperoleh nilai (P<0,005) sehingga dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan bermakna pada pemberian sediaan infusa biji kapulaga sebelum dan sesudah dilakukan uji renang. Kelompok sediaan uji konsentrasi 10%, 20%, 40% dan kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kelompok kontrol negatif (p<0,05) dari ketiga konsentrasi tersebut menunjukkan perbedaan lama waktu berenang yang bermakna terhadap kontrol negatif yang artinya ada pengaruh pemberian infusa biji kapulaga.

(11)

B. Kromatografi Lapis Tipis

Dalam berbagai jurnal yang ada diketahui bahwa kandungan dalam buah dan biji kapulaga diantara lainnya adalah golongan senyawa terpenoid seperti sineol, terpen, alkaloid untuk membuktikan bahwa senyawa tersebut benar-benar ada dalam biji kapulaga maka dilakukan uji kualitatif dengan KLT dan reaksi warna. Dalam metode KLT digunakan fase diam silika gel 60 F254 karena bersifat polar. Fase gerak yang digunakan

yaitu toluen:aseton dengan perbandingan (9:3) v/v.

Pereaksi semprot yang digunakan anisaldehid-asam sulfat (Wagner,1984). Larutan uji yang digunakan yaitu 10 % dalam pelarut etanol. Dengan volume totolan masing-masing 20 µL yang dipanaskan pada suhu 1000 C selama 5 – 10 menit dan dilihat pada sinar UV366 nm. Hasil kromatografi lapis tipis infusa biji kapulaga dapat dilihat pada Tabel

4.

A B C

Gambar 2. Hasil Uji Kromatografi Lapis Tipis Keterangan:

A: Deteksi UV 254 nm (Toluen:aseton) B: Deteksi UV 366 nm (Toluen:aseton)

C: Deteksi pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat UV 366

Tabel 3. Hasil analisis KLT infusa biji kapulaga

Fase Gerak UV 254 nm UV 366 nm Anisaldehid-asam sulfat UV 366 nm Toluen:aseton Rf 0,9 Rf 1. 0,78

(flouresensi biru) Rf 2.0,71 (flouresensi hijau)

Rf 1. Fluoresensi biru Rf 2. Fluoresensi hijau

Dari hasil analisis KLT infusa biji kapulaga yang telah dielusi menggunakan fase gerak toluen dan aseton (9:3) yang telah disemprot dengan pereaksi anisaldehid-asam

Elusi

Totolan infusa biji kapulaga

Rf 0,78

fluoresensi biru

Rf 0,71

(12)

sulfat dan diamati di sinar UV366 nm diperoleh data harga Rf pada bercak pertama yaitu

0,78 warna berfluoresensi biru. Pada bercak kedua nilai Rf 0,71 berfluoresensi hijau dan setelah disemprot dengan pereaksi anisaldehid-asam sulfat di bawah sinar UV366 nm bercak

berwarna biru dan hijau. Fluoresensi warna ungu, biru, hijau, merah dan abu-abu yang terlihat pada UV366 nm setelah disemprot dengan pereaksi semprot anisaldehid-asam sulfat

menunjukkan adanya senyawa golongan terpenoid (Wagner, 1984).

Minyak atsiri golongan terpenoid yang mengandung senyawa 1,8 sineol menimbulkan aktivitas sistem saraf pusat yaitu berupa daya tahan mencit dalam berenang (Burkhard et al., 1999). Dalam penelitian sebelumnya “Psychostimulant activity of Rosmarinus officinalis essential oils” (Rachad A et al., 2011) menyatakan bahwa minyak atsiri yang mengandung senyawa sineol dapat meningkatkan aktivitas lokomotorik. Minyak atsiri sineol yang banyak terkandung dalam biji kapulaga banyak tersari pada sediaan infusa sehingga dengan konsentrasi infusa 10 % sudah mampu meningkatkan stamina pada mencit. Namun, khasiatnya tidak sebanding dengan kafein dalam meningkatkan daya tahan dalam berenang. Hal ini, berbeda ketika diberikan dengan konsentrasi infusa biji kapulaga 20 % dan 40 % khasiatnya mampu melebihi kafein dalam meningkatkan daya tahan mencit dalam berenang.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Dari hasil data yang diperoleh pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa infusa biji kapulaga (Amomum cardamomum Auct. Non L) dengan konsentrasi 10 %, 20% dan 40% mampu meningkatkan lama waktu berenang pada mencit putih jantan galur Swiss dan belum dapat dipastikan menimbulkan efek stimulan. Senyawa terpenoid terkandung dalam infusa biji kapulaga.

Saran

(13)

DAFTAR PUSTAKA

Agoes, A., 2010, Tanaman Obat Indonesia, Edisi 3, ed. A. Suslia, ed., Jakarta, Penerbit Salemba Medika.

Anonim, 2000, Pedoman Pelaksanaan Uji Klinik Obat Tradisional, Jakarta, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Backer, C. A., and Van Den Brink, B. R., 1968, Flora of Java ( Spermatophytes only ), Vol. III, NVP, Noordhoff Groningen The Netherlands, Netherlands, 415.

Badan POM RI., 2010, Acuan Sediaan Herbal, Edisi 6, Jakarta, BPOM RI.

Boutrel, B and Koob, G., 2003,What Keeps Us Awake : The Neuropharmacology of Stimulants And Wakefullness-Promoting Medications, Switzerland, Department Of Neuropharmacology.

Burkhard, P.R., Burkhardt, K., Haenggeli, C.A., Landis, T., 1999, Plant induced seizures: reappearance of an old problem, Neurology of Journal, 246 : 667–670.

Departemen Kesehatan RI., 2000, Informatorium Obat Nasional Indonesia 2000, Jakarta, CV. Sagung Seto.

Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia, Edisi 3, Jakarta, Departemen Kesehatan Indonesia.

Hardinge, M.G. dan Shryock, H., 2003, Kiat Keluarga Sehat Mencapai Hidup Prima dan Bugar, Edisi 2, Jakarta, Indonesia Publishing House.

Kee, J. L. dan Hayes, E.R., 1996, Farmakologi Pendekatan Proses Perawatan, Edisi 1, ed. Y. Asih, ed., Jakarta, Buku Kedokteran EGC.

Kyung, A.J, Daeseok, H, Eun, K.K, Chang, H and Young, E.K, 2006, Antifatigue Effect of Rubus coreanus Miquel Extract in Mice, Journal of Medicinal Food,10 (4) : 689-693.

Marbun, B., 1993, Sindrom Lelah Kronik. Jurnal Kedokteran Dan Farmasi, 7 : 51–52.

Mutschler, E., 1991, Dinamika Obat, Edisi 5, ed. A. S. Widinato, Mathilda.B dan Ranti, ed., Bandung, Institut Teknologi Bandung Press.

Mycek, M. J, Harvey, R.A. dan Champe, P.C., 2001, Farmakologi Ulasan Bergambar 2nd ed. H. Hartanto, ed., Jakarta, Widya Medika.

Sastroamidjojo, S., 2001, Obat Asli Indonesia, Edisi 6, ed. A. Tjokronegoro, ed., Jakarta, Dian Rakyat.

(14)

Turner, R.A, 1965, Screening Metode In Pharmacology Volume 2., New York and London, Academy Press.

Wagner, H., 1984, Plant Drug Analysis A Thin Layer Chromatography Atlas, Springer-Verlag Berlin Heidelberg New York Tokyo.

Widowati L., Pudjiasuti, Nuratmi B., 1999, Efek Stimulan Susunan syaraf Pusat Infus Akar Som Jawa (Talinum Paniculatum Gaertn) Pada Mencit Putih, Jakarta, Warta Tumbuhan Obat Indonesia.

Wijayakusuma, H., 2000, Ensiklopedia Milenium Tumbuhan Berkhasiat Obat Indonesia, Edisi 1, ed. S. F. Y. Tim Simpul, Imas Maisaroh, Yamah, ed., Jakarta, PT. Prestasi Insan Indonesia.

Winarto, W.P., 2003, Memanfaatkan Bumbu Dapur untuk Mengatasi Aneka Penyakit 1st ed. Mulyono, ed., Jakarta, AgroMedia Pustaka.

Gambar

Tabel 1. Hasil data  orientasi waktu istirahat mencit selama 24 jam
Tabel 2. Data Waktuu Peningkatann Daya Tahan RRenang Tiap KKelompok Perllakuan
Tabel 3. Hasil analisis KLT infusa biji kapulaga

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan pemikiran tersebut, maka sudah saatnya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung dibentuk Peraturan Daerah tentang Pengarusutamaan Gender dalam Pembangunan Daerah

Indonesia adalah negara yang mempu- nyai potensi besar sebagai penghasil gula merah karena kaya akan berbagai jenis palma, seperti kelapa, aren, Ion tar dan ni- pah (Goutara

The number of kilometres the truck must travel in order to cover each road in the system at least once, and return to its starting point in Midville, could be:.

While the variety of problems and research designs in the “earth science fabric” leads to increased complexity of scientific data types and respective services, standardizing on

Hal tersebut juga sejalan dengan penelitian tentang pengaruh larutan bawang putih (Allium sativum L) pada larva Aedes spp di Kecamatan Malalayang Kota Manado dari hasil

diberi rentang antara risiko yang jarang terjadi ( rare ) sampai dengan risiko yang dapat terjadi setiap saat ( almost certain ).Sedangkan untuk keparahan atau

Tulisan ini mencoba mengulas misteri rumah tinggal orang Jawa, dengan penekanan pada konsep ruang yang terjadi melalui pengetahuan budaya yang dimiliki oleh orang Jawa.

Kebisingan propeller memiliki porsi yang besar terhadap kebisingan pada kecepatan tinggi (Carlton, 2012), hal ini bukan hanya disebabkan oleh jumlah daun,